Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan

dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial budaya


Dasar

Oleh

Aldo Putra Driantama (4005150057)


Dianti (4005150028)
Dimas Budi Prayoga (4005150035)
Ilmah Aruminingsih (4005140016)
Linda Sofia (4005140007)
Siska Noviana (4005150004)
Putri ayu (4005150068)
Zaida Nola Victor (4005150069)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


DHARMA HUSADA BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis
membahas mengenai Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan
Kesehatan .

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar


pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan Bapak Trisno
Subekti, S.Pd., M.M serta pembaca yang lain untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami dan penyempurnaan pembuatan makalah
selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya


untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.

Bandung, 5 November 2017

Penulis
Daftar Isi
Bab I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 5
Bab II ................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Perkembangan Kesehatan ................................................................ 6
2.2 Tujuan Pembangunan Masyarakat dalam bidang kesehatan ............................. 8
2.3 Nilai-nilai Filosofi Dalam Pembangunan Kesehatan ........................................... 9
2.4 Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat dalam Pembangunan Kesehatan . 10
2.5 Hubungan Manusia, Sains, Teknologi, dan Seni ............................................... 19
2.5.1 Manusia..................................................................................................... 19
2.5.2 Sains .......................................................................................................... 20
2.5.3 Teknologi ................................................................................................... 22
2.5.4 Seni ............................................................................................................ 23
Bab III ................................................................................................................................ 24
PENUTUP .......................................................................................................................... 24
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 24
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 27
Bab I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting


dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan
di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007). Berhasilnya pembangunan
kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya
penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di
seluruh wilayah Indonesia.Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan
masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih
banyak terjadi. Beberapa diantaranya adalah: banyaknya angka kelainan refraksi
yang tidak terkoreksi pada usia dini, ambliopia, dan sebagainya yang semakin
menyebar luas, kasus-kasus kurangnya asupan gizi yang berhubungan dengan
seluruh kesehatan tubuh khususya kesehatan pada mata, prioritas kesehatan rendah.
Sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan status
kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola hidup ataupun kebudayaan tentang
kesehatan yang biasa kita lakukan dan mengikuti perubahan zaman.
1.2 Rumusan Masalah

1. Definisi Pembangunan Kesehatan.?


2. Tujuan dari Pembangunan Kesehatan.?
3. Nilai filosofi dalam Pembanguan Kesehatan.?
4. Faktor yang Mempengaruhi Pembangunan Kesehatan.?
5. Hubungan Manusia, Sains, Teknologi, dan Seni dalam Pembangunan
Kesehatan.?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuat makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas
kuliah juga agar kita mengetahui aspek aspek social budaya yang mempengaruhi
perilaku kesehatan masyarakat.
Bab II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Kesehatan

Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh


Bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan yang maksimal.

Ada beberapa pernyataan mengenai pengertian PKMD, antara lain:

1. PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya di


dasarkan melalui sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam
mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan oleh lembaga itu
diikutsertakan anggota-anggota masyarakat di pedusunan melalui segala
pengarahan untuk menimbulkan kesadaran secara aktif di dalam ikut
membantu memecahkan dan mengembangkan usaha-usaha kesehatan di
desanya (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 1976).

2. PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem


pendekatan edukatif masalah kesehatan melalui puskesmas, dimana setiap
individu atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan
tindakan-tindakan yang tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Di
samping itu, kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat
mendorong timbulnya kreativitas dan inisiatif setiap individu atau
kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif dalam program-program
kesehatan di daerahnya, dan menentukan prioritas program sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersangkutan (Kanwil Depkes
Jawa Timur).
Dari kedua pernyataan tersebut, PKMD dapat diartikan sebagai rangkaian
kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong, swadaya
masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam
bidang kesehatan maupun bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu
memelihara kehidupan yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyarakat.

Pokok-pokok pemikiran yang fundamental, yang mendasari definisi PKMD


tersebut di atas ditekankan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut:

Untuk keberhasilan PKMD di suatu daerah harus memanfaatkan


pendekatan operasional terpadu (comprehensive operational approach)
yang meliputi pendekatan secara sistem (system approach), pendekatan
lintas sektoral dan antarprogram (interprogram dan intersectoral approach),
pendekatan multidisipliner (multidisiplionnary approach), pendekatan
edukatif (educational approach) dan sebagainya.
Dalam pembinaan terhadap peran serta masyarakat melalui pendekatan
edukatif, hendaknya faktor ikut sertanya masyarakat ditempatkan, baik
sebagai komplemen maupun suplemen terdepan dalam menunjang sistem
kesehatan nasional ini.
Sebagai kegiatan dikelola sendiri oleh masyarakat PKMD secara bertahap
dan terus-menerus harus mampu di dorong untuk membuka kemungkinan-
kemungkinan menumbuhkan potensi swadayanya melalui pemerataan akan
peran serta setiap individu di desa secara lebih luas dan nyata.
Puskemas sebagai pengarah (provider) setempat perlu meningkatkan
kegiatan di luar gedung (outdoor activities) untuk mengarahkan
intervensinya di dalam memacu secara edukatif terhadap kelestarian
kegiatan PKMD oleh masyarakat di bawah bimbingan Lembaga Sosial Desa
(LSD)
2.2 Tujuan Pembangunan Masyarakat dalam bidang kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya tujuan utama


sebagai berikut :
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam
bidang kesehatan.
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanyanorma
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Didirikannya program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa tersebut


mempunyai tujuan umum dan tujuan-tujuan khusus yang pastinya dapat
menjadikan masyarakat desa lebih baik dalam menyikapi masalah tentang
kesehatan yang ada di wilayah mereka.
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri
dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.
2. Tujuan khusus
a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya
untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup
mereka.
b. Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan
secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri.
c. Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang
mampu, terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa.
d. Meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa
indikator : angka kesakitan menurun, angka kematian menurun,
terutama angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran menurun,
menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita.
2.3 Nilai-nilai Filosofi Dalam Pembangunan Kesehatan

Wujud pembangunan kesehatan di Indonesia adalah SKN (Sistem


Kesehatan Nasional) yang diatur dalam Undang-undang No 23 Th 1982
tentang kesehatan. Undang-undang ini merupakan acuan dalam penyusunan
berbagai kebijaksanaan pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan
kesehatan.
Nilai-nila filosofi dalam pembangunan kesehatan :
1. Dasar pijakan
a. Kesehatan adalah hak azasi bangsa
b. Kesehatan menjadi titik sentral pembangunan kesehatan
2. Landasan Idiil: Pancasila
3. Landasan Konstitusional: UUD 1945
a. Pasal 28 A berbunyi: setiap orang berhak hidup serta berhak
mempertahankan kehidupannya.
b. Pasal 28 B ayat (2) setiap orang berhak atas kelangsungan, tumbuh
dan berkembang .
c. Pasal 28 C ayat (1) setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasar, berhak mendapatkan pendidikan dan
memperoleh manfaat dari pendidikan tersebut.
4. Prinsip Dasar Pembangunan (SKN)
Perikemanusiaan
Penyelanggaraan pembangunan didasarkan pada prinsip
kemanusiaan yang dijiwai, digerakan dan dikendalikan oleh
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pembangunan kesehatan di Indonesia dirasionalkan dalam wujud
PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).
2.4 Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat dalam Pembangunan
Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan dari pembangunan yang tidak


dapat dipisahkan dari pembangunan nasional yang diupayakan oleh
pemerintah, pembangunan kesehatan merupakan proses untuk melakukan
perubahan dalam bidang kesehatan atau dapat juga diartikan sebagai suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana
dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan menuju
modernitas dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan bangsa

Faktor Pendorong dan penghambat pembangunan kesehatan.

Disparitas Status Kesehatan

Disparitas adalah perbadaan jarak pekerjaan pabrik itu.


Menghalangi pemiliknya untuk memdapatkan hak kesehatan yang layak,
masyarakat media massa, politikus bahkan insane kesehatan masih
memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan
kuratif di rumah sakit dan puskesmas.

Beban Ganda Penyakit

Bagi masyarakat Indonesia khusus, penyakit memiliki beban ganda,


yang pertama adalah rasa sakit yang menderita dan yang kedua masalah
uang yang cukup banyak. Untuk mengatasi masalah penyakit yang
dideritanya. Hal ini memberikan dampak negative pada pasien yang
bersangkutan, karena keterbatasan dana, mereka mendapatkan pelayanan
kesehatan.

Kinerja Pelayanan yang Rendah

Kinerja kesehatan merupakan salah satu factor penting dalam upaya


peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan yang di tandai dengan masih dibawah standarnya kualitas
pelayanan sebagai rumah sakit daerah serta keterbatasan tenaga kesehatan
juga menjadi tantangan yang harus segera di atasi.

Perilaku Masyarakat yang Kurang Mendukung Hidup Bersih


Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya dengan system
yang mengatur kesehatan.
Rendahnya Kondisi Kesehatan Lingkungan

Rendahnya pembangunan ekonomi yang belum merata adalah biang


keladi pokok masalah ini. Hal tersebut menimbulkan kesenjangan social
baik papan, sandang dan pangan.

Faktor Agama dan Kepercayaan Gaib Non Religi

Agama yang hidup di tanah air memiliki nilai dan norma


pembentukan mental bangsa di bidang ritual dan seremonial serta akhlak
berupa moral serta etika dan tatakrama dalam kehidupan. Selanjutnya ada
juga ajaran agama tentang campur tangan Tuhan seketika tatkala umatnya
sudah keterlaluan dalam perilaku menyimpang dalam penjamahan alam
atau komunikasi sesama manusia. Khusus dalam hal pembangunan
kesehatan di Indonesia, banyak didapatkan data tentang pengaruh
kepercayaan yang dapat menghambat upaya pembinaan kesehatan secara
biomedis. Misalnya kepercayaan bahwa penyakit seseorang disebabkan
oleh campur tangan agen penyakit yang bersumber dari luar diri dan luar
lingkungan alam manusia. Dipercayai juga penyembuhannya, mesti dengan
membujuk atau mengusir agen atau mengobati dosa kepada supernatural
penyebab penyakit itu. Hal ini bisa mengakibatkan seseorang penderita
berkunjung ke puskesmas atau rumah sakit atau klinik (Jordaan, 1985:126).
Di samping itu banyak pula kepercayaan tentang penyakit diare balita di
berbagai wilayah di Indonesia ciri pertumbuhan seperti : mau pandai jalan
dan bicara, tumbuh gigi, dan sebagainya. Penderita tidak diobati,
dibiarkan mengalami dehidrasi lebih lama dan bisa membawa kematian
(Depkes, 1986:77).
Di beberapa tempat, anak menderita sakit kulit, korengan, dipercayai
karena banyak makan yang asam-asam sehingga jadi korengan. Dari itu
asam harus dipantangkan. Padahal vitamin C yang bersumber pada
makanan yang asam-asam penting bagi pembentukan kulit baru jika luka
atau sakit. Jika penyakit diare balita atau anak korengan itu bertambah
parah, dianggap karena kemasukan roh halus atau kesambat, maka
penyembuhannya membujuk atau mengusir roh tadi, melalui penyembuh
tradisional atau agama. Banyak juga pemuka agama yang melarang
melakukan sesuatu kegiatan pengembangan program kesehatan karena
diyakini bertentangan dengan agama seperti mengharamkan program
keluarga berencana secara total tanpa kategorisasi aspeknya, sehingga
penduduk setempat tidak berani melakukannya takut dikucilkan atau dapat
sanksi sosial dalam komunitasnya. Hal ini memperlambat pengendalian
ledakan penduduk yang juga berdampak negatif ke kesehatan (UNICEF
Indonesia, 1986:3).

Faktor Ekonomi

Sebagian besar warga masyarakat pedesaan dan pinggiran kota yang


miskin (40% penduduk Indonesia dari acuan sembilan bahan pokok/dapur),
merasa berat memikul biaya pengobatan biomedis yang diselenggarakan di
puskesmas, rumah sakit dan klinik pemerintah, terutama yang
diselenggarakan swasta. Warga masyarakat sering menghindari pengobatan
biomedis, pergi ke penyembuh medis tradisional yang biayanya sukarela
atau pengobatan sendiri (Boedhihartono, 1989:17; Soenardi, 1989:86).

Faktor Ilmu Pengetahuan

Hambatan dari segi ilmu pengetahuan, dapat bersumber dari


lembaga pengembangan ilmu pengetahuan biomedis, dari sistem medis
tradisianal serta dari warga masyarakat. Dari bagian pengembangan ilmu di
lembaga pendidikan kesehatan misalnya fakultas kedokteran, terlihat antara
lain :
Konsep baru dalam pembangunan kesehatan belum disosialissikan
secara luas sehingga kurang dipahami masyarakat;
Pengembangan fakultas dalam beberapa segi lebih mementingkan
mutu internasional daripada kebutuhan pembangunan nasional,
lokal, pulau terluar dan komunitas adat terpencil;
Orientasi fakultas masih mempertahankan zaman emas spesialis
klinik, sedikit sekali pada kesehatan prima;
Pandangan lebih dominan atas pendekatan monodisipliner daripada
inter dan multidisipliner;
Bagian kesehatan masyarakat belum mampu mengubah suasana
orientasi penyakit ke arah kesehatan secara luas (Loedin, 1982:11).

Hal ini terbawa oleh para dokter sebagai alumni yang berpraktik di
institusi-institusi kesehatan, baik di Pemerintahan maupun Swasta.

Faktor Medis Tradisional

Sistem pengetahuan dari pelayanan kesehatan secara tradisional


banyak yang bersifat lisan dan karena itu sulit dimengerti, diawasi dan
dibakukan. Peralihannya dari satu angkatan yang tua ke angkatan muda
berikutnya juga bersifat lisan dan diam-diam (esoteris). Biasanya melalui
sistem magang. Seorang yang ingin menjadi penyembuh seperti dukun,
dengan atau tanpa isyarat Ilham kesaktian, mulai dengan membantu seorang
dukun yang sudah terkenal dan seringkali sejak ia masih kecil (Suparlan,
l991:11).
Hal penting dari pemraktik medis modern dan medis tradisional,
yang jadi hambatan adalah :
Perbedaan dalam proses sosialisasi dan profesionalisasi, sehingga
persepsi terhadap sesuatu objek yang sama akan dapat berbeda;
Suasana saling mengecilkan arti upaya kesehatan antara satu dengan
lainnya;
Kurangnya ilmu pengetahuan dari masing masing sistem medis itu
yang sesuai dengan tuntutan perkembangan berbagai penyakit yang
timbul.
Faktor Masyarakat

Di Indonesia berlaku juga apa yang dikatakan J. Kosa dan L.S.


Robertson dalam artikelnya Social Aspect of Health and
Illnesstentang perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi
kepercayaan yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang
diinginkan dan kurang didasarkan pada pengetahuan ilmu-ilmu biologi,
termasuk konsep sehat dan sakit. Secara biomedis telah digariskan dalam
Sistem Kesehatan Nasional dan WHO, sehat itu adalah kondisi seseorang
yang lepas dari gangguan kimiawi, gizi, bakteri, cacat serta kelemahan fisik.
Juga memiliki ketenangan jiwa, kesenangan, kegembiraan atau kebahagiaan
dalam hidup. Sebaliknya adalah sakit. Akan tetapi warga masyarakat di desa
umumnya memahami sehat adalah seseorang yang dapat menjalankan tugas
hidup atau sosialnya. Sakit adalah orang yang tidak berdaya keluar rumah
melakukan rutinitasnya. Sementara yang disebut sembuh menurut medis
modern, jika kondisi sehat itu mencapai lepas dari gangguan kimiawi, gizi,
bakteri/infeksi dan kelemahan) diseases. Sedangkan menurut warga
masyarakat sembuh adalah tidak lagi merasakan sakit atau kelainan
perasaan dari sejumlah komponen organnya illness. Jadi berorientasi pada
gejala simptom. Berbeda dengan pendekatan biomedis yang berorientasi
pada penyebab gejala (etio-simptomatology) seperti perasaan panas dingin
kaitannya dengan typhus/bakteri salmonella, dll. (Landy 1977:170; Young.
1982:265).
Hal ini berhubungan pula dengan banyaknya perilaku warga
masyarakat yang sengaja atau tidak sengaja merugikan (di samping
menguntungkan) warga masyarakat dari segi kesehatan, seperti dilukiskan
oleh Kalangie (1982:56), sebagai alternatif perilaku kesehatan yang
diskemakan oleh Dunn.
Di Indonesia misalnya, kebiasaan (merugikan) mandi malam
sebagai sumber penyakit rheumatic; merokok (merugikan umum di
berbagai negara) potensil melahirkan penyakit paru-paru, jantung, kanker,
impotensi, gangguan kehamilan dan janin; membuang sampah di
sembarang tempat mengakibatkan saluran air rumah tangga tidak lancar
menyuburkan pembiakan nyamuk aedes penular penyakit demam berdarah
(dengue), dan seterusnya. Kebiasaan (menguntungkan) bersugi tembakau
bagi ibu-ibu pemakan sirih dapat memperkuat giginya; petani turun ke
sawah pada pagi selesai shalat subuh atau menjelang fajar menyingsing
membuat paru-paru dan pernafasannya lebih sehat.

Faktor Teknologi

Dari sistem medis modern, banyak alat diagnosa dan terapi baru
belum dimiliki oleh kebanyakan rumah sakit dan puskesmas daerah,
khususnya di tingkat Kabupaten dan Kecamatan. Adapun dari sistem medis
tradisional sering sekali menggunakan peralatan-peralatan dari benda-benda
yang kurang higienis bahkan tidak steril, sehingga terjadi dampak negatif.
Seorang paraji (dukun bayi) sering sekali memotong tali pusar bayi dengan
sembilu, pisau atau gunting yang kurang bersih. Kemudian bekas potongan
ditutup dengan abu dapur yang mungkin mengandung bakteri. Hal
demikian, dapat menimbulkan kejang-kejang bagi bayi, menderita tetanus
dan akhirnya meninggal.
Faktor Organisasi Sosial

Pranata sosial di Desa, ujung tombak pembangunan kesehatan


nasional belum manggembirakan. Misalnya posyandu sebagai inti kekuatan
pranata kesehatan di pedalaman, banyak yang tersendat bahkan mati.
Terkadang disebabkan warga masyarakat yang suami-istri sama-sama
bekerja. Atau anak mereka banyak kecil- kecil sementara saat posyandu
buka, tidak ada yang jaga sebagian anaknya. Kalau dibawa semua anak
biaya jajan anak lebih membengkak. Saat lain, disebabkan petugas teknis
medis puskesmas (dokter atau para medis) yang membinanya sering datang
terlambat atau tidak datang. Di sudut lain warga masyarakat kurang mau ke
posyandu karena kalau ada anak sakit, posyandu tidak mengobatinya
kecuali sekedar menganjurkan ke puskesmas atau ke rumah sakit, sehingga
warga masyarakat lebih cenderung langsung saja ke puskesmas daripada ke
posyandu (Riskesdas, 2008: 223227).

Faktor Pranata Hukum Legalitas Kesehatan

Sejumlah praktik medis tradisional telah dilegalisasi oleh


Kementerian Kesehatan seperti: akupunktur, tetapi pemraktik lainnya
seperti magik-religious, herbalis, dukun patah tulang, dan paraji, belum
secara resmi mendapat izin praktik. Masalahnya selain cara bekerjanya yang
belum dapat diketahui secara tepat, juga masih memerlukan diskusi para
ilmuan seperti yang dikemukakan oleh Boedhihartono (1989:24) tentang
apakah mereka berhak mengeluarkan surat sakit seorang pasien, surat
keterangan meninggal, sebagai saksi di pengadilan tentang visum sebab-
sebab meninggalnya seseorang karena black magicatau biasa, atau
berlaku tidaknya surat keterangan penyembuhan tradisional untuk
mendapatkan asuransi kesehatan maupun asuransi kecelakaan yang
berhubungan dengan jiwa atau harta benda, dan sebagainya. Tentu perlu
melibatkan Kementerian Kehakiman, Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Pendidikan Nasional, bahkan Kementerian Agama. Apakah
semua pengobatan atau penyembuhan medis tradisional akan diperlakukan
sama atau ada kekecualian, masih belum tuntas hingga sekarang walaupun
landasan hukumnya sudah ada, yaitu pada UU No. 36 Tahun 2009.
Di Indonesia banyak terdapat masyarakat tradisional dan bahkan
komunitas terpencil. Sifat anggota masyarakat seperti ini masih penganut
sistem kepercayaan yang sukar membedakan tindakan rasional dengan
irrasional. Jadi sistem pengobatan tradisional masih perlu dipetarangkum
dan didokumentasikan secara menyeluruh. Hingga sekarang belum terdata
secara rinci. Kekayaan data pengobatan alternatif sungguh penting sebagai
dasar menentukan kategorisasi, acuan, prosedur atau proses yang serasi.
Tidak tumpang tindih dengan biomedis dalam bentuk inkorporasi, integrasi,
adopsi atau legalisasi atau apapun strategi yang disepakati (Boedhihartono,
1989:21).

Faktor Bahasa

Acapkali istilah atau penjelasan dalam dunia kedokteran tidak


dipahami warga masyarakat sewaktu dikomunikasikan oleh petugas
kesehatan. Sehingga warga yang awam cenderung salah menginterpretasi
(mis-komunikasi). Begitu juga tentang pemraktik medis tradisional
cenderung menjelaskan kepada warga masyarakat istilah kedokteran
modern (untuk jastifikasi) dengan mengkomunikasikannya dengan istilah-
istilah medis tradisional yang sebenarnya tidak sama. Di satu segi warga
masyarakat merasa dapat dukungan spiritual yaitu mendapatkan pengobatan
sebenarnya dari pengobat tradisional seperti dukun sebagai pengganti
dokter biomedis. Akan tetapi sesungguhnya penyakit menuntut
penyembuhan ke tingkat medis modern (biomedis), seperti penyakit infeksi,
tetanus dan tumor yang dipandang karena kesambat atau terkena black
magic.
Pembangunan kesehatan di Indonesia pada dekade terakhir cukup
pesat. Pembangunan kesehatan meliputi biomedis, tradisional, keluarga atau
sendiri. Disangga sejumlah faktor pendukung (stimulant) dan faktor
kendala (barrier). Ada yang datang dari penyelenggara biomedis, pemraktik
tradisional dan juga dari pemraktik keluarga atau sendiri. Baik dari
pemerintah, swasta dan warga masyarakat. Dari pemraktik disiplin
kedokteran dan ilmu-ilmu sosial. Proposisi hipotesis sebagai kecambah
teori besar (grand theory) yang dapat penulis bangun dari uraian terdahulu
adalah semakin intensif studi faktor pendukung dan penghambat dari segi
ekologi, biologi, psikologi, social, budaya, dan religi dibarengi uji coba
inovasi medis ansih dalam biomedis serta psikotherapi sebagai acuan
mendasari pengambilan kebijakan dan implementasinya dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia, akan mewujudkan idea utopis tentang
kesehatan menyeluruh.
Selama 40 tahun lalu program kesehatan yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan RI terlalu berorientasi pada teknis biomedis dan
kurang memperhatikan faktor sosial budaya dan perilaku bahkan sampai
sekarang (tahun 2010) masih minim. Hasil-hasil penelitian yang diperoleh
Litbangkes Depkes lebih mengarah pada kepentingan pengembangan ilmu
dan penerapan biomedis ansich yang jauh hubungan dengan faktor sosial
budaya. Banyak masalah kesehatan tidak dapat dipecahkan oleh ilmu
kedokteran melalui pendekatan teknis biomedis semata. Akan tetapi
memerlukan sinergi dan kolaborasi dengan berbagai disiplin sosial budaya.
Untuk itu harus diperhitungkan arah perubahan sosial, keadaan sosial
budaya dari penerima (recipient), kehendak dan aspirasi mereka terhadap
perubahan serta hubungan sosial yang telah tertanam nilai dan normanya
dalam masyarakat.
Ilmu-ilmu sosial budaya membantu merumuskan tipe perubahan
masyarakat dalam berbagai keadaan. Berguna dalam penentuan
kebijaksanaan, strategi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi upaya
kesehatan fisik, psikis, sosial, emosional, dan spiritual. Memberi masukan
kepada sistem monitoring pelaksanaan program-program kesehatan.
Perlu identifikasi hambatan antara ilmu/ilmuwan sosial dengan
ilmu/ilmuwan dan pemberi jasa kesehatan. Hambatan dari usia ilmu- ilmu
sosial, birokrasi, serta kemungkinan lain. Digali lewat penelitian
pendekatan ethic-emicyaitu data dari keprofesionalan ilmu kedokteran
dan ilmu-ilmu sosial (akademis), maupun dari fenomena sosial budaya yang
hidup sebagai kebiasaan yang menjadi adat istiadat masyarakat (social
customs). Kemudian dicari solusi lewat workshopintersubjektivitas. Dengan
demikian diharapkan pembangunan kesehatan di Indonesia, berhasil
mencapai tujuan dan sasarannya yaitu manusia Indonesia sehat
seutuhnya.

2.5 Hubungan Manusia, Sains, Teknologi, dan Seni

2.5.1 Manusia

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang


paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang lain.
Dikatakan paling sempurna karena manusia dibekali akal sekaligus
nafsu. Meskipun manusia mempunyai nafsu tetapi yang paling
berperan adalah akal. Akal ini bertujuan untuk membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk, akal juga sebagai alat untuk
berfikir, berhitung, dan berkreasi sehingga kerja sama antara
keduanya sangat diperlukan dalam kehidupan manusia.
2.5.2 Sains

Sains merupakan bagian dari himpunan informasi yang


termasuk dalam pengetahuan alamiah dan berisikan informasi yang
memberikan gambaran tentang struktur dari suatu sistem serta
penjelasan tentang pola laku sistem tersebut.Sistem yang dimaksud
dapat berupa sistem alami maupun sistem yang merupakan rekaan
pemikiran manusia mengenai pola laku hubungan dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat.Kita dapat mempelajari sains dari alam
semesta yang dimulai dengan bertanya kepada alam atau
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang alam. Dari pertanyaan
itulah kemudian muncul sebuah hipotesis yang akan diajukan secara
empiris sehingga dari pengujian empiris tersebut diperoleh
informasi yang valid dan dapat dipercaya. Sains dan hasilnya dapat
dirasakan dalam semua aspek kehidupan manusia. Untuk itu sains
harus menjadi bagian internal dari sistem pendidikan nasional
supaya para siswa menjadi warga negara dan masyarakat yang sadar
akan pentingnya sains di era masa kini. Namun pada kenyataanya
sains tidak selamanya berjalan dengan baik dalam memberikan
manfaat kepada umat manusia, karena sains dapat berakibat buruk
jika dipersalahgunakan.
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
semesta secara sistematis dan bukan hanya kumpulan berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Menurut Medawar (1984) Sains (dari istilah
Inggris Science) berasal dari kata: sienz, cience, syence, scyence,
scyense, scyens, scienc, sciens, scians. Kata dasar yang diambil dari
kata scientia yang berarti knowledge (ilmu).Tetapi, tidak semua
ilmu itu boleh dianggap sains. Yang dimaksud ilmu sains adalah:
ilmu yang dapat diuji (hasil dari pengamatan yang sesungguhnya)
kebenarannya yang dikembangkan secara bersistem dengan kaidah-
kaidah tertentu berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata
sehingga pengetahuan yang dipedomani tersebut boleh dipercayai,
melalui eksperimen secara teori.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, sains adalah:


Ilmu yang teratur (sistematik) yang dapat diuji atau dibuktikan
kebenarannya, berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata
(missal:fisika, kimia, biologi). Pendidikan sains menekankan pada
pengalaman secara langsung. Sains yang diartikan sebagai salah satu
cabang ilmu yang mengkaji tentang sekumpulan pernyataan atau
fakta-fakta dengan cara yang sistematik dan serasi dengan hukum-
hukum umum yang melandasi peradaban dunia modern. Sains
merupakan satu proses untuk mencari dan menemui sesuatu
kebenaran melalui pengetahuan (ilmu) dengan memahami hakikat
makhluk, untuk menerangkan hukum-hukum alam.
2.5.3 Teknologi

Teknologi merupakan bagian dari himpunan informasi yang


termasuk dalam pengetahuan ilmiah yang berisikan informasi
preskriptif mengenai penciptaan sistem-sistem ciptaan tersebut.
Penggunaan teknologi bertujuan untuk memudahkan segala aktifitas
yang berkaitan dengan efisien waktu dan tenaga. Penciptaan
teknologi ini didorong oleh ciri otomatisme dari fenomena teknik
kehidupan masa kini yang menginginkan segala sesuatu menjadi
lebih cepat dan mudah, sama dengan sains, penggunaan teknologi
dan hasilnya juga memberikan kontribusi yang besar dari
kesejahteraan hidup manusia disegala aspek kehidupan.

Namun sayangnya sekarang ini tidak semua teknologi dapat


membantu pekerjaan manusia, justru adapula teknologi yang malah
membantu menjadi bumerang akibat salah dalam
memanfaatkannya.Oleh karena itu dalam memanfaatkan teknologi
haruslah didasari dengan moral dan etika yang baik serta
tanggungjawab sosial yang beradab.
Contoh-contoh teknologi:
1) Teknologi komunikasi
Suatu system yang memungkinkan kita dapat berkomunikasi
dengan siapapun, kapanpun dan dimanapun tidak terbatas
pada tempat, jarak dan waktu. Misal: internet, handphone,
bairless, dll.
2) Teknologi informasi
Suatu sistem yang memudahkan kita untuk memperoleh
berbagai macam info yang dibutuhkan secara praktis dan
dalam waktu yang relative singkat. Misal: internet, tv.
3) Bioteknologi
Suatu teknologi yang mampu memanipulasi proses alami
secara dramatis. Misal: cloning pada hewan dan tumbuhan.
2.5.4 Seni

Menurut Janet Woll seni adalah produk sosial. Sedangkan


menurut Kamus Bahasa Indonesia, seni adalah keahlian yang
membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya,
keindahannya, dll), seni dapat berupa seni rupa, seni musik
dll. Menurut bahasa seni berarti indah, tetapi menurut istilah
seni merupakan suatu manisfestasi dan pancaran rasa keindahan,
pemikiran, kesenangan yang lahir dari dalam diri seseorang untuk
menghasilkan suatu aktiviti.

Wujud dari lahirnya suatu karya seni adalah hasil dari ide-
ide para seniman yang berlandaskan daya imajinasi, pengetahuan,
pendidikan dan inspirasi serta tenaga seniman itu sendiri. Karya seni
dapat dituangkan dalam bentuk garis, warna, gerak, bunyi, kata-kata,
bahasa dan rupa bentuk yang bersifat kreatif dan imajinatif dari
suatu kemahiran.

Seni juga merupakan segi batin masyarakat yang juga


berfungsi sebagai jembatan penghubung antar kebudayaan yang
beraneka ragam. Karya seni selalu bersifat sosial karena
kehadirannya menggambarkan masyarakat yang berjiwa kreatif,
dinamis dan agung. Memahami seni suatu masyarakat berarti
memahami aktivitas penting masyarakat yang bersangkutan dalam
momen yang paling dalam dan kreatif.
Bab III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh


Bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan
yang maksimal. Untuk keberhasilan PKMD di suatu daerah harus
melakukan suatu pendekatan, yaitu :

Pendekatan operasional terpadu (comprehensive operational


approach)

Pendekatan Secara Sistem (system approach)

Pendekatan Lintas Sektoral dan Antarprogram (interprogram


dan intersectoral approach)

Pendekatan Multidisipliner (multidisiplionnary approach)

Pendekatan Edukatif (educational approach)

Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya tujuan utama


sebagai berikut :

Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya


sendiri dalam bidang kesehatan.

Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan

Peningkatan status gizi masyarakat.

Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).

Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin


diterimanyanorma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Wujud pembangunan kesehatan di Indonesia adalah SKN (Sistem


Kesehatan Nasional) yang diatur dalam Undang-undang No 23 Th 1982
tentang kesehatan. Undang-undang ini merupakan acuan dalam penyusunan
berbagai kebijaksanaan pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan
kesehatan.
Faktor Pendorong dan penghambat pembangunan kesehatan.

Disparitas Status Kesehatan

Beban Ganda Penyakit

Kinerja Pelayanan yang Rendah

Rendahnya Kondisi Kesehatan Lingkungan

Faktor Agama dan Kepercayaan Gaib Non Religi

Faktor Ekonomi

Faktor Ilmu Pengetahuan

Faktor Medis Tradisional

Faktor Masyarakat

Faktor Teknologi

Faktor Organisasi Sosial

Faktor Pranata Hukum Legalitas Kesehatan

Faktor Bahasa
Hubungan Manusia, Sains, Teknologi, dan Seni

Manusia memiliki akal yang dapat membedakan suatu hal yang


benar dan salah. Karena itu manusia dapat mengeluarkan
ide/gagasan mengenai hal apa saja yang perlu dibangun dalam suatu
sistem kesehatan dalam suatu masyarakat tertentu.

Sains, merupakan suatu ilmu yang harus diuji serta dapat


dipertanggung jawabkan kebenarannya dan bersifat dinamis, dalam
hal ini sains sangat berperan dalam pembangunan kesehatan, baik
itu dalam hal pengobatan, perawatan, serta penganan dalam bidang
kesehatan.

Teknologi, merupakan suatu alat hasil karya manusia yang bertujuan


untuk mencapai efektifitas dalam melakukan pelayanan.

Karya seni selalu bersifat sosial karena kehadirannya


menggambarkan masyarakat yang berjiwa kreatif, dinamis dan
agung. Memahami seni suatu masyarakat berarti memahami
aktivitas penting masyarakat yang bersangkutan dalam momen yang
paling dalam dan kreatif.
Daftar Pustaka
https://www.bastamanography.id/faktor-faktor-penghambat-pembangunan-dan-
pengembangan-kesehatan-indonesia/

https://www.google.co.id/amp/s/veterinergustiar.wordpess.com/2011/05/25/pelay
anan-puskesmas-dalam-mendukung-tujuan-pembangunan-kesehatan-
masyarakat/amp/

https://www.google.co.id/amp/s/forbetterhealth.wordpess.com/2008/12/22/pemba
ngunan-kesehatan-masyarakat-desa /amp/

https://azidahida.wordpress.com/2013/06/06/manusia-sains-teknologi-dan-seni/

Anda mungkin juga menyukai