DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
JALUM 2A
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini selesai tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kesehatan Masyarakat“Pemberdayaan Masyarakat,Partnership, dan Jejaring Sosial“.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi semua khalayak dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pemberdayaan masyarakat, partnership,
dan jejaring sosial.
Selain itu, kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak
yang membutuhkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................................1
2.4 Langkah-langkah Model Partner Ship/Kemitraan dan Indikator Hasil Kemitraan .....................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberdayaan merupakan suatu proses pribadi dan sosial dalam rangka pembebasan
kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangakan masyarakat
merupakan sekelompok orang atau lebih yang hidup bersama pada suatu tempat memiliki
kesamaan kepentingan dan tujuan sehingga saling mempengaruhi dan berintegrasi. Jadi,
pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya peningkatkan kesejahteraan seseorang
atau kelompok untuk meningkatkan harkat dan martabat kehidupannya dengan cara
meningkatkan kapasitas dari semua masyarakat, mendukung pembangunan berkelanjutan, dan
pengembangan kualitas hidup masyarakat. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat ini
diharapkan mampu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, misalnya dengan
peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, pembukaan lapangan pekerjaan, pengentasan
kemiskinan, sehingga kesenjangan sosial dapat diminimalkan.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep pemberdayaan masyarakat
2. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat
3. Untuk mengetahui konsep kemitraan/partnership
4. Untuk mengetahui langkah-langkah,model, partnership/kemitraan indikator hasil
kemitraan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi
masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya
dengan memanfaatkan potensi setempat.
Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal yang
saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Salah satu faktor eksternal
dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan oleh fasilitator pemberdayaan
masyarakat. Peran fasilitator pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap
selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu menyelenggarakan UKBM secara
mandiri dan menerapkan PHBS.
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat.
Untuk itu, strategi pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
sebagai berikut:
3
2. Pengembangan/pengorganisasian masyarakat (community organization) dalam
pemberdayaan dengan mengupayakan peran organisasi masyarakat lokal makin berfungsi
dalam pembangunan kesehatan.
3. Peningkatan upaya advokasi yang mendukung masyarakat memperjuangkan
kepentingannya melalui pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
4. Penggalangan kemitraan dan partisipasi lintas sektor terkait, swasta, dunia usaha dan
pemangku kepentingan dalam pengembangan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan.
5. Peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya berbasis kearifan lokal baik dana dan
tenaga serta budaya.
1. Upaya membangun kesadaran kritis masyarakat dimana masyarakat diajak untuk berpikir
serta menyadari hak dan kewajibannya di bidang kesehatan. Membangun kesadaran
masyarakat merupakan awal dari kegiatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan
dengan membahas bersama tentang harapan mereka, berdasarkan prioritas masalah
kesehatan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.
2. Perencanaan partisipatif merupakan proses untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
serta potensi selanjutnya menerjemahkan tujuan ke dalam kegiatan nyata dan spesifik
yang melibatkan peran aktif masyarakat dalam perencanaan segala hal dalam kesehatan.
Kegiatan ini dilakukan sendiri oleh masyarakat didampingi oleh fasilitator. Hal ini, selain
dapat menimbulkan rasa percaya akan hasil perencanaan juga membuat masyarakat
mempunyai rasa memiliki terhadap kegiatan yang dilakukan. Perencanaan partisipatif
berbasis pada hasil survei dan pemetaan mengenai potensi, baik kondisi fisik lingkungan
dan sosial masyarakat,yang digali oleh masyarakat sendiri.
3. Pengorganisasian masyarakat sendiri merupakan proses yang mengarah pada
terbentuknya kader masyarakat yang bersama masyarakat dan fasilitator berperan aktif
dalam lembaga berbasis masyarakat (Forum Masyarakat Desa) sebagai representasi
masyarakat yang akan berperan sebagai penggerak masyarakat dalam melakukan
kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
4
4. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh masyarakat bersama dengan pengelola
pemberdayaan dengan menggunakan metode dan waktu yang disepakati bersama secara
berkesinambungan untuk mengetahui dan menilai pencapaian kegiatan yang dijalankan.
Hasil evaluasi ini digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan yang
berkelanjutan
Konsep kemitraan merupakan pendefinisian ulang yang radikal atas hubungan antara
pengawas internal dan manajemen yang tradisional. Pada kenyataannya ungkap Hiro Tugiman
(1997: 127), konsep kemitraan telah memberikan arah yang harus ditempuh oleh pengawas
internal apabila ia ingin memenuhi berbagai persyaratan yang dituntut oleh hubungan pelaporan
yang baru sehingga ia dapat menempatkan diri secara efektif dalam lingkungan auditnya.
Kemitraan adalah merupakan hubungan (kerjasama antara dua pihak atau lebih berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan (memberi manfaat).
Menurut Keint L. Fletcher dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999 : 10) mengenai
kemitraan adalah sebagai jalinan kerjasama usaha untuk tujuan memperoleh keuntungan. Dari
definisi tersebut jelas bahwa kemitraan merupakan jalinan kerjasama yang merupakan strategi
kerja yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan saling
memperbesar, dan saling menguntungkan. Dalam kerjasama tersebut tersirat adanya suatu
pembinaan dan pengembangan. Hal ini harus disadari oleh masing-masing pihak yang bermitra
yaitu harus memahami bahwa mereka memiliki perbedaan, menyadari keterbatasan masing-
masing dan paham bahwa dalam kemitraan harus ada hubungan komunikasi yang dinamis.
Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu.
5
Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi:
Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua
pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.
Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling
menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan
bersama.
Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama
mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-
masing.
Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk
bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas,
menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang
hubungan masing- masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila
diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004)
Konsep kemitraan memiliki tujuan umum berupa meningkatkan percepatan, efektivitas dan
efisiensi strategi kerja dan upaya pengembangan pada umumnya. Sedangkan tujuan khususnya
terdiri dari:
6
2.4 Langkah-langkah, model dan indikator hasil partnership
2.4.1 Langkah-langkah kemitraan
1. Pengenalan masalah
2. Seleksi masalah
3. Melakukan identifikasi calon mitra dan pelaku potensial melalui surat- menyurat, telepon,
kirim brosur, rencana kegiatan, visi, misi, AD/ART.
4. Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama antar sesama mitra dalam upaya
mencapai tujuan, melalui: diskusi, forum pertemuan, kunjungan kedua belah pihak, dll
5. Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan, tujuan dan tanggung
jawab, penetapan rumusan kegiatan memadukan sumberdaya yang tersedia di masing-
masing mitra kerja, dll. Kalau ini sudah ditetapkan, maka setiap pihak terbuka
kesempatan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang lebih bervariasi sepanjang
masih dalam lingkup kesepakatan.
6. Menyusun rencana kerja: pembuatan POA penyusunan rencana kerja dan jadwal
kegiatan, pengaturan peran, tugas dan tanggung jawab
7. Melaksanakan kegiatan terpadu: menerapkan kegiatan sesuai yang telah disepakati
bersama melalui kegiatan, bantuan teknis, laporan berkala, dll.
8. Pemantauan dan evaluasi
7
2.4.2 Model-model Kemitraan dan Jenis Kemitraan
Secara umum, model kemitraan dalam sektor kesehatan dikelompokkan menjadi dua
(Notoadmodjo, 2007) yaitu:
1. Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja (networking) atau
building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing mitra memiliki
program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evaluasi. Jaringan
tersebut terbentuk karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristi
lainnya.
2. Model II
Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I Hal ini karena setiap mitra
memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program bersama Visi, misi, dan kegiatan-
kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan dilaksanakan dan dievaluasi bersama
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe kemitraan yaitu:
1) Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja
bersama secara lebih dekat.
2) Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal
3) Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui
perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti program
delivery dan resource mobilization.
8
4) Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah
pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan
penelitian
Banyaknya Terbentuknya
Pertemuan-
mitra yang jaringan kerja
pertemuan Membaiknya
terlibat Tersusunnya
Lokakarya indicator derajat
Sumber daya program dan
Kesepakatan kesehatan
(3M) yang pelaksanaan
seminar
tersedia kegiatan
9
1. Indikator Input
Tolak ukur keberhasilan input dapat diukur dari tiga indikator, yaitu:
a. Terbentuknya tim wadah atau sekretariat yang ditandai dengan adanya kesepakatan
bersama dalam kemitraan
b. Adanya sumber dana biaya yang memang bagi pengembangan kemitraan
c. Adanya dokumen perencanaan yang telah disepakati oleh institusi terkait
Hasil evaluasi terhadap input dinilai berhasil apabila ketiga tolok ukur tersebut terbukti ada.
2. Indikator Proses
Tolok ukur keberhasilan proses dapat diukur dari indikator sebagai frekuensi dan kualitas
pertemuan tim atau secretariat sesuai kebutuhan. Hasil evaluasi terhadap proses nilai berhasil,
apabila tolok ukur tersebut terbukti adanya yang dilengkapi dengan agenda pertemuan, daftar
hadir dan notulen hasil pertemuan.
3. Indikator Output
Tolok ukur keberhasilan output dapat diukur dari indikator sebagai berikut: Jumlah kegiatan
yang dikerjakan oleh institusi terkait sesuai dengan kesepakatan peran masing-masing institusi.
Hasil evaluasi terhadap output dinilai berhasil, apabila tolok ukur tersebut diatas terbukti ada.
4. Indikator Outcome
Tolok ukur keberhasilan outcome adalah menurunnya angka kesakitan dan kematian karena
penyakit.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Semoga maklah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga dapat dipahami isi dari
makalah ini yang berisi tentang konsep pemberdayaan masyarakat, strategi pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan, konsep kemitraan, dan langkah –langkah kemitraan.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?id=IcBjDwAAQBAJ&pg=PA193&dq=konsep+pemberdayaan+komunit
as&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwid6eO-
9KznAhXPfH0KHWglDzsQ6AEIMjAB#v=onepage&q=konsep%20pemberdayaan%20komunitas&f=fal
se
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-kemitraan/121549/4
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6134/Bab%202.pdf?sequence=3&i
sAllowed=y
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122823-S-5461-Gambaran%20kemitraan-Tinjauan%20literatur.pdf
12