Anda di halaman 1dari 26

FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR

NO Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Konsep Kesehatan Reproduksi
2 Kompetensi dasar Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar
kesehatan reproduksi
3 Materi Pokok 1. Definisi Kesehatan Reproduksi
2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
3. Hak-hak Kesehatan reproduksi
4 Tugas-tugas Carilah contoh kasus perwujudan hak-hak
kesehatan reproduksi dalam kehidupan
sehari-hari
5 Isu Terkini
6 Daftar Pustaka a. Pusdiknakes, Modul Kesehatan
reproduksi untuk Siswi, Pusdiknakes,
Jakarta, 2004
b. Yani Widyastuti, dkk, Kesehatan
Reproduksi, Yogyakarta, 2009
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

A. DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI


Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan/ICPD
(International Conference on Population and Development), di Kairo Mesir tahun
1994 diikuti 180 negara menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi
dan penurunan fertilitas/keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus
pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi.

Kesehatan Reproduksi (Definisi ICPD):


terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang berkaitan dengan
system, fungsi dan proses reproduksinya.
Menurut Yani dkk, 2009:
Definisi kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.

B. RUANG LINGKUP KESEHATAN REPRODUKSI


Ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya sangat luas, sesuai dengan
definisi yang tertera di atas, karena mencakup keseluruhan kehidupan manusia
sejak lahir hingga mati. Dalam uraian tentang lingkup kesehatan reproduksi yang
lebih rinci digunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approach), sehingga
diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan.
Ruang lingkup kesehatan reproduksi, yaitu:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) termasuk
PMS-HIV/AIDS.
3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi abborsi.
4. Kesehatan Reproduksi Remaja.
5. Pencegahan dan penanganan infertilitas.
6. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis.
7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi
genital, fistula, dll.
Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen Kesehatan RI
dilaksanakan secara integratif memprioritaskan pada empat komponen kesehatan
reproduksi yang menjadi masalah pojok di Indonesia yang disebut paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Essensial (PKRE), yaitu:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Keluarga Berencana.
3. Kesehatan Reproduksi Remaja.
4. Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk HIV/AIDS.
Jika PKRE ditambah dengan Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Usia
Lanjut, maka pelayanan yang diberikan disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Komprehensif (PKRK).
Karena terdiri atas beberapa komponen, maka pelayanan kesehatan reproduksi
diupayakan agar dapat diberikan secara terpadu, berkualitas dan memperhatikan
hak reproduksi perorangan. Ini berarti bahwa kegiatan operasional Program
Kesehatan Reproduksi bertumpu pada program pelayanan yang sudah tersedia,
yang dilaksankan berdasarkan kepentingan dan kebutuhan sasaran
pelayanan/konsumen (sesuai dengan siklus hidup). Dengan demikian, pelayanan
kesehatan reproduksi bukanlah suatu pelayanan yang baru maupun berdiri sendiri,
tetapi merupakan kombinasi berbagai pelayanan, agar sasaran memperoleh semua
pelayanan secara terpadu dan berkualitas, termasuk dalam aspek komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE).

C. HAK-HAK KESEHATAN REPRODUKSI


Hak-hak reproduksi merupakan hak asasi manusia. Baik ICPD 1994 di Kairo
maupun FMCW 1995 di Beijing mengakui hak-hak reproduksi sebagai bagian
yang tak terpisahkan dan mendasar dari kesehatan reproduksi dan seksual
(Cottingham et al, 2001).
Hak-hak reproduksi merupakan bentuk perlindungan bagi setiap individu, serta
pra kondisi untuk memperoleh hak-hak lainnya tanpa diskriminasi. Hak-hak
reproduksi mengawasi pemerintah dalam mematuhi dokumen-dokumen HAM.
Misalnya, tidak terpenuhinya hak atas pendidikan, pelayanan kesehatan dan social
yang menyebebabkan kematian ibu.
Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dalam Konferensi Internasional
Kependudukan dan Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan
jasmani maupun rohani meliputi:
1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan
seksual.
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi.
9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya.
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

Hak-hak reproduksi perorangan


Dapat diartikan bahwa setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan (tanpa
memandang perbedaan kelas social, suku, umur, agama, dll) mempunyai hak
yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab (kepada diri,
keluarga masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar-anak, serta untuk
menetukan waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan. Hak reproduksi
ini didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakui dunia
intrenasional.

Hak reproduksi dapat dijabarkan secara praktis antara lain sebagai berikut:
1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi
yang terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan
klien, sehingga menjamin keselamatan dan keamanan klien.
2. Perempuan dan laki-laki, sebagai pasangan atau sebagai individu, berhak
memperoleh informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi dan
manfaat serta efek samping obat-obatan,alat dan tindakan medis yang
digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
3. Adanya hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau,
dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tak melawan hukum.
4. Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya,
yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan
persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
5. Hubungan suami istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing
dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur
pemaksaan, ancaman dan kekerasan.
6. Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi
yang tepat dan benar tentang reproduksi remaja, sehingga dapat berperilaku
sehat dan menjalani kehidupan seksual yang bertanggungjawab.

Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk


mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi:
1. Promosi hak-hak reproduksi
Dilaksanakan dengan menganalisis perundang-undangan, peraturan dan
kebijakan yang saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak-
hak reproduksi dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial budaya
masyarakat. Pelaksanaan upaya pemenuhan hak reproduksi memerlukan
dukungan secara politik, dan legislatif sehingga bisa tercipta undang-undang
hak reproduksi yang memuat aspek pelanggaran hak-hak reproduksi.
2. Advokasi hak-hak reproduksi
Advokasi dimaksudkan agar mendapatkan dukungan komitmen dari para tokoh
politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM/LSOM, dan swasta.
Dukungan swasta dan LSM sangat dibutuhkan karena ruang gerak pemerintah
lebih terbatas. Dukungan para tokoh sangat membantu memperlancar
terciptanya pemenuhan hak-hak reproduksi. LSM yang memperjuangkan hak-
hak reproduksi sangat penting artinya untuk terwujudnya pemenuhan hak-hak
reproduksi.
3. KIE hak-hak reproduksi.
Dengan KIE diharapkan masyarakat semakin mengerti hak-hak reproduksi
sehingga dapat bersama-sama mewujudkannya.
Sistem pelayanan hak-hak reproduksi.
Terpenuhi dan tidak terpenuhinya hak reproduksi ini akan tergambarkan dalam
derajat kesehatan reproduksi masyarakat. Untuk Indonesia saat ini, derajat
kesehatan reproduksi masih rendah, yang antara lain ditunjukkan oleh angka
kematian ibu (AKI) yang masih sangat tinggi, banyak ibu hamil yang mempunyai
keadaan 4 terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat
jarak antar kelahiran), atau banyak yang mempunyai masalah kesehatan dan
kurang energi kronis sehingga memperburuk derajat kesehatan reproduksi
masyarakat. Selain itu, perempuan juga kurang terlindung terhadap penularan
Penyakit Menular Seksual (PMS), sementara laki-laki kurang paham terhadap
upaya pencegahan dan penularannya, yang dapat berakibat buruk terhadap
kesehatan reproduksi laki-laki dan perempuan, serta kesehatan keturunannya.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR

NO Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Peran dan Tugas Bidan dalam PHC
2 Kompetensi dasar Mahasiswa dapat menerapkan peran dan
tugas bidan dalam PHC untuk kesehatan
pada wanita dan promosi kesehatan yang
menekankan pada aspek pencegahan
penyakit dan promosi kesehatan.
3 Materi Pokok a. Asuhan Kesehatan Reproduksi pada
remaja
b. Melibatkan wanita dalam pengambilan
keputusan
4 Tugas-tugas a. Jelaskan definisi kesehatan reproduksi
remaja!
b. Jelaskan peruban seks primer dan
sekunder pada remaja!
c. Sebutkan 5 kebijakan program depkes
pada remaja!
d. Sebutkan keadaan yang dapat
berpengaruh buruk pada kesehatan
reproduksi remaja!
e. Sebutkan pengetahuan yang dapat
diberikan pada remaja kaitannya
dengan kesehatan reproduksi remaja!
5 Isu Terkini
6 Daftar Pustaka c. Pusdiknakes, Modul Kesehatan
reproduksi untuk Siswi, Pusdiknakes,
Jakarta, 2004
d. Soetjiningsih, Prof, Dr,Tumbuh
Kembang Remaja dan
Permasalahannya, Sagung Seto,
Jakarta, 2004
e. Yani Widyastuti, dkk, Kesehatan
Reproduksi, Yogyakarta, 2009
PERAN DAN TUGAS BIDAN DALAM PHC UNTUK KESEHATAN WANITA

A. ASUHAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh,
yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang
berkaitan dengan siste

m reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.


Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja
agar memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki sikap dan perilaku
sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya dengan masalah kehidupan
reproduksi. Upaya yang dilakukan melalui advokasi, promosi, KIE, konseling dan
pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus serta pemberian
dukungan pada kegiatan remaja yang bersifat positif.

1. DEFINISI REMAJA
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai
definisi tentang remaja, yaitu:
a. Remaja didefinsikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
setempat.
b. Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan
dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh
Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan
belum kawin.
c. Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak
Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 19 tahun.
d. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah bila
seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan
12-20 tahun untuk anak laki-laki.
e. Menurut Undang-undang No 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan anak,
remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
f. Menurut undang-undang Perburuhan, anak dinggap remaja apabila telah
mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat
untuk tinggal.
g. Menurut UU Perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja
apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak
perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
h. Menurut Diknas anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun,
yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah.

2. PERKEMBANGAN REMAJA DAN CIRINYA


Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial
dan seksual, remaja terbagi menjadi:
a. Masa remaja awal/dini (Early adolescence): umur 11-13 tahun
Ciri khas remaja tahap awal adalah:
1) Lebih dekat dengan teman sebayanya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir
abstrak
b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence): umur 14-16 tahun
Ciri masa remaja tahap tengah adalah:
1) Mencari identitas diri
2) Timbulnya keinginan untuk kencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
5) Berkhayal tentang aktivitas seks
c. Masa remaja lanjut (Late adolescence): umur 17-20 tahun
Ciri masa remaja tahap akhir adalah:
1) Pengungkapan kebebasan diri
2) Lebih selektif dalam memilih teman sebaya
3) Mempunyai citra jasmani dirinya
4) Dapat mewujudkan rasa cinta
5) Mampu berpikir abstrak

3. PERUBAHAN FISIK PADA REMAJA


Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-
organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu
melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan in ditandai dengan munculnya
tanda-tanda sebagai berikut:
a. Tanda-tanda seks primer, yaitu berhubungan langsung dengan organ seks:
1) Terjadinya haid pada remaja putri (menarche)
2) Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki
b. Tanda-tanda seks sekunder, yaitu
1) Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuh jakun, penis dan
buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih
lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut di sekitar
kemaluan dan ketiak.
2) Pada remaja putri: pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina,
payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan
(pubis).

4. PERUBAHAN KEJIWAAN PADA REMAJA


Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat bila dibandingkan
perubahan fisik yang meliputi:
a. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi:
1) Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi, dan tertawa)
2) Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,
sehingga misalnya mudah berkelahi
b. Perubahan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
1) Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
2) Ingin mengetahui hal –hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-
coba
Perilaku ingin mencoba hal-hal baru ini jika didorong oleh rangsangan seksual
dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala
akibatnya, antara lain akibat kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan
remaja putri di luar nikah, upaya abortus, dan penularan penyakit kelamin,
termasuk HIV/AIDS. Perilaku ingin mencoba-coba juga dapat mengakibatkan
remaja mengalami ketergantungan NAPZA (Narkotik, psikhotropik, dan zat
adiktif lainnya, termasuk rokok dan alkohol).

5. DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


Istilah reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali dan kata produksi
yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti
suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian
hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang
berfungsi untuk reproduksi manusia
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini
tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga
sehat secara mental serta sosial kultural.

6. TUJUAN DAN SASARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


1. Tujuan Umum
Mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 melalui peningkatan
pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku remaja dan orang tua agar peduli
dan bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga, serta pemberian
pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam program kesehatan reproduksi remaja adalah sebagai
berikut:
a. Seluruh lapisan masyarakat mendapatkan informasi tentang KRR.
Sasarannya ialah meningkatnya cakupan penyebaran informasi KRR
melalui mass media.
b. Seluruh remja di sekolah mendapatkan informasi tentang KRR.
Sasarannya ialah meningkatnya cakupan penyebaran informasi KRR di
sekolah umum, SLTP, dan SMU, Pesantren, dll.
c. Seluruh remaja dan keluarga yang menjadi anggota kelompok masyarakat
mendapat informasi tentang KRR. Sasarannya ialah meningkatnya
cakupan remaja dan orang tua yang memperolah informasi KRR melalui
kelompok remaja dan orang tua seperti: karang taruna, remaja masjid,
perusahaan, remaja gereja, PKK, pramuka, pengajian dan arisan.
d. Seluruh remaja di perusahaan tempat kerja mendapatkan informasi tentang
KRR. Sasarannya ialah meningkatkan cakupan remaja yang memperoleh
informasi dan layanan KRR melalui perusahaan di tempat mereka bekerja.
e. Seluruh remaja yang membutuhkan konseling serta pelayanan khusus
dapat dilayani. Sasarannya ialah meningkatkan jumlah dan pemanfaatan
pusat konseling dan pelayanan khusus bagi remaja.
f. Seluruh masyarakat mengerti dan mendukung pelaksanaan program KRR.
Sasrannya ialah meningkatnya komitmen bagi politisi, toga, toma, serta
LSM dalam pelaksanaan KRR.

7. KEBIJAKAN PROGRAM DEPKES DALAM KESEHATAN REPRODUKSI


REMAJA
Adapun kebijakan Departemen Kesehatan dalam KRR adalah sebagai berikut:
a. Pembinaan KRR meliputi remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir.
b. Pembinaan KRR dilaksanakan terpadu lintas program dan lintas sektoral.
c. Pembinaan KRR dilaksanakan melalui jaringan pelayanan kesehatan dasar
dan rujukannya.
d. Pembinaan KRR dapat dilakukan pada 4 daerah tangkapan, yaitu rumah,
sekolah, masyarakat dansemua pelayan kesehatan.
e. Peningkatan peran serta orang tua, unsur potensial di keluarga, serta remaja
sendiri.
8. KEADAAN YANG BERPENGARUH BURUK TERHADAP KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA
Berikut ini adalah beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap Kesehatan
Remaja termasuk kesehatan reproduksi remaja:
a. Masalah gizi, yang meliputi antara lain:
1) Anemia
Anemia sangat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi terutama pada
wanita. Jika wanita mengalami anemia maka akan menjadi sangat
berbahaya pada waktu dia hamil dan melahirkan. Hal tersebut bisa
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (kurang dari
2500 gram). Di samping itu, anemia juga dapat mengakibatkan kematian
baik ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan.
2) Kekurangan zat gizi lainnya seperti kekurangan vitamin, mineral, atau
protein, dan sebagainya yang mengakibatkan berbagai jenis penyakit dan
berujung pada gangguan kesehatan reproduksi.
3) Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, sehingga mengakibatkan
panggul sempit dan risiko untuk melahirkan bayi berat badan lahir rendah
di kemudian hari
4) Penyakit-penyakit lain, baik karena infeksi atau yang berkaitan dengan
keturunan, sangat mungkin berpengaruh pada kesehatan remaja yang pada
akhirnya juga berpengaruh pada kesehatan reproduksi.
b. Masalah pendidikan, yang meliputi antara lain:
1) Buta huruf mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses terhadap
informasi yang dibutuhkannya, serta mungkin kurang mampu mengambil
keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya.
2) Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi
kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan berpengaruh
buruk terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya.
c. Masalah lingkungan dan pekerjaan, a.l:
1) Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan
remaja yang bekerja akan mengganggu kesehatan remaja
2) Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat bahkan
merusak kesehatan fisik, mental dan emosional remaja
d. Masalah seks dan seksualitas, a.l:
1) Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah
seksualitas, misalnya mitos yang tak benar
2) Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan
dengan seksualitas
3) Penyalahgunaan dan ketergantungan napza, yang mengarah kepada
penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks
bebas. Masalah ini semakin mengkhawatirkan dewasa ini.
4) Penyalahgunaan seksual
5) Kehamilan remaja
6) Kehamilan pranikah/di luar ikatan pernikahan
e. Masalah kesehatan reproduksi remaja:
1) Ketidakmatangan secara fisik dan mental
2) Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar
3) Kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri remaja
4) Risiko bertambah untuk melakukan aborsi yang tidak aman
Pengetahuan dasar kesehatan reproduksi yang harus dimiliki remaja agar
mempunyai kesehatan reproduksi yang baik:
a. Tumbuh kembang remaja: perubahan fisik/psikis pada remaja, masa subur,
anemi dan kesehatan reproduksi.
b. Kehamilan dan melahirkan: usia ideal untuk hamil, bahaya hamil pada usia
muda, berbagai aspek kehamilan tak diinginkan (KTD) dan abortus.
c. Pendidikan seks bagi remaja: pengertian seks, perilaku seksual, akibat
pendidikan seks dan keragaman seks.
d. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.
e. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
f. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi.
g. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual.
h. Kemampuan berkomunikasi: memperkuat kepercayaan diri dan bagaimana
bersikap asertif
i. Hak-hak reproduksi dan gender.
Program tersebut di atas dapat dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak
seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, pendidik, profesional seperti bidan,
dokter, LSM serta instansi pemerintah terkait. Semua pihak tersebut merupakan
pihak yang dapat mendukung pelaksanaan program di lapangan. Namun jangan
dilupakan bahwa sangat penting untuk melibatkan remaja itu sendiri dalam
merencanakan, melaksanakan, dan memonitor/mengevaluasi program yang akan
dijalankan.
Jalur-jalur yang dapat digunakan pada program ini yaitu dapat dilaksanakan
melalui jalur sekolah terutama melalui ekstrakurikuler, jalur kelompok yang ada
di masyarakat, seperti pramuka, karang taruna, pengajian remaja maupun orang
tua, kelompok arisan dan lain sebagainya. Program ini juga dapat memanfaatkan
mass media seperti radio ataupun media cetak. Melalui radio, kita dapat
mengintegrasikan program ini dalam siaran yang khusus membahas masalah
remaja. Atau kita sendiri dapat mengembangkan program radio interaktif yang
membahas masalah kesehatan reproduksi remaja. Kita dapat pula
mengembangkan pusat-pusat informasi dan konseling remaja.
Upaya pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan secara umum untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat remaja sebagai unsur kesehatan keluarga,
guna membina kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka meningkatkan
ketahanan diri, prestasi dan peran aktifnya dalam pembangunan nasional. Secara
khusus pembinaan ini bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang pertumbuhan dan perkembangan
biologik yang terjadi pada dirinya
b. Menurunkan angka kehamilan di kalangan remaja
c. Menurunkan angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan remaja
d. Menurunkan angka kejadian penyakit akibat hubungan seksual di kalangan
remaja
e. Meningkatkan peran serta remaja dalam upaya pembinaan kesehatan dirinya
f. Meningkatkan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam upaya pembinaan
kesehatan remaja.
Informasi yang dapat diberikan bidan meliputi:
a. Gizi
b. Anatomi dan fisiologi dari alat reproduksi perempuan dan laki-laki
c. Haid dan permasalahannya
d. Proses terjadinya kehamilan
e. Aborsi dan bahayanya
f. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS
g. Narkoba dan bahayanya
Penyuluhan dan informasi dapat diberikan pada remaja secara individu, kelompok
remaja maupun melalui ibunya.
B. MELIBATKAN WANITA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Di banyak masyarakat dunia, seorang wanita tidak boleh memiliki atau mewarisi hak
milik, mencari penghasilan atau mendapatkan kredit bank. Bila dicerai, dia mungkin
tidak boleh merawat anak-anaknya lagi atau hak miliknya. Meskipun wanita punya
hak secara hukum, tetapi tradisi mungkin tidak akan mengijinkannya boleh
memutuskan bagimana keuangan keluarga dikelola atau kapan harus mendapatan
pelayanan kesehatan. Dia tidak bisa berpergian jauh atau berperan serta dalam di
masyarakat tanpa ijin suami.
Bila wanita dirampas hak-haknya seperti tersebut di atas, mereka harus bergantung
pada pria untuk hidup. Akibatnya, mereka tidak bisa dengan mudah menuntut
sesuatu untuk meningkatkan kesehatan mereka misal KB, seks yang aman, cukup
aman, pelayanan kesehatan, dan bebas dari rasa takut.
GENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI

A. SEJARAH PERKEMBANGAN PEREMPUAN


1. SEJARAH INTERNASIONAL
Perjuangan kaum perempuan untuk mewujudkan kesetaraan
gender mulai gecar setelah ditetapkannya deklarasi hak asasi manusia PBB
(1984). Perubahan ini seiring dengan pergeseran paradigm pembangunan
dari pendekatan keamanan dan kestabilan menuju pendekatan
kesejahteraan dan keadilan.Kaum perempuan mulai menyadari
ketertinggalannya disbanding kaum laki-laki diberbagai aspek
kehidupan.Untuk mengejar ketinggalan tersebut maka dikembangkan
konsep emansipasi (kesamaan ) antara perempuan dan laki-laki Pada tahun
1950 dan 1960-an .
Pada tanggal 12 Juli 1963 timbul gerakan global yang dipelopori
gerakan kaum perempuan yang mendeklarasikan suatu resolusi melalaui
badan ekonomi social PBB (ECOSOC ) no 861 F (XXVI ) dan
diakomodasi pemerintah Indonesia pada tahun 1968.Pada tahun 1975 di
Mexico city dislenggarakan World conference international year of women
PBB yang menghasilkan deklarasi kesamaan antara laki-laki dan
perempuan :
a. Pendidikan dan pekerjaan
b. Memprioritaskan pembangunan bagi akum perempuan
c. Memperluas partisipasi perempuan dalam Tersedia data dan
informasi partisipasi perempuan
d. Pelaksanaan analisis perbedaan peran berdasarkan jenis
kelamin
Guna meadahi aktifitas trsebut maka diperkenalkan tema
perempuan dalam pembangunan 9women in development )Yang bermaksd
mengintegrasikan perempauan dalam pembangunan.
Pada tahun 1980 di kopenhagen dilakukan world conference UN
mid decade of women yang mengesahkan tentang UN covention on the
elimination of all forms of discrimation agains women /peniadaan bentuk
diskriminasi terhadap perempuan
Pada tahun 1985 di Nairobi diadakan world conference on result
on ten years women movement untuk mengkaji berbagi ketimpangan
antara laki-laki dan perempuan.PBB pada tahun 1985 membentuk satu
badan yang disingkat UNIFEM (united nations fund for women ) unuk
melakukaan studi advokasi ,kolaborasi dan mendanai kegiatan kesetaraan
gender setara internasional.Berdasarkan berbagai studi maka tema women
in devolepment diubah menjadi women and development agar member
makna bahwa kualitas/mutu kesetaraan lebih penting daripada sekedar
jumlah.
Pada tahun 1990 di Vienna diselenggarakn the 34 th
commission on the status of women. Dari studi Anderson (1992 ) dan
Moser (1993 ) memberikan rekomendasi pebahwa tanpa keelaan,kerjasama
dan keterlibatan kaum laki-laki maka program pemberdayaan perempuan
tidak akan berjalan baik.kemudian pendekatan gendr diubah menjadi
Gender and development,pandangan ini yang terus diperdebatkan dalam
international conference on population and development di Cairo 1994 dan
dari conferensi tersebut disepakati berbagai komitment operasional tentang
perbaikan status dan peranan perempuan dalam pembangunan.

2. SEJARAH NASIONAL
Pergerakan kaum perempuan indonsia diilhami oleh perjuangan
RA Kartini yang ingin terbebas dari budaya kraton.Gejolak rasa
nasionalisme dibulatkan dalam sumpah pemuda tahun 1928 yang ditindak
lanjuti oleh konggres perempuan Indonesia tanggal 22 desember 1928 di
Yogyakarta,pada waktu itu resolusi penting yang dideklarasikan adalh
tuntutan terhadap upaya peningkatan kondisi perempuan dan persyaratan
perkawinan,kemudian konggres tersebut dikenal sebagai hari ibu.Tuntutan
persamaan hak dan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki menjadi
relevan karena sejak dulu perempuan telah membuktikan
kemampuannya,seperti dalam masa perjuangan kemerdekaan,peran
perempuan sangat pentig baik secara fisik ,moril, yaitu bertugas digaris
belakang ( penyeiaan logistic,perawatan korban perang.untuk itu dikenal
nama pejuang perempuan di medan perang seperti nama Cut Nyakdien da
Martha tiahahu.Dibidang pendidikan terdapat nama Rasuna Said, Dewi
Sartika,Dibidang politik terdapat nama SK trimurti, Ny Supeni, Ny
Fatmawati.
Pada tahun 1930 diselenggarakan konggres perserikatan
perkumpulan perempuan Indonesia ( PPPI ) yang ke 2 yang mana
perdagangan perempuan dan anak menjadi issue besar yang ditanggapi
secara serius.Pada tahun 1950 didirikan organisasi konggres Wanita
Indonesia (KOWANI ) dan dilanjutkan dengan pembentukn BKOW
( badan kontak organisasi wanita ). Sejak 1 Oktober 1965 organisasi
seakan mulai membisu.
Gerakan perempuan dalam era orde baru dimulai dibentuknya
komite nasional kedudukan wania Indonesia (KNKWI ) tahun 1967.pda
tahun 1975 dalam cabinet pembangunan II dibentuk kementrian yang
disebut dengan menteri muda urusan peranan wanita,kemudian pada
cabinet pembangunan III diubah menjadi menteri Negara urusan peranan
wanita dan pada waktu yang bersamaan dibentuk organisasi perempuan
seperti PKK, dharma wanita, dharma pertiwi dll. Pada cabinet persatuan
nasional menteri Negara urusan peranan wanita berganti nama menjadi
menteri Negara pemberdayaan perempuan.
Gerakan perempuan Indonesia era reformasi, merupakan
tonggak redefinisi peran poltik perempuan yang ditandai dengan
munculnya kegiatan atas dasar empaty terhadap penderitaan perempuan.

3. MASALAH PEREMPUAN
a. Masalah perempuan tingkat international
Berdasarkan hasil konferensi di Beijing 1995 dapat diidentifikasi 12 isu
keprihatinan Beijing sebagai berikut :
1) Masalah perempuan dan kemiskinan terutama karena
kemiskinan structural akibat kebijaksanaan pembangunan dan
social budaya
2) Keterbatasan kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi kaum
perempuan untuk meningkatkan posisi tawar menawar menuju
kesetaraan gender
3) Masalah kesehatan dan hak reproduksi perempuan yang kurang
mendapat perlindungan dan pelayanan yang memadai
4) Kekerasan fisik dan nonfisik terhadap perempuan baik dalam
rumah tangga maupun ditempat kerja tanpa mendapat
perlindungan hokum
5) Perempun ditengah konflik militer dan kerusuhan,banyak
menjadi korban kekejaman
6) Terbatasnya akses perempuan untuk brusaha dibidang ekonomi
produktif termasuk mendapatkan modal dan pelatihan usaha
7) Keikutsertaan perempuan dalam merumuskan dan mengambil
keputusan dalam keluarga masyarkat dan Negara masih
terbatas.
8) Terbatasnya lembaga dan mekanisme yang data
memperjuangkan kam perempuan baik dalam sector
pemerintah maupun non pemerintah
9) Perlindungan dan pengayoman terhadap hak azazi perempuan
secara social maupun hokum lemah
10) Keterbatasan akses perempuan tehadap media massa sehingga
ada kecenderungan media informasi menggunkan tubuh wanita
sebagai media promosi dan eksploitasi murahan.
11) Kaum perempuan paling rentan terhadap pencemaran
lingkungan seperti air bersih,sampah industry dan lingkungan
lain
12) Terbatasnya kesempatan dalam mengembangkan potensi diriny
dan tindak kekerasan terhadap anak perempuan.

b. Masalah Perempuan diIndonesia


DiIndonesia terdapat beberapa hal yang merendahkan harkat dan
martabat perempuan sebagai keprihatinan bersama seperti :
1) Masih banyak peraturan perundangan yang diskriminatif terhadap
kaum perempuan terutama ditempat kerja dan penggajian
2) Banyak terjadi tinadak kekerasan,perkosaan dan penyiksaan fisik
terhadap perempuan tanpa perlindungan hokum
3) Sindikat penipuan daan perdagangan perempuan untuk
dipekerjakan dengan penghasilan yang menjanjikan
4) Eksploitsi tubuh dan tindakan pelecehan seksual ,pornografi yang
dilakukan alas an seni dan pariwisata
5) Budaya kawin muda yang diikuti dnegan tingginya perceraian
yang merendahkan martabat perempuan
6) Budaya melamar dengan antaran dan mas kawin yang mahal
sehingga menimbulkan persepsi juaal beli perempuan
7) Pemahaman dan penafsiran aaran agama yang salah denan budaya
yang tidak berpihak terhadap status perempuan
8) Diskriminasi dalam kesempatan pendidikan,pelatihan dan
kesempatan kerja
9) Masih banyak anggapan yang merendahkan perempuan
10) Banyak budaya yang bias gender
11) Dari aspek kesehatan reproduksi masih ada pendapat bahwa kb itu
urusan perempuan.

B. TEORI DAN KONSEP GENDER


1. TEORI NURTURE
Menurut teori nurture perbedan perempuan dan laki-laki pada
hakikatnya adalah hasil konstruksi social budaya sehingga menghasilkan
peran dan tugas yang berbeda.konstruksi social menempatkan perempuan
dan laki-laki dalam perbedaan kelas. Laki-laki diidetikan dengan kelas
borjuis dan perempuan sebagai proletar.Perjuangan untuk persamaan
dipelopori oleh kaum feminis international yang cenderung mengejar
kesamaan dengan konsep 50 :50 yang kemudian dikenal dengan konsep
perfet equality(kesamaan kuantitas) Pendekatan yang dilakukan oleh kaum
feminis adalah pendekatan social konflik yaitu konsep yang diilhami oleh
ajaran Karl Mark (1818-1883 ) dan Machiavelli (1469 – 1527 )dilanjutkan
david Lockwood (1957 ) dengan tetap menerapkan konsep dialetika.

Randall Collins (1987 ) beranggapan keluarga adalah wadah tempat


pemaksaan,suami sebagai pemilik dan wanita sebagai abdi.Margrit Eichlen
beranggapan keluarga dan agama adalah sumber terbetuknya budaya dan
perilaku diskriminasi gender.Karena itu aliran social konflik yang banyak
dianut masyarakat social komunis yang menghilangkan strata penduduk
(egalitarian ), Paham social konflik memperjuangkan kesamaan
proporsional dalam segala aktivitas masyarakat.untuk mencapai hal
tersebut maka dibuatlah program Affirmative active ,yang akhirnya
menimbulkan reaksi negative dari laki-laki yang ariori terhadap perjuangan
wanita tersebut yang disebut dengan male backlash.

2. TEORI NATURE
Menurut teori nature perbedaan perempuan dan laki-laki adalah
kodrat sehingga harus diterima.Perbedaan biologis ini memberikan indikasi
peran dan tugas yang berbeda.Perbedaan biologis diyakini memiliki
pengaruh pada peran yang bersifat naluri /instinct.Dalam kehidupan social
ada pembagian tugas (divition of labour ) Pada mini diajarkan oleh
Socrates dan Plato yang kemudian diperbaharui oleh August Comte (1798-
1857 ),Emile Durkeim (1858-1917 ) Dan Herbet Spencer (1820 -1930 )
Yang mengatakan bahwa kehidpan kebersamaan didasari oleh
pembagiankerja dan tanggung jawab.
Talcott Parsons (1902- 1979 0 dan Parsons & Bales berpendapat bahwa
keluarga dalah unit social yang memberikan perbedaan peran suami dan
istri untuk saling melengkapai dan saling membantu satu sama lain .Aliran
ini melahirkan paham structural fungsional yang menerima perbedaan
peran asalkan dilakukan secara demokratisasidan dilandasi komitmen
antara suami dan istri.

3. TEORI EQUILIBRIUM
Disamping kedua aliran tersebut terdapat kompromistis yang dikenal
dengan keseimbangan ( equilibrium )yang menekankan pada konsep
kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara laki-laki dan
perempun.hubungan antara keduanya tersebut tidak bertentangan tetapi
saling komplementer guna saling melengkapi nsatu sama lain. RH.
Tawney menyebutkan bahwa keragaman peran apakah karena biologis,
etnis, aspiratif, minat,pilihan, atau budaya hakikatnya adalah realita
kehidupan manusia.

C. KESEHATAN REPRODUKSI DAN KEPENDUDUKAN


Definisi kesehatan reproduksi adalah suatu keadaa kesehatan lingkungan
yang sempurna baik fisik,mental social dan lingkuangan serta bukan hanya
bebas dari , kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan engan system
reproduksi fungsi serta prosesnya (WHO,1992 ).
Hak-hak reproduksi adalah hak setiap individu untuk menentukan kapan
akan melahirkan,berapa jumlah anak ,dan jarak anak yang dilahirkan serta
memilih upaya untk mewujudkan hak-hak tersebut.
1. Masalah kependudukan
Dalam mengkai masalah kependudukan ada beberapa hal yang perlu
endapat perhatian antara lain :
a. Kecenderungan pertumbuhan dan jumlah penduduk serta elemen-
elemen peentunnya seperti fertilitas,mortalitas dan migrasi.
Pertambahan yang cepat bias disebabkan oleh kelahiran dan hal
ini bias dikendalikan dengan ber KB sedangkan mortalitas bias
disebakan sakit,bencana alam dan ketuaan.
b. Perubahan Komposisi penduduk menggambarkan omposisi
penduduk muda atau tua dapat dianalisa berdasarkan kelompok
umur 5 tahun
c. Ketersediaan sumberdaya alam dan kemampuan penyediaan
fasilitas pelayanan public atau pelayanan social dasar terutama
pelayanan kesehatan dan pendidikan serta penyediaan lapanagan
kerja dibandingkan dengan jumlah dan pertumbuhn penduduk.
Sasaran yang direkomendasikan ICPD adalah :
a. Pertumbuhan,jumlah dan struktur penduduk
b. Pendidikan dasar
Semua Negara diharapkan mencapai sasaran pendidikan dasar
untuk semua orang paling lambat tahun 2015 dengan tahapan
sbagai berikut
1) Menghapus perbedaan gender dalam tingkat pendidikan
dasar paling lambat tahun 2005
2) Menjamin rasio angka partisipasi murni untuk laki-laki dan
perempuan paling rendah 85 % pada tahun 2000 dan 90 %
pada tahun 2010.
c. Kesehatan reproduksi
Pemerintah harus berusaha pada tahun 2015 nanti semua fasilitas
pelayanan kesehatan primer dan klinik keluarga berencana dapat
menyediakan secara langsung atau pelayanan secara rujukan
60 % Fasilitas pelayanan sudah tersedia tahun 2005 dan 80 %
sudah tersedia tahun 2010.
d. Penurunan Angka kematian Ibu
1) Untuk Negara dengan AKI masih tinggi sasarannya 40 % dari
seluruh kelahiran harus ditolong tenaga medis tahun 2005
harusmencapai 50 % dan 60 % pada tahun 2015
2) Untuk semua Negara sasarannya 80 % dari semua kelahiran
harus ditolong tenaga medis pada tahun 2005 dan 85 % pada
tahun 2015
e. Masalah HIV/AIDS
Sasaran pada remaja 15-24 tahun paling sedikit mendapat 90 %
informasi ,edukasi dan pelayanan mengurangi HIV/AIDS pada
tahun 2005 an 95 % pada tahun 2015.
f. Pandangan global

2. Masalah kesehatan reproduksi


Paket pelayann kesehatan reproduksi dapat dibagi menjadi 2 ;
a. Paket pelayanan reproduksi esensial
1) Pelayanan kelurga berencana
2) Pelayanan kesehatan ibu,bayi dan anak termasuk pencegahan
komplikasi aborsi
3) Pelayanan penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran
reproduksi ,infertilitas dan HIV/AIDS
4) Pelayanan kesehtan reproduksi remaja
b. Paket pelayanan reproduksi komperhensif
Adalah pelayanan kesehatan reproduksi sepanjang siklus
kehidupan manusia yang terdiri dari pelyanan kesehatan
reproduksi esensial ditambah dengan pelayanan keshatn
reproduksi usia lanjut.
Status kesehatan reproduksi perempuan relati rendah hal ini
disebabkan oleh beberapa factor :
1) Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,KB,dan
kehidupan seksual rendah yang disebabkan informasi yang
kurang
2) Perlak seksual beresiko tinggi masih banyak dijumpai
dimasyarakat
3) Pelayanan kesehatan reproduksi yang kurang merata
dihampir seluruh lapisan masyarakat
4) Sikap yang banyak merugikan perempuan
5) Kurang berdayanya perempuan dan anak perempuan dalam
pengaturan kehidupan seksual
6) Kesadaran terhadap hak-hak reproduksi masih kurang
dominan.
Masalah kesehatan reproduksi di Indonesia:
1) Kematian dan kesakitan ibu hamil,melahirkan dan nifas
2) Aborsi
3) Infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual
4) HIV/AIDS
5) Keluarga Berencana
6) Kesehatan reproduksi Remaja
7) Pernikahan usia muda

D. ISU GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI


Hak-hak reproduksi berdsarkan ICPD tahun 1994 :
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
5. Hak untuk mennetukan jumlah dan jaraak kelahiran anak
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan
repoduksinya.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan,kekerasan,penyiksaan dan pelecehan
seksual
8. Hak mendapatkan kemajuan,ilmu pengetahuan yang berkaitn dengan
kesehatan reproduksi
9. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaiatan dengan pilihan atas pelayanan
dan kehidupan reproduksinaya
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Isu gender dalam kesehatan ibu dan bayi adalah sebagai berikut :
1. Kesehatan Ibu dan bayi (safe motherhood )
a) Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan dalam
kaitannya dengan kesehatan dirinya
b) Sikap dan perilaku keluarga cenderung mengutamakan laki-laki
c) Tuntutn untuk tetap bekerja keras bagi ibu hamil seperti pada saat
tidak hamil
d) Pantangan-pantangan bagi perempuan untuk melakukan kegiatan atau
makan-makanan tertentu.
2. Keluarga berencana
Hal-hal yang dianggap dalam isu gendr dalam KB adalah :
a) Kesetaraan ber KB yang timpang antara laki-laki dan perempuan
b) Perempuan tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan metode
kontrasepsi yang diinginkan yang disebabkan karena ketergantungan
terhadap suami
c) Pengambilan keputusan : partisipasi laki-laki dalm KB sangat kecil
dan kurang
d) Ada anggapan bahwa KB adalah urusan perempuan
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
Isu gender dalam kesehatan reproduksi kesehatan remaja adalah :
a) Ketidak-adilan dalam membagi tanggungjawab
b) Ketidak-adilan dalam aspek hokum
4. Penyakit menular sexsual
Hal-hal yang dijadikan isu gender pada PMS adalah :
a) Perempuan selalu dijadikan obyek intevensi dalam program
pemberantasan PMS walaupun laki-laki sebagai konsumen
b) Setiap upaya mengurangi praktek prostitusi,perempuan sebagai penjaja
seks komersial selalu menjadi obyek dan tudingan sumber
permasalahan

E. PENGEMBANGAN PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI


Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan program kesehatan reproduksi adalah :
1. Resiko dan komplikasi kehamilan hendaknya dapat ditekan seminimal
mungkin
2. Keselamatan ibu dan anak selama proses kehamilan dan kelahiran
hendaknya dapat dijamin semaksimal mungkin
3. Ibu dan anak mendapat perawatan pasca salin secara memadai
4. Setiap pasangan mempunyai kesempatan untuk mencegah kehmailan
sesuai dengan keinginan mereka,sehingga dapat menghindari teradinya
kehamilan yang tidak direncanakan
5. Renaja baik perempuan maupun laki-laki memperoleh,pemahaman
dan pelayanan yang mencukupi dalam proses reproduksi sehat
termasuk narkoba
6. Keluarga terhindar dari penyakit infeksi saluran reproduksi,PMS dan
HIV/AIDS
7. Program yang dikembngkan tidak bertentangan dengan hk reproduksi
manusia
8. Meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender didalam pelayanan
kesehatn reroduksi.

Program program yang dikembangkan dalam kesehatan reproduksi ;


1. Program pengelolaan masalah kehamilan,persalinan,pasca
persalinan,menyusui dan pasca aborsi
a) Meningkatkan pengetahuan dan kseadaran masyarakat tentang
masalah yang terjadi selama kehamilan,persalinan,pasca
persalinan,menyusui dan pasca aborsi
b) Meningkatkan pengethuan dan kesadaran masyarakat mengenai
berbagai tempat pelayanan kesehatan
c) Meningkatkan pemberian ASI ekslusif
d) Meningkatkan jumlah sarana dan kulaitas pelayanan kesehatan
reproduksi dasar dan komperhensif
e) Mengembangkan system rujukan dari dan oleh masyarakat dengan
pendamping tenaga kesehatan
f) Pegembangan pendataan yang dilkukan oleh masyarakat sebagai
masukan pengembangan kegiatan diwilayah.
2. Program Keluarga Berencana
Ada 4 program pokok yang menjadi dasar kebijkan operasional program
keluarga berencana:
a) Program KB
b) Program penguatan kelembagaan dan jaringan KB
c) Program kesehatan reproduksi remaja
d) Program pemberdayaan keluarga
Upaya dan program baru dalam program keluarga berencana nasional
adalah :
a) Peningkatan partisipasi laki-laki
b) Memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan KB-KR
c) Penyelenggaraan asuransi kesehatan untuk pelayanan KB –KR
3. Kesehatan reproduksi remaja
Empat pendekatan yang digunakan dalam penanganan masalah
kesehatan reproduksi remaja adalah :
a) Institusi keluarga
b) Kelompok sebaya (pear group )
c) Institusi sekolah
d) Tempat kerja
4. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
Penanggulangan dilakukan melalui :
a) Program pencegahan infeksi saluran reproduki,PMS,HIV/AIDS dan
kesehatan seksual dengan tujuan untuk membimbing pasangan
suami Istri agar memperoleh kehidupan seksual yang yang aman
dan memuaskan
b) Program pengelolan masalah infertilitas yang merupakan upaya
untuk membantu keluarga dapat menjalankan fungsi/kemampuan
reproduksinya atau melakukan adpopsi anak
c) Penyediaan fasilitas informasi yang lengkap tentang masalah
kesehatan reproduksi

F. BENTUK-BENTUK DISKRIMINASI GENDER


1. Marjinalisasi (pemiskinan )perempuan
Pemiskinan disebabkan karena jenis kelamin merupakan salah satu
bentuk ketidakadilan gender.Contoh banyak pekerja perempuan
tersingkir dan menjadi miskn akibat dari program pembangunan
seperti intensifikasi pertanian dan industri yang lebih memerlukan
ketrampilan laki-laki.
Contoh-contoh marginalisasi :
a) Pemupukan dan pengendalian hama dengan teknologi baru yang
dikerjakan laki-laki
b) Pemotongan padi denga peralatan mesin yang membutuhkan
tenaga dan ketrampilan laki-laki,menggantikan tangan-tangan
perempuan dengan ani-ani
c) Usaha konveksi yang lebih menyerap tenaga perempuan
d) Peluang menjadi pembantu rumah tangga lebih banayak
perempuan
2. Sub Ordinasi
Sub ordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis
kelamin dianggap penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin
lainnya
Contoh : bila istri hendak ikut tugas belajar atau pergi keluar negeri ia
harus mendapat ijin dari suami tetapi bila suami yang akan pergi ia
mengambil keputusan sendiri tanpa mendapat ijin istri.
3. Pandangan stereotype
Pelabelan atau penandaan yang sering kali bersifat negative secara
umum selalu melahirkan ketidakadilan. pandangan terhadap
perempuan bahwa tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan
yang berkaitan kerumahtanggaan atau tugas domestic dan ebagai
akibatnya ketika ia berada diruang public maka jenis pekerjaan,profesi
atau kegiatannya merupakan perpanjangan pran domestiknya
Contohnya ;
a) label kaum perempuan sebagai ibu rumah tangga sangat merugikan
mereka jika hendak aktif dalam kegiatan laki-laki seperti
politik,bisnis
b) label laki-laki sebagai pencari nafkah mengakibatkan apa saja yang
dihasilkan oleh perempuan dianggap sebagai sambilan sehingga
kurang dihargai
c) keramahtamahan laki-laki dianggap merayu dan
keramahtamahannya perempuan dinilai genit
4. Kekerasan
Kata kekerasan merupakan terjemahan dari VIOLENCE artinya suatu
serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologi
seseorang.oleh karena itu kekrasan tidak hanya menyangkut serangan
fisik seperti perkosaan pemukulan,dan penyiksaan tetapi juga berseifat
non fisik seperti pelecehan seksual,ancaman dan paksaan sehingga
emosional perempuan atau laki-laki yang mengalami terusik batinnya.
Contohnya :
a) Suami membatasi uang belanja dan memnitor pengelurannya
secara ketat
b) Istri menghina/mencela kemampuan seksual atau kegagalan karir
suami
5. Beban kerja
Sebagai suatu bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah
beban kerja yang harus dijalankan oleh salah satu jenis
kelamin.berbagai observasi menunjukan perempuan mengerjakan
hamper 90 % dari pekerjaan dalam rumah tangga sehingga bagi
mereka yang bekera diluar rumah selain bekerja diwilayah public juga
mengerjakan pekerjaan domestic.
Contohnya :
Seorang ibu dan anak perempuannya mempunyai tugas untuk
menyiapkan makanan dan menyediakannya diatas meja,kemudian
merapikan setelah mencuci piring,sedang bapak dan anak laki-lakinya
setelah makan tidak punya kewajiban merapikan piring tanpa punya
kewajiban merpikannya.

Anda mungkin juga menyukai