Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat Menuju Peningkatan


Derajat Kesehatan Masyarakat yang Berkelanjutan dan
Dilandasi Pendekatan Mandiri”

DOSEN PENGAMPU:

SILVIA INDAH DESVITA, S.Tr.Keb.MKM

DISUSUN OLEH:

RISKA AMELIA 191272110006

PROGRAM STUDI S.I KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERANGIN
YAYASAN HAJI SOEHEILY QARI
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat , karunia, serta taufik dan hidayahnya dapat menyelesaikan makalah tentang
“Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat Menuju Peningkatan Derajat Kesehatan
Masyarakat yang Berkelanjutan dan Dilandasi Pendekatan Mandiri“ dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga berterimakasih kepada ibu Silvia
Indah Desvita, S.Tr.Keb.MKM dosen mata kuliah kesehatan masyarakat yang telah
memberikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Bangko, 10 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................... ........ ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................
BAB II PEMBAHASAAN.................................................................... ........

2.1 Strategi Tingakatan LSM...............................................................


2.2 Persepsi Pemerintah Terhadap LSM..............................................
2.3 Persepsi LSM Terhadap Pemerintah..............................................

BAB III PENUTUP........................................................................................


.................................................................................................................

3.1 Kesimpulan ....................................................................................


...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tertulis di
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk itu, upaya kesehatan harus selalu
diusahakan peningkatannya secara terus menerus agar masyarakat yang sehat sebagai
investasi dalam pembangunan dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Nurbeti, M. 2009).

Perhatian terhadap permasalah kesehatan terus dilakukan terutama dalam


perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke paradigma
sehat. Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang sakit menjadi sehat,
menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkan paradigma sehat merupakan
upaya membuat orang sehat tetap sehat, menekan pada pelayanan promotif dan
preventif. Berubahnya paradigma masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah
pemeran dalam pencapaian kesehatan masyarakat, dengan tidak mengesampingkan
peran pemerintah dan petugas kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan
masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan
peruahan paradigma sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat
menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini
sesuai dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan” (Supardan, 2013).

Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menjadi sehat sudah sesuai
dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa
pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi –
tingginya. Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta
aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan (Nurbeti, M. 2009). Dalam
rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat merupakan
unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang
kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan
salah satu dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment)
sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat
sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).

Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk


menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali,
mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan
untuk” masyarakat itu sendiri (Nurbeti, M. 2009).

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari


promosi kesehatan. Masyarakat atau komunitas merupakan salah satu dari strategi
global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan
masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary
target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka. Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin mengetahui tentang
manajemen pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah in adalah sebagai berikut :

1. Apa saja Strategi Tingkatan LSM ?


2. Persepsi Pemerintah Terhadan LSM ?
3. Persepsi LSM Terhadap Pemerintah ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui strategi tingkatan LSM.
2. Untuk mengetahui persepsi Pemerintah terhadap LSM.
3. Untuk mengetahui persepsi LSM terhadap Pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Strategi Tingkatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Lembaga Swadaya Masyarakat adalah suatu lembaga yang berupaya untuk


menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali,
mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
Strategi tingkatan LSM yaitu :
1. Meningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan
mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi
2. Meningkatan kesadaran masyarakat melalui penggerakan masyarakat
3. Mengembangkan dan pengorganisasian masyarakat
4. Menguatkan dan Meningkatan advokasi kepasa pamangku kepentingan
5. Meningkatan kemitraan dan partisipasi lintas sector, Lembaga
kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, dan swasta
6. Meningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya berbasis kearifan local
7. Meningtegrasian program, kegiatan, dan atau kelembagaan pemberdayan
masyarakat yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan
masyarakat.
8. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber
daya yang memiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan
9. Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara
terbuka(transparan)
2.2 Persepsi Pemerintah Terhadap LSM

Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan di daerah


terpencil sulit dilakukan oleh pemerintah. Kontrak bidan dan dokterperorangan masih
belum dapat memberikan jawabantentang penyelesaian masalah daerah terpencil
ini.Laporan dari Pusrengun tahun 2071 menyatakanbahwa: 30% dari 7.500
Puskesmas di daerahterpencil tidak mempunyai tenaga dokter. Surveiyang dilakukan
Pusrengun di 78 kabupaten di 17propinsi di Indonesia menemukan hal menarik.
Dari1.165 Puskesmas di daerah tersebut, 364Puskesmas (31%) berada di daerah
terpencil/belumberkembang/perbatasan/ konflik dan bencana ataudi daerah yang
buruk situasinya. Sekitar 50% dari364 Puskesmas dilaporkan tidak mempunyai
dokter.,18% tanpa perawat, 12% tanpa bidan, 42% tanpatenaga sanitarian, dan 64%
tanpa tenaga ahli gizi.Dibandingkan dengan daerah biasa, gambaran inisangat buruk.
Sebagai contoh, di daerah biasa hanya5% Puskesmas yang tanpa dokter. Dalam
haltenaga spesialis juga terlihat ketimpangan. Menurutdata dari KKI (2007), DKI
Jakarta mempunyai 2890spesialis (23,92%). Jawa Timur 1980 (16.39%), JawaBarat
1881 (15,57%). Sementara itu, di Sumatera Barat hanya 167 (1.38%).
Ketidaktersediaan tenaga medik dan kesehatan ini menjadi semakin berat
implikasinya karena adanya Jaminan Kesehatan Masyarakat. Ketimpangan
penyebaran spesialis ini merupakan hal yang tidak adil, terutama dalam konteks
kebijakan nasional yang menggunakan pembayaran penuh untuk masyarakat miskin.

Di daerah yang jarang dokter spesialisnya,masyarakat miskin atau setengah


miskin akan kesulitan mendapatkan akses ke pelayanan medik. Sebaliknya di tempat
yang banyak dokternya akan sangat mudah. Akibatnya dana pusat untuk masyarakat
miskin dikhawatirkan terpakai lebih banyak di kota-kota besar dan di pulau Jawa.
Problem kontrak perorangan memang kompleks. Untuk daerah-daerah terpencil dapat
dibayangkan betapa sulitnya seorang dokter muda atau bidan muda untuk berangkat
sendiri, bekerja dilingkungan yang baru tanpa ada dukungan tim kerjayang baik.
Akhirnya di beberapa daerah dilaporkanbahwa dokter kontrak di daerah sangat
terpencil tidak pernah sampai atau jarang berada di tempat. Pengalaman di Kabupaten
Aceh Barat seperti yang dilaporkan dalam JMPK edisi lalu menunjukkan bahwa
pengiriman tim merupakan hal yang baik walaupun biaya menjadi lebih besar.
Pertanyaan penting dalam hal ini adalah bagaimana mengatasi masalah pengiriman
tenaga kedaerah. Tanpa ada pengiriman maka berbagai fasilitas fisik dan peralatan
yang ada di daerah akan sia-siakarena tidak ada yang menjalankan. Dalam hal ini ada
pertanyaan mengenai peranan Lembaga Swadaya Masyarakat Apakah LSM dapat
dimobilisir untuk mengatasi masalah ini? Dalam konteks pengadaan tenaga, LSM
yang baik merupakan pihak yang dapat memobilisir, mengirimkandan menjamin
mutu pelayanan. Kerjasama antarapemerintah dengan LSM dapat berupa kontrak
kerja. Pertanyaan tersebut menarik untuk dijawab karena selama ini belum ada
hubungan yang terjadi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan Lembaga
Swadaya. Masih ada stigma bahwa LSM merupakan lembaga yang sering berbeda
pendapat dengan pemerintah. Di samping itu,juga diakui bahwa kemampuan LSM
untukmemberikan pelayanan kesehatan, terutama di daerah sulit dan terpencil masih
belum banyak. Pengalaman sukarelawan di dalam bencana alam di Aceh tahun 2 005-
05 menunjukkan bahwa bantuan pemberian pelayanan didominasi oleh LSM luar
negeri. Pertanyaan ini sebenarya merupakan ide yang perlu dicoba. Diharapka ada
eksperimen mengenaihal ini. Jika berhasil uji-cobanya, di masa depan,diharapkan
pemerintah dapat menjalin kerja samadengan LSM dan untuk pengiriman tenaga di
daerah terpencil.

2.3 Persepsi LSM Terhadap Pemerintah

Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM pada umumnya merupakan


organisasi yang bergerak di bidang non politik. LSM terdapat hampir di semua negara
di dunia tak terkecuali Indonesia. Di Indoneisa  LSM ini memiliki konsep tentang
masyarakat dan negara. LSM dibentuk untuk memperjuangkan kepentingan
masyarakat dan menjadi pengeras suara masyarakat untuk menyuarakan tuntutan
perubahan kebijaksanaan kepada pemerintah. Dalam kegiatannya LSM memberikan
pengaruh kepada pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam program yang
mereka (pemerintah) jalankan. LSM memperoleh biaya operasional terbesar dari
donor  luar negeri seperti Bank Dunia dan dari pemasukan dari kegiatan konsultasi
dan program-program ekonomi, publikasi serta sumbangan dari pengusaha-
pengusaha Indonesia.

Terdapat tiga model pendekatan yang dilakukan LSM dalam hal menjalin
hubungan dengan pemerintah Indonesia yakni: (1) Model 1, Kerjasama tingkat
tinggi : pembangunan akar rumput, model ini membatasi diri pada upaya untuk
memepengaruhi kebijakan melalui badan-badan pemerintah yang secara langsung
berkepentingan. Contohnya LSM Bina Swadaya dan Yayasan Indonesia Sejahtera
(YIS). (2) Model 2, politik tingkat tinggi: mobilisasi akar rumput, LSM pada model
ini biasanya memiliki hubungan baik dan berpengaruh terhadap jaringan militer dan
birokrasi serta memantau secara saksama perkembangan politik di Jakarta. Contoh
LSM Lembaga Studi Pembangunan, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI), dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). (3) Model 3,
penguatan di tingkat akar rumput, LSM pada model ini biasanya menjalin hubungan
yang minim dengan badan-badan milik pemerintah. Mereka berkeyakinan bahwa
kelompok ini akan mampu menumbuhkan sebuah gerakan masyarakat yang kuat
meskipun tidak terstruktur secara informal. Contohnya Kelompok Studi Bantuan
Hukum (KSHB), dan Masyrakat pinggir kali di Gondolayu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah pemberdayaan masyarakat
merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan yang bertujuan untuk
memandirikan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan status
kesehatannya menjadi lebih baik dengan menggunakan prinsip pemberdayaan
dimana petugas kesehatan berperan untuk memfasilitasi masyarakat dalam
meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuannya untuk memelihara dan
meningkatkan status kesehatannnya.

Dalam pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sangat vital, karena


masyarakat yang menjadi pemeran utamanya, namun peran petugas kesehatan
juga tidak bisa dihilangkan. Dalam pemberdayaan masyarakat, petugas kesehatan
memiliki peran penting juga, yaitu memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-
kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi
pertemuan dan pengorganisasian masyarakat, memberikan motivasi kepada
masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar
masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut, mengalihkan
melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.
DAFTAR PUSTAKA

Hikmat, 2001. Masyarakat dalam Kesehatan.Agung Sentosa. Jakarta.

Nurbeti, M. 2009.Pemberdayaan masyarakat dalam konsep “kepemimpinan yang


mampu menjembatani”. Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007,  Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.

Kartasasmita, 2011. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang


Kesehatan. Http:wpdprss.masyarakat.co.id. Diakses tanggal10 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai