Anda di halaman 1dari 12

POSYANDU SEKOLAH

OLEH:

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada
teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
D. Manfaat....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Perkembangan Hukum Yayasan ................................................................. 3
B. Organ Yayasan ............................................................................................ 5
C. Dasar Hukum Pemberian Gaji, Upah, dan/atau Honor ............................... 5
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 9
A. Kesimpulan ................................................................................................. 9
B. Pesan ............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari program pembangunan
secara keseluruhan. Jika dilihat dari kepentingan masyarakat, pembangunan
kesehatan masyarakat desa merupakan kegiatan swadaya masyarakat yang bertujuan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui perbaikan status kesehatan. Jika dilihat
dari kepentingan pemerintah, maka pembangunan kesehatan masyarakat desa
merupakan usaha memperluas jangkauan layanan kesehatan baik oleh pemerintah
maupun swasta dengan peran aktif dari masyarakat sendiri. Keberhasilan pelaksanaan
pembangunan dalam bidang kesehatan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat
yang bersangkutan.
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan
dilakukan di segala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti yang
penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya
dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai modal dasar
pembangunan nasional. Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya
yang besar, sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa adanya
keterlibatan masyarakat. Hal ini merupakan suatu upaya yang besar sehingga tidak
dapat dilaksanakan hanya oleh pemerintah melainkan perlu peran serta masyarakat.
Untuk mempercepat angka penurunan tersebut diperlukan keaktifan peran serta
masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan Posyandu karena Posyandu adalah
milik masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan ditujukan untuk kepentingan
umum. Posyandu tersebar di lebih dari 70.000 desa di Indonesia.
Tujuan didirikannya Posyandu adalah dalam upanya untuk menurunkan angka
kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia
dan sejahtera, Pos pelayanan terpadu (Posyandu) ini merupakan wadah titik temu
antara pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat
dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya
penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran. Posyandu merupakan wadah
untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan keluarga
berencana yang dikelola oleh masyarakat, penyelenggaraanya dilaksanakan oleh
kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya berasal dari
PKK, tokoh masyarakat dan pemudi. Kader kesehatan merupakan perwujutan peran
serta aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu, dengan adanya kader yang dipilih
oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada lima program dan mendapat bantuan

1
dari petugas kesehatan terutama pada kegiatan yang mereka tidak kompeten
memberikannya.
Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan terpilih
yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai
pelayanan kesehatan dasar. Kader-kader ini diperoleh dari wilayah sendiri yang
terlatih dan terampil untuk melaksanakan kegiatan rutin di Posyandu maupun di luar
hari buka Posyandu. Untuk mewujudkan tujuan posyandu tersebut maka perlu
dibarengi dengan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas oleh kader Posyandu.
Maka dari itu makalah ini membahas tentang posyandu sekolah.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan program posyandu sekolah?

C. Tujuan
Untuk memahami tentang program posyandu sekolah.

D. Manfaat
Dalam makalah ini penyusun berharap pembaca dapat mengambil manfaat
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh


dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait. (Departemen Kesehatan RI.
2006). Kegiatan Posyandu remaja merupakan salah satu kegiatan upaya kesehatan
berbasis masyarakat (remaja) kegiatan dilakukan untuk memantau kesehatan remaja
dengan melibatkan remaja itu sendiri. Tak hanya itu, posyandu remaja juga
merupakan tempat untuk pemberian informasi kesehatan maupun informasi penting
lainnya kepada remaja secara rutin setiap bulannya.
Dalam menangani kesehatan anak usia sekolah dan remaja perlu tetap diingat
bahwa bila anak usia sekolah dan remaja dibekali dengan keterampilan hidup sehat
maka anak usia sekolah dan remaja akan sanggup mencegah pengaruh yang
merugikan bagi kesehatannya dan menghindari berbagai perilaku berisiko.
Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) merupakan suatu pendekatan dalam
meningkatkan kemampuan psikososial seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan
mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari secara efektif, yang meliputi :

1. Keterampilan Sosial (Kesadaran Diri, Hubungan Interpersonal, Empati dan


Komunikasi Efektif),

2. Keterampilan Berfikir (Berfikir Kreatif, Berfikir Kritis, Pemecahan


Masalah dan Pengambilan Keputusan),

3. Keterampilan Emosional (mengatasi stress dan mengendalikan emosi).

Pendekatan ini adalah pendekatan pendidikan secara interaktif yang tidak hanya
fokus pada informasi, akan tetapi juga pada perubahan perilaku. Pendidikan keterampilan
hidup sehat dapat diberikan secara berkelompok di mana saja, antara lain: di sekolah,
puskesmas, sanggar, panti/rumah singgah, lapas/rutan dan sebagainya.

A. Tujuan Posyandu Sekolah

1. Melibatkan remaja dalam upaya intervensi terkait permasalahan remaja

2. Memantau kesehatan remaja secara berkala

3. Mengedukasi remaja untuk hidup sehat

4. Menurunkan angka pernikahan dini

5. Membekali remaja untuk mempersiapkan masa depannya dengan


menjadi Generasi Berencana yang kreatif dan berwawasan luas.

A. Pelayanan di Posyandu Sekolah


Jenis pelayanan di posyandu sekolah:
a. Penimbangan

3
b. Pengukuran TB,BB
c. Skrening GDS
d. Skrening HB
e. Pemberian Tablet tambah darah
f. Penyuluhan Kesehatan.
Program yang dapat dijalankan oleh Puskesmas sekolah adalah :

1. Pelayanan konseling kepada semua remaja yang memerlukan konseling


yang kontak dengan petugas kesehatan
2. Membina minimal 1 sekolah (sekolah umum; sekolah berbasis
agama) dan Melakukan KIE 2 kali setahun
3. Melatih KKR/konselor sebaya 10% jumlah murid di sekolah binaan

B. Jenis Kegiatan Puskesmas Sekolah


Selain memberikan layanan pencegahan (preventive), Pengobatan (kuratif),
Promosi dan Rehabilitasi, Puskesmas sekolah juga menjalankan kegiatan
sebagai berikut :

1. Pemberian informasi dan edukasi


2. Pelayanan klinis medis (termasuk pemeriksaan penunjang & rujukan)
3. Konseling
4. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
5. Pelatihan Konselor Sebaya

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya
kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat
(inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi).
(Raylene M Rospond,2009; Terj D. Lyrawati,2009).
Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan
memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa untuk
mendeteksi masalah kesehatan klien. Untuk pemeriksaan fisik perawat
menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle,
2000; Potter & Perry, 1997; Kozier et al., 1995).
Pemeriksaan tanda vital terdiri atas pemeriksaan nadi, pernafasan, tekanan
darah dan suhu. Pemeriksaan ini merupakan bagian penting dalam menilai
fisiologis dari sistem tubuh secara keseluruhan
1. Pemeriksaan Nadi
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari
proses pemompaan jantung. Setiap kali bilik kiri jantung menegang untuk
menyemprotkan darah ke aorta yang sudah penuh, maka dinding arteria
dalam sistem peredaran darah mengembang atau mengembung untuk
mengimbnagi bertambahnya tekanan. Mengembangnya aorta menghasilkan
gelombang di dinding aorta yang akan menimbulkan dorongan atau
denyutan.
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:
a. Ateri radalis : Pada pergelangan tangan

4
b. Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
c. Arteri carotis : Pada leher
d. Arteri femoralis : Pada lipatan paha
e. Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
f. Arteri popliteal : pada lipatan lutut
g. Arteri bracialis : Pada lipatan siku
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
a. Bayi baru lahir : 110 – 180 kali per menit
b. Dewasa : 60 – 100 kali per menit
c. Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
2. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan. Beberapa langkah yang
dilakukan pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan sfigmomanometer
air raksa. Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah : Lengan
atas atau Pergelangan kaki. Langkah pemeriksaan :
a. Memasang manset pada lengan atas, dengan batas bawah manset 2 – 3
cm dari lipat siku dan perhatikan posisi pipa manset yang akan menekan
tepat di atas denyutan arteri di lipat siku ( arteri brakialis)
b. Letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis
c. Rabalah pulsasi arteri pada pergelangan tangan (arteri radialis)
d. Memompa manset hingga tekanan manset 30 mmHg setelah pulsasi
arteri radialis menghilang.
e. Membuka katup manset dan tekanan manset dibirkan menurun perlahan
dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik
f. Bila bunyi pertama terdengar , ingatlah dan catatlah sebagai tekanan
sistolik.
g. Bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat sebagai tekanan diastolic
h. Turunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian lepaskan manset.
Yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan tekanan
darah sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan pastikan kandung kemih
klien kosong dan hindari alkohol dan rokok, karena semua hal tersebut akan
meningkatkan tekanan darah dari nilai sebenarnya. Sebaiknya istirahat
duduk dengan tenang selama 5 menit sebelum pemeriksaan dan jangan
berbicara saat pemeriksaan. Pikiran harus tenang, karena pikiran yang tegang
dan stress akan meningkatkan tekanan darah. Jumlah tekanan darah yang
normal berdasarkan usia seseorang adalah:
a. Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
b. Usia 1 – 6 bulan : 90/60 mmHg
c. Usia 6 – 12 bulan : 96/65 mmHg
d. Usia 4 – 6 tahun : 100/60 mmHg
e. Usia 6 – 8 tahun : 105/60 mmHg
f. Usia 8 – 10 tahun : 110/60 mmHg
g. Usia 10 – 12 tahun : 115/60 mmHg
h. Usia 12 – 14 tahun : 118/60 mmHg

5
i. Usia 14 – 16 tahun : 120/65 mmHg
j. Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
k. Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
3. Pemeriksaan Pernafasan
Pemeriksaan Pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekwensi, irama, kedalaman, dan
tipe atau pola pernafasan. Pernapasan adalah tanda vital yang paling mudah
di kaji namun paling sering diukur secara sembarangan. Perawat tidak boleh
menaksir pernapasan. Pengukuran yang akurat memerlukan observasi dan
palpasi gerakan dinding dada.
Usia Frekuensi per menit
a. Bayi baru lahir : 35-40
b. Bayi (6 bulan) : 30-50
c. Toodler : 25-32
d. Anak-anak : 20-30
e. Remaja : 16-19
f. Dewasa : 12-20
4. Pemeriksaan Suhu
Merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai
kondisi metabolisme dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara
kimiawi maupun metabolisme darah.Suhu dapat menjadi salah satu tanda
infeksi atau peradangan yakni demam (di atas > 37°C). Suhu yang tinggi
juga dapat disebabkan oleh hipertermia. Suhu tubuh yang jatuh atau
hipotermia juga dinilai. Untuk pemeriksaan yang cepat, palpasi dengan
punggung tangan dapat dilakukan, tetapi untuk pemeriksaan yang akurat
harus dengan menggunakan termometer. Termometer yang digunakan bisa
berupa thermometer oral, thermometer rectal dan thermometer axilar.
Proses pengaturan suhu terletak pada hypotalamus dalam sistem saraf
pusat. Bagian depan hypotalamus dapat mengatur pembuangan panasdan
hypotalamus bagian belakang mengatur upaya penyimpanan panas.
Pemeriksaan suhu dapat dilakukan melalui oral, rektal, dan aksila yang
digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu
menentukan diagnosis dini suatu penyakit.
Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:
a. Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 – 15
menit.
b. Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 – 5
menit.
c. Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 – 3 menit
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada
36ºC – 37,5ºC.

D. Bantuan Hidup Dasar

6
Bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menolong
korban yang dalam keadaan nyawanya terancam (Diklat PPNI Jawa Timur, 2016).
Menurut American Heart Assosiaation (AHA) Guidelines 2015 beberapa langkah
yang dapat menentukan keberhasilan pertolongan pada korban yang mengalami
cardiac Arrest di luar rumah sakit/OHCA (Out of Hospital Cardiac Arrest) adalah (1)
Pengenalan dan pengaktifan sistem tanggapan darurat, (2) CPR (Cardio Torak
Resusitation) berkualitas tinggi secepatnya, (3) defibrilasi cepat, (4) layanan media
darurat dasar dan lanjutan dan (5) bantuan hidup lanjutan dan perawatan pasca
serangan jantung. Dari kelima langkah tersebut yang dapat dilakukan oleh penolong
tidak terlatih adalah (1) Pengenalan dan pengaktifan sistem tanggapan darurat, (2)
CPR (Cardio Torak Resusitation) berkualitas tinggi secepatnya dan (3) defibrilasi
cepat. Menerapkan tehnologi media sosial untuk memanggil penolong yang berada
dalam jarak dekat dengan korban dugaan OHCA serta bersedia dan mampu
melakukan CPR adalah tindakan sudah wajar dan sering dilakukan oleh masyarakat
di America (AHA,
2015).
Saat ini pemerintah Indonesia, melalui kementerian komunikasi dan Informasi
sedang menyiapkan nomor panggilan tunggal, yang dapat dihubungi warga ketika
berada atau melihat keadaan darurat, mirip seperti nomor telepon tunggal 911 di
Amerika Serikat (Aditya, 2016). Jika pemerintah telah menyiapkan telepon darurat,
hendaknya masyarakat juga menyiapkan diri dalam melakukan pertolongan pada
gawat darurat dengan belajar dalam memberikan bantuan hidup dasar.
Anak usia remaja, khususnya siswa setingkat sekolah menengah atas (SMA)
seharusnya sudah dapat melakukan tindakan resusitasi jantung paru dengan baik. Di
Indonesia remaja yang tergabung dalam Palang Merah Indonesia (PMR) dibawah
asuhan PMI (Palang Merah Indonesia) yang ada sejak duduk di bangku SLTP dan
kemudian dilanjutkan ke tingkat SLTA telah diajarkan bagaimana memberikan
bantuan hidup dasar kepada korban henti jantung maupun henti nafas. Dari uraian
diatas peneliti ingin mengidentifikasi bagaimana pengetahuan siswa-siswi sekolah
menengah atas dalam memberikan bantuan hidup dasar.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan tersebut di atas maka disimpulkan bahwa:
1. Kedudukan yayasan dalam hukum formal sebelum dan sesudah berlakunya
undang-undang nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan mengalami perubahan
yang sangat signifikan dimana sebelum berlakunya Undang-undang Nomor
16 Tahun 2001 Pendirian yayasan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
ruang lingkup gerak yayasan di Indonesia hanya didasarkan pada “hukum
kebiasaan” ataupun jurisprudensi meskipun mungkin terdapat sedikit
tambahan atau penyesuaian dengan kebutuhan. Dengan tidak adanya
peraturan khusus yang mengatur tentang yayasan di Indonesia, maka tidak
ada pedoman yang pasti tentang syarat-syarat pendirian yayasan. Setelah
berlakunya undang-undang nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka
yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan
dan kemanusiaan serta tidak mempunyai anggota, serta dalam pendiriannya
harus berdasarkan hukum formal yang berlaku.
2. Pada dasarnya Undang-Undang Yayasan menganut asas nirlaba atau non
profit. Undang-Undang dengan tegas mengatur mendirikan yayasan bukan
untuk bertujuan mencari keuntungan, akan tetapi sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 1 angka 1 tentang pengertian yayasan, bahwa tujuan yayasan di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Asas tersebut juga terlihat pada
Pasal 3 ayat (2) yang menyebutkan bahwa yayasan tidak boleh membagikan
hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas ini artinya
ketiga organ yayasan tersebut tidak boleh mencari keuntungan dengan
menggunakan lembaga yayasan.

8
3. Pemberian gaji, upah, atau honor kepada pengurus yayasan yang tidak
memenuhi syarat pada Pasal 5 Undang-undang Yayasan dianggap telah
mengambil atau mengalihkan kekayaan yayasan dan itu termasuk sebagai
tindak pidana.
B. Pesan

Demikian makalah ini kami buat. Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat
diharapkan demi pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi semuanya, Amin.

DAFTAR PUSTAKA
https://puskesmas.bantulkab.go.id/pandak2/posyandu/

Anda mungkin juga menyukai