Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MATA KULIAH

MANAJEMEN, POLITIK, DAN PEMBERDAYAAN KESEHATAN

BACKGROUND COMMUNITY EMPOWERMENT

(LATAR BELAKANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT)

OLEH KELOMPOK 1 :

1. NURUL ANNISA 001610142020


2. ANDI CHAERUL 002510142020
3. NUR SRI WIDYASTUTI 002710142020

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

KONSETRASI PROMOSI KESEHATAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

AssalamumAlaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
pribadi dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun judul dari
makalah ini ialah “BACKGROUND COMMUNITY EMPOWERMENT”.
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen,
Politik, dan Pemberdayaan Kesehatan. Adapun makalah ini telah diusahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Akhirnya kami pribadi mengharapkan
semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Pemberdayaan................................................................................................... 3
2.2 Pengertian Masyarakat ....................................................................................................... 4
2.3 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ................................................................................ 4
BAB III PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI KONTINUUM 5 TITIK......................... 6
3.1 Memberdayakan Individu Untuk Tindakan Pribadi ............................................................. 6
3.2 Pengembangan Kelompok Kepentingan Kecil .................................................................... 7
3.3 Pengembangan Organisasi Masyarakat ............................................................................... 8
3.4 Kemitraan .......................................................................................................................... 9
3.5 Aksi Sosial Politik .............................................................................................................. 9
BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT .............................................................................. 11
4.1 Tindakan 1 : Mengatasi Masalah Masyarakat ................................................................... 11
4.2 Tindakan 2 : Membangun Kemitraan ............................................................................... 12
4.3 Tindakan 3 : Membangun Kapasitas Masyarakat .............................................................. 13
4.4 Tindakan 4 : Evaluasi Untuk Berbagi Ide dan Misi ........................................................... 14
BAB V CONTOH KASUS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ................................................. 16
1. Pencegahan Stunting Melalui Pemberdayaan Kader PKK Kecamatan Barebbo di Kabupaten
Bone ............................................................................................................................................ 16
2. Pemberdayaan Melalui Penanggulangan Penyakit Kaki Gajah .............................................. 16
3. Pemberdayaan Melalui Penanggulangan Penyakit Campak dan Rubella ............................... 17
4. Perbaikan Gizi Buruk ........................................................................................................... 17
BAB VI PENUTUP ......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
Pemberdayaan masyarakat terdiri dari dua konsep: `komunitas dan
pemberdayaan`.` Komunitas adalah kelompok orang yang mungkin atau mungkin tidak
terhubung secara spasial, tetapi memiliki minat, perhatian, atau identitas yang sama.
Komunitas mungkin bersifat lokal, nasional, internasional atau bahkan global dan
mungkin memiliki kepentingan yang spesifik atau luas (Laverack, 2007). Menurut
Werner, 1988 Pemberdayaan dalam arti luas adalah '...proses dimana orang-orang yang
kurang beruntung bekerja sama untuk meningkatkan kontrol atas peristiwa yang
menentukan hidup mereka' .(Laverack et al., 2009)
Pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol atas keputusan dan tindakan yang memengaruhi kesehatan
masyarakat, bertujuan untuk memobilisasi individu dan kelompok rentan dengan
memperkuat keterampilan dasar hidup dan meningkatkan pengaruh pada hal-hal yang
mendasari kondisi sosial dan ekonomi. Sementara itu, menurut pemerintah RI dan
United Nations International Children’s Emergency Funds, pemberdayaan masyarakat
adalah segala upaya fasilitas yang bersifat noninstruktif untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat
dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektor maupun LSM dan tokoh
masyarakat.(Sulaeman et al., 2012)
Piagam Ottawa dengan jelas menyatakan bahwa `promosi kesehatan bekerja
melalui tindakan masyarakat yang nyata dan efektif dalam menetapkan prioritas,
membuat keputusan, merencanakan strategi dan mengimplementasikannya untuk
mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah pemberdayaan
masyarakat - kepemilikan dan kendali mereka atas usaha dan nasib mereka sendiri`
(WHO, 1986). Piagam Bangkok (WHO, 2005) melengkapi dan membangun di atas
nilai-nilai, prinsip-prinsip dan strategi tindakan yang ditetapkan oleh Piagam Ottawa
termasuk konsep promosi kesehatan sebagai proses yang memungkinkan orang untuk
meningkatkan kontrol atas (pemberdayaan) kesehatan mereka dan determinannya.
Pemberdayaan masyarakat oleh karena itu merupakan inti dari pelaksanaan promosi
kesehatan baik sebagai proses maupun sebagai hasil.(Laverack et al., 2009)

1
Ada tumpang tindih antara pemberdayaan masyarakat dan konsep berbasis
masyarakat lainnya seperti partisipasi masyarakat, peningkatan kapasitas masyarakat
dan pengembangan masyarakat. Pada dasarnya mereka semua menggambarkan proses
yang meningkatkan aset dan atribut yang dapat dimanfaatkan oleh suatu komunitas
untuk meningkatkan kehidupan mereka (termasuk tetapi tidak terbatas pada kesehatan
mereka). Konsep-konsep tersebut juga secara mendasar menangani bentuk-bentuk
organisasi sosial dan tindakan kolektif untuk memperbaiki ketidaksetaraan dalam
distribusi kekuasaan, otoritas pengambilan keputusan, dan sumber daya. Ini penting
bagi promotor kesehatan karena sebagian besar kesehatan ditentukan oleh kekuatan
yang kita alami dan kendali kita atas keputusan dan sumber daya. Perbedaan utama
antara pemberdayaan masyarakat dan konsep berbasis masyarakat lainnya adalah rasa
perjuangan dan pembebasan yang terikat dalam proses mendapatkan kekuasaan.
Kekuasaan tidak dapat diberikan dan harus diperoleh atau direbut oleh mereka yang
menginginkannya, seringkali melawan mereka yang berkuasa. Pemberdayaan
masyarakat dibangun dari individu ke kelompok ke kolektif yang lebih luas dan
mewujudkan niat untuk membawa perubahan sosial dan politik yang menguntungkan
'komunitas' yang memulai proses tersebut. Dalam praktik promosi kesehatan, proses ini
paling baik dianggap sebagai suatu kontinum yang mewakili bentuk-bentuk tindakan
sosial dan kolektif yang semakin terorganisir dan berbasis luas, dan inilah yang akan
dibahas selanjutnya.(Laverack et al., 2009)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemberdayaan


Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan
membuat berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan
bertindak yang berupa akal, ikhtiar atau upaya. (Husain & Marlinae, 2016)
Menurut Paul (1987) dalam Prijono dan Pranarka (1996), mengatakan bahwa
pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan yang adil sehingga meningkatkan
kesadaran politis dan kekuasaan pada kelompok yang lemah serta memperbesar
pengaruh mereka terhadap ”proses dan hasil-hasil pembangunan. (Husain & Marlinae,
2016)
Secara umum, pemberdayaan merupakan suatu proses memberikan daya
(power) bagi suatu komunitas atau kelompok masyarakat untuk bertindak mengatasi
masalahnya , serta mengangkat taraf dan kesejahteraan mereka. (Sany, 2019)
Langkah ini telah ditegaskan Allah dalam Al Quran “innallāha lā yugayyiru mā
biqaumin ḥattā yugayyirụ mā bi`anfusihim, wa iżā arādallāhu biqaumin sū`an fa lā maradda
lah, wa mā lahum min dụnihī miw wāl.” Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan pada suatu kaum maka niscaya tidak ada yang mampu menolaknya,
dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra’d[13]:11). Ayat di atas
menegaskan bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan dan martabat suatu masyarakat,
kecuali mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Manusia diminta untuk berusaha
meningkatkan kompetensi dan bekerja keras demi mengubah nasib mereka sendiri. Ayat ini
juga mendorong kemandirian dalam jiwa masyarakat. Tujuan pemberdayaan adalah
menjadikan masyarakat dan komunitas penerima program pemberdayaan mampu mengubah
nasib mereka dan meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mereka. Derajat keberdayaan
yang pertama adalah kesadaran dan keinginan untuk berubah .Tanpa keinginan untuk
memperbaiki diri, masyarakat akan sulit untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya. (Sany,
2019)

3
2.2 Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. (Husain & Marlinae, 2016)
Secara umum Pengertian Masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang
hidup bersama, bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah
memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, dan adat istiadat yang ditaati dalam
lingkungannya. Masyarakat berasal dari bahasa inggris yaitu "society" yang berarti
"masyarakat", lalu kata society berasal dari bahasa latin yaitu "societas" yang berarti
"kawan". Sedangkan masyarakat yang berasal dari bahasa arab yaitu "musyarak".
Pengertian Masyarakat dalam Arti Luas adalah keseluruhan hubungan hidup bersama
tanpa dengan dibatasi lingkungan, bangsa dan sebagainya. Sedangkan Pengertian
Masyarakat dalam Arti Sempit adalah sekelompok individu yang dibatasi oleh
golongan, bangsa, teritorial, dan lain sebagainya. Pengertian masyarakat juga dapat
didefinisikan sebagai kelompok orang yang terorganisasi karena memiliki tujuan yang
sama. Pengertian Masyarakat secara Sederhana adalah sekumpulan manusia yang
saling berinteraksi atau bergaul dengan kepentingan yang sama . (Prasetyo & Irwansyah,
2020)

2.3 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


Menurut Adisasmito, W Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat
adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan sasaran serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut
berubah dari tidak tahu menjadi tahu/sadar (aspek pengetahuan), dari tahu menjadi mau
(aspek sikap) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan
(aspek tindakan). (Husain & Marlinae, 2016)
Menurut Mubarak, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya
untuk memulihkan ataumeningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk
mampuberbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalammelaksanakan hak-
hak dan tanggung jawabnya selaku anggota masyarakat . (Husain & Marlinae, 2016)
Menurut Wiku Adisamito dalam dimensi kesehatan, “pemberdayaan
masyarakat merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat (dengan atau tanpa
campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek
lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan

4
masyarakat’. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat, Wiku Adisamito juga
menekankan perlu diperhatikan empat (4) unsur pokok utama, yaitu aksesibilitas
informasi, keterlibatan dan partisipasi, akuntabilitas dan kapasitas organisasi lokal, agar
tercapai tujuan pemberdayaan masyarakat. (Restuastuti et al., 2017)
Sementara pemberdayaan masyarakat berarti aktivitas seseorang dalam
pemantaun kehiupannya sendiri serta berusaha menata masa depan bersamaan dengan
kemampuannya sendiri .Pemberdayaan masyarakat berarti merupakan rangkaian
pensejahteraan orang banyak sesuai dengan kebutuhannya , seseorang tidak bisa hidup
tanpa orang lain, demikian juga halnya dengan keluarga , kelompok organisasi dan
masyarakat.(Prasetyo & Irwansyah, 2020)

5
BAB III

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI KONTINUUM 5 TITIK

Pemberdayaan masyarakat sebagai lima titik kontinum terdiri dari unsur-unsur


berikut: 1. Tindakan pribadi; 2. Pengembangan kelompok kepentingan kecil; 3.
Organisasi masyarakat; 4. Kemitraan; dan 5. Aksi sosial dan politik (Labonte, 1990).
Kontinum menawarkan interpretasi linier sederhana tentang apa yang merupakan
konsep dinamis dan kompleks dan mengartikulasikan berbagai tingkat pemberdayaan
dari pribadi, organisasi melalui tindakan kolektif (komunitas). Setiap titik pada
kontinum dapat dilihat sebagai hasil itu sendiri, serta kemajuan ke titik berikutnya.
Jika tidak tercapai hasilnya adalah stasis atau bahkan bergerak kembali ke titik
sebelumnya pada kontinum. Kontinum telah digunakan oleh praktisi promosi
kesehatan untuk menjelaskan bagaimana pemberdayaan masyarakat berpotensi
dimaksimalkan untuk `menutup kesenjangan implementasi` sebagai kemajuan orang
dari individu ke kolektif tindakan. (Laverack et al., 2009)

Gambar 1. Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Rangkaian 5 Titik

3.1 Memberdayakan Individu Untuk Tindakan Pribadi


Proses pemberdayaan masyarakat dapat dimulai ketika seseorang mengalami
‘ketidakberdayaan relatif’ tingkat tinggi yang memicu respons emosional dan tindakan
pribadi. Kemudian, dengan berpartisipasi dalam kelompok kepentingan kecil, anggota
komunitas individu lebih mampu mendefinisikan, menganalisis, dan bertindak atas
isuisu yang menjadi perhatian. Dalam kehidupan sehari-hari, tindakan pribadi dan
partisipasi selanjutnya dalam kelompok kecil dapat dipicu oleh Kecelakaan lalu lintas
dan keterlibatan dalam kelompok aksi lokal untuk keselamatan jalan. Dalam promosi
kesehatan, dasar untuk tindakan dan partisipasi Pribadi sering dikembangkan Selama
fase perencanaan program melalui identifikasi kebutuhan. Adalah penting bahwa

6
program menggunakan pendekatan untuk membangun struktur serta cara pribadi
kedepan menuju tindakan kolektif. (Laverack et al., 2009)

3.2 Pengembangan Kelompok Kepentingan Kecil


Pengembangan kelompok-kelompok kecil oleh individu-individu yang
peduli adalah awal dari tindakan kolektif. Ini memberikan kesempatan bagi
promotor kesehatan untuk membantu individu memperoleh keterampilan dan
merupakan sarana untuk mengembangkan sistem dukungan sosial yang lebih kuat
dan jaringan peluang, keterhubungan antarpribadi, dan kohesi sosial. (Laverack et
al., 2009)
Peran praktisi pada titik kontinum ini adalah untuk menyatukan orang-orang
dalam kelompok-kelompok kecil seputar isu-isu yang mereka rasa penting bagi
kehidupan mereka, dengan cara yang tidak terlalu mengontrol. Ini termasuk:
 Kelompok swadaya yang diorganisir di sekitar masalah tertentu seperti
kelompok pendukung berkabung dan Alcoholics Anonymous. Anggota
biasanya memiliki pengetahuan dan minat bersama dalam masalah, partisipatif
dan mendukung dan sering diatur dan dikelola oleh peserta;
 Kelompok kesehatan masyarakat yang biasanya berkumpul untuk
mengkampanyekan isu tertentu seperti pencemaran lingkungan atau kebutuhan
transportasi dari kelompok-kelompok yang dikucilkan secara sosial seperti
orang lanjut usia. Orang-orang termotivasi untuk berkumpul baik untuk alasan
reaktif atau proaktif biasanya untuk jangka waktu pendek; dan
 Proyek kesehatan pengembangan masyarakat seperti proyek berbasis
lingkungan yang didirikan untuk mengatasi masalah yang menjadi perhatian
lokal seperti perumahan yang buruk, dan dengan dukungan pemerintah dan
pekerja kesehatan masyarakat yang dibayar.(Laverack et al., 2009)
Melalui dukungan kelompok-kelompok kecil, banyak orang menemukan
‘suara’ dan dapat berpartisipasi secara lebih formal untuk mencapai hasil
pemberdayaan masyarakat. Namun, keanggotaan kelompok-kelompok kecil tidak
homogen dan konflik mengenai masalah internal memang muncul, terutama pada
saat peralihan dari orientasi ke dalam (swadaya) ke orientasi keluar (aksi sosial).
Penilaian masalah dapat membantu menyelesaikan konflik dan membangun
kapasitas ketika identifikasi masalah, solusi masalah dan tindakan untuk

7
menyelesaikan masalah dilakukan oleh masyarakat. Ketika keterampilan ini tidak
ada atau lemah peran dari praktisi akan membantu masyarakat untuk membuat
penilaian terhadap masalahnya sendiri. Promotor kesehatan harus siap
mendengarkan apa yang diinginkan ‘masyarakat’, mereka mungkin belum tentu
menyukai apa yang mereka dengar, tetapi mereka harus berkomitmen untuk
bergerak maju dan membangun di atas isu-isu ini. Setelah masalah diidentifikasi,
adalah peran Praktisi untuk membantu masyarakat mengembangkan strategi untuk
menentukan peringkat mereka dan mulai menganalisis masalah yang
diprioritaskan.(Laverack et al., 2009)

3.3 Pengembangan Organisasi Masyarakat


Sementara kelompok kecil umumnya fokus ke dalam pada kebutuhan anggota
langsungnya, organisasi masyarakat fokus ke luar ke lingkungan yang lebih luas yang
menciptakan kebutuhan tersebut di tempat pertama, atau menawarkan sarana (sumber
daya, peluang) untuk menyelesaikannya. Struktur organisasi masyarakat meliputi
kelompok iman dan pemuda, dewan masyarakat, koperasi dan asosiasi. Ini adalah
elemen organisasi di mana orang berkumpul untuk bersosialisasi dan juga mengatasi
masalah mereka. Organisasi masyarakat tidak hanya lebih besar dari kelompok
kepentingan kecil tetapi mereka memiliki struktur mapan yang lebih baik,
kepemimpinan yang lebih fungsional dan kemampuan untuk mengatur anggotanya
untuk memobilisasi sumber daya. Organisasi masyarakat merupakan langkah penting
bagi kelompok kecil untuk dapat melakukan transisi ke kemitraan dan kemudian ke
aksi sosial dan politik. Yang penting, individu dapat menjadi lebih kritis menyadari isu-
isu yang lebih luas dalam organisasi masyarakat selain mempelajari keterampilan untuk
menilai masalah langsung mereka. (Laverack et al., 2009)
Menurut Wang dan Pies, 2004, Strategi untuk mengembangkan keterampilan
dalam meningkatkan kesadaran tentang isu-isu sosial dan politik yang lebih luas yang
mempengaruhi determinan kesehatan didasarkan pada karya pendidik Paulo Freire.
Pemahaman tentang penyebab ketidakberdayaan yang mendasari adalah ciri khas
pemberdayaan dan pendekatan praktis untuk mengembangkan keterampilan ini dalam
promosi kesehatan termasuk foto-suara.(Laverack et al., 2009)
Pengembangan organisasi masyarakat dan kepemimpinan lokal yang kuat
terkait erat. Masalah pemilihan kepemimpinan yang tepat dibahas oleh Goodman et al
(1998), yang berpendapat bahwa pendekatan pluralistik dalam masyarakat, di mana ada

8
interaksi antara pemimpin posisional, mereka yang telah dipilih atau ditunjuk dan
pemimpin reputasi, mereka yang secara informal melayani masyarakat, memiliki
peluang lebih baik untuk memimpin. Terhadap kapasitas masyarakat. (Laverack et al.,
2009)

3.4 Kemitraan
Agar efektif dalam mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan ‘tingkat
yang lebih tinggi’, organisasi masyarakat perlu menghubungkan dengan kelompok lain
yang memiliki kepedulian yang sama. Organisasi masyarakat, dengan membentuk
kemitraan, dapat memperkuat jaringan sosial, bersaing lebih baik untuk sumber daya
yang terbatas, dan meningkatkan partisipasi dalam kepedulian organisasi anggota
lainnya.(Laverack et al., 2009)
Tujuan dari kemitraan adalah untuk memungkinkan organisasi masyarakat
tumbuh melampaui keprihatinan lokal mereka sendiri dan untuk mengambil posisi yang
lebih kuat pada isu-isu yang lebih luas melalui jaringan dan advokasi. Isu
pemberdayaan kunci adalah untuk tetap fokus pada kepedulian bersama yang
menyatukan kelompok dan bukan pada kebutuhan individu atau isu dari kelompok yang
berbeda dalam kemitraan.(Laverack et al., 2009)

3.5 Aksi Sosial Politik


Sementara individu dapat mempengaruhi arah dan pelaksanaan program
melalui masukan dan partisipasi aktif mereka, ini saja tidak merupakan pemberdayaan
masyarakat. Sebagaimana telah dibahas, perbedaan antara pendekatan partisipatif dan
pemberdayaan terletak pada agenda dan tujuan prosesnya. Jika individu yang
bersangkutan tetap berada di tingkat kelompok kecil, kondisi yang menyebabkan
ketidakberdayaan mereka tidak akan teratasi. Jika orang-orang hanya terlibat dalam
bentuk-bentuk lobi arus utama melalui organisasi masyarakat dan pengembangan
kemitraan tanpa aksi politik, mereka yang memiliki kekuasaan atas keputusan ekonomi
dan politik akan memiliki sedikit alasan untuk mendengarkan. Individu maju sepanjang
kontinum dari posisi tindakan pribadi ke titik di mana mereka secara kolektif terlibat
dengan memperbaiki penyebab mendasar yang lebih dalam dari keprihatinan mereka
melalui tindakan sosial dan politik. Perebutan kekuasaan untuk mempengaruhi
perubahan ekonomi, politik, sosial dan ideologi pasti akan melibatkan masyarakat
dalam perjuangan dengan mereka yang sudah memegang kekuasaan. Dalam konteks
program, peran lembaga promosi kesehatan, atas permintaan masyarakat, adalah untuk

9
membangun kapasitas, menyediakan sumber daya dan membantu orang lain untuk
memberdayakan diri mereka sendiri.(Laverack et al., 2009)

10
BAB IV

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Tulisan ini sejauh ini membahas bagaimana promotor kesehatan dapat lebih
berhasil dalam membangun pemberdayaan masyarakat. Pelajaran yang dipetik untuk
mencapai pemberdayaan dibahas di bawah ini dan diidentifikasi sebagai: 1. Mengatasi
masalah masyarakat; 2. Membangun kemitraan; 3. Membangun kapasitas masyarakat;
dan 4. Evaluasi untuk berbagi ide dan visi antar seluruh pemangku
kepentingan.(Laverack et al., 2009)

4.1 Tindakan 1 : Mengatasi Masalah Masyarakat


Pelajaran utama untuk memberdayakan masyarakat adalah kesiapan praktik
promosi kesehatan untuk mengidentifikasi, dan mendukung, masalah-masalah yang
‘dekat dengan hati’ masyarakat. Ada bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa
jika praktisi tidak mau menangani masalah masyarakat, maka program yang mereka
implementasikan kemungkinan kecil akan berhasil. Siapa yang mengidentifikasi
masalah yang harus ditangani dan bagaimana hal ini ditindaklanjuti sangat penting
untuk membangun masyarakat yang berdaya. Kendala utama untuk mencapai hal ini
adalah penggunaan pendekatan top-down dalam program promosi kesehatan dan
ketegangan yang ditimbulkan karena tidak mengatasi masalah masyarakat.(Laverack
et al., 2009)
Promosi kesehatan paling sering disampaikan melalui program top-down yang
dikendalikan oleh lembaga pemerintah atau LSM yang didanai pemerintah. Ini adalah
kebijakan pemerintah (dan sumber daya) yang menetapkan agenda promosi kesehatan
dan kesulitan dimulai ketika hal ini tidak memenuhi perhatian masyarakat.
Ketergantungan promosi kesehatan pada pendanaan pemerintah telah berkontribusi
pada dominasi gaya pemrograman top-down. Praktisi promosi kesehatan dipekerjakan
untuk merancang dan menyampaikan program yang meningkatkan kesehatan
individu, kelompok dan masyarakat dalam parameter yang ditetapkan oleh kebijakan
pemerintah. Bahkan ketika mereka yang berada di struktur ‘atas’ setuju dengan
mereka yang berada di tingkat komunitas tentang masalah utama, cara agenda
dirancang dan diimplementasikan dapat mengakibatkan masalah utama tidak
ditangani. (Laverack et al., 2009)

11
4.2 Tindakan 2 : Membangun Kemitraan
Peran praktisi dalam program promosi kesehatan pada awalnya berkaitan
dengan memberikan kepemimpinan, misalnya, dalam membentuk kelompok
masyarakat atau untuk memberikan antusiasme dan sumber daya yang diperlukan
untuk memajukan partisipasi. Namun, harapan peran ini dapat segera berubah ke
posisi kemitraan yang lebih ‘setara’ antara praktisi dan masyarakat. Kemitraan
menunjukkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan hubungan dengan
agen luar berdasarkan pengakuan atas kepentingan bersama dan rasa hormat.
Kemitraan mungkin melibatkan pertukaran layanan, mengejar usaha patungan
berdasarkan tujuan bersama atau inisiatif untuk mengambil tindakan.(Laverack et
al., 2009)
Banyak praktisi merasa sulit untuk melepaskan kendali yang mereka miliki atas
desain dan implementasi suatu program. Profesional kesehatan juga mungkin merasa
sulit untuk menerima validitas pengetahuan masyarakat, dan mereka mungkin tidak
tahu bagaimana berbagi keahlian profesional dengan cara yang dapat digunakan oleh
anggota masyarakat untuk membangun kapasitas mereka sendiri.(Laverack et al.,
2009)
Praktisi promosi kesehatan memang memiliki peran penting dalam memberikan
informasi (kegiatan pendidikan dan penyadaran), sumber daya dan bantuan teknis
tetapi ini harus mendukung kekhawatiran yang telah diidentifikasi oleh masyarakat
sebagai relevan dan penting bagi mereka. Peran praktisi dalam kemitraan adalah
untuk membantu orang membangun rasa kontrol yang lebih besar dalam hidup
mereka. Langkah pertama untuk mengambil kendali lebih dapat, misalnya, melalui
partisipasi dalam kelompok-kelompok kecil, menerima informasi yang menjelaskan
suatu masalah atau memperoleh keterampilan baru. Tujuannya adalah untuk
memungkinkan individu untuk lebih mendefinisikan, menganalisis dan kemudian
secara kolektif bertindak atas isu-isu yang menjadi perhatian bersama. Praktisi
terkadang secara sadar melakukan ini dengan menasihati dan mendidik klien
mereka, dengan mengembangkan keterampilan dan menghubungkan individu ke,
misalnya, kelompok minat.(Laverack et al., 2009)

12
4.3 Tindakan 3 : Membangun Kapasitas Masyarakat
Terkadang masyarakat tahu apa yang mereka inginkan tetapi tidak tahu
bagaimana mencapainya. Dalam kasus lain, masyarakat tidak tahu apa yang mereka
inginkan dan semakin terkendala dalam mengidentifikasi keprihatinan mereka oleh
konflik internal atau kurangnya pemahaman dan keterampilan. Praktisi memiliki
peran penting untuk dimainkan, terutama pada tahap awal program, untuk
memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu masyarakat
mengidentifikasi dan/atau mengatasi masalah mereka. Ini adalah peran sementara dan
dalam jangka panjang praktisi harus bekerja untuk membangun kapasitas masyarakat
sehingga anggotanya dapat lebih mengontrol program. Rancangan program harus
secara jelas mendefinisikan bagaimana ia akan membangun kapasitas masyarakat
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan dan evaluasi. Tanpa fokus ini
masyarakat dapat menjadi tergantung pada lembaga luar untuk memberikan dukungan
selama siklus hidup program. Cara bagaimana kapasitas masyarakat ditangani dan
didefinisikan dapat diabaikan dalam program promosi kesehatan dan mencakup dua
bidang utama pengembangan keterampilan khusus:(Laverack et al., 2009)
a. Pertama, bagi masyarakat untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri,
mereka membutuhkan keterampilan dan kompetensi khusus yang kemudian
dapat diterapkan pada berbagai masalah kesehatan. Misalnya, keterampilan
berorganisasi yang dikembangkan dalam suatu komunitas dalam latihan
untuk bersiap menghadapi bencana alam dapat digunakan lagi untuk
mengatasi, misalnya, pengangguran kaum muda. Oleh karena itu,
membangun kapasitas masyarakat bersifat generik dan tidak terbatas pada
satu masalah kesehatan saja;
b. Kedua, masyarakat harus dapat lebih mengontrol program promosi kesehatan
itu sendiri. Promosi kesehatan itu sendiri harus berinvestasi dalam
pengembangan keterampilan seperti manajemen keuangan, penulisan
laporan dan evaluasi.
Penyediaan sumber daya dan dukungan teknis berfungsi sebagai dasar untuk
mengembangkan kemitraan antara promotor kesehatan dan masyarakat. Masukan
sumber daya baru akan diidentifikasi sebagai rencana strategis yang dikembangkan
dan harus fleksibel dalam jenis sumber daya yang disediakan. Dalam konteks
program, sumber daya sering kali ditetapkan untuk kategori anggaran tertentu,
misalnya, biaya perjalanan, pelatihan, dan peralatan. Namun, sumber daya yang

13
diminta oleh masyarakat mungkin tidak cocok dengan salah satu kategori ini.
Kegiatan yang sulit dibenarkan sebagai promosi kesehatan yang ketat tetapi tetap
membangun dimensi sosial masyarakat melalui rasa inklusivitas termasuk
menyanyi dan menari tradisional, acara olahraga atau barbeque komunitas.
Kegiatan ini menciptakan rasa kebersamaan, menyatukan kelompok dan klan yang
berbeda dan mengikat mereka melalui adat dan ritual tradisional mereka sendiri.
Fleksibilitas alokasi sumber daya harus memungkinkan semua jenis kegiatan untuk
membangun kapasitas masyarakat.(Laverack et al., 2009)
Pengembangan kapasitas masyarakat pada hakikatnya merupakan usaha
meningkatkan kemampuan masyarakat itu sendiri. Apabila masyarakat sebagai
pihak yang paling berkepentingan belum memahami secara betul makna
pengembangan kapasitas itu sendiri dan tidak memberikan tanggapan secara positif
terhadap upaya-upaya pengembangan kapasitas yang dilaksanakan maka bisa
dipastikan upaya tersebut tidak akan berdaya guna dan berhasil sesuai tujuan yang
ingin dicapai.(Suminah et al., 2020)

4.4 Tindakan 4 : Evaluasi Untuk Berbagi Ide dan Misi


Kebutuhan akan dialog, arus informasi yang bebas dan komunikasi yang
terbuka antara semua pemangku kepentingan sangat penting untuk pemberdayaan.
Untuk menghindari kesalahpahaman, ekspektasi harus didefinisikan dengan jelas,
didokumentasikan, dibagikan, dan didiskusikan. Kebutuhan akan arus informasi
yang bebas dan adil telah diidentifikasi sebagai elemen penting dalam proses
pemberdayaan masyarakat termasuk kolaborasi antar lembaga dan komunikasi
yang efektif (MaCallandan Narayan, 1994) dan dialog antara organisasi masyarakat
dan anggota masyarakat secara individu. (Speer dan Hughey, 1995). (Laverack et
al., 2009)
Titik balik penting dalam pemberdayaan komunitas adalah ketika komunitas
berhenti hanya berfokus pada kebutuhan mendesaknya dan mulai menangani isu-
isu yang memiliki perhatian lebih luas. Prosesnya dimulai dengan masalah lokal
yang telah diidentifikasi oleh masyarakat. (Laverack et al., 2009)
Sebagai praktisi promosi kesehatan kita perlu menyadari bahwa bekerja
dengan cara yang memberdayakan adalah kegiatan politik. Struktur kekuasaan,
birokrasi dan otoritas tetap dominan dan bagian dari peran promosi kesehatan

14
adalah berusaha untuk menantang keadaan ini untuk menutup kesenjangan
implementasi.(Laverack et al., 2009)

15
BAB V

CONTOH KASUS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Menurunnya tingkat kematian adalah contoh kasus pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan yang semakin membaik. Ada cukup banyak upaya yang dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat agar bisa hidup lebih baik. Berikut
adalah beberapa langkah pemerintah dalam mengatasi berbagai macam penyakit
berbahaya.(Blog, 2018)

1. Pencegahan Stunting Melalui Pemberdayaan Kader PKK Kecamatan Barebbo


di Kabupaten Bone
Kegiatan ini dilakukan melalui Program Kemitraan Unhas-PK UH Batch II pada
tahun 2019. Kabupaten Bone menjadi kabupaten yang memiliki prevalensi balita
stunting tertinggi di Sulawesi Selatan, setelah kabupaten Enrekang. Kader PKK sering
diberdayakan dalam mengatasi berbagai masalah dalam masyarakat. kegiatan
pengabdian ini bertujuan untuk memberdayakan kader PKK untuk mencegah terjadinya
stunting di Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone. Khalayak Sasaran pada pelatihan ini
adalah kader PKK di Kecamatan Barebbo.Metode Pengabdian yang dilakukan adalah
dengan memberikan pelatihan kepada kader PKK tentang pencegahan
stunting.(Kesumasari et al., 2020)
Pelatihan tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pemberian materi
tentang stunting dan demonstrasi tentang cara melakukan skreening stunting pada balita
melalui pengukuran antropometri. Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan,
terlihat bahwa pelatihan yang dilakukan telah meningkatkan pengetahuan kader PKK
yang dilatih pada kategori baik sebesar 54,5%. Hal ini telah sesuai dengan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan. Pelatihan yang dilakukan efektif meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan kader PKK dalam melakukan pengukuran antropometri.
Hal tersebut penting dalam melakukan pencegahan stunting pada balita. Kader PKK
yang telah dilatih diharapkan mampu berkontribusi secara nyata dalam melakukan
skreening status balita di masyarakat.(Kesumasari et al., 2020)

2. Pemberdayaan Melalui Penanggulangan Penyakit Kaki Gajah


Akhir-akhir ini pemerintah telah menyelenggarakan bulan eliminasi kaki gajah
secara menyeluruh ke semua kabupaten dan kota yang ada di Indonesia. Pada bulan

16
Oktober 2018, semua masyarakat yang tinggal di kawasan endemis Kaki Gajah
dihimbau untuk meminum obat pencegah secara serentak.(Blog, 2018)

Kegiatan yang seperti ini dikenal dengan istilah POPM atau Pemberian Obat
Pencegah Massal. Salah satu tujuannya adalah agar Indonesia bebas dari Penyakit Kaki
Gajah hingga tahun 2020. Adapun obat minum Kaki Gajah terdiri dari kombinasi tablet
Albendazole 400 mg dengan tablet Diethylcarbamazine 100 mg.(Blog, 2018)

Kedua obat tersebut harus dikonsumsi oleh seluruh masyarakat wilayah


endemis Penyakit Kaki Gajah mulai usia 2 hingga 70 tahun dengan dosis masing-
masing. Dosis untuk anak usia 2 hingga 5 tahun sebanyak satu banding satu. Sedangkan
usia anak 6 hingga 14 tahun 1:2 dan usia di atasnya sebesar 1:3.(Blog, 2018)

Contoh kasus pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan melalui


pencegahan penyakit kaki gajah ini dilakukan setahun sekali selama lima tahun agar
rantai penularan sepenuhnya bisa hilang. Setiap orang yang mengonsumsi bukan hanya
bisa terhindar dari kaki gajah saja, namun juga mematikan cacing yang ada di dalam
tubuh.(Blog, 2018)

3. Pemberdayaan Melalui Penanggulangan Penyakit Campak dan Rubella


Menitik ada tingkat kecacatan pada anak yang semakin besar, pemerintah mulai
mengadakan imunisasi MR secara bertahap yaitu pada pertengahan tahun 2017 dan
2018. Tujuan dari pelaksanaan ini adalah memutuskan transmisi penularan penyakit
campak dan rubella dengan cepat.(Blog, 2018)

Contoh kasus pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dengan imunisasi


MR terus ditingkatkan sebab setiap orang yang terkena rubella akan mengalami cacat
luar biasa seperti kebutaan meskipun tingkat kematian rendah. Penyakit campak dan
rubella tidak bisa diobati namun bisa dicegah dengan pemberian vaksin dari umur 9
hingga 15 tahun agar rantai penularan penyakit tersebut bisa dimatikan.(Blog, 2018)

4. Perbaikan Gizi Buruk


Polio adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena adanya penularan virus
polio. Virus ini pada umumnya menyebar ke orang lain melalui tinja, makanan, dan air
liur. Meskipun Indonesia sudah dinyatakan bebas dari penyakit polio, ternyata WHO
masih menganjurkan upaya imunisasi secara berkala.(Blog, 2018)

17
Menanggapi hal tersebut, pemerintah pun melakukan pemberdayaan kesehatan
masyarakat dengan imunisasi polio Oral Polio Vaccine (OPV) dan Incativated Polio
Vaccine (IPV). OPV diberikan saat bayi lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan sedangkan IPV
diberikan saat anak berusia 2, 4, 6, 18 dan 6-8 tahun.(Blog, 2018)

Dengan adanya contoh kasus pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan


menunjukkan bahwasanya ada perhatian khusus dari pemerintah untuk meningkatkan
taraf hidup yang lebih baik. Anda pun wajib mendukung program dari pemerintah
tersebut agar semuanya bisa terlaksana dengan lancar.(Blog, 2018)

18
BAB VI

PENUTUP
Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan membuat
berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak yang berupa
akal, ikhtiar atau upaya. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. Menurut Mubarak, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai
upaya untuk memulihkan ataumeningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk
mampuberbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalammelaksanakan hak-hak dan
tanggung jawabnya selaku anggota masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat sebagai lima titik kontinum terdiri dari unsur-unsur berikut:
1. Tindakan pribadi; 2. Pengembangan kelompok kepentingan kecil; 3. Organisasi masyarakat;
4. Kemitraan; dan 5. Aksi sosial dan politik.

Pelajaran yang dipetik untuk mencapai pemberdayaan yang diidentifikasi sebagai: 1.


Mengatasi masalah masyarakat; 2. Membangun kemitraan; 3. Membangun kapasitas
masyarakat; dan 4. Evaluasi untuk berbagi ide dan visi antar seluruh pemangku kepentingan.

Contoh kasus pemberdayaan masyarakat yaitu Pencegahan Stunting Melalui


Pemberdayaan Kader PKK Kecamatan Barebbo di Kabupaten Bone. , Pemberdayaan melalui
penanggulangan penyakit kaki gajah, pemberdayaan melalui penanggulangan penyakit campak
dan rubella, dan perbaikan gizi buruk.

19
DAFTAR PUSTAKA
Blog, M. (2018). 3 Contoh Kasus Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Dari Pemerintah.
MTJ Blog. https://www.inovasidesa.com/2018/10/3-contoh-kasus-pemberdayaan-
masyarakat.html

Husain, & Marlinae, L. (2016). Buku Ajar Pemberdayaan Masyarakat. 148, 148–162.

Kesumasari, C., Kurniati, Y., Syam, A., Salam, A., & Virani, D. (2020). Pencegahan Stunting Melalui
Pemberdayaan Kader Pkk Kecamatan Barebbo Di Kabupaten Bone. Panrita Abdi - Jurnal
Pengabdian Pada Masyarakat, 4(3), 322. https://doi.org/10.20956/pa.v4i3.8083

Laverack, G., Munodawafa, D., Aggrawal, S., Chatterje, M. M., Thakur, & Srivastava. (2009).
Community empowerment with case studies from the South-East Asia Region. Community
Empowerment Conference Working Document.

Prasetyo, D., & Irwansyah. (2020). Memahami Masyarakat Dan Perspektifnya. Jurnal Manajemen
Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 1(1), 163–175. https://doi.org/10.38035/jmpis.v1i1.253

Restuastuti, T., Zahtamal, Chandra, F., & Restila, R. (2017). Analysis of Community Empowerment in
Health Sector. Jurnal Kesehatan Melayu, 1(1), 14–19.

Sany, U. P. (2019). Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Al Qur’an. Jurnal Ilmu
Dakwah, 39(1), 32. https://doi.org/10.21580/jid.v39.1.3989

Sulaeman, E. S., Karsidi, R., Murti, B., Kartono, D. T., Waryana, W., & Hartanto, R. (2012). Model
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, Studi Program Desa Siaga. Kesmas: National
Public Health Journal, 7(4), 186. https://doi.org/10.21109/kesmas.v7i4.54

Suminah, Istiqomah, N., & Jannah, R. (2020). Peningkatan Kapasitas Masyarakat Melalui
Pemberdayaan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19. SinaMu, 2, 64–70.

20

Anda mungkin juga menyukai