Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI
LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL

Dususn oleh:

H. SUKARDI

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


Jl. Syekh Nawawi Al-Bantani No. 12, Banjar Agung Cipojok Jaya, Serang 75455

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin,
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat Di Lingkungan Tempat Tinggal” ini disusun
dengan tujuan untuk melengkapi tugas pertama semester pertama untuk mata kuliah
Kesehatan Masyarakat. Melalui makalah ini, saya berharap agar saya dan pembaca
mampu mengenal lebih jauh mengenai pemberdayaan masyarakat dan keluarga.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam proses penyusunan makalah ini khususnya kepada semua pihak yang telah
membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan makalah ini.

Saya berharap agar makalah yang telah saya susun ini dapat memberikan inspirasi
bagi pembaca dan penulis yang lain. Saya juga berharap agar makalah ini menjadi acuan
yang baik dan berkualitas.

Lebakgedong, Juli 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

I.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

I.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

I.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORITIS .................................................................................... 3

II.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat .................................................. 3

II.2 Pengertian Keluarga .............................................................................. 4

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................ 7

III.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat ....................................................... 8

III.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ........................................................ 8

III.3 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ........................................................ 10

III.4 Peran Petugas Kesehatan ....................................................................... 11

III.5 Ciri Pemberdayaan Masyarakat ............................................................. 12

III.6 Pemberdayaan Keluarga di Bidang Gizi dan Kesehatan ....................... 12

BAB IVSTUDI KASUS PEMBERDAYAAN KESEHATAN KELUARGA ......... 16

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 29

V.1. Kesimpulan ............................................................................................ 29

V.2. Saran ...................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Perhatian terhadap permaslah kesehatan terus dilakukan terutama dalam


perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke paradigma sehat.
Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang sakit menjadi sehat,
menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkan paradigma sehat merupakan upaya
membuat orang sehat tetap sehat, menekan pada pelayanan promotif dan preventif.
Berubahnya paradigma masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah pemeran dalam
pencapaian kesehatan masyarakat, dengan tidak mengesampingkan peran pemerintah
dan petugas kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan masyarakat sebagai
pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan peruahan paradigma sakit
menjadi paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat menjadi mandiri dalam
mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini sesuai dengan visi
Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”.

Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menadi sehat sudah


sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa
pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya.
Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.

Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat


merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang
kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan
salah satu dari strategi global promosi kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga
pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai
primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan.

1
Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali,
mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan untuk” masyarakat
itu sendiri.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat dan keluarga?
2. Bagaimana memberadayakan masyarakat menuju keluarga sehat yang berkualitas?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum

Makalah ini dibuat sebagai pedoman atau acuan dalam membandingkan antara
teori dan praktek konsep pemberdayaan masyarakat, serta untuk mengetahui informasi-
informasi mengenai konsep pemberdayaan masyarakat.

2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian konsep pemberdayaan masyarakat
b. Mengetahui ciri-ciri pemberdayaan masyarakat
c. Mengetahui jenis-jenis pemberdayaan masyarakat

2
BAB II

KAJIAN TEORITIS

II.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk


menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali,
mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan untuk” masyarakat
itu sendiri.

Pemberdayaan diartikan memberikan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan


keterampilan (distribution of resources) kepada warga untuk meningkatkan kemampuan
mereka dalam menentukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi dalam memenuhi
kehidupan komunitasnya (Jim Ife, 1995). Sedangkan Deepa Narayan (2002) mengartikan
pemberdayaan sebagai perluasan aset-aset dan kemampuan masyarakat yang tak berdaya
(miskin) dalam menegosiasikan, mempengaruhi, mengontrol serta mengendalikan
tanggungjawab lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.

Berdasarkan penelitian kepustakaan, proses pemberdayaan mengandung dua


kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan kepada proses yang
memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan
upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka
melalui organisasi (Oakley & Marsden, 1984). Kecenderungan tersebut dapat disebut
kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau
kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan
apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat


berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi

3
diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut
berpartisipasi.

Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat" apabila


kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal
juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima
manfaat atau obyek saja.

Secara lugas dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau
masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku
masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat sangat penting dan merupakan hal yang wajib untuk
dilakukan mengingat pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang demikian pesatnya
belakang ini akan sangat mempengaruhi kemampuan tiap indiviud dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Untuk itu masyarakat luas diharapkan mampu mengikuti
perkembangan zaman dengan adanya pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk:

1. Melahirkan individu-individu yang mandiri dalam masyarakat


2. Menciptakan lingkungan yang memiliki etos kerja yang baik sehingga mampu
menciptakan kondisi kerja yang sehat dan saling menguntungkan.
3. Menciptakan masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi akan potensi diri dan
lingkungan di sekitarnya dengan baik.
4. Melatih dan memampukan masyarakat untuk melakukan perencanaan dan
pertanggung jawaban atas tindakan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
5. Menambah kemampuan berpikir dan bernegoisasi atau mencari solusi terhadap
permasalahan-permasalah yang mungkin ditemu dalam lingkungannya.
6. Memperkecil angka kemsikinan dengan cara meningkatkan potensi dan kemampuan
dasar yang dimiliki masyarakat.

II.2 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.[1]

4
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih
dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di
dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan.[2]

Berdasar Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan


dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau
suami, istri dan anaknya; atau ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda).

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,


kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat.[5]

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.[5]
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.[5]
3. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.[5]

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:[butuh
rujukan]

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.


2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing.

5
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

6
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk menumbuhkan


dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta
secara aktif.

Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu ekonomi,


sosial (termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya), dan
bidang lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu
masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama.
Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah pertokoan atau sebuah
kampung di wilayah pedesaan.

Harry Hikmat (2001) menyebutkan pemberdayaan dalam wacana pembangunan


selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringankerja, dan keadilan. Pada
dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Isbandi
Rukminto Adi (2008) menyatakan pembangunan masyarakat digunakan untuk
menggambarkan pembangunan bangsa secara keseluruhan.

Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering


dipadankan dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan
kelurahan berada pada tingkatan yang setara sehingga pengembangan masyarakat (desa)
kemudian menjadi dengan konsep pengembangan masyarakat lokal (locality
development).

UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu wujud nyata
peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu
memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes, POD (pos obat
desa), pos UKK (pos upaya kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat
dan lain-lain.

7
III.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk


menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk:

1. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu,


kelompok, dan masyarakat.
2. Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu
tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.
3. Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan atau
perilaku sehat.

Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila:

1. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang


mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka
sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan
makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang
menimbulkan gangguan kesehatan.
2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali
potensi-potensi masyarakat setempat.
3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan
dengan melakukan tindakan pencegahan.
4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui
berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan
sebagainya.

III.3 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan


masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu
yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memanpukan
masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri.
Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan :

8
1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.

Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung


keberhasilan program – program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia dan potensi dalam bentuk sumber
daya alam / kondisi geografis.

Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih


ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi
sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun
melimpahnya potensi sumber daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi sumber
daya manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan tertinggal, karena tidak
mampu mengelola sumber alam yang melimpah tersebut.

2. Mengembangkan gotong royong masyarakat.

Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik
tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau
provider dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya,
melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan dalam
masyarakatnya.

3. Menggali kontribusi masyarakat.

Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing anggota masyarakat


agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan yang
direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat
dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan fasilitas – fasilitas
lain untuk menunjang usaha kesehatan.

4. Menjalin kemitraan

Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan
lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan
bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat,
kemitraan adalah sangat penting peranannya.

9
5. Desentralisasi

Upaya dalam pemberdayaan masyarakatpada hakikatnya memberikan


kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau
wilayahnya. Oleh sebab itu, segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan
ketingkat operasional yakni masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-masing
komunitas dalam pemberdayaan masyarakat, peran sistem yang ada diatasnya adalah :

a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program


pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih,
maka peran petugas adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota
masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan
pemerintah daerah setempat, dan pihak lain yang dapat membantu dalam
mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong-royong dalam
melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam
masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan
kesehatan diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk
kemandirian masyarakat, maka petugas provider kesehatan berkewajiban untuk
memotivasi seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan agar berpartisipasi dan
berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.

III.4 Peran Petugas Kesehatan

Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :

1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program


pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian
masyarakat.
2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi
terhadap program tersebut.
3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat
dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.

10
III.5 Ciri Pemberdayaan Masyarakat
1. Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh
masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat,
ustad, dan sebagainya.
2. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majelis taklim, dan
lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.
3. Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip
pemberdayaan masyarakat.
4. Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat
digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali
penghasil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk
memudahkan akses ke puskesmas.
5. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan
masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan
community based health education.
6. Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untuk
pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasir atau arang.
7. Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat
8. Input, meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
9. Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang
dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dan pertemuan-pertemuan
yang dilaksanakan.
10. Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat,
jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang
kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan
keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di masyarakat.
11. Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan
angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status gizi
masyarakat.

11
III.6 Pemberdayaan Keluarga di Bidang Gizi dan Kesehatan

Secara ekonomis, membiarkan anggota keluarga atau masyarakat mempunyai


masalah gizi berarti membiarkan potensi keluarga atau masyarakat bahkan bangsa itu
‘hilang’ begitu saja. Potensi itu dapat berupa pendapatan keluarga yang tidak dapat
diwujudkan karena anggota keluarga yang produktivitasnya rendah akibat kurang gizi
waktu umur balita. Oleh karena itu penting untuk pemberdayaan keluarga di bidang gizi
dan kesehatan. Pemberdayaan tersebut bertujuan untuk memperoleh kelayakan minimal
standar hidup, kemampuan bersaing sehingga produktifitas dan efisiensi meningkat, dan
akhirnya mutu hidup suatu keluarga atau masyarakat dapat tercapai.

1. Standar Hidup

Tingkatan kesejahteraan/ kesehatan (dari suatu individu, kelompok atau populasi


suatu negeri) ketika diukur dengan tingkatan pendapatan (sebagai contoh, GNP per
kapita) atau oleh kwantitas berbagai jasa dan barang-barang yang dikonsumsi ( sebagai
contoh, banyaknya kereta; mobil tiap 1,000 orang atau banyaknya pesawat televisi per
kapita.

2. Produktivitas

Produktivitas ekonomi, efisiensi dari keluaran jasa dan barang-barang /unit


masukan- sebagai contoh, tiap unit tenaga kerja (produktivitas pekerja keras), tiap satuan
tenaga ( seperti GNP / satuan tenaga penggunaan), atau tiap unit dari semua sumber daya
produksi yang dikombinasikan.

Produktivitas suatu negara dengan potensi yang hilang itu dapat berupa
pendapatan nasional atau Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Menurut ADB Nutrition
and Developmen (2001) PDB yang hilang akibat kurang energi protein (KEP), anemia
gizi besi (AGB) dan gangguan akibat kurang Iodium (GAKI) pada anak dan orang
dewasa di Banglades berkisar antara 2 % - 5 % dari PDB.

III.7 Komitmen Keluarga Terhadap Kualitas Kesehatan

Memiliki keluarga yang sehat dan ceria adalah dambaan setiap orang. Keluarga
yang sehat mencerminkan tingginya kualitas kesehatan keluarga tersebut. Dengan
memiliki keluarga yang sehat, ada banyak hal yang bisa dilakukan bersama. Hal ini tentu

12
dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan tersendiri. Namun sayangnya, untuk
memiliki keluarga yang sehat tidaklah mudah, mengingat banyaknya faktor yang dapat
memengaruhi tingkat kualitas kesehatan keluarga. Lantas, apa sajakah faktor-faktor
tersebut? Berikut adalah 7 di antaranya.

1. Kebersihan

Kebersihan sangat erat kaitannya dengan kesehatan. Sehingga, diperlukan


komitmen dari masing-masing anggota keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri,
rumah dan lingkungan tempat tinggal. Menjaga kebersihan diri dapat dimulai dengan
mandi teratur 2 kali sehari dan rajin cuci tangan pakai sabun sebelum makan, usai
menggunakan toilet, saat mandi, dan setelah beraktivitas. Sementara itu, guna menjaga
kebersihan rumah, Anda bisa mengajak anggota keluarga untuk bergantian
membersihkan perabotan dan ruangan. Lakukan hal yang sama untuk menjaga
kebersihan lingkungan di sekitar rumah Anda dengan menyediakan tempat sampah di
sekitar halaman rumah, membersihkan selokan, dan mengubur sampah yang dapat
menampung air agar tidak menjadi sarang nyamuk saat musim hujan tiba.

2. Penggunaan Obat

Kualitas kesehatan keluarga juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat.


Umumnya, orang cenderung membeli obat secara bebas di apotek tanpa menggunakan
resep dokter untuk kasus penyakit ringan, seperti flu, sakit kepala, dan batuk. Hal ini
memang dianggap wajar. Namun, dampak efek sampingnya bisa sangat fatal jika
dilakukan dalam jangka waktu panjang, mengingat obat yang digunakan belum tentu
aman bagi setiap individu dengan kondisi tubuh yang berbeda-beda. Untuk itu, usahakan
untuk membatasi seminim mungkin penggunaan obat oral di luar resep dokter.

3. Akses Fasilitas Kesehatan

Apakah tempat tinggal Anda dekat dengan fasilitas kesehatan? Fasilitas


pelayanan kesehatan adalah faktor berikutnya yang memengaruhi kualitas kesehatan
Anda dan keluarga. Fasilitas kesehatan yang dekat tempat tinggal tentu akan
memudahkan Anda dan keluarga untuk segera berobat mana kala salah satu anggota
keluarga Anda jatuh sakit. Lain halnya jika fasilitas kesehatan jauh dan sulit dijangkau.
Hal ini biasanya dialami oleh orang-orang yang tinggal di daerah pedalaman. Akibat
sulitnya akses menuju fasilitas kesehatan, mereka terpaksa memanfaatkan obat-obat

13
tradisional saat kualitas kesehatan menurun. Obat tradisional memang aman, namun
mengunjungi fasilitas kesehatan tetap perlu dilakukan guna mengetahui diagnosis
penyakit secara jelas agar penanganan yang tepat dapat segera dilakukan.

4. Nutrisi

Pemenuhan kebutuhan nutrisi keluarga adalah hal yang penting selanjutnya.


Asupan nutrisi yang cukup dan seimbang berhubungan langsung dengan taraf kesehatan
keluarga Anda. Guna memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga Anda, pastikan untuk selalu
menghidangkan variasi menu yang lengkap setiap harinya. Menu yang dimaksud
disarankan terdiri dari sumber karbohidrat, protein, lemak tak jenuh, vitamin, serat, dan
mineral yang berasal dari nasi, daging tanpa lemak, sayuran, buah-buahan, dan biji-
bijian. Nah, agar nutrisi bisa diterima dengan baik oleh tubuh, pastikan tidak ada
intervensi kuman dengan selalu mencuci bahan makanan sampai bersih dengan air
mengalir dan cuci tangan pakai sabun setiap sebelum memasak.

5. Imunisasi / Vaksinasi

Imunisasi atau vaksinasi juga sangat penting untuk diupayakan guna


meningkatkan taraf kesehatan keluarga. Tujuannya adalah untuk mencegah beragam
penyakit. Imunisasi biasanya diberikan pada bayi dan balita guna mencegah mereka
terserang penyakit tertentu seperti polio, difteri, pneumonia, meningitis dan penyakit
serupa lainnya. Namun pada beberapa kasus, imunisasi juga dapat diberikan pada orang
dewasa. Contohnya, ketika terjadi wabah flu burung, orang dewasa juga perlu
mendapatkan vaksinasi agar tidak terinfeksi. Selain diberikan melalui suntikan, imunisasi
juga dapat diperoleh seseorang setelah menderita penyakit tertentu. Misalnya, seseorang
yang sudah pernah terkena cacar air akan dengan sendirinya kebal terhadap virus cacar
air tersebut. Nah, jika tidak ingin sakit terlebih dulu agar tubuh kebal terhadap penyakit,
Anda bisa menggunakan vaksin.

6. Berat Badan

Anda mungkin sudah tahu bahwa berat badan yang berlebih dapat memicu
berbagai penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi. Namun, sama halnya
dengan berat badan yang berlebih, berat badan yang kurang juga dapat mengurangi daya
tahan tubuh sehingga Anda mudah sakit. Maka dari itu, pastikan setiap anggota keluarga
memiliki berat badan yang ideal agar kualitas kesehatan keluarga Anda terjaga. Untuk

14
menentukan berat badan ideal seseorang, Anda dapat menggunakan rumus BMI (Body
Mass Index). Caranya, bagi berat badan Anda (dalam kilogram) dengan tinggi badan
Anda (dalam meter), kemudian bagi kembali dengan tinggi badan Anda (dalam meter).
Jika hasilnya kurang dari 18.5 atau lebih dari 25, maka Anda perlu melakukan
manajemen berat badan. Hasil di bawah 18.5 menunjukkan bahwa Anda memiliki berat
badan yang kurang. Sebaliknya, hasil yang melebihi angka 25 menunjukkan bahwa Anda
memiliki berat badan berlebih.

7. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik atau olahraga juga berpengaruh terhadap taraf kesehatan


seseorang. Hal ini dikarenakan aktivitas fisik dapat membantu menjaga berat badan ideal,
mengurangi berbagai risiko penyakit kardiovaskular, meningkatkan kualitas tidur,
menjaga tubuh tetap bugar, dan melatih kekuatan otot. Untuk itu, pastikan Anda dan
keluarga melakukan aktivitas fisik secara rutin selama 30 menit setiap hari atau
setidaknya 3 kali dalam seminggu.

Taraf kesehatan keluarga yang lebih baik memang sudah sewajarnya untuk
diupayakan. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkannya, salah satunya
dengan memastikan Anda memberikan perhatian lebih terhadap ketujuh hal di atas. Ajak
semua anggota keluarga Anda untuk ikut mengupayakannya agar tujuan kualitas
kesehatan yang lebih baik dapat tercapai dengan lebih mudah.

15
BAB IV

STUDI KASUS PEMBERDAYAAN KESEHATAN KELUARGA

BERKAS PASIEN TB.


A. Identitas Pasien
Nama : Tn. Masrawi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SD
Alamat : Kp. Buluheun Desa Banjaririgas Kec. Lebakgedong
No. CM : -- -- --
Tanggal Berobat : 7 Juli 2018

B. Anamnesa
Dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 7 Juli 2018 pukul 9.30 WIB
1. Keluhan Utama : Kontrol TB Paru
2. Keluhan Tambahan : Pasien merasa lemas
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke Puskesmas Kecamatan
Lebakgedong untuk kontrol TB Paru yang sudah diderita kira-kira empat bulan yang
lalu. Saat ini pasien mengeluh terasa lemas. Pasien mengatakan, awalnya berobat ke
Puskesmas dikarenakan batuk berdahak selama satu bulan. Dahak berwarna kuning
dan kental tanpa disertai darah. Bersamaan dengan batuk, pasien sering merasakan
badannya panas selama tujuh hari dan selalu keringat dingin pada malam hari. Hal
ini menyebakan pasien sulit untuk tidur. Sejak pasien mengalami keluhan tersebut,
nafsu makan pasienpun berkurang sehingga pasien mengalami penurunan berat
badan yaitu dari 65 kg menjadi 61 kg selama satu bulan. Pasien sering merasa
dadanya sakit apabila pasien sedang batuk. Di keluarga tidak ada yang memili sakit
yang sama dengan pasien.

16
Sebelum berobat ke Puskesmas, pasien sebelumnya sudah berobat ke bidan
dan setelah meminum obat yang diberikan oleh bidan pasien merasa tidak ada
perbaikan. Karena pasien merasa tidak ada perbaikan, oleh karena itu pasien berobat
ke Puskesmas Lebakgedong. Setelah dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik, dokter menganjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan dahak untuk
mendapatkan diagnosis pasti. Pasien disarankan untuk datang ke laboratorium
Puskesmas dalam waktu 2 hari untuk melihat hasil pemeriksaan dahak tersebut.
Setelah pemeriksaan dahak pagi dan sewaktu, reaksi dari pemeriksaan dahak
tersebut hasilnya (+2, +2), sehingga dokter mendiagnosa pasien menderita TB Paru.
Dokter menjelaskan dan menganjurkan pasien untuk mendapat pengobatan selama 6
bulan dan harus kontrol setiap bulan untuk melihat perkembangan
pengobatannya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien mengaku belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya
- Riwayat asma disangkal
- Riwayat DM dan Hipertensi disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit TB
- Tidak ada kelurga yang mempunyai asma
6. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien berada di tingkatan sosial ekonomi bawah. Pasien memilik warung
didepan rumahnya dengan penghasilan yang tidak pernah pasti setiap harinya.
Sehingga pasien merasa biaya hidup yang didapatkan kurang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Pasien tinggal bersama istri dan seorang anak
perempuannya.
7. Riwayat Kebiasaan :
Suami pasien memiliki kebiasaan buruk yaitu merokok di dalam rumah.
Pasien mengaku merokok satu bungkus untuk satu sampai dua hari. Berat badan
pasien saat ini 61 kg dengan berat badan sebelumnya 65 kg.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Vital sign
Kesadaran : Compos Mentis
17
GCS : 15
Tek. Darah : 110/70 mmHg
Frek. Nadi : 80 x/menit
Frek Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,8  C
BB : 61 kg
Tinggi Badan : 172 cm

3. Status Generalis :
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-),
pupil bulat, isokor
- THT : Dalam Batas Normal
- Leher : Pembesaran KGB dan tiroid (-), trakea berada di
tengah
- Paru-paru Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru, peranjakan paru-hati (+)
Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, rhonki halus (+/-),wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula
sinistra
Perkusi : batas jantung kanan ICS IV linea sternalis dextra
batas jantung kiri ICS V linea midklavikula sinistra
batas pinggang jantung ICS III linea parasternalis
sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi : simetris, datar, kelainan kulit (-), pelebaran vena (-)
Auskultasi : bising usus normal, bising aorta abdominalis terdengar
Palpasi : nyeri tekan perut bawah, nyeri lepas (-), nyeri ketuk
(-), hepatomegali (-), spleenomegali (-)

18
Perkusi : timpani di semua lapang abdomen, nyeri ketuk (-)

- Ekstremitas : akral hangat, edema    


 
  

4. Status Lokalis :-

D. Pemeriksaan Penunjang :
- Pada tanggal 11 Juli 2018 pasien melakukan pemeriksaan dahak dan hasil
positif.

BERKAS KELUARGA
A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala keluarga : Tn. Masrawi
b. Identitas Pasangan : Ny. Nurhayati

Tabel 1. Anggota keluarga yang tinggal serumah


Kedudukan
No Nama dalam Gender Umur Pendidikan Pekerjaan
keluarga
1. Tn. Masrawi Kepala L 45 th SD Pedagang
Keluarga
2. Ny. Nurhayati Istri P 35 th SD Ibu Rumah Tangga

3. An. Hamsatul Anak P 9 th SD Pelajar


Saifani

2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup


a. Lingkungan tempat tinggal

Tabel 2 Lingkungan tempat tinggal


Status kepemilikan rumah : milik sendiri
Daerah perumahan : padat
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah : 9 x 6 m2

19
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 3 orang Keluarga Tn. Masrawi tinggal
Luas halaman rumah : - di rumah dengan kepemilikian
Tidak bertingkat milik sendiri. Tn. Masrawi
Lantai rumah dari : keramik tinggal dalam rumah yang tidak
Dinding rumah dari : tembok sehat dengan lingkungan rumah
Jamban keluarga : ada yang padat dan ventilasi yang
Tempat bermain : tidak ada tidak memadai yang dihuni

Penerangan listrik : 45 watt oleh 3 anggota keluarga.

Ketersediaan air bersih : ada Dengan penerangan listrik 450

Tempat pembuangan sampah : tidak ada watt. Air PAM umum sebagai
sarana air bersih keluarga.

b. Kepemilikan barang – barang berharga


Tn. Masrawi memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara
lain yaitu, satu buah televisi berwarna yang terletak di ruang tamu, dua buah
kipas angin yang terletak di masing-masing kamar tidur, satu buah kompor
gas yang terletak di dapur. Tn. Masrawi juga memiliki satu buah sepeda
motor.

3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga


a. Tempat berobat
Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, Tn. Masrawi selalu
berobat ke bidan dengan alesan lebih dekat dari rumah, sehingga dapat
ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Tetapi jika penyakit yang diderita tidak
kunjung sembuh, Tn. Masrawi dan anggota keluarga lainnya melanjutkan
pengobatan ke Puskesmas Kecamatan Lebakgedong untuk mendapatkan
terapi yang lebih baik untuk kesembuhan penyakit mereka.
b. Balita : KMS
Anggota keluarga Tn. Masrawi tidak ada yang berusia balita sehingga tidak
memiliki KMS.
c. Asuransi / JaminanKesehatan
Keluarga Tn. Masrawi tergolong keluarga dengan status ekonomi rendah,
namun keluarga ini tidak memiliki asuransi ataupun jaminan kesehatan. Hal
ini disebabkan karena pendataan yang kurang baik dan pemberian asuransi
20
atau jaminan kesehatan yang tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, Tn. Masrawi
dan keluarga harus membayar seluruh biaya pengobatan mereka dengan biaya
sendiri. Tetapi Tn.Masrawi mendapatkan pengobatan TB gratis di Puskesmas
Lebakgedong.

4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Tabel 3 Pelayanan Kesehatan


Faktor Keterangan Kesimpulan
Tn. Masrawi berobat ke
Cara mencapai pusat Kendaraan pribadi Puskesmas dengan
pelayanan kesehatan mengendarai sepeda
motor. Menurutnya tarif
berobat di puskesmas
Tarif pelayanan kesehatan Murah
murah, yaitu hanya Rp.
2000 dan kualitas
pelayanannya pun dinilai
Kualitas pelayanan Memuaskan
memuaskan memuaskan
kesehatan
sehingga pasien mau
datang kembali untuk
berobat.

5. Pola Konsumsi Makanan Keluarga


a. Kebiasaan makan :
Keluarga Ny. Masrawi makan sebanyak dua sampai tiga kali sehari. Menu
makanan yang diterapkan dalam waktu makan mereka tidak pernah menentu.
Menu makanan mereka paling sering hanya makan nasi dengan lauk tahu atau
tempe, ikan beserta sayuran. Untuk makan ayam dan daging sangat jarang.
Adapun makanan yang dimakan oleh keluarga Tn. Masrawi dimasak sendiri
oleh Ny. Nurhayati. Keluarga Tn.Masrawi jarang mengkonsumsi buah-
buahan dan susu. Keluarga Tn.Masrawi selalu membiasakan diri untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta merapikan dan
membersihkan peralatan makan mereka setelah selesai makan.

21
b. Menerapkan pola gizi seimbang :
Keluarga Tn.Masrawi masih belum menerapkan pola gizi seimbang
kepada seluruh anggota keluarga karena keterbatasan ekonomi. Sehingga
keluarga ini jarang mengkonsumsi buah-buahan dan susu terutama bagi anak
perempuan Tn.Masrawi yang masih dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat memerlukan asupan gizi yang seimbang.

6. Pola Dukungan Keluarga


1. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Mayoritas anggota keluarga Tn.Masrawi peduli terhadap kesehatan.
Untuk Tn.Masrawi sendiri yang telah didiagnosis terjangkit penyakit TB,
secara rutin selalu kontrol untuk mengambil obat di Puskesmas Lebakgedong.
Seluruh anggota keluarga senantiasa memberikan dukungan kepada
Tn.Masrawi agar dapat sembuh dari penyakitnya dengan cara, istri dan anak
Tn.Masrawi selalu mengingatkan pasien untuk minum obat secara rutin agar
tidak terjadi putus obat dan kontrol untuk mengambil obat di Puskesmas
Lebakgedong tiap bulan. Tn.Masrawi memiliki kesadaran yang besar akan
penyakitnya, sehingga Tn.Masrawi membatasi diri dengan anggota keluarga
yang sehat karena Tn.Masrawi khawatir anggota keluarganya tertular. Oleh
karena itu, Tn.Masrawi selalu menggunakan masker saat di luar rumah,
ataupun kadang di dalam rumah dan tidak membuang dahak sembarangan.

2. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga


Adapun faktor-faktor yang menghambat dalam kesembuhan Tn.Masrawi
antara lain, jumlah ventilasi dan jumlah jendela yang tidak sesuai dengan
ketentuan rumah sehat sehingga siklus udara di dalam rumah yang sangat
minim, jarangnya membuka jendela rumah sehingga terasa lembab, rumah
tidak mendapat pencahayaan sinar matahari yang cukup, sehingga membuat
rumah menjadi gelap, kondisi lingkungan sekitar rumah yang berada dalam
pemukiman padat penduduk, dan tingkat ekonomi keluarga yang cukup
rendah sehingga menyebabkan daya beli keluarga terhadap bahan-bahan
pokok makanan rendah, sehingga kualitas makanan yang dikonsumsi juga
rendah.

22
B. Genogram
1. Bentuk keluarga :
Bentuk keluarga ini termasuk keluarga inti. Tn. Masrawi adalah seorang
suami dari Ny. Nurhayati dan juga selaku kepala keluarga. Ny. Nurhayati sendiri
sebagai ibu rumah tangga yang sehari-hari mengurus rumah, suami dan anaknya.
Hamsatul Saifani adalah anak pertama yang masih SD. Seluruh anggota
keluarga Tn.Masrawi tinggal di salam satu rumah.

2. Tahapan siklus keluarga :


Tahapan siklus keluarga Tn. Masrawi adalah masuk ke dalam tahap
keluarga dengan anak kecil. Adapun tugas perkembangan pada tahapan ini
yaitu:
- Mengatur kembali sistem pernikahan dengan memberi tempat
pada keberadaan anak
- Memulai peran sebagai orang tua
- Mengatur kembali hubungan dengan keluarga asal dengan melibatkan peran
saudara dan kakek/nenek

C. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga


1. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebetuhan
Tn. Masrawi sebagai kepala keluarga bekerja sebagai pedagang dengan
penghasilan yang tidak tetap, sedangkan Ny.Nurhayati sebagai ibu rumah tangga.
Dengan penghasilan Tn.Masrawi yang tidak tetap menyebabkan sulit untuk
terpenuhinya kebutuhan rumah tangga. Hal ini juga menyebabkan kurangnya
keluarga untuk memenuhi makanan yang bergizi. Untuk berobat ke Puskesmas
pasien harus bayar sendiri karena tidak memiliki jaminan kesehatan.

2. Masalah lingkungan
Lingkungan tempat tinggal Tn. Masrawi merupakan lingkungan yang padat
penduduk dan letak rumah yang satu dengan rumah yang lainnya saling
menempel. Tn. Masrawi jarang membuka jendela rumahnya sehingga terasa
lembab.

23
D. Diagnosis Holistik
1. Aspek personal
Pasien datang atas kemauan sendiri dan diantar oleh istrinya pada saat
pertama kali berobat di Puskesmas Lebakgedong. Hal ini dilakukan karena
sebelumnya pasien sudah berobat ke bidan tetapi tidak kunjung sembuh.
Sehingga pasien khawatir bahwa batuk yang diderita akan semakin memburuk
dan anggota keluarga lainnya tertular. Dengan berobat ke puskesmas pasien
berharap penyakitnya dapat cepat sembuh.

2. Aspek klinik
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, didapat diagnosis kerja TB Paru.

3. Aspek risiko internal


Penyakit TB Paru dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor internal antara
lain jenis kelamin, kebiasaan pasien, dan tingkat pendidikan, dan keadaan
sosial ekonomi.
Pada faktor jenis kelamin TB paru memang lebih sering dialami oleh pria
dibandingkan wanita. Hal ini dikarenakan laki-laki sebagian besar mempunyai
kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB Paru. Tn. Masrawi
sendiri memiliki kebiasaan merokok satu bungkus untuk satu sampai dua hari.
Dilihat dari tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan
terhadap seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat
kesehatan. Untuk rumah Tn. Masrawi disini termasuk rumah yang kurang sehat
dimana jumlah ventilasi dan jumlah jendela yang tidak sesuai dengan ketentuan
rumah sehat sehingga siklus udara di dalam rumah yang sangat minim dan rumah
tidak mendapat pencahayaan sinar matahari yang cukup.
Kemudian melihat kondisi ekonomi yang berkaitan erat dengan
pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, dan gizi. Kurangnya pendapatan dapat
menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi
makanan sehingga akan mempengaruhi status gizi pasien. Apabila status gizi
buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga
memudahkan terkena infeksi TB paru. Pada keluarga Tn.Masrawi oleh karena
24
penghasilan yang kurang dan tidak menentu, sehingga mereka kurang
mendapatkan asupan gizi yang baik.

4. Aspek psikososial keluarga


Di dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat dan
mendukung kesembuhan pasien. Di antara faktor-faktor yang dapat
menghambat kesembuhan pasien yaitu, kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit yang diderita pasien, serta kurangnya kesadaran keluarga untuk hidup
sehat, dan keadaan sosial ekonomi yang kurang. Sedangkan faktor yang dapat
mendukung kesembuhan pasien yaitu, adanya dukungan dan motivasi dari semua
anggota keluarga baik secara moral dan materi untuk Tn. Masrawi.

5. Aspek fungsional
Secara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih merasa
mampu dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam maupun
di luar rumah.

E. Rencana Pelaksanaan

Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
- Memberikan Pasien Saat - Pasien tetap
semangat dan pasien sabar dan
menjelaskan berobat ke patuh untuk
kepada pasien Puskesmas meminum
bahwa dan saat obat secara
penyakitnya kunjungan rutin hingga
akan sembuh. ke rumah pengobatan
- Menganjurkan pasien satu penyakitnya
kepada pasien kali tuntas.
Aspek untuk rajin - Mempertahan
personal kontrol dan kan pasien
mengambil obat agar rutin
ke Puskesmas untuk kontrol

25
apabila obat ke
yang tersedia Puskesmas
sudah mau
habis.
- Menjelaskan
kepada pasien
agar selalu rutin
meminum
obatnya dan
jangan sampai
terjadi putus
obat karena
dapat terjadi
pengulangan
obat dari bulan
pertama.

Pemberian OAT Pasien - Saat - Menyembuhk


kategori I : pasien an penyakit
2HRZE/4H3R3 kontrol yang diderita
Aspek ke pasien.
klinik Puskes - Mencegah
mas komplikasi
penyakit
- Enam lainnya
bulan
berutur
ut-turut

- Menganjurkan Pasien Setiap - Pasien dapat


kepada pasien pasein makan
untuk rutin ke kontrol ke dengan pola
Puskesmas dan Puskesmas makan sehat.

26
makan makanan dan saat - Pasien
Aspek yang bergizi. kunjungan merubah
risiko - Mengajurkan ke rumah kebiasaannya
internal kepada pasien yaitu rajin
untuk selalu membuka
rajin membuka jendela
jendela rumahnya
rumahnya pada agar rumah
pagi hingga tidak terasa
siang hari. lembab.

- Menjelaskan Pasien Saat - Pasien dan


kepada pasien dan kunjungan keluarganya
dan keluarganya seluruh ke rumah dapat
tentang penyakit anggota pasien. memahami
yang diderita keluarga dengan baik
pasien. tentang
Aspek - Menjelaskan penyakit
psikososia kepada pasien yang sedang
l keluarga dan keluarganya diderita
tentang perilaku pasien
hidup sehat. sehingga
- Memberikan dapat
dukungan pada mengupayak
pasien agar an
sabar untuk pencegahan
menghadapi untuk
kondisi ekonomi penyakit
nya. tersebut.
- Pasien dapat
sabar

27
menghadapi
kondisi
keluarganya
saat seperti
ini.

Menganjurkan Pasien Saat Kondisi pasien


pasien untuk pasien lebih sehat dan
Aspek menjaga kondisi kontrol ke prima dan dapat
fungsional fisiknya dengan Puskesmas meningkatkan
aktif melakukan dan saat kualitas hidup
olah raga ringan kunjungan pasien
seperti jalan santai ke rumah
selama 30 menit.

F. Prosedur Pemberian Obat

Dosis pemberian sesuai tabel sebagai berikut :


Tabel 01. pemberian obat TB paru sesuai BB pasien
Tahap Lanjutan 3 kali
Tahap Insentif tiap hari
Berat Badan seminggu selama 16
selama 65 hari RHZE
minggu RH (150
(150/75/400/275)
/150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
>71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT

Setelah pengobatan tahap intensif akhir bulan ke II, dilakukan pemeriksaan BTA, bila
hasil negative dilanjutkan tahap lanjutan, dan bila hasil pemeriksaan

G. Prognosis
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad sanasionam : ad bonam
3. Ad fungsionam : ad bonam

28
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Pemberdaayaan masyarakat bisa diartikan menjadikan masyarakat sebagai subjek


pembangunan yang selaras dengan konsep people centered development. Pemberdayaan
ini bisa terjadi pada tingkatan individu, keluarga, kelompok social maupun komunitas.
Tanpa adanya pemberdayaan, masyarakat kelas bawah atau kelompok yang lemah akan
terus tersisihkan dan tertindas tanpa tahu kapan dan bagaimana mereka bisa keluar dari
kondisi mereka yang memprihatinkan.

Dalam pemberdayaan masyarakat, dituntut pula partisipasi masyarakat dalam


keseluruhan proses pembangunan mulai perencanaan sampai implementasi di
lingkungan mereka tinggal. Keterlibatan masyarakat baik secara fisik, material, maupun
finansial diharapkan akan meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki proses dan
hasil pembangunan yang dilakukan pada masyarakat tersebut.

Pemberdayaan masyarakat haruslah digali dari dalam komunitas untuk mencari


potensi yang akan dikembangkan atau dari masalah-masalah yang ada untuk bisa
dicarikan solusi penyelesaiannya. Pemberdayaan masyarakat harus didukung oleh
anggota komunitas/ masyarakat yang dibuktikan dengan partisipasi anggota masyarakat
secara aktiv untuk mengembangkan komunitasnya. Pengembangan masyarakat bisa
diinisiasi pihak luar atau bisa juga datang dari dalam komunitas tersebut.

V.2 Saran

Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dapat menjalankan perannya dalam


pemberdayaan kesehatan masyarakat pada promosi kesehatan sehingga sasaran utama
dapat tercapai yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat agar mampu memelihara
dan meningkatkan status kesehatannya menjadi lebih baik. Dengan adanya
pemberdayaan masyarakat ini maka akan timbul kesadaran, kemauan dan kemampuan
untuk menerapkan perilaku hidup sehat.

29
DAFTAR PUSTAKA

http://hendriksnow01.blogspot.com/2016/05/makalah-pemberdayaan-masyarakat-
desa.html

http://cendekia02.blogspot.com/2015/06/makalah-pemberdayaan-dan-
pengembangan.html

http://verythassyahyi.blogspot.com/2014/12/pemberdayaan-masyarakat.html

https://walhijabar.wordpress.com/2008/01/21/pemberdayaan-masyarakat-dalam-
pengelolaan-lingkungan-oleh-admin/

http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-pemberdayaan-masyarakat-dan-
contohnya/

https://pengertiandefinisi.com/pengertian-keluarga-fungsi-keluarga-dan-jenis-jenis-
keluarga/

https://www.lifebuoy.co.id/kesehatan/infeksi-dan-pencegahannya/berita-kesehatan/7-
hal-yang-memengaruhi-kualitas-kesehatan-keluarga.html

30

Anda mungkin juga menyukai