Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui terjadinya laserasi (adanya
robekan) yang dapat diketahui dari adanya perdarahan pasca persalinan, plasenta yang lahir lengkap, dan adanya kontraksi uterus. Segera setelah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk mencari ada tidaknya laserasi dan perlu tidaknya dilakukan penjahitan. Serviks, vagina dan perineum dapat diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan plasenta karena tidak ada perdarahan rahim. Pelepasan plasenta biasanya terjadi 5-10 menit pada akhir kala II. Setelah kelahiran plasenta, perhatian harus segera ditujukan pada perdarahan rahim yang dapat berasal dari tempat implantasi plasenta. Plasenta harus diperiksa untuk memastikan kelengkapannya. Setelah dilakukan pemeriksaan plasenta periksa bagian perineum dengan lembut dan perlahan, periksalah perineum, vagina dan vulva untuk mengetahui adanya robekan atau tidak. Setelah proses persalinan vagina akan mengalami peregangan dan lebih besar dari biasanya. Mungkin ada bagian yang merah, lecet dan bengkak. Introitus juga akan tampak terkulai dan terbuka. Vulva bisa berwarna merah, bengkak dan lecet. Dengan perlahan periksa anus apakah ada trauma atau hemoroid yang bisa menonjol keluar dan terjadi trombosis setelah persalinan.
Ruptur perineum dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Derajat satu : mengenai mukosa vagina, komisura posterior dan
kulit perineum. Tidak perlu dilakukan penjahitan b. Derajat dua : mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum. Perlu dilakukan penjahitan. c. Derajat tiga : mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sphincter ani. Segera lakukan rujukan d. Derajat empat : mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sphincter ani dan dinding depan rektum. Segera lakukan rujukan