Anda di halaman 1dari 215

FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR

NO Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Konsep Kesehatan Reproduksi
2 Kompetensi dasar Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar
kesehatan reproduksi
3 Materi Pokok 1. Definisi Kesehatan Reproduksi
2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
3. Hak-hak Kesehatan reproduksi
4 Tugas-tugas 1. Apakah definisi dari kesehatan
reproduksi?
2. Apa saja yang termasuk ruang lingkup
kesehatan reproduksi?
3. Sebutkan minimal 3 hak hak reproduksi
4. Carilah contoh kasus perwujudan hak-hak
kesehatan reproduksi dalam kehidupan
sehari-hari
5 Isu Terkini -
6 Daftar Pustaka a. Pusdiknakes, Modul Kesehatan
reproduksi untuk Siswi, Pusdiknakes,
Jakarta, 2004
b. Yani Widyastuti, dkk, Kesehatan
Reproduksi, Yogyakarta, 2009

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,Mkes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

Bahan Ajar Kespro-KB Page 1


Bahan Ajar 1

BAB I
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

A. DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI


Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan/ICPD
(International Conference on Population and Development), di Kairo Mesir tahun 1994
diikuti 180 negara menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas/keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada
kesehatan reproduksi serta hak reproduksi.

Kesehatan Reproduksi (Definisi ICPD):


terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang berkaitan dengan system,
fungsi dan proses reproduksinya.
Menurut Yani dkk, 2009:
Definisi kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.

B. RUANG LINGKUP KESEHATAN REPRODUKSI


Ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya sangat luas, sesuai dengan definisi
yang tertera di atas, karena mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir
hingga mati. Dalam uraian tentang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih rinci
digunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approach), sehingga diperoleh
komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan.
Ruang lingkup kesehatan reproduksi, yaitu:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) termasuk PMS-
HIV/AIDS.
3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi abborsi.
4. Kesehatan Reproduksi Remaja.
5. Pencegahan dan penanganan infertilitas.
6. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis.
7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi
genital, fistula, dll.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 2


Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen Kesehatan RI
dilaksanakan secara integratif memprioritaskan pada empat komponen kesehatan
reproduksi yang menjadi masalah pojok di Indonesia yang disebut paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Essensial (PKRE), yaitu:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Keluarga Berencana.
3. Kesehatan Reproduksi Remaja.
4. Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk HIV/AIDS.
Jika PKRE ditambah dengan Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Usia Lanjut,
maka pelayanan yang diberikan disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Komprehensif (PKRK).
Karena terdiri atas beberapa komponen, maka pelayanan kesehatan reproduksi
diupayakan agar dapat diberikan secara terpadu, berkualitas dan memperhatikan hak
reproduksi perorangan. Ini berarti bahwa kegiatan operasional Program Kesehatan
Reproduksi bertumpu pada program pelayanan yang sudah tersedia, yang dilaksankan
berdasarkan kepentingan dan kebutuhan sasaran pelayanan/konsumen (sesuai dengan
siklus hidup). Dengan demikian, pelayanan kesehatan reproduksi bukanlah suatu
pelayanan yang baru maupun berdiri sendiri, tetapi merupakan kombinasi berbagai
pelayanan, agar sasaran memperoleh semua pelayanan secara terpadu dan berkualitas,
termasuk dalam aspek komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).

C. HAK-HAK KESEHATAN REPRODUKSI


Hak-hak reproduksi merupakan hak asasi manusia. Baik ICPD 1994 di Kairo maupun
FMCW 1995 di Beijing mengakui hak-hak reproduksi sebagai bagian yang tak
terpisahkan dan mendasar dari kesehatan reproduksi dan seksual (Cottingham et al,
2001).
Hak-hak reproduksi merupakan bentuk perlindungan bagi setiap individu, serta pra
kondisi untuk memperoleh hak-hak lainnya tanpa diskriminasi. Hak-hak reproduksi
mengawasi pemerintah dalam mematuhi dokumen-dokumen HAM. Misalnya, tidak
terpenuhinya hak atas pendidikan, pelayanan kesehatan dan social yang
menyebebabkan kematian ibu.
Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dalam Konferensi Internasional
Kependudukan dan Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan jasmani
maupun rohani meliputi:
1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 3


4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual.
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi.
9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya.
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga
dan kehidupan reproduksi.
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi.

Hak-hak reproduksi perorangan


Dapat diartikan bahwa setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan (tanpa
memandang perbedaan kelas social, suku, umur, agama, dll) mempunyai hak yang
sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab (kepada diri, keluarga
masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar-anak, serta untuk menetukan waktu
kelahiran anak dan dimana akan melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada
pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakui dunia intrenasional.

Hak reproduksi dapat dijabarkan secara praktis antara lain sebagai berikut:
1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang
terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga
menjamin keselamatan dan keamanan klien.
2. Perempuan dan laki-laki, sebagai pasangan atau sebagai individu, berhak
memperoleh informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi dan
manfaat serta efek samping obat-obatan,alat dan tindakan medis yang digunakan
untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
3. Adanya hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau,
dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tak melawan hukum.
4. Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya, yang
memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan persalinan,
serta memperoleh bayi yang sehat.
5. Hubungan suami istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan
dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur
pemaksaan, ancaman dan kekerasan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 4


6. Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang
tepat dan benar tentang reproduksi remaja, sehingga dapat berperilaku sehat dan
menjalani kehidupan seksual yang bertanggungjawab.

Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk mewujudkan


pemenuhan hak-hak reproduksi:
1. Promosi hak-hak reproduksi
Dilaksanakan dengan menganalisis perundang-undangan, peraturan dan kebijakan
yang saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak-hak reproduksi
dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial budaya masyarakat. Pelaksanaan
upaya pemenuhan hak reproduksi memerlukan dukungan secara politik, dan
legislatif sehingga bisa tercipta undang-undang hak reproduksi yang memuat aspek
pelanggaran hak-hak reproduksi.
2. Advokasi hak-hak reproduksi
Advokasi dimaksudkan agar mendapatkan dukungan komitmen dari para tokoh
politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM/LSOM, dan swasta. Dukungan
swasta dan LSM sangat dibutuhkan karena ruang gerak pemerintah lebih terbatas.
Dukungan para tokoh sangat membantu memperlancar terciptanya pemenuhan hak-
hak reproduksi. LSM yang memperjuangkan hak-hak reproduksi sangat penting
artinya untuk terwujudnya pemenuhan hak-hak reproduksi.
3. KIE hak-hak reproduksi.
Dengan KIE diharapkan masyarakat semakin mengerti hak-hak reproduksi
sehingga dapat bersama-sama mewujudkannya.
Sistem pelayanan hak-hak reproduksi.

Terpenuhi dan tidak terpenuhinya hak reproduksi ini akan tergambarkan dalam derajat
kesehatan reproduksi masyarakat. Untuk Indonesia saat ini, derajat kesehatan
reproduksi masih rendah, yang antara lain ditunjukkan oleh angka kematian ibu (AKI)
yang masih sangat tinggi, banyak ibu hamil yang mempunyai keadaan 4 terlalu (terlalu
muda, terlalu tua, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak antar kelahiran), atau
banyak yang mempunyai masalah kesehatan dan kurang energi kronis sehingga
memperburuk derajat kesehatan reproduksi masyarakat. Selain itu, perempuan juga
kurang terlindung terhadap penularan Penyakit Menular Seksual (PMS), sementara
laki-laki kurang paham terhadap upaya pencegahan dan penularannya, yang dapat
berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi laki-laki dan perempuan, serta
kesehatan keturunannya.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 5


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR

NO Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Konsep gender dalam kesehatan reproduksi
perempuan dan Pelayanan kesehatan yang
peka gender terhadap isu-isu kesehatan
perempuan
2 Kompetensi dasar Mahasiswa dapat menjelaskan Konsep gender
dalam kesehatan reproduksi perempuan dan
Pelayanan kesehatan yang peka gender
terhadap isu-isu kesehatan perempuan
3 Materi Pokok 1. Pengertian gender
2. Gender dan kesehatan reproduksi
3. Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender
dalam pelayanan kesehatan
4. Isu gender dalam kesehatan reproduksi
a) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
b) Keluarga berencana
c) Kesehatan reproduksi remaja
d) PMS, termasuk HIV/AIDS
e) Kesehatan reproduksi pada usia lanjut
4 Tugas-tugas Membuat refleksi masalah isu gender terkini
yang didapat dari down load internet masing-
masing individu,dengan topik yang berbeda
5 Isu Terkini Poligami,menikah dengan gadis dibawah
umur,aborsi,HIV/AIDS,Narkoba,KDRT.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 6


6 Daftar Pustaka 1. Dirjen Kesmas,BinKesga,2000,Program
kesehatan reproduksi dan pelayanan
integratife ditingkat pelayanan dasar
,DepKes RI,Jakarta
2. UNFPA,BKKBN,Kantor menteri Negara
pemberdayaan perempuan RI,Buku
02,Bahan pembelajaran pelatihan
pengarusutamaan gender bidang
kesehatan reproduksi dan
kependudukan,2001

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,MKes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

Bahan Ajar Kespro-KB Page 7


Bahan Ajar 2

BAB II

GENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI

A. SEJARAH PERKEMBANGAN PEREMPUAN


1. SEJARAH INTERNASIONAL
Perjuangan kaum perempuan untuk mewujudkan kesetaraan gender
mulai gecar setelah ditetapkannya deklarasi hak asasi manusia PBB (1984).
Perubahan ini seiring dengan pergeseran paradigm pembangunan dari
pendekatan keamanan dan kestabilan menuju pendekatan kesejahteraan dan
keadilan.Kaum perempuan mulai menyadari ketertinggalannya dibanding kaum
laki-laki diberbagai aspek kehidupan.Untuk mengejar ketinggalan tersebut maka
dikembangkan konsep emansipasi (kesamaan ) antara perempuan dan laki-laki
Pada tahun 1950 dan 1960-an .
Pada tanggal 12 Juli 1963 timbul gerakan global yang dipelopori
gerakan kaum perempuan yang mendeklarasikan suatu resolusi melalaui badan
ekonomi social PBB (ECOSOC ) no 861 F (XXVI ) dan diakomodasi
pemerintah Indonesia pada tahun 1968.Pada tahun 1975 di Mexico city
diselenggarakan World conference international year of women PBB yang
menghasilkan deklarasi kesamaan antara laki-laki dan perempuan :
a. Pendidikan dan pekerjaan
b. Memprioritaskan pembangunan bagi akum perempuan
c. Memperluas partisipasi perempuan dalam Tersedia data dan
informasi partisipasi perempuan
d. Pelaksanaan analisis perbedaan peran berdasarkan jenis kelamin
Guna meadahi aktifitas tersebut maka diperkenalkan tema perempuan
dalam pembangunan (women in development )Yang bermaksd mengintegrasikan
perempauan dalam pembangunan.
Pada tahun 1980 di kopenhagen dilakukan world conference UN mid
decade of women yang mengesahkan tentang UN covention on the elimination
of all forms of discrimation agains women /peniadaan bentuk diskriminasi
terhadap perempuan
Pada tahun 1985 di Nairobi diadakan world conference on result on ten
years women movement untuk mengkaji berbagi ketimpangan antara laki-laki
dan perempuan.PBB pada tahun 1985 membentuk satu badan yang disingkat
UNIFEM (united nations fund for women ) unuk melakukaan studi advokasi
,kolaborasi dan mendanai kegiatan kesetaraan gender setara internasional.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 8


Berdasarkan berbagai studi maka tema women in devolepment diubah
menjadi women and development agar memberi makna bahwa kualitas/mutu
kesetaraan lebih penting daripada sekedar jumlah.
Pada tahun 1990 di Vienna diselenggarakn the 34 th commission on
the status of women. Dari studi Anderson (1992 ) dan Moser (1993 )
memberikan rekomendasi bahwa tanpa kerelaan,kerjasama dan keterlibatan
kaum laki-laki maka program pemberdayaan perempuan tidak akan berjalan
baik.kemudian pendekatan gender diubah menjadi Gender and development,
pandangan ini yang terus diperdebatkan dalam international conference on
population and development di Cairo 1994 dan dari conferensi tersebut
disepakati berbagai komitment operasional tentang perbaikan status dan peranan
perempuan dalam pembangunan.
2. SEJARAH NASIONAL
Pergerakan kaum perempuan indonsia diilhami oleh perjuangan RA
Kartini yang ingin terbebas dari budaya kraton.Gejolak rasa nasionalisme
dibulatkan dalam sumpah pemuda tahun 1928 yang ditindak lanjuti oleh
konggres perempuan Indonesia tanggal 22 desember 1928 di Yogyakarta,pada
waktu itu resolusi penting yang dideklarasikan adalah tuntutan terhadap upaya
peningkatan kondisi perempuan dan persyaratan perkawinan,kemudian
konggres tersebut dikenal sebagai hari ibu.Tuntutan persamaan hak dan
kesetaraan antara perempuan dan laki-laki menjadi relevan karena sejak dulu
perempuan telah membuktikan kemampuannya,seperti dalam masa perjuangan
kemerdekaan,peran perempuan sangat pentig baik secara fisik ,moril, yaitu
bertugas digaris belakang ( penyeiaan logistic,perawatan korban perang.untuk
itu dikenal nama pejuang perempuan di medan perang seperti nama Cut
NyakDien da Martha Tiahahu.Dibidang pendidikan terdapat nama Rasuna Said,
Dewi Sartika,Dibidang politik terdapat nama SK trimurti, Ny Supeni, Ny
Fatmawati.
Pada tahun 1930 diselenggarakan konggres perserikatan
perkumpulan perempuan Indonesia ( PPPI ) yang ke 2 yang mana perdagangan
perempuan dan anak menjadi issue besar yang ditanggapi secara serius.Pada
tahun 1950 didirikan organisasi konggres Wanita Indonesia (KOWANI ) dan
dilanjutkan dengan pembentukn BKOW ( badan kontak organisasi wanita ).
Sejak 1 Oktober 1965 organisasi seakan mulai membisu.
Gerakan perempuan dalam era orde baru dimulai dibentuknya komite
nasional kedudukan wania Indonesia (KNKWI ) tahun 1967.pda tahun 1975
dalam cabinet pembangunan II dibentuk kementrian yang disebut dengan
menteri muda urusan peranan wanita,kemudian pada cabinet pembangunan III
diubah menjadi menteri Negara urusan peranan wanita .

Bahan Ajar Kespro-KB Page 9


Pada cabinet persatuan nasional menteri Negara urusan peranan
wanita berganti nama menjadi menteri Negara pemberdayaan
perempuan.Gerakan perempuan Indonesia era reformasi, merupakan tonggak
redefinisi peran poltik perempuan yang ditandai dengan munculnya kegiatan
atas dasar empaty terhadap penderitaan perempuan.

3. MASALAH PEREMPUAN
a. Masalah perempuan tingkat international
Berdasarkan hasil konferensi di Beijing 1995 dapat diidentifikasi 12 isu
keprihatinan Beijing sebagai berikut :
1) Masalah perempuan dan kemiskinan terutama karena kemiskinan
structural akibat kebijaksanaan pembangunan dan social budaya
2) Keterbatasan kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi kaum
perempuan untuk meningkatkan posisi tawar menawar menuju
kesetaraan gender
3) Masalah kesehatan dan hak reproduksi perempuan yang kurang
mendapat perlindungan dan pelayanan yang memadai
4) Kekerasan fisik dan nonfisik terhadap perempuan baik dalam rumah
tangga maupun ditempat kerja tanpa mendapat perlindungan hokum
5) Perempuan ditengah konflik militer dan kerusuhan,banyak menjadi
korban kekejaman
6) Terbatasnya akses perempuan untuk brusaha dibidang ekonomi
produktif termasuk mendapatkan modal dan pelatihan usaha
7) Keikutsertaan perempuan dalam merumuskan dan mengambil
keputusan dalam keluarga masyarkat dan Negara masih terbatas.
8) Terbatasnya lembaga dan mekanisme yang data memperjuangkan
kam perempuan baik dalam sector pemerintah maupun non
pemerintah
9) Perlindungan dan pengayoman terhadap hak azazi perempuan secara
social maupun hokum lemah
10) Keterbatasan akses perempuan tehadap media massa sehingga ada
kecenderungan media informasi menggunkan tubuh wanita sebagai
media promosi dan eksploitasi murahan.
11) Kaum perempuan paling rentan terhadap pencemaran lingkungan
seperti air bersih,sampah industri dan lingkungan lain
12) Terbatasnya kesempatan dalam mengembangkan potensi dirinya dan
tindak kekerasan terhadap anak perempuan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 10


b. Masalah Perempuan diIndonesia
DiIndonesia terdapat beberapa hal yang merendahkan harkat dan martabat
perempuan sebagai keprihatinan bersama seperti :
1) Masih banyak peraturan perundangan yang diskriminatif terhadap kaum
perempuan terutama ditempat kerja dan penggajian
2) Banyak terjadi tindak kekerasan, perkosaan dan penyiksaan fisik
terhadap perempuan tanpa perlindungan hokum
3) Sindikat penipuan daan perdagangan perempuan untuk dipekerjakan
dengan penghasilan yang menjanjikan
4) Eksploitsi tubuh dan tindakan pelecehan seksual ,pornografi yang
dilakukan alasan seni dan pariwisata
5) Budaya kawin muda yang diikuti dengan tingginya perceraian yang
merendahkan martabat perempuan
6) Budaya melamar dengan antaran dan mas kawin yang mahal sehingga
menimbulkan persepsi juaal beli perempuan
7) Pemahaman dan penafsiran ajaran agama yang salah dengan budaya
yang tidak berpihak terhadap status perempuan
8) Diskriminasi dalam kesempatan pendidikan,pelatihan dan kesempatan
kerja
9) Masih banyak anggapan yang merendahkan perempuan
10) Banyak budaya yang bias gender
11) Dari aspek kesehatan reproduksi masih ada pendapat bahwa KB itu
urusan perempuan.

B. TEORI DAN KONSEP GENDER


1. TEORI NURTURE
Menurut teori nurture perbedan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya
adalah hasil konstruksi social budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas
yang berbeda.konstruksi social menempatkan perempuan dan laki-laki dalam
perbedaan kelas. Laki-laki diidetikan dengan kelas borjuis dan perempuan
sebagai proletar.
Perjuangan untuk persamaan dipelopori oleh kaum feminis international
yang cenderung mengejar kesamaan dengan konsep 50 :50 yang kemudian
dikenal dengan konsep perfet equality (kesamaan kuantitas) Pendekatan yang
dilakukan oleh kaum feminis adalah pendekatan social konflik yaitu konsep
yang diilhami oleh ajaran Karl Mark (1818-1883 ) dan Machiavelli (1469 – 1527
)dilanjutkan david Lockwood (1957 ) dengan tetap menerapkan konsep
dialetika.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 11


Randall Collins (1987 ) beranggapan keluarga adalah wadah tempat
pemaksaan,suami sebagai pemilik dan wanita sebagai abdi.Margrit Eichlen
beranggapan keluarga dan agama adalah sumber terbetuknya budaya dan
perilaku diskriminasi gender.Karena itu aliran social konflik yang banyak dianut
masyarakat social komunis yang menghilangkan strata penduduk (egalitarian ),
Paham social konflik memperjuangkan kesamaan proporsional dalam segala
aktivitas masyarakat.untuk mencapai hal tersebut maka dibuatlah program
Affirmative active ,yang akhirnya menimbulkan reaksi negative dari laki-laki
yang ariori terhadap perjuangan wanita tersebut yang disebut dengan male
backlash.

2. TEORI NATURE
Menurut teori nature perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat
sehingga harus diterima.Perbedaan biologis ini memberikan indikasi peran dan
tugas yang berbeda.Perbedaan biologis diyakini memiliki pengaruh pada peran
yang bersifat naluri /instinct.Dalam kehidupan social ada pembagian tugas
(divition of labour ) Pada mini diajarkan oleh Socrates dan Plato yang kemudian
diperbaharui oleh August Comte (1798-1857 ),Emile Durkeim (1858-1917 ) Dan
Herbet Spencer (1820 -1930 ) Yang mengatakan bahwa kehidpan kebersamaan
didasari oleh pembagiankerja dan tanggung jawab.
Talcott Parsons (1902- 1979 0 dan Parsons & Bales berpendapat bahwa keluarga
dalah unit social yang memberikan perbedaan peran suami dan istri untuk saling
melengkapai dan saling membantu satu sama lain .Aliran ini melahirkan paham
structural fungsional yang menerima perbedaan peran asalkan dilakukan secara
demokratisasidan dilandasi komitmen antara suami dan istri.

3. TEORI EQUILIBRIUM
Disamping kedua aliran tersebut terdapat kompromistis yang dikenal
dengan keseimbangan ( equilibrium )yang menekankan pada konsep kemitraan
dan keharmonisan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan
Hubungan antara keduanya tersebut tidak bertentangan tetapi saling
komplementer guna saling melengkapi nsatu sama lain. RH. Tawney
menyebutkan bahwa keragaman peran apakah karena biologis, etnis, aspiratif,
minat,pilihan, atau budaya hakikatnya adalah realita kehidupan manusia.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 12


C. KESEHATAN REPRODUKSI DAN KEPENDUDUKAN
Definisi kesehatan reproduksi adalah suatu keadaa kesehatan lingkungan yang
sempurna baik fisik,mental social dan lingkuangan serta bukan hanya bebas dari ,
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan engan system reproduksi fungsi
serta prosesnya (WHO,1992 ).
Hak-hak reproduksi adalah hak setiap individu untuk menentukan kapan akan
melahirkan,berapa jumlah anak ,dan jarak anak yang dilahirkan serta memilih upaya
untk mewujudkan hak-hak tersebut.
1. Masalah kependudukan
Dalam mengkai masalah kependudukan ada beberapa hal yang perlu
endapat perhatian antara lain :
a. Kecenderungan pertumbuhan dan jumlah penduduk serta elemen-
elemen peentunnya seperti fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Pertambahan yang cepat bias disebabkan oleh kelahiran dan hal ini bias
dikendalikan dengan ber KB sedangkan mortalitas bias disebakan
sakit,bencana alam dan ketuaan.
b. Perubahan Komposisi penduduk menggambarkan omposisi penduduk
muda atau tua dapat dianalisa berdasarkan kelompok umur 5 tahun
c. Ketersediaan sumberdaya alam dan kemampuan penyediaan fasilitas
pelayanan public atau pelayanan social dasar terutama pelayanan
kesehatan dan pendidikan serta penyediaan lapanagan kerja
dibandingkan dengan jumlah dan pertumbuhn penduduk.
Sasaran yang direkomendasikan ICPD adalah :
a. Pertumbuhan,jumlah dan struktur penduduk
b. Pendidikan dasar
Semua Negara diharapkan mencapai sasaran pendidikan dasar untuk
semua orang paling lambat tahun 2015 dengan tahapan sbagai berikut
1) Menghapus perbedaan gender dalam tingkat pendidikan dasar
paling lambat tahun 2005
2) Menjamin rasio angka partisipasi murni untuk laki-laki dan
perempuan paling rendah 85 % pada tahun 2000 dan 90 % pada
tahun 2010.
c. Kesehatan reproduksi
Pemerintah harus berusaha pada tahun 2015 nanti semua fasilitas
pelayanan kesehatan primer dan klinik keluarga berencana dapat
menyediakan secara langsung atau pelayanan secara rujukan
60 % Fasilitas pelayanan sudah tersedia tahun 2005 dan 80 % sudah
tersedia tahun 2010.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 13


d. Penurunan Angka kematian Ibu
1) Untuk Negara dengan AKI masih tinggi sasarannya 40 % dari
seluruh kelahiran harus ditolong tenaga medis tahun 2005
harusmencapai 50 % dan 60 % pada tahun 2015
2) Untuk semua Negara sasarannya 80 % dari semua kelahiran harus
ditolong tenaga medis pada tahun 2005 dan 85 % pada tahun 2015
e. Masalah HIV/AIDS
Sasaran pada remaja 15-24 tahun paling sedikit mendapat 90 %
informasi ,edukasi dan pelayanan mengurangi HIV/AIDS pada tahun
2005 an 95 % pada tahun 2015.
f. Pandangan global

2. Masalah kesehatan reproduksi


Paket pelayann kesehatan reproduksi dapat dibagi menjadi 2 ;
a. Paket pelayanan reproduksi esensial
1) Pelayanan kelurga berencana
2) Pelayanan kesehatan ibu,bayi dan anak termasuk pencegahan
komplikasi aborsi
3) Pelayanan penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran
reproduksi ,infertilitas dan HIV/AIDS
4) Pelayanan kesehtan reproduksi remaja
b. Paket pelayanan reproduksi komperhensif
Adalah pelayanan kesehatan reproduksi sepanjang siklus kehidupan
manusia yang terdiri dari pelyanan kesehatan reproduksi esensial
ditambah dengan pelayanan keshatn reproduksi usia lanjut.
Status kesehatan reproduksi perempuan relatif rendah hal ini
disebabkan oleh beberapa factor :
1) Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,KB,dan kehidupan
seksual rendah yang disebabkan informasi yang kurang
2) Perilaku seksual beresiko tinggi masih banyak dijumpai
dimasyarakat
3) Pelayanan kesehatan reproduksi yang kurang merata dihampir
seluruh lapisan masyarakat
4) Sikap yang banyak merugikan perempuan
5) Kurang berdayanya perempuan dan anak perempuan dalam
pengaturan kehidupan seksual
6) Kesadaran terhadap hak-hak reproduksi masih kurang dominan.

Masalah kesehatan reproduksi di Indonesia:


1) Kematian dan kesakitan ibu hamil,melahirkan dan nifas
2) Aborsi
3) Infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual
4) HIV/AIDS
5) Keluarga Berencana
6) Kesehatan reproduksi Remaja
7) Pernikahan usia muda

D. ISU GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI


Hak-hak reproduksi berdsarkan ICPD tahun 1994 :

Bahan Ajar Kespro-KB Page 14


1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
5. Hak untuk mennetukan jumlah dan jaraak kelahiran anak
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan
repoduksinya.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan,kekerasan,penyiksaan dan pelecehan seksual
8. Hak mendapatkan kemajuan,ilmu pengetahuan yang berkaitn dengan
kesehatan reproduksi
9. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaiatan dengan pilihan atas pelayanan dan
kehidupan reproduksinaya
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Isu gender dalam kesehatan ibu dan bayi adalah sebagai berikut :
1. Kesehatan Ibu dan bayi (safe motherhood )
a) Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan dalam kaitannya
dengan kesehatan dirinya
b) Sikap dan perilaku keluarga cenderung mengutamakan laki-laki
c) Tuntutn untuk tetap bekerja keras bagi ibu hamil seperti pada saat tidak
hamil
d) Pantangan-pantangan bagi perempuan untuk melakukan kegiatan atau
makan-makanan tertentu.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 15


2. Keluarga berencana
Hal-hal yang dianggap dalam isu gendr dalam KB adalah :
a) Kesetaraan ber KB yang timpang antara laki-laki dan perempuan
b) Perempuan tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan metode
kontrasepsi yang diinginkan yang disebabkan karena ketergantungan
terhadap suami
c) Pengambilan keputusan : partisipasi laki-laki dalm KB sangat kecil dan
kurang
d) Ada anggapan bahwa KB adalah urusan perempuan
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
Isu gender dalam kesehatan reproduksi kesehatan remaja adalah :
a) Ketidak-adilan dalam membagi tanggungjawab
b) Ketidak-adilan dalam aspek hukum
4. Penyakit menular sexsual
Hal-hal yang dijadikan isu gender pada PMS adalah :
a) Perempuan selalu dijadikan obyek intevensi dalam program pemberantasan
PMS walaupun laki-laki sebagai konsumen
b) Setiap upaya mengurangi praktek prostitusi,perempuan sebagai penjaja seks
komersial selalu menjadi obyek dan tudingan sumber permasalahan

E. PENGEMBANGAN PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI


Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan program kesehatan reproduksi adalah :
1. Resiko dan komplikasi kehamilan hendaknya dapat ditekan seminimal
mungkin
2. Keselamatan ibu dan anak selama proses kehamilan dan kelahiran
hendaknya dapat dijamin semaksimal mungkin
3. Ibu dan anak mendapat perawatan pasca salin secara memadai
4. Setiap pasangan mempunyai kesempatan untuk mencegah kehmailan sesuai
dengan keinginan mereka,sehingga dapat menghindari teradinya kehamilan
yang tidak direncanakan
5. Renaja baik perempuan maupun laki-laki memperoleh,pemahaman dan
pelayanan yang mencukupi dalam proses reproduksi sehat termasuk
narkoba
6. Keluarga terhindar dari penyakit infeksi saluran reproduksi,PMS dan
HIV/AIDS
7. Program yang dikembngkan tidak bertentangan dengan hk reproduksi
manusia
8. Meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender didalam pelayanan kesehatn
reroduksi.

Program program yang dikembangkan dalam kesehatan reproduksi ;


1. Program pengelolaan masalah kehamilan,persalinan,pasca
persalinan,menyusui dan pasca aborsi
a) Meningkatkan pengetahuan dan kseadaran masyarakat tentang masalah
yang terjadi selama kehamilan,persalinan,pasca persalinan,menyusui dan
pasca aborsi
b) Meningkatkan pengethuan dan kesadaran masyarakat mengenai berbagai
tempat pelayanan kesehatan
c) Meningkatkan pemberian ASI ekslusif

Bahan Ajar Kespro-KB Page 16


d) Meningkatkan jumlah sarana dan kulaitas pelayanan kesehatan reproduksi
dasar dan komperhensif
e) Mengembangkan system rujukan dari dan oleh masyarakat dengan
pendamping tenaga kesehatan
f) Pegembangan pendataan yang dilkukan oleh masyarakat sebagai masukan
pengembangan kegiatan diwilayah.
2. Program Keluarga Berencana
Ada 4 program pokok yang menjadi dasar kebijkan operasional program
keluarga berencana:
a) Program KB
b) Program penguatan kelembagaan dan jaringan KB
c) Program kesehatan reproduksi remaja
d) Program pemberdayaan keluarga
Upaya dan program baru dalam program keluarga berencana nasional adalah :
a) Peningkatan partisipasi laki-laki
b) Memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan KB-KR
c) Penyelenggaraan asuransi kesehatan untuk pelayanan KB –KR
3. Kesehatan reproduksi remaja
Empat pendekatan yang digunakan dalam penanganan masalah kesehatan
reproduksi remaja adalah :
a) Institusi keluarga
b) Kelompok sebaya (pear group )
c) Institusi sekolah
d) Tempat kerja
4. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
Penanggulangan dilakukan melalui :
a) Program pencegahan infeksi saluran reproduki,PMS,HIV/AIDS dan
kesehatan seksual dengan tujuan untuk membimbing pasangan suami
Istri agar memperoleh kehidupan seksual yang yang aman dan
memuaskan
b) Program pengelolan masalah infertilitas yang merupakan upaya untuk
membantu keluarga dapat menjalankan fungsi/kemampuan
reproduksinya atau melakukan adpopsi anak
c) Penyediaan fasilitas informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan
reproduksi

F. BENTUK-BENTUK DISKRIMINASI GENDER


1. Marjinalisasi (pemiskinan )perempuan
Pemiskinan disebabkan karena jenis kelamin merupakan salah satu bentuk
ketidakadilan gender.Contoh banyak pekerja perempuan tersingkir dan
menjadi miskn akibat dari program pembangunan seperti intensifikasi
pertanian dan industri yang lebih memerlukan ketrampilan laki-laki.
Contoh-contoh marginalisasi :
a) Pemupukan dan pengendalian hama dengan teknologi baru yang
dikerjakan laki-laki
b) Pemotongan padi denga peralatan mesin yang membutuhkan tenaga dan
ketrampilan laki-laki,menggantikan tangan-tangan perempuan dengan
ani-ani
c) Usaha konveksi yang lebih menyerap tenaga perempuan
d) Peluang menjadi pembantu rumah tangga lebih banayak perempuan

Bahan Ajar Kespro-KB Page 17


2. Sub Ordinasi
Sub ordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis
kelamin dianggap penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya
Contoh : bila istri hendak ikut tugas belajar atau pergi keluar negeri ia harus
mendapat ijin dari suami tetapi bila suami yang akan pergi ia mengambil
keputusan sendiri tanpa mendapat ijin istri.

3. Pandangan stereotype
Pelabelan atau penandaan yang sering kali bersifat negative secara umum
selalu melahirkan ketidakadilan. pandangan terhadap perempuan bahwa
tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan
kerumahtanggaan atau tugas domestic dan ebagai akibatnya ketika ia berada
diruang public maka jenis pekerjaan,profesi atau kegiatannya merupakan
perpanjangan pran domestiknya
Contohnya ;
a) label kaum perempuan sebagai ibu rumah tangga sangat merugikan
mereka jika hendak aktif dalam kegiatan laki-laki seperti politik,bisnis
b) label laki-laki sebagai pencari nafkah mengakibatkan apa saja yang
dihasilkan oleh perempuan dianggap sebagai sambilan sehingga kurang
dihargai
c) keramahtamahan laki-laki dianggap merayu dan keramahtamahannya
perempuan dinilai genit

4. Kekerasan
Kata kekerasan merupakan terjemahan dari VIOLENCE artinya suatu
serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang.oleh
karena itu kekrasan tidak hanya menyangkut serangan fisik seperti
perkosaan pemukulan,dan penyiksaan tetapi juga berseifat non fisik seperti
pelecehan seksual,ancaman dan paksaan sehingga emosional perempuan
atau laki-laki yang mengalami terusik batinnya.
Contohnya :
a) Suami membatasi uang belanja dan memnitor pengelurannya secara
ketat
b) Istri menghina/mencela kemampuan seksual atau kegagalan karir suami

5. Beban kerja
Sebagai suatu bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban
kerja yang harus dijalankan oleh salah satu jenis kelamin.berbagai observasi
menunjukan perempuan mengerjakan hamper 90 % dari pekerjaan dalam
rumah tangga sehingga bagi mereka yang bekera diluar rumah selain
bekerja diwilayah public juga mengerjakan pekerjaan domestic.
Contohnya :
Seorang ibu dan anak perempuannya mempunyai tugas untuk menyiapkan
makanan dan menyediakannya diatas meja,kemudian merapikan setelah
mencuci piring,sedang bapak dan anak laki-lakinya setelah makan tidak
punya kewajiban merapikan piring tanpa punya kewajiban merpikannya.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 18


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

No Bagian Yang Keterangan


harus ada
1. Judul bab Masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi
2. Kompetensi dasar Mahasiswa mampu memberikan asuhan pada masalah
masalah yang sering terjadi pada kesehatan reproduksi
sesuai dengan kewenangannya
3. Materi pokok 1. Infertilitas
2. Seksual Transmitted Deseases (STD) / Infeksi Menular
Seksual (IMS)
3. Gangguan pre haid
4. Pelvic Inflamatory Deseases (PID)
5. Unwanted Pregnancy and Abortion
6. Hormon Replacement Therapy (HRT)
4. Tugas-Tugas Mahasiswa dibagi 6 kelompok kemudian membuat studi
kasus beserta asuhannya pada kasus:
1. Infertilitas
2. Seksual Transmitted Deseases (STD) / Infeksi
Menular Seksual (IMS)
3. Gangguan pre haid
4. Pelvic Inflamatory Deseases (PID)
5. Unwanted Pregnancy and Abortion
6. Hormon Replacement Therapy (HRT)
5. Isu terkini
6. Daftar pustaka 1. Harahap, M, 1984. Penyakit Menular Seksual.
Gramedia, Jakarta.
2. Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. Arcan. Jakarta.
3. Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka. Jakarta

Bahan Ajar Kespro-KB Page 19


Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:
Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,MKes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

BAHAN AJAR 3

BAB III
MASALAH GANGGUAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI
DAN PENANGGULANGANNYA

A. INFERTILITAS
Pasangan yang baru menikah diharapkan secepat mungkin mendapat keturunan dan
banyak pasangan yang mengalami kegelisahan ketika kehamilan yang dinanti-
nantikan tidak kunjung datang. Namun kegelisahan tersebur tidak perlu berlebihan
bila usia pernikahan baru menginjak 2 atau 3 bulan. Statistic menunjukan bahwa:
- 32,7% pasangan hamil dalam bulan pertama
- 57,8% pasangan hamil dalam 3 bulan
- 72,1% pasangan hamil dalam 6 bulan
- 85,4% pasangan hamil dalam 12 bulan
Atas dasar itulah maka suatu pasangan baru dikatakan infertile apabila setelah
12 bulan menikah, dengan frekuensi hubungan seksual yang wajar.
1. Definisi
Infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan suatu pasangan untuk
menhasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki
keturunan (steril).
2. Klasifikasi
Infertilitas ada 2 jenis:
a. infertilitas primer
Bila terjadi tanpa kehamilan sebelumnya.
b. infertilitas sekunder
Bila sebelumnya pernah terjadi konsepsi
3. Faktor-faktor penyebab
Kesuburan (fertilitas) dipengaruhi banyak faktor, setidaknya ada 5 faktor
penting, yaitu:
a. Usia

Bahan Ajar Kespro-KB Page 20


Untuk pria puncak kesuburan adalah usia 24-25 tahun dan wanita 21-24
tahun. Sebelum usia tersebut kesuburan belum benar matang dan setelahnya
berangsur menurun.
b. Frekuensi hubungan seksual
Frekuensi penting karena mempengaruhi kemungkinan kehamilan.
c. Lingkungan
Baik fisik, kimia, maupun biologi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alcohol,
infeksi, dll)

Bahan Ajar Kespro-KB Page 21


d. Gizi dan nutrisi
Infertilitas dapat terjadi terutama karena kekurangaan protein dan vitamin
tertentu.
e. Stres psikis
Mengganggu siklus haid, menurunkan libido, dan kualitas sepermatozoa.
Penyebab infertilitas dapat digolongkan atas dasar anatomi organ dan
fungsinya.Yang dapat menyebabkan infertilitas tidak hanya istri namun juga
suami.
a. Faktor suami
Faktor suami sebagai infetilitas dapat mencakup beberapa factor sebagai
berikut:
1) Faktor kelainan alat kelamin(anatomi)
a) Hypo-epispadia
Kelainan letak lubang kencing atau muara saluran kemih yang
terletak dipermukaan bawah zakar.
b) Mikropenis
c) Undescencus testis
Testis masih dalam perut atau lipat paha.
d) Terdapat varikokel
Pelebaran pembuluh balik tali mani atau varises pembuluh darah
balik testis.
e) Atrofi
Buah zakar yang mengecil.
2) faktor fungsional
a) Disfungsi ereksi berat
b) Ejakulasi retrograt
ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung kemih
c) Kelainan pembentukan sperma
d) Gangguan pada sperma dan spermatozoa
3) Lain-lain
a) infeksi
b) hernia scrotalis (Hernia berat sampai ke kantung testis)

Bahan Ajar Kespro-KB Page 22


Tabel 5.1 Standar analisis air mani
standar analisis air mani (semen)
parameter nilai rata-rata
konsistensi (kekentalan) cair (setelah pengenceran)
warna buram
waktu pengenceran < 20 mnt
pH 7,2-7,8
volume 2-6 mL
mortilitas/gerakan (rentang 0-4) > 50%
jumlah (juta/mL) 20-100
viabilitas (eosin) > 50%
morfologi (sitologi) tipe sel > 60% oval normal
sel-sel (sel darah putih, lain-lain) tidak ada sampai kadang-kadang
aglutinasi (penggumpalan) tidak ada
pemeriksaan biokimia (mis, fruktosa, bila diinginkan
prostaglandin, zing)

b. Faktor istri
1) Faktor Anatomi
(a) Faktor vagina
(1) vaginismus (Kejang otot vagina)
(2) vaginitis (Radang /infeksi vagina)
(b) Faktor uterus
(1) Myoma (Tumor otot rahim)
(2) Endometritis (radang sel lender rahim)
(3) Endometriosis (tumbuh sel lender rahim bukan pada tempatnya)
(4) Uterus bicornis
(5) Arcuatus
(6) Asherman’s syndrome
(7) Retrofleksi (kelainan bentuk dan posisi rahim)
(8) Prolap (penyembulan rahim ke bawah)
(c) Faktor cervix (mulut rahim)
(1) polip (tumor jinak)
stenosis (kekakukan mulut rahim)
(2) non hostile mucus (kualitas lender mulut rahim jelek)
anti sperm antibody (antibobi terhadap sperma)

Bahan Ajar Kespro-KB Page 23


(d) Faktor tuba falllopi ( saluran telur)
(1) pembuntuan
(2) penyempitan
(e) Faktor ovarium (indung telur)
(1) tumor
(2) kista
(3) gangguan menstruasi (amenorhoe, oligomenorheo, dengan /
tanpa ovulasi)
(f) Faktor lain
(1) prolactinoma (tumor pada hypofisis)
(2) hiper / hypotiroid (kelebihan/kekurangan hormon tiroid)
2) Faktor Fungsional:
a) Gangguan system Hormonal wanita dan dapat disertai kelainan
bawaan.
b) Gangguan pada pelepasan telur (ovulasi)
c) Gangguan pada korpus luteum
d) Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam rahim
4. Pemeriksaan
Dengan memperhatikan kemungkinan penyebab pasangan infertilitas pada
wanita dapat disampaikan rancangan pemeriksaan yang dilakukan seperti
berikut
:
a. Pemeriksaan Dalam
Diharapkan dapat memberikan gambaran tentang alat kelamin wanita secara
umum.Contoh: kelainan rahim. Kelainan pada saluran telur, kelainan fungsi
alat kelamin secara kasar,dsb.
b. Pemeriksaan Terhadap Ovulasi
Dapat dilakukan dengan:
1) Pemeriksaan suhu basal badan.
2) Uji lender rahim dan sitologi vagina
3) Biopsy lapisan dalam rahim
c. Pemeriksaan Khusus
Macam-macam pemeriksaan khusus:
1) Pemeriksaan Histerokopi
Adalah pemeriksaan dengan masukkan alat optic ke dalam rahim untuk
mendapatkan keterangan tentang mulut saluran dalam rahim.
2) Pemeriksaan Laparoskopi
Adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optic ke dalam abdomen
untuk mendapatkan keterangan tebtang keadaan indung telur.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 24


3) Pemeriksaan Ultrasonografi
Dilakukan sekitar waktu ovulasi dan didahului dengan pemberian
pengobatan dengan klimofen sitral. Pemeriksaan ini untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas situasi anatomi alat kelamin bagian dalam,
mengikuti tumbuh kembang folikel Graff, dsb.
4) Pemeriksaan uji pasca-senggama
Untuk mengetahui kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lendir
serviks.
5) Pemeriksaan Hormonal
Untuk mengetahui keterangan tentang hubungan hipotalamus dengan
hipofise dan ovarial aksis.
5. Penatalaksanaan Pasangan Mandul
Setelah mengetahui penyebab pasangan infertilitas maka dapat di perkirakan
pengobatan yang dapat diberikan didasarkan penyebabnya,yaitu:
a. Penyebab Idiopatik Infertilitas
Artinya semuanya baik-baik saja namun belum juga hamil.Namun jika
ini terjadi maka masih diperkirakan factor alergi atau factor stress.Oleh
karena itu ini factor yang kompleks,jadi selain berobat ada baiknya disertai
doa kepada Tuhan YME.
b. Penyebab Infertilitas karena gangguan hormonal
Bila gangguan pada proses evaluasi maka pengobatannya dengan
induksi ovulasi atau klimofen sitrat.
Bila factor tingginya prolaktin diobati dengan bromokriptin atau parlodel.
Bila kurangnya progesterone maka dapat diobati dengan menambah
progesterone.
c. Kelainan yang terletak pada tuba.
Kelainan tuba oleh karena kelainan infeksi yang menimbulkan
gangguan fungsi dapat diselesaikan dengan bedah rekonstruksi tuba dengan
berbagai implikasi operasinya.Pemecahan kegagalan fungsi tuba dapat
diselesaikan dengan rekayasa canggih assisted fertilization invitro (bayi
tabung)

Bahan Ajar Kespro-KB Page 25


B. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

1. Sejarah Perkembangan PMS

Sebelum perang dunia II nama PMS belum dikenal. Yang dikenal adalah
penyakit kelamin atau veneral disease yang berasala dari venus (dewi cinta).
Setelah perang dunia II ternyata banyak penyakit lainnya yang timbul akibat
hubungan kelamin sehingga penyakit tersebug diganti istilah menjadi sexual
transmited disease (STD). Iistilah STD diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
sebagai penyakit hubungan sexual atau penyakit menular sexual. PMS atau
PHS ini merupakan penyakit tertua di dunia namuntidak diketahui secara pasti
saat pertama timbulnya PMS.
Ternyata banyak orang-orang terkenal jaman dulu yag suadah terjangkit
penyakit mematikan ini :
a. Kerajaan Romawi : Julius Caesar dan Cleopatra
b. Kerajaan Perancis : Charles V dan Charles VII
c. Kerajaan Inggris : Henry VIII dan Edward VI
d. Kerajaan Persia : Peter The Great dan Constantine The Great
e. Pemimpin terkenal : Napoleon Bonaparte dan Benito Mussolini

Epidemi sifilis pertama kali terjadi di Eropa pada tahun 1493. Pada saat
Columbus beserta anak buahnya mengelilingi dunia, penyakit ini kemudian
menyebar dari Eropa ke bagian dunia lainya. Sampai abad ke 18 sifilis dan
gonore masih dianggap merupakan penyakit yang sama. Sampai pada waktu
Albert Neisser menemukan penyebab gonore pada tahun 1879 dan baru
diumumkan 1882 seta Schaudin dan Man off berhasil menemukan
penyebabpenyakit sifilis ini pada tahun 1905.
Dengan adanya kemajuan dan perkembangan IPTEK di berbagai bidang telah
terjadi perubahan sikap masyarakat pada PMS ini. Dimana masyarakat tidak
lagi menganggap penderita PMS ini sebagi orang kena dosadan tidak lagi
mengasingkannya di rumah khusus seperti yang terjadi pada waktu silam.
Sampai saat ini PMS masih dihubungkan secara tradisional sebagai perbuatan
tidak bermoral. Oleh sebab itu seorang penderita PMS akan berusaha
menyembunyikan penyakitnya agar dapat diterima oleh seluruh lapisan
masyarakat.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 26


2. Pengertian penyakit menular sexual

PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang
lain melalui hubungan seksual. Seseorang berisiko tinggi terkena PMS bila
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui
vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat
berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan,
kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian.
Bagi remaja yang belum menikah, cara yang paling ampuh adalah tidak
melakukan hubungan seksual, saling setia bagi pasangan yang sudah menikah,
hindari hubungan seksual yang tidak aman atau beresiko, selalu menggunakan
kondom untuk mencegah penularan PMS, selalu menjaga kebersihan alat
kelamin. PMS tidak dapat dicegah hanya dengan memilih pasangan yang
kelihatan bersih penampilannya, mencuci alat kelamin setelah berhubungan
seksual, minum jamu-jamuan, minum antibiotik sebelum dan sesudah
berhubungan seks.
Kebanyakan PMS dapat diobati, namun ada beberapa yang tidak bisa
diobati secara tuntas seperti HIV/AIDS, herpes kelamin, dan hepatitis
khususnya hepatitis B dan C. Jika kita terkena PMS, satu-satunya cara adalah
berobat ke dokter atau tenaga kesehatan., jangan mengobati diri sendiri. Selain
itu, pasangan kita juga harus diobati agar tidak saling menularkan kembali
penyakit tersebut.

Dalam dekade terakhir ini, angka kejadian PMS cenderung terus


meningkat di berbagai negara di dunia. Kegagalan dalam diagnosis maupun
terapi pada tahap dini, mengakibatkan timbulnya komplikasi yang cukup
serius, misalnya infertilitas, kehamilan ektopik, kematian janin, infeksi bayi
baru lahir, bayi dengan berat badan lahir rendah, kanker anus dan alat kelamin,
bahkan dapat pula menyebabkan kematian.

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa semua penyakit menular


seksual harus ditularkan melalui hubungan kelamin. Ada beberapa penyakit
tertentu yang juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat, handuk,
termometer dan sebagainya. Selain itu penyakit menular seksual/kelamin dapat
pula ditularkan dari ibu kepada bayi dalam kandungannya.
Penyakit Menular Seksual mempunyai ciri-ciri antara lain:
a. Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin.
b. Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan
hubungan kelamin atau orang-orang yang tidak promiskus.
c. Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan
mereka, dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak
mendapat penyakit, tetapi kenyataanya masih juga terjangkit

Bahan Ajar Kespro-KB Page 27


3. Faktor determinan dalam epidemiologi PMS

a. Agent
Penyebab PMS sangat bervariasi. Dari yang berupa virus yang sangat kecil
ukurannya sampai parasit yang ukurannya hanya dapat dilihat dengan alat
bantu. Penyakit yang ditimbulkannya sangat beranekaragam baik yang
bersifat akut maupun yang kronis dengan komplikasi merugikan. Sebagai
contohnya yang disebabkan oleh visrus seperti herpes, hepatitis, kandiloma
akuminata dan lainnya. Yang disebabkan bakteri seperti Sifilis, gonore,
ulkus mole, UNS dan lainya. Dan yang disebabkan Protozoa contohnya
vaginitis, uretritis, dan balanitis. Contoh yang disebabkan fungus adalah
vulvovaginitis, balanoposnitis. Dan yang disebabkan parasit adalah skabies
dan pedikulosis pubis.
b. Host
Beberapa faktor penting yang berpengaruh pada Host adalah
1) Umur
Seseorang yang berusia 15-30 tahun adalah sekolaompok orang-orang
yang beriko terhadap terjangkitnya penyakit menular sexual karena
golongan usia ini merupakan masa yang aktif dalam kegiatan sexual.
2) Jenis kelamin
PMS lebih sering menjangkit pria daripada wanita namun tingkat
kegawatdaruratanya lebih besar pada wanita. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan ini adalah perbedaan jenis kelamin dengan
perbedaan susunan anatomis dan fisiologis organ tubuh& diagnosis
penderita PMS pada pria lebih mudah sehingga segera dilaporkan.
3) Pilihan Pasangan
Data di negara maju menunjukan bahwa angka kesakitan pada kaum
homosexual lebih tinggi daripada heterosexual.
4) Pekerjaan
Menurut Siboulet ada 5 golongan yang dilaporkan beresiko tinggi
terkena PMS adalah :
a) Pelajar dan mahasiswa
b) Sopir truk
c) Pelayan hotel, pramuria, dan hostes
d) Kelompok usia dibawah 19 tahun
e) Turis
5) Status perkawinan
Insiden PMS dikatakan beresiko lebih tinggi pada orang yang belum
menikah daripada yang sudah menikah. Begitu pula dengan orang-orang
yang bercerai, atau yang terpisah dari keluarga beresiko tinggi.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 28


c. Environment
Beberapa faktor lingkungan yang berperan dalam penyebaran PHS adalah:
1) Faktor demografik
a) Bertambahnya jumlah penduduk atau kepadatan penduduk
b) Perpindahan populasiyang meningkat akibat migrasi
c) Urbanisasi dan industrialisasi di kota besar
2) Faktor sosial ekonomi
a) Kemiskinan di daerah rural sering mengakibatkan urbanisasi ke kota
besar
b) Perkembangan ekonomi yang lebih cepat mendorong terjadinya
promiskuitas misalnya penggunaan menuman keras dan pergi ke
tempat hiburan malam
3) Faktor kebudayaan
a) Melanggarnya nilai dan norma agama sehingga membuat seseorang
lebih mudah melakukan sex bebas
b) Melonggarnya ikatan keluarga termasuk pengawasan orang tua
c) Meningkatnya rangsangan sexual melalui majalah, film dan lainnya
4) Faktor medik
a) Adanya kekebnalan kuman penyakit PMS
b) Adanya fenomena tikus”tikus mudah dibunuh tapi sukar diberantas”
c) Diagnosis penyakit yang kadang sukar terutama pada wanita
d) Pengaruh pil KB dan kontrasepsi sehingga timbul keberanian
melakukan seks pranikah
5) Faktor biologik
a) Resistensi mikroorganisme terhadap pengobatan karena mutasi gen
atau kromosom
b) Ditemukannya penyebab PMS baru seperti AIDS dengan pola
epidemi yang berada pada satu tempat ke tempat lain
c) Sifat biologik mikroorganisme belum sepenuhnya diketahui

4. Tipe Penyakit Menular Sexual


Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di
Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja
singa), herpes kelamin, klamidia, trikomoniasis, kandidiasis vagina, kutil
kelamin.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 29


a. Gonore

Nama lainnya adalah kencing nanah, uretritis spesifik , GO.


Disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoea. Terjadi di seluruh dunia;
menyerang laki-laki dan perempuan semua usia, terutama kelompok
dewasa muda. Jenis yang kebal obat sekarang muncul secara umum di
mana-mana. Selama beberapa bulan, pasien yang tidak diobati bisa
menulari orang lain. Terinfeksi dengan klamidia pada saat yang bersamaan
juga bukanlah hal yang janggal.

Pada laki-laki dan perempuan, infeksi ini bisa tanpa gejala. Pada
laki-laki, cairan yang kental dari saluran kencing akan keluar 2-7 hari
setelah terinfeksi. Biasanya orang menderita sakit waktu kencing. Bila
orang melakukan seks anal, mungkin juga keluar cairan yang sama dari
dubur
Pada perempuan, gejalanya biasanya ringan dan ada kemungkinan
untuk tidak terdeteksi. Mungkin ada perasaan tidak enak waktu kencing.
Selain itu, mungkin ada sedikit cairan dari dan sedikit gangguan di vagina.
Infeksi yang kronis umum terjadi dan bisa menyebabkan kemandulan.
Bayi yang baru lahir yang terinfeksi gonore, matanya merah dan
bengkak. Dalam waktu 1-5 hari setelah kelahiran, mata itu akan
mengeluarkan cairan yang kental. Kebutaan bisa terjadi bila pengobatan
khusus tidak segera diberikan.

Diagnosis adalah dengan pemcriksaan mikroskopik gram-strain


dari smear yang diambil dari cairan itu atau pun dengan cara pembiakan.

b. Klamidia

Nama lainnya adalah Uretritis non-gonore, uretritis non-spesifik


(UNS). Antara 35-50 persen dari kasus penyakit kelamin non-gonore
diperkirakan disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, yang terjadi secara
umum di seluruh dunia. Pada perempuan, penyakit ini bisa menyebabkan
radang leher rahim mucopurulent walaupun infeksi biasanya tanpa gejala.
Infeksi klamidia yang terjadi berulang kali biasanya bisa menyebabkan
penyakit peradangan leher rahim kronis dan kemandulan. Penularan terjadi
lewat sanggama. Penyakit ini bisa menyerang baik laki-laki maupun
perempuan semua usia, terutama dewasa muda.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 30


Gejala dan tandanya sama seperti gonore. Perbedaannya adalah
banyak perempuan yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun.
Komplikasi yang menyebabkan kemandulan pada perempuan juga umum
terjadi. Infeksi mata mungkin menyerang bayi yang dilahirkan oleh
perempuan yang terinfeksi. Diagnosis biasanya didasari oleh tidak adanya
kuman penyebab gonore pada smear atau pada pembiakan cairan dari leher
rahim atau dari uretra (lubang kencing). Hal ini bisa dipastikan dengan
mengetes cairan smear untuk melihat adanya antigen klamidia.

c. Sifilis

Nama lainnya adalah raja singa. Penyakit ini mempunyai sinonim


penyakit Perancis, penyakit darah kotor ataupun 'Hair Cut' dan
sebagainya, yang digunakan penderitanya atau yang
merasakan penderitaan penyakit ini, untuk menutupi
rasa malu menderita penyakit akibat hubungan kelamin
yang bertentangan dengan moral.

Disebabkan oleh Treponema pallidium,yaitu sebuah spirochete


(bakteri yang berbentuk spiral). Terjadi di seluruh dunia, terutama
menyerang dewasa muda usia 20-35 tahun. lebih lazim terjadi di dacrah
perkotaan. Baru-baru ini ada kenaikan jumlah kasus di beberapa negara
industri yang dihubungkan dengan penggunaan narkoba dan pelacuran.
Penularan terjadi melalui kontak langsung antara luka (yang bernanah atau
yang membengkak) di kulit dengan selaput lendir atau dengan cairan tubuh
(air mani, darah, cairan vagina) selama sanggama. Penularan bisa terjadi
melalui tranfusi darah bila donor berada dalam tahap awal infeksi tersebut.
Infeksi bisa ditularkan dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayinya
yang belum lahir. Hal ini merupakan penyebab penting terjadinya kelahiran
bayi yang meninggal di daerah endemis.

Gejala dan tandanya berawal dari sebuah luka mula-mula muncul


beberapa minggu setelah tertular. luka ini biasanya merupakan borok yang
tidak sakit di daerah tempat hubungan pertama kali terjadi (penis, leher
rahim, dubur, dinding belakang kerongkongan/faring). Kuman kemudian
memasuki aliran darah; dalam waktu 1-3 bulan muncul tahap kedua. Tahap
ini ditandai dengan ruam yang menyebar dan pembengkakan kelenjar.
Setelah masa laten selama 5-20 tahun dengan sedikit atau tanpa gejala,
tahap ketiga dari sifilis ini bisa termasuk penyakit-penyakit yang
menyerang susunan saraf pusat atau sistem kardiovaskular, yang bisa
menyebabkan kelumpuhan dan kematian muda. Diagnosis laboratorium

Bahan Ajar Kespro-KB Page 31


biasanya dilakukan dengan memakai tes serologi dari darah atau cairan
serebrospinal.

d. Cankroid

Nama lainnya adalah ulkus mole. Disebabkan oleh Haemophilus


ducreyi, sebuah bakteri. Sangat lazim terjadi di daerah tropis dan Sub-
tropis di dunia. Lebih sering terjadi pada laki-laki. Luka cankroid sangat
menular.

Gejalanya Ditandai dengan adanya luka yang bcrnanah atau


memborok yang akut dan sakit dibagian kelamin, biasanya Satu dan
diamcternva berukuran kurang dari 1cm. Luka itu biasanya muncul 3-5
hari setelah tertular, dan ditandai dengan adanya pembengkakan yang sakit
dari kelenjar setempat. Pada perempuan, cankroid umumnva terjadi tanpa
gejala. Diagnosis bisa dipastikan melalui pembiakan cairan dari luka.

e. Limfogranuloma Venerum

Nama lainnya adalah LGV. Disebabkan oleh jenis Chlamydia


trachomatis yang berbeda dari jenis yang menyebabkan peradangan saluran
kencing dan leher rahim. Terjadi di seluruh dunia tapi lebih umum terjadi
di daerah tropis dan sub-tropis. Tidak begitu umum didiagnosis pada
perempuan. Namun demikian, hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya
tingkat infeksi tanpa gejala pada perempuan.

Gejalanya Sebuah luka kecil yang tidak sakit di daerah kemaluan


(biasanya tidak diperhatikan) biasanya diikuti oleh pembengkakan yang
menyakitkan dan parah dari kelenjar dan jaringan-jaringan di sekitarnya.
Hal ini terjadi antara 5-30 hari setelah penularan pertama. Diagnosis
dilakukan dengan cara pembiakan cairan dari luka atau pembuktian akan
adanya kuman dengan sebuah tes antigen

f. Trikomoniasis Vaginalis

Nama lainnya adalah infeksi trikomona. Sebuah infeksi umum yang


terjadi terus-menerus di saluran kencing perempuan. Infeksi ini disebabkan
olch protozoa Trichomonas vaginalis. Terjadi di seluruh dunia, dan
terutama didiagnosis pada perempuan berusia 16-35 tahun.

Gejalanya pada perempuan, infeksi ini menyebabkan peradangan di


vagina sehingga banyak mengeluarkan cairan yang berwarna kuning dan
berbau tidak enak. Walaupun begitu, infeksi ini biasanya tidak memiliki
gejala; dalam jumlah kecil biasanya ada gejala berupa peradangan saluran
kencing. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik dari cairan
serta identitikasi adanya parasit.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 32


g. Herpes Genitalis

Nama lainnya adalah herpes. Biasanya disebabkan oleh virus


herpes simpleks tipe 2 (HSV-2). Terjadi di seluruh dunia, dan antibodi tipe
2 ini ditemukan pada 20-90 persen orang dewasa. Keluasan sangat
berhubungan dengan usia pertama kali bersanggama serta jumlah pasangan
seks selama hidup. Infeksi pertama biasanya

terjadi pada masa rcmaja atau segera setelah dimulainya kegiatan


seks. Pengulangan infeksi adalah hal yang biasa. Melahirkan lewat vagina
pada perempuan hamil dengan infeksi aktif di kemaluan (terutama yang
primer), memiliki risiko tinggi menyebabkan infeksi yang parah pada anak
yang baru dilahirkan tersebut.

Herpes akan kelihatan 2-30 hari sesudah bersanggama. Gejala yang


paling umum adalah bintil-bintil kecil berisi cairan yang terasa sakit, di alat
kelamin/dubur atau mulut. Bintil-bintil akan timbul selama 1-3 minggu,
dan kemudian hilang. Beberapa waktu kemudian bintil-bintil akan muncul
dan hilang secara berulang. Sebelum bintil-bintil muncul, alat kelamin
akan terasa gatal atau panas. Pada waktu bintil-bintilnya ada, orang
tersebut kemungkinan mengalami gejala seperti flu.Walaupun infeksi
herpes di kemaluan tidak bisa diobati, perkembangan klinisnya bisa
dikurangi dengan pengobatan. Penanganan stres dan gizi juga telah
dibuktikan sebagai hal yang penting dalam usaha mengurangi dampak
herpes di kemaluan, dan kemungkinannya muncul kembali.

h. Kutil Kelamin

Nama lainnya adalah kutil anogenital. Kutil-kutil ini ditemukan di


daerah kemaluan dan/atau di sekitar dubur. Terjadi di seluruh dunia.
Seperti infeksi menular seksual lainnya, infeksi ini bisa dihubungkan
dengan meningkatnya risiko infeksi HIV (misalnya, sebuah penelitian
dilakukan di Thailand telah menunjukkan peningkatan dalam penularan
HIV dari perempuan ke laki-laki sebanyak 16 kali bila ada kutil di daerah
kemaluan/dubur ini). Penyakit ini disebabkan oleh virus papilloma pada
manusia.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 33


i. Granuloma Inguinale

Nama lainnya adalah donovanosis. Sebuah luka kecil di kulit di


bagian kemaluan akan menyebar, lama kelamaan membentuk sebuah
massa granulomatous (benjolan-benjolan kecil) yang bisa menyebabkan
kerusakan berat pada organ-organ kemaluan. Diagnosis laboratorium
biasanya dilakukan dengan mengidentifikasi adanya "bakteri Donovan" di
dalam smear yang menjalani pemeriksaan mikroskopik
Giemsastain.Infeksi ini biasanya sangat kebal terhadap pengobat

5. PMS Yang Beresiko


a. Gejala-Gejala Umum PMS :

1) Luka-luka yang tidak pada tempatnya.

2) Cairan yang tidak pada tempatnya.

3) Kencing panas.

4) Sakit tenggorokan.

5) Pertumbuhan -pertumbuhan yang tidak pada tempatnya.

6) Perubahan warna kulit.

7) Kencing/ berhubungan seks sakit.

8) Gatal-gatal.

9) Bengkak.

b. Tanda-tanda PMS pada laki-laki antara lain:


1) berupa bintil-bintil berisi cairan,
2) lecet atau borok pada penis/alat kelamin,
3) luka tidak sakit;
4) keras dan berwarna merah pada alat kelamin,
5) adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam,
6) rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin,
7) rasa sakit yang hebat pada saat kencing,
8) kencing nanah atau darah yang berbau busuk,
9) bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah
menjadi borok.

Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak
disadari asymtonisis. Jika ada gejala, biasanya berupa antara lain:

Bahan Ajar Kespro-KB Page 34


1) rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual,
2) rasa nyeri pada perut bagian bawah,
3) pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,
4) keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya,
5) keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal,
6) timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
7) bintil-bintil berisi cairan,
8) lecet atau borok pada alat kelamin.

Pelacakan mitra seksual sangat penting karena terkait dengan perjalanan


penyakit dan kemungkinan penularan lebih lanjut. Karena itu harus
diperhatikan pasangan-pasangan yang dianggap berisiko tinggi.
Pria dikatakan berisiko apabila;
1) pasangan seksual lebih dari satu dalam 1 bulan terakhir
2) berhubungan seksual dengan pekerja seks wanita/pria dalam 1 bulan
terakhir
3) mengalami 1 atau lebih episode PMS dalam 1 tahun terakhir
4) pekerjaan istri/pasangan seksual berisiko tinggi
Wanita dikatakan berisiko tinggi apabila:
1) suami/pasangan seksual menderita PMS
2) suami/pasangan seksual/pasien sendiri mempunyai pasangan seksual
lebih dari 1 dalam 1 bulan terakhir
3) mempunyai pasangan baru dalam 3 bulan terakhir
4) mengalami 1 atau lebih episode PMS dalam 1 tahun terakhir
5) pekerjaan suami/pasangan seksual berisiko tinggi.
Hal-hal diatas sering menemui kendala di negara-negara berkembang,
seperti juga di Indonesia, karena keterbatasan tenaga dan fasilitas
laboratorium untuk diagnostik, sensitivitas pemeriksaan, serta jangkauan
laboratorium yang terbatas hanya pada beberapa PMS saja.
Secara umum bahaya dari adanya PMS adalah :
1) Kebanyakan PMS menimbulkan rasa sakit
2) Beberapa PMS dapat menyebabkan kemandulan
3) Beberapa PMS menyebabkan keguguran
4) PMS dapat menyebabkan kanker leher rahim
5) Beberapa PMS dapat mengekibatkan kerusakan penglihatan, otak dan
hati
6) Beberapa PMS ada yang tidak dapat disembuhkan
7) PMS dapat menular pada bayi
8) PMS membuat kita rentan pada HIV

Bahan Ajar Kespro-KB Page 35


6. Kaitannya Dengan HIV AIDS
Dalam kaitannya dengan infeksi HIV/AIDS, telah banyak bukti yang
menunjukkan bahwa PMS dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui
jalur seksual. Penyakit-penyakit seperti sifilis, ulkus molle, dan herpes
genitalis berpotensi besar untuk meningkatkan risiko tertularnya HIV/AIDS.
HIV termasuk PMS karena salah satu cara penularannya adalah melalui
hubungan seksual. Selain itu HIV dapat menular melalui pemakaian jarum
suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV, menerim tranfusi darah yang
tercemar HIV atau dari ibu hamil yang terinfeksi virus HIV kepada bayi yang
dikandungannya. Di Indonesia penularan HIV/AIDS paling banyak melalui
hubungan seksual yang tidak aman serta jarum suntik (bagi pecandu narkoba).
Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan
gejala-gejala khusus. Beru beberapa minggu sesudah itu orang yang terinfeksi
sering menderita penyakit ringan sehari-hari seperti flu atau diare. Pada
periode 3-4 tahun kemudian penderita tidak memperlihatkan gejala khas atau
disebut sebagai periode tanpa gejala, pada saat ini penderita merasa sehat dan
dari luar juga tampak sehat. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare
berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan dimulut,
dan terjadi pembengkakan di kelenjar getah bening dan pada akhirnya bisa
terjadi berbagai macam penyakit infeksi, kanker dan bahkan kematian.
Untuk mengurangi resiko penularan HIV Lebih aman berhubungan
seks dengan pasangan tetap (tidak berganti-ganti pasangan seksual). Hindari
hubungan seks di luar nikah. Menggunakan kondom jika melakukan hubungan
seksual berisiko tinggi seperti dengan pekerja seks komersial; sedapat
mungkin menghindari tranfusi darah yang tidak jelas asalnya; menggunakan
alat-alat medis dan non media yang terjamin streril. Sampai sekarang, belum
ditemukan cara pengobatan yang tuntas, saat ini yang ada hanyalah menolong
penderita untuk mempertahankan tingkat kesehatan tubuhnya.

Untuk mendeteksi terjangkitnya HIV secara dini dilakukan dengan tes-


tes darah sesuai tahapan perkembangan penyakitnya. Untuk mendeteksi
adanya antibodi terhadap virus HIV, yang menunjukkan adanya virus HIV
dalam tubuh, dilakukan tes darah dengan cara Elisa sebanyak 2 kali.
Kemudian bila hasilnya positif, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan
cara Western Blot atau Immunofluoresensi.

Beberapa mitos yang salah yng sering terjadi di masyarakat adalah


bahwa berhubungan sosial dengan penderita HIV/AIDS akan membuat kita
tertular, seperti bersalaman, menggunakan WC yang sama, tinggal serumah,
atau menggunakan sprei yang sama dengan penderita HIV/AIDS.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 36


Sebaiknya penderita jangan dikucilkan. Kita perlu tetap
memperlakukannya sebagai teman dan tidak merubah sikap karena
penyakitnya. Memberi mereka dorongan semangat dan juga memperhatikan
keterbatasan keadaan fisiknya dalam bergaul.

7. Penularan Dan Cara Pencegahan Penularannya


a. Ada beberapa cara PMS ditularkan yaitu meliputi :
1) Penularan ibu terhadap bayinya
Penularan ibu pada bayinya memilki kemungkinan terjadi pada beberapa
masa yang meliputi :
a) Masa antenatal : masa sebelum sang ibu melahirkan bayinya atau
selama kehamilan
b) Masa intranatal :masa saat sedang dalam persalinan
c) Masa postnatal : masa seorang ibu setelah menjalani persalinan
d) Masa laktasi : masa menyusui
2) Penularan melalui jarum suntik
Penularan melalui jarum suntik ini terjadi jika pemakaian jarum suntik
dilakukan secara bergantian seperti saat sedang memakai narkotika.
Ataupun jarum suntik yang ada dalam rangka proses transfuse darah.
Sehingga dalam proses traansfusi darah lebih rentan tertular HIV.
3) Penularan melalui hubungan kelamin
Penularan ini memiliki kemungkinan penularan melalui genital-
genital[hubungan kelamin, Oro-genital[mulut dengan alat kelamin], dan
ano-genital[anus dengan alat kelamin.
Penanganan kasus PMS yang efektif ditujukan untuk mengobati dan
mencegah terjadinya penyebaran/penularan, mengurangi dan mencegah
perilaku beresiko tinggi di masa mendatang, serta memastika mitra seksual
diobati secara tepat.
Hal ini dilakukan dengan serangkaian protokol penatalaksanaan :
a) Diagnosis yang tepat
b) Pengobatan yang efektif
c) Pendidikan untuk mengurangi dan mencegah faktor risiko
d) Pemakaian kondom
e) Pelacakan mitra seksual serta pengobatannya
f) Tindak lanjut klinis bila dibutuhkan

Bahan Ajar Kespro-KB Page 37


Saat ini penggunaan kondom jauh lebih penting dari apa yang kebanyakan
orang sadari. Jika seseorang akan hidup secara seksual aktif dengan siapa
saja, maka mereka harus mempertimbangkan untuk menggunakan kondom.
Seks aman dan aktifitas seksual aman harus menjadi prioritas utama
Ini adalah sebagian alasan mengapa Pendidikan Seks dan Kesehatan
Reproduksi teramat sangat penting ada saat ini di rumah dan Sistem
Pendidikan kita.

b. Cara Pencegahan Penularan PMS :


1) Mencegah masuknya transfusi darah yang belum di periksa.
2) Berhati-hati waktu menangani segala hal yang tercemar oleh darah
segar.
3) Cegah pemakain alat-alat tembus kulit yang tudak steril , contoh jarum
suntik, tatto.
Ada beberapa kegiatan yang dilakasanakan sebagai strategi intervensi
dalam rangka pemberantasan PMS. Kegiatan ini biasanya ditujukan
terhadap golongan tertentu dalam masyarakat( priority group). Setiap
negara memilih kegiatan tersebut untuk memberantas PMS sesuai dengan
situasi dankondisi masing-masing negara. Tujuannya adalah untuk
menurunkan insiden ataupun komplikasi PMS baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kegiatan iini mencakup :
a. Pencarian penderita ( case finding ) dengan survey maupun
pemeriksaan saringan seperti STS , Donor darah dan hapusan atau
kultur untuk gonore terhadap WTS
b. Meningkatkan fasilitas diagnosis dan pengobatan penderita dengan
mengusahakan agar puskesmas dan RS mampu memberikan fasilitas
yang terbaik bagi pasiennya. Dan mendirikan reference laboratory
c. Mengadakan penyuluhan dan konsultasi kesehatan secara khusus
bertemakan PMS
d. Pengawasan terhadap sumber infeksi dengan cara
1) Pemeriksaan secara teratur padaWTS secara tertentu
2) Pemberian pengobatan pencegahan
3) Melakukan kunjungan dan pengawasan pada tempat yang
dianggap sumber infeksi

Bahan Ajar Kespro-KB Page 38


C. SINDROMA PREMENTRUASI
1. Definisi:
Kombinasi perubahan gejala psikologi dan fisik yg terjadi pada fase luteal
menstruasi dan mereda hampir segera menjelang menstruasi.
2. Gejala;
Dimulai pada hari ke 5 sampai 10 sebelum menstruasi, dan dapat memburuk
selama siklus ovulasi
Mereda 1 sampai 2 hari sebelum mens.
a. Gejala fisik :
1) Ketidaknyamanan perut bag.bawah dan punggung atau kram perut.
2) Perasaan kembung, edema pelvik (daerah panggul), edema daerah
perut dan sekitarnya.
3) Pertambahan berat badan yg bervariasi
4) Mastalgia (payudara tegang)
5) Oliguria (air kencing sedikit)
6) Palpitasi (berdebar)
7) Berkeringat
8) Diare, konstipasi
9) Mual,muntah, sering makam
10) Suka makanan ttt (terutama makanan yg asin dan manis.
11) Jerawatan, bisul
12) Memar, gatal2
13) Radang mata
14) Migrain, vertigo,pingsan
15) Gg. Keseimbangan, parestesia ( sensasi mati rasa) pada kepala dan
kaki
16) Kekakuan pada otot.

b. Gejala psikologi (tingkah laku):


Perasaan terombang ambing,depresi, sensitif, gelisah, marah, kelesuan,
lelah, insomnia, turunnya perhatian, hilangnya motovasi atau ketertarikan,
binggung, meningkatnya kecelakaan,pelupa, cengeng, merasa bersalah,
meningkatnya atau menurunnya keinginan seksual dan perasaan tegang

Bahan Ajar Kespro-KB Page 39


3. Patofisiologi:
Penyebab: faktor hormonal, kekurangan vitamin ttt dan beberapa asam lemak.
Secara fisiologis saat fase luteal siklus mentreuasi akan terjadi
ketidakseimbangan rasio hormon estrogen dan progesteron, estrogen akan
menekan progesteron yg menyebabkan gejala fisik : retensi natrium, retensi
cairan, edemadan gejala fisik lain.
Defisien vitamin2 ttt terutama vit. B kompleks berpengaruh terhadap produksi
hormon estrogen, hingga menyebabkan hal yg sama terhadap gejala2 fisik
kelebihan hormon estrogen. Selain itu defisiensi vit. B kompleks dpt
menyebabkan gejala psikologi : kecemasan, iritabilitas, kegelisahan, depresi
dan perubahan kepribadian hal ini berhubungan dgn fs. Vit. B. komplrks dlm
mentabolisme asam lemak esensial tubuh

Modifikasi diet :
a. Membatasi asupan natrium, mengurangi stimulan : the, kopi, coklat dan
minuman riangan yg mengandung kafein,kurangi lemak hewani dan gula. T
b. Tingkatkan asupan karbohidrat,protein dan serat serta makanan tinggi vit. B
komplek.
4. Etiologi
Premenstrual tention ( tegangan pra haid )
a. Mulai 1 minggu s/d beberapa hari sebelum haid
b. Keluhan iritabilitas, gelisah, insomnia,nyeri kepala,perut kembung,
mual,pembesaran dan nyeri pada mamae,gangguan konsentrasi, depresi,
takut
Ketidak seimbangan estrogen dan progesteron defisiensi luteal pengurangan
progesteron yg berakibat pada retensi cairan dan natrium serta edema juga
penambahan berat badan
5. Penanganan
a. Kurangi konsumsi natrium 7-10 hari pra haid
b. Kurangi minum
c. HCT 50 mg / hr selama 8 – 10 hari pra haid
d. Metil testosteron 5 mg / hr

Bahan Ajar Kespro-KB Page 40


D. PELVIC INFLAMATORY DISEASE (PID)
1. Definisi
Adalah kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai
organisme yang dapat menyerang endpmetrium, tuba falopii, ovarium, maupun
miometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun
sebagai akibat hubungan seksual.

2. Mekanisme infeksi
Menjalar saat menstruasi, persalinan, abortus, operasi ginecologi, disebabkan
oleh infeksi bakteri 90-95%: gonorhoe, streptococcus, bakteri aerob maupun
anaerob, staphylococcus
Peradangan pada tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual
aktif. Resiko terutama terjadi pada wanita yang memakai IUD
Biasanya peradangan menyerang kedua tuba. Infeksi bisa menyebar kerongga
perut dan menyebabkan peritonitis. PID merupakan penyalit yang umum dan
merupakan komplikasi dari penyakit menular seksual (PMS) khususnya
clamidia & gonorhoe. PID dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kehamilan
dalam tuba falopii atau atau kehamilan diluar kandungan.

3. Bentuk-bentuk PID
a. endometriosis acut & cronica
b. Myometrisis
c. parametrisis (celulit pelvica)
d. salphingitis
e. salphingitis dan oophoritis (adneksitis)
f. Pelvioparatonitis (perimetrisis)

4. Predisposisi
a. Wanita tanpa perlindungan alat kontrasepsi (kondom) dengan seksual aktif
atau multi patner
b. Pemakai IUD yang terlalu lama
c. berbagai tindakan medis intra uterin

5. Gejala PID :
a. Tegang nyeri abdomen bagian bawah
b. Tegang nyeri adneksa unilateral dan bilateral
c. Tegang nyeri pada pergerakan servik
d. Suhu lebih 380C
e. Pengeluaran servic atau vagina abnormal ( warna, konsistensi, bau)
f. Pada pemeriksaan lendir servik dijumpai clamidia trachomatis atau neiserria
gonorhoe

Bahan Ajar Kespro-KB Page 41


g. Peningkatan C rektif protein
h. Laju endap darah meningkat
Gejala lain
a. lelah
b. nafsu makan berkurang
c. sering BAK
d. Nyeri ketika BAK
e. Nyeri punggung bagian bawah
f. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
g. Kram saat menstruasi
h. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting ( bercak kemerahan
pada celana dalam)
6. Diagnosa banding
a. Kehamilan ektopik yang pecah intak
b. Toxis kista ovarium
c. Apendicitis acuta
d. pervorasi dan thypus abdominalis
7. Pemeriksaan:
a. Darah lengkap
b. Cairan servik
c. Kuldosintesis
d. Laparoskopi
e. USG panggul
8. Bentuk-bentuk PID
a. Endometritis
1) Pengertian
Adalah peradangan pada endometrium yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada jaringan. Sering ditemukan pada keadaan :
Setelah seksio caesarea (SC) Partus lama atau pecah ketuban yang lama
2) Diagnosa Banding : infeksi traktus urinarius, infeksi pernafasan,
septicemia, tromboflebitis pelvis dan abses pelvis
3) Penatalaksanaan:
a) Pemberian antibiotik dan drainase yang memadai
b) Pemberian cairan intravena & elektrolit
c) Penggantian darah
d) Tirah baring & analgesic
e) Tindakan badah

Bahan Ajar Kespro-KB Page 42


4) Endometritis akut:
Endometrium mengalami edema dan hiperemia terutama terjadi pada
post partum dan post abortus
a) Penyebab:
(1) Infeksi gonorhoe(GO)
(2) Infeksi pada partus & abortus
(3) Tindakan didalam uterus( kuretase, pemasangan IUD)
b) Gejala :
(1) Demam
(2) Lochea berbau
(3) Lochea lama berdarah atau metrorrhagia
(4) Bila radang tidak menjalar keparametrium atau perimetrium
tidak terjadi nyeri
c) Penatalaksanaan
(1) Mencegah penjalaran infeksi.
(2) Uterotonika
(3) Antibiotik
(4) Istirahat & letak fowler
b. Endometritis kronik
Tidak sering ditemukan. Pada pemeriksaan mikroskup banyak ditemukan
sel limfosit & plasma
1) Gejala klinis
a) leukorea
b) Kelainan haid seperti menorhagia dan metroragia
2) Pengobatan tergantung dari penyebabnya:
a) Tubercolusis
b) Sisa abortus atau partus tertinggal
c) Terdapat corpus alineum dikavum uteri
d) Polip uterus dengan infeksi
e) Tumor ganas uterus
f) Salpingo ooforitis
g) Selulitis pelvic

Bahan Ajar Kespro-KB Page 43


c. Myometritis
Lanjutan dari endometritis. Teaphy sama dengan endometritis. Diagnosa
dibuat hanya secara patologi anatomi.
d. Parametrisis (celulit pelvica)
Radang dari jaringan longgar didalam ligamen latum biasanya unilateral.
Diagnosa banding : adneksitis
1) Etiologi :
a) Dari endometritis
b) Dari robekan servik ( perforasi karena alat seperti sonde, kuret,
IUD)
2) Gejala
a) Suhu tinggi dengan demam menggigil
b) Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan muntah
3) Theraphy : antibiotik
e. Salphingitis akut
1) Diagnosa banding
a) Kehamilam ektopik
b) Apendiccitis
2) Etiologi
Paling sering disebabkan oleh gonoccoccus, staphilococcus,
streptococcus dan bactery TBC.
3) Infeksi dapat terjadi karena:
a) penjalaran berasal dari cavum uteri
b) Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari apendiksitis yang
meradang
c) Hematogen terutama salpingitis tubercolusa biasanya bilateral.
4) Gejala:
a) demam tinggi & menggigil
b) Nyeri perut kanan kiri bawah, terutama bila ditekan
c) Defense kanan kiri atas ligament pourtpart
d) Mual, muntah
e) Kadang ada tendensi dekat anus karena proses dekat rectum sigmoid
f) Pada periksa dalam nyeri bila portio digoyangkan, nyeri kanan dan
kiri uterus, kadang ada penebalan tub
g) Teraphy
(1) antibiotik
(2) Corticosteroid
(3) Istirahat

Bahan Ajar Kespro-KB Page 44


f. Pelvioperitonitis(perimetritis)
Lanjutan dari salphingoophoritis. Dapat menimbulkan perlekatan alat dalam
rongga panggul yang mengakibatkan nyeri & ileus serta pembentukan
nanah ataupun abses pada cavum douglas
Etiologi : GO, sepsis post partum & post abortus, apendicitis
g. Pelvioperitonitis akut
1) Gejala
nyeri perut bagian bawah
2) Diagnosa:
Pada periksa dalam teraba inviltrat atau penebalan lipatan teraba pinggir
yang keras pada cavum douglas. Bila abses pecah bisa menjalar
kerectum atau fornic posterior vagina.
3) Terapi :
a) antibiotik
b) Istirahat letak fowler
c) Opiat untuk mengurangi nyeri
d) Infus untuk mengurangi balance cairan elektrolit

E. KEHAMILAN TAK DIINGINKAN ( KTD ) DAN ABORSI


1. Pengertian KTD
Kondisi dimana pasangan ( salah satu atau keduanya ) tidak menghendaki
proses kelahiran dari kehamilan yang berasal dari hubungan seks baik sengaja
maupun tidak disengaja
2. Faktor penyebab
a. Usia menikah yng tinggi & menarch dini
b. Ketidak tauan dan minimnya pengetahuan ttg seks
c. Tidak menggunakan kontrasepsi Kegagalan kontrasepsi
d. Pemerkosaan
e. Incest
f. Janin cacat
g. Ketidak seimbangan gender ( laki - laki lebih berkuasa mengambil
keputusan )
3. Dampak KTD
a. Ekonomi -> peningkatan pengeluaran biaya
b. Psikologis -> Bunuh diri
c. Medis -> Keguguran, penyulit
d. Moral -> aborsi

Bahan Ajar Kespro-KB Page 45


4. Pencegahan KTD
a. Berani berkata TIDAK
b. Meningkatkan pendidikan agama
c. Pendidikan seks yg benar
d. Komunikasi dua arah yg baik anak & orang tua
e. Info kontrasepsi yang benar
f. Bagi pemerintah
1) Membatasi siaran dan peredaran (buku, vcd, obat yg merangsang

seksual dll ) / yg bersifat negatif

2) Merumuskan kembali hukum tentang aborsi

5. Penanganan KTD
a. Bagi Yg bersangkutan

1) Memberi kesempatan memperoleh pendidikan yg lebih baik

2) Menyediakan layanan hukum

3) Memberi dukungan psikologis & sosial

b. Bagi anak yang dilahirkan

1) Penampungan anak hasil KTD

2) Mempermudah dan memperluas info adopsi

6. Undang-Undang Yang Berhubungan Dengan Aborsi ( Kuhp )


a. Pasal 340

Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dulu merampas nyawa
orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana ( moord ), dengan
pidanamati atau pidana penjara seumur hidnp atau selaina waktu
tertentu,paling lama dua puluh tahun
b. Pasal 341

Seorang Ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak,pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian dengan sengaja merampas nyawa
anaknya,diancam,karena membuiiuh anaksendiri, dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun
c. Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak,pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya,diancam, karena
melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun

Bahan Ajar Kespro-KB Page 46


d. Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalampasal 341 dan 342 dipandang,bagi orang


lain yang turut serta melakukan. Sebagai pembunuhan atau pembunuhan
dengan rencana.
e. Pasal 344
Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri
yang jelas dinyatakan dengan dengan kesungguhan hati,diancamdengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun
f. Pasal 345
Barang siapa sengaja mendorong lain untuk bunuh diri,menolongnya dalam
perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri.
g. Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandunganya
atau atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun
h. Pasal 347

1) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan


pidana penjara paling lama tujuh tahun
2) Barang siapa dengan sengaja Menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuanya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahu
i. Pasal 348

Jika seorang tabib, bidan ataujuru obat membantu melakukan kejahatan


yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan
salah satu kejahatan yang diterangkandalam pasal 347 dan 348,maka pidana
yang ditentukan dalampasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatandilakukan
j. Pasal 350

Dalam pemidanaan karenapembunuhan,karena pembunuhandengan


rencana, atau karena salah satu kejahatan yang diterangkan pasal 344,347,
dan 348, dapat dijatuhkan pencabutan hak tersebut pasal 35 no 1-5.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 47


7. Pencabutan Hak ( Kuhp )
a. Pasal 35
Hak -hak terpidana yang dengan putusan hakim dapat dicabut dalam hal -

hal yang ditentukan dalam kitab undang - undang ini, atau dalam aturan

umum lainya ialah :

1) Ke - 1 hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan yang tertentu

2) Ke - 2 hak memasuki angkatan bersenjata

3) Ke - 3 hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan

berdasarkan aturan – aturan umum

4) Ke - 4 hak menjadi penasihat ( raadsman ) atau pengurus menurut hukum

5) ( gerechtelijke bewindvoerder) hak menjadi wali, wali

pengawas.pengampu atau pengampu pengawas.atas orang yang bukan

anak sendiri.

6) Ke - 5 hak menjalankan kekuasaan bapak, menjaslankan perwalian atau

pengampunan atas Anak sendiri

7) Ke - 6 hak menjalankan pencaharian ( beroep ) yang tertentu

b. Hakim tidak berwenang memecat seorang pejabat dari jabatanyajika dalam


aturan-aturan khusus ditentukan penguasa lain untuk pemecatan itu.

8. UNDANG - UNDANG HAK ASASI MANUSIA ( UU HAM )


a. Pasal 9
1) Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan
meningkatkan taraf kehidupanya
2) Setiapm orang berhak hidup tenteram, aman, damai bahagia, sejahtera,
lahir dan batin
3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
b. Pasal 52
1) Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang
tua,keluarga,masyarakat dan Negara
2) Hak anakadalah hak asasi manusia dan untuk kepentinganya hak
anakitu diakui dandilindungi oleh hukum bahkan sejak
dalamkandungan
c. Pasal 53
Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan
hidup dan meningkatkan taraf kehidupan

Bahan Ajar Kespro-KB Page 48


F. TERAPI SULIH HORMON ( TSH )
1. Pengertian Hormone Replacement Therapy
Hormone Replacement Therapy atau yang diterjemahkan sebagai terapi sulih
hormon didefinisikan sebagai :
a. Terapi menggunakan hormon yang diberikan untuk mengurangi efek
defisiensi hormon.
b. Pemberian hormon (estrogen, progesteron atau keduanya) pada wanita
pascamenopause atau wanita yang ovariumnya telah diangkat, untuk
menggantikan produksi estrogen oleh ovarium.
c. Terapi menggunakan estrogen atau estrogen dan atau progesteron yang
diberikan pada wanita pascamenopause atau wanita yang menjalani
ovarektomi, untuk mencegah efek patologis dari penurunan produksi
estrogen. (HTA Indonesia, 2004)

2. Macam-macam Hormone Replacement Therapy


a. Obat Hormonal
Terapi sulih hormon untuk menggantikan estrogen yang hilang dapat
dilakukan dengan pemberian tablet hormon estrogen dan progesteron alami.
Pemberian estrogen alami bersama progesteron alami diberikan secara
siklus selama 21 hari tiap bulan, diikuti masa istirahat sampai akhir bulan
untuk memberi kesempatan terjadinya haid. Pemberian hormon kombinasi
ini dapat berlangsung sampai 30-40 tahun, tanpa perlu takut terjadi
keganasan. Penambahan progesteron menyebabkan perdarahan seperti
menstruasi yang teratur setiap bulan, namun bila diberikan secara terus
menerus pada usia post menopause tidak akan menyebabkan perdarahan
lagi pada wanita yang masih memiliki rahim, pemberian estrogen harus
disertai dengan pemberian progesteron. Jenis estrogen alamiah yang sering
dipakai adalah estriol. Progesteron alami yang sering digunakan adalah
medroxy-progesteron acetate.
b. Fitoestrogen
Para peneliti, memulai mencari pengganti estrogen alamiah yang
dianggap dapat mengambil alih posisi estrogen sebagai TSH , namun aman
tak menyebabkan keganasan, pendarahan tetapi meningkatkan densitas
tulang dan kualitas hidup ibu adalah golongan fitoestrogen (estrogen dari
tumbuh-tumbuhan) yang rumus kimianya mirip estradiol) , yang saat ini
dianggap sebagai suplemen.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 49


Saat ini golongan fitoestrogen telah diteliti di seluruh dunia termasuk
Indonesia, karena fitoestrogen terdapat di kacang kedele, kulit buah
bengkoang yang warnanya kecoklat-coklatan. Di dunia terkenal dari
gabungan tanaman red clover yang mengandung 4 isoflavon (genestein,
daidzein, formononetin, dan biochanin A) dan black cohosh yang dapat
tumbuh baik di Mexico dengan kadar isoflavon cukup tinggi. Saat itu
beberapa peneliti di Indonesia mencoba menanamnya di Indonesia.
Mengingat banyaknya kendala dalam pemakaian TSH seperti takut
terkena kanker payudara, harus digunakan jangka panjang, banyaknya efek
samping dan harga yang relatif mahal maka perlu dicari alternatif lain
sebagai penganti TSH yang dapat memenuhi criteria alami, murah , berasal
dari tanaman, efektif dan dapat diterima oleh wanita menopause. Alternatif
lain itu adalah fitoestrogen. Fito artinya tanaman sedangkan estrogen
maksudnya memiliki struktur kimia dan khasiat biologik menyerupai
estrogen. Struktur kimia fitoestrogen sebagian besar bukan steroid sedangkan
estrogen umumnya adalah steroid. Fitoestrogen terdiri dari :
1) isoflavon (genistein, daidzein dan glycetein)
2) coumestan (coumesterol)
3) lignan (matairesinol, secoisolariciresinol, enteroldiol)
Isoflavon banyak ditemukan dalam:
1) legumes (tumbuhan polong terutama kedelai dengan produk olahannya
susu, tofu, tempe dan miso)
2) lignan dalam buah-buahan, sayuran, biji-bijian (sereal)
3) comestan dalam Redclover dan tauge
(HTA Indonesia, 2004)

3. Indikasi Pemberian Hormone Replacement Therapy

Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh North American


Menopause Society (NAMS), indikasi primer pemberian terapi sulih hormon
adalah adanya keluhan menopause seperti gejala vasomotor berupa hot flush dan
gejala urogenital. Di Indonesia, terapi sulih hormon diberikan hanya pada pasien
menopause dengan keluhan terkait defisiensi estrogen yang mengganggu atau
adanya ancaman osteoporosis dengan lama pemberian maksimal 5 tahun. (HTA
Indonesia, 2004)

Bahan Ajar Kespro-KB Page 50


4. Prinsip Pemberian Hormone Replacement Therapy
a) wanita yang masih memiliki uterus, maka pemberian estrogen harus selalu
dikombinasikan dengan progesterone. Tujuan penambahan progesterone
adalah untuk mencegah kanker endometrium.
b) wanita tanpa uterus, maka cukup pemberian estrogen saja dan estrogen
diberikan secara kontinue (tanpa istirahat)
c) pada wanita perimenopause yang masih haid dan masih tetap menginginkan
haid, TSH diberikan secara sekuensial. Wanita pasca menopause yang
masih ingin haid diberikan secara sekuensial, kecuali jika tidak terjadi haid
diberikan secara kontinue. Sedangkan yang tidak ingin haid diberikan
kontinue.
d) jenis estrogen yang digunakan adalah estrogen alamiah dan progesterone
juga yang alamiah.
e) pemberian selalu dimulai dengan dosis rendah
f) dapat dikombinasi dengan androgen atau diberikan dengan TSH yang
memiliki sifat androgenic. (HTA Indonesia, 2004)
5. Kontra Indikasi Pemberian Hormone Replacement Therapy
The American College of Obstetrics and Gynaecologists menetapkan kontra
indikasi penggunaan terapi sulih hormon, sebagai berikut:
a) Kehamilan
b) Perdarahan genital yang belum diketahui penyebabnya
c) Penyakit hepar akut maupun kronik
d) Penyakit trombosis vaskular
e) Pasien menolak terapi
Kontra indikasi absolut:
a) karsinoma payudara
b) kanker endometrium
c) riwayat tromboemboli vena
d) penyakit hati akut
Kontra indikasi relatif:
a) Hipertrigliseridemia
b) Riwayat tromboemboli
c) Riwayat keganasan payudara dalam keluarga
d) Gangguan kandung empedu
e) Migrain
f) Mioma uteri
g) Seizure disorder

Bahan Ajar Kespro-KB Page 51


Pemeriksaan yang harus dipenuhi sebelum pemberian terapi sulih hormon:
a) Diagnosis pasti menopause
b) Penilaian kontra indikasi mutlak dan relatif
c) Informed consent mengenai untung rugi penggunaan terapi sulih hormon
d) Pemeriksaan fisik, meliputi tekanan darah dan pemeriksaan payudara dan
pelvik
e) Pemeriksaan sitologi serviks dan mamografi harus memberi hasil negatif
f) (HTA Indonesia, 2004)

6. Cara Pemberian Hormone Replacement Therapy


Cara pemberian HRT berupa hormon estrogen dan atau progesteron
diantaranya:
a) Oral
Estradiol valerat sangat cepat dihidrolisa oleh usus dan
dimetabolisme oleh hepar. Kadar maksimum tercapai dalam 6-8 jam dan
lambat laun akan turun. Kadarnya tidak akan turun secara tajam, sehingga
24 jam setelah penggunaan kadarnya masih cukup tinggi.
Kadar estradiol serum sangat berbeda pada setiap orang. Kadang-
kadang pada pasien tertentu tidak dapat dicapai konsentrasi serum yang
cukup sehingga untuk memperoleh konsentrasi yang memadai diperlukan
estradiol dosis tinggi, namun pemberian dosis tinggi akan meningkatkan
efek samping. Hal ini diatasi dengan micronized estrogen. Struktur sediaan
ini memperbesar permukaan dan mempercepat proses absorpsi, sehingga
mengurangi hidrolisa di usus. Agar kadar hormon dalam serum bertahan
cukup lama, sebaiknya estrogen dikonsumsi setelah makan atau pada saat
perut tidak kosong.
Sulih hormon peroral dapat diberikan sekuensial atau kontinyu.
1) Sekuensial : diberikan bagi wanita usia perimenopause yang masih
menginginkan menstruasi
2) Kontinyu : diberikan bagi wanita usia menopause yang tidak lagi
menginginkan menstruasi. (HTA Indonesia, 2004)
Kelebihan:
1) dapat diberikan secara individual
2) dosis dapat ditambah, dikurangi, atau dihentikan
3) tidak menyebabkan rasa nyeri
4) tidak memerlukan bantuan tenaga medik
5) menstimulasi pembentukan HDL di hati
6) membantu metabolisme kalsium
7) mencegah penyakit jantung koroner

Bahan Ajar Kespro-KB Page 52


Kekurangan:
1) absorbsi tidak menentu
2) kealpaan penderita untuk menelan pil
3) menimbulkan gejala mual dan muntah (Sarwono, 2005)

b) Parenteral
Pemberian secara parenteral dilakukan kepada penderita dengan kesukaran
menelan pil, mual, muntah, penyakit lambung, penyakit usus, penyakit hati,
penurunan kesadaran, dan pada yang sering lupa minum obat.
Kelebihan: tidak membebani hati
Kekurangan:
1) menimbulkan rasa nyeri
2) sekali disuntik obat tidak dapat dikeluarkan lagi
3) dosis obat tidak selalu tepat
4) tidak memacu pembentukan enzim metabolisme kalsium dan HDL
sehingga tidak dapat mencegah osteoporosis dan penyakit jantung
koroner
5) pemberian estrogen saja dapat merangsang uterus dan payudara terus
menerus sehingga dapat menimbulkan keganasan maka perlu
ditambah progesteron (Sarwono, 2005)
c) Topikal berupa krem atau pesarium
Pemberian berupa krem estrogen sangat baik untuk mengatasi keluhan
atrofi epitel vagina pada wanita menopause. Pemberian cara ini jarang
menimbulkan hiperplasia endometrium. Bila timbul perdarahan atau nyeri
payudara perlu ditambah progesteron. Pemberian estradiol cara ini langsung
ke dalam sirkulasi. Resorbsi melalui dinding vagina sangat baik, tanpa
melalui metabolisme, sehingga konsentrasi dalam darah bisa sangat tinggi.
(Sarwono, 2005)
d) Transdermal berupa plester (koyok)
Terdapat 3 cara pemberian estradiol transdermal, yaitu plester reservoir,
plester matriks dan gel. Estradiol yang diberikan melalui transdermal
terdiri dari hormon dalam solusio alkohol yang diabsorbsi ke dalam
sirkulasi secara konstan selama 3-4 hari. Pemberian secara transdermal
sangat dianjurkan bagi wanita menopause yang memiliki tekanan darah
tinggi, dalam pengobatan dengan obat anti diabetes (OAD) dan riwayat
operasi batu empedu. (HTA Indonesia, 2004)

Bahan Ajar Kespro-KB Page 53


Pemberian cara ini hanya untuk estrogen saja, untuk progesteron belum
ada. Plester diletakkan di dinding perut bagian bawah dan diganti 2 kali
seminggu. Di negara tropik, penggunaan plester datap menimbulkan alergi
dan gatal-gatal akibat keringat. (Sarwono, 2005)
e) Implant
Estradiol dapat pula diberikan dalam bentuk implan subkutan yang dapat
bertahan selama 6 bulan. Pemberian ini banyak digunakan untuk
menanggulangi sindrom klimakterik. Tidak dianjurkan penggunaannya pada
wanita yang uterusnya masih ada karena dapat menimbulkan perdarahan
yang hebat dan sulit diatasi. Kalau terpaksa harus diberikan, maka harus
diberi progesteron paling sedikit 14 hari. (Sarwono, 2005)
Cara pemberian Gn-RH antara lain dengan sublingual, intranasal (spary),
intravena, per rektal, atau berdenyut (pulsatif). (Sarwono, 2005)

7. Jenis dan Dosis yang Dianjurkan dalam Pemberian Hormone Replacement


Therapy
Pemberian HRT dimulai dengan dosis terendah yang paling efektif

(disesuaikan dengan keluhan klinis). Selama ini, dosis yang digunakan untuk

wanita Asia yang rata-rata memiliki tubuh lebih kecil daripada wanita Barat

tetap berpedoman pada hasil penelitian yang dilakukan pada wanita ras

Kaukasia. Hingga kini belum ada penelitian khusus untuk mengetahui

efektivitas dan efek samping serta keamanan pemakaian sulih hormon

terhadap wanita Asia. Berikut adalah dosis yang dianjurkan di Indonesia.

Tabel 1. Dosis Anjuran Sulih Estrogen


Jenis Kontinyu Dosis
Estrogen konjugasi Oral 0.3-0.4 mg
17β estradiol Oral 1-2 mg
Transdermal 50-100 mg
Subkutan 25 mg
Estradiol valerate Oral 1-2 mg
Estradiol Oral 0,625-1,25 mg

Bahan Ajar Kespro-KB Page 54


Tabel 2. Dosis Anjuran Sulih Progesteron
Jenis Sekuensial Kontinyu
Progesteron 300 mg 100 mg
Medroksiprogesteron 10 mg 2,5-5 mg
asetat (MPA)
Siproteon asetat 1 mg 1 mg
Didrogesteron 10-20 mg 10 mg
Normogestrol asetat 5-10 mg 2,5-5 mg

The Hong Kong College of Obstreticians and Gynaecologists dalam panduan


klinisnya menyatakan penggunaan terapi sulih hormon dapat dimulai sebelum, saat
atau beberapa tahun setelah menopause atau tidak menggunakan sama sekali. Jenis
rejimen terapi sulih hormon yang digunakan bergantung pada lamanya menopause dan
riwayat histerektomi sebelumnya.
Menurut National Health and Medical Research Council (NHMRC) Australia,
rejimen terapi sulih hormon yang diberikan bergantung pada keadaan berikut:
a. Perimenopause
1) Estrogen kontinyu dan progestogen siklik untuk melindungi endometrium dan
menimbulkan perdarahan withdrawal teratur.
2) Progestogen yang paling sering digunakan MPA (10 mg) dan noretisteron (0,7-
1,25 mg), digunakan selama 10-14 hari pertama setiap bulan sesuai kalender.
3) Wanita dengan siklus yang relatif masih teratur tetapi mempunyai gejala,
progestogen diberikan sesuai dengan siklus.
b. Pascamenopause
1) Rejimen sama dengan perimenopause
2) Wanita yang telah menopause sekurangnya selama 2 tahun, diberi kombinasi
estrogen-progestogen (MPA 5 mg/hari atau noretisteron asetat 1mg/hari)
kontinyu untuk mencapai keadaan amenorea.
3) Wanita yang memulai terapi sulih hormon sistemik pertama kali lebih dari 5
tahun setelah menopause, terapi awal diberikan dengan dosis yang sangat
rendah (tablet estron sulfat 0,3 mg, atau setengah tablet 0,625 mg tiap hari atau
tiap 2 hari) dan ditingkatkan secara progresif dalam 1-3 bulan untuk mencapai
dosis optimal.
4) Dosis estrogen yang efektif dalam mencegah kehilangan masa tulang pada
sebagian besar wanita adalah CEE dan estron sulfat 0,625 mg, estradiol oral 2
mg dan transdermal 50 g.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 55


c. Menopause prematur
1) Dapat digunakan kombinasi kontrasepsi oral dosis rendah sampai usia 45-50
tahun (atau sampai 35 tahun pada wanita perokok), kemudian diganti ke
rejimen terapi sulih hormon standar.
2) Dapat digunakan terapi sulih hormon konvensional pada usia berapa pun,
tetapi dosis estrogen yang digunakan lebih tinggi daripada wanita yang lebih
tua (contoh CEE 1,25-2,5 mg tiap hari; estradiol transdermal 100-200 g).
(HTA Indonesia, 2004)

8. Lama Penggunaan Hormone Replacement Therapy


Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon adalah sebagai
berikut:
a. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon
sistemik selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsur-
angsur (dalam periode 1-3 bulan) dapat efektif.
b. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital,
pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal
tidak diterangkan dengan jelas.
c. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan
terhadap tulang dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa
tahun.
Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih
hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan berdasarkan aspek
keamanan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang. Sulih hormon
diberikan selama pasien memerlukan disertai pemantauan yang teratur (sitologi
serviks {pap smear}, mammografi / USG payudara, pemeriksaan densitas mineral
tulang). (HTA Indonesia, 2004)
9. Efek Samping Hormone Replacement Therapy
Seperti semua obat lainnya, sulih hormon dapat menimbulkan efek samping.
Efek samping terkait estrogen berupa:
a. mastalgia (nyeri pada payudara)
b. retensi cairan
c. mual
d. kram pada tungkai
e. sakit kepala
f. kenaikan tekanan darah dapat terjadi, namun sangat jarang.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 56


Sedangkan efek samping terkait progestin antara lain :
a. retensi cairan
b. kembung
c. sakit kepala
d. mastalgia
e. kulit berminyak dan jerawat
f. gangguan mood
g. gejala seperti gejala pramenstrual
h. perdarahan vagina
i. pada pemakaian plester dapat terjadi iritasi kulit
j. (HTA Indonesia, 2004)

10. Penanggulangan Efek Samping Hormone Replacement Therapy


a. Perdarahan vagina
Tidak ada kriteria universal yang digunakan untuk mendefinisikan
perdarahan abnormal dan yang memerlukan evaluasi lebih lanjut. Kriteria
berikut ini dapat digunakan bagi klinisi untuk tetap waspada dan
meminimalkan tindakan biopsi endometrium yang tidak perlu.
1) Wanita dengan terapi hormon siklik
Perdarahan normal dapat terjadi pada akhir fase progestogen pada
siklus. Evaluasi setiap perubahan signifikan terhadap pola normal ini
atau adanya perdarahan pada waktu lain. Perdarahan yang terjadi pada
wanita lebih muda biasanya berhenti setelah fungsi ovarium berhenti
total. Sedangkan pada wanita yang telah mengalami amenorea beberapa
tahun, mengganti ke terapi hormon kontinyu dapat membantu. Jika dari
biopsi endometrium memperlihatkan aktivitas proliferasi persisten
selama fase progestogen, dosis progestogen dapat dinaikkan jika masih
dapat ditoleransi.
2) Wanita dengan terapi hormon kontinyu
Evaluasi setiap perdarahan yang terjadi setelah 6 bulan amenorea atau
yang bertahan setelah 6 bulan penggunaan terapi hormon. Spotting dan
perdarahan iregular dapat menetap sampai beberapa bulan setelah pindah
dari terapi hormon siklik ke kontinyu, sekalipun pada wanita yang telah
amenorea selama beberapa waktu. Perdarahan ini umumnya akan
membaik dengan penambahan dosis progestogen.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 57


Pilihan lain adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang
mensekresikan levonorgestrel daripada progesteron oral. Peningkatan
dosis estrogen dapat dilakukan selama evaluasi dalam batas normal.
Banyak wanita pada akhirnya kembali menggunakan terapi hormon
siklik untuk mendapatkan pola perdarahan yang lebih teratur. Namun,
perdarahan tidak harus selalu terjadi setiap bulan, perdarahan setiap 3-4
bulan masih cukup untuk mencegah terjadinya hiperplasia endometrium.
Menurut pedoman dari The Hong Kong College of Obstreticians and
Gynaecologists, penatalaksanaan perdarahan tidak teratur pada
penggunaan terapi sulih hormon adalah sebagai berikut:
(1) Wanita yang menggunakan terapi sulih hormon kombinasi siklik
Beberapa wanita dapat mengalami amenorea pada penggunaan
rejimen ini dan biopsi tidak diperlukan. Perdarahan muncul di sekitar
penghentian pemberian progestogen. Jika perdarahan muncul di luar
waktu tersebut atau tetap tidak teratur, direkomendasikan untuk
dilakukan biopsi endomerium.

(2) Wanita yang menggunakan terapi sulih hormon kombinasi kontinyu.


Idealnya, wanita yang menggunakan rejimen ini mengalami
amenorea dalam 4 bulan setelah penghentian terapi. Perdarahan
bercak muncul pada beberapa bulan di awal penggunaan terapi. Bila
amenorea muncul lebih awal dan diikuti dengan perdarahan yang tidak
teratur, dilakukan biopsi endometrium.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 58


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

No Bagian Yang Keterangan


harus ada
1. Judul bab Deteksi dini gangguan reproduksi
2. Kompetensi dasar Mahasiswa mampu menjelaskan deteksi dini untuk
gangguan reproduksi
3. Materi pokok 1. Definisi skrinning
2. Jenis-jenis gangguan reproduksi
3. Deteksi dini pada kasus gangguan reproduksi
4. Pencegahan
4. Tugas-Tugas Mahasiswa menjawab pertanyaan:
1. Jelaskan definisi skrining
2. Sebutkan gangguan reproduksi yang sering muncul
pada sistem reproduksi wanita
3. Jelaskan deteksi dini untuk penyakit CA Payudara
4. Jelaskan deteksi dini untuk penyakit CA Serviks
5. Isu terkini
6. Daftar pustaka 4. Harahap, M, 1984. Penyakit Menular Seksual.
Gramedia, Jakarta.
5. Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. Arcan. Jakarta.
6. Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka. Jakarta

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,MKes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

BAHAN AJAR 4

BAB IV

Bahan Ajar Kespro-KB Page 59


SKRENING DAN PENCEGAHAN

A. DEFINISI SKRINING
1. Definisi
Skrining sama artinya dengan deteksi dini/pencegahan sekunder.
Dasar Skrining:
Bila diagnosis dan pengobatan dapat dilakukan sebelum timbul tanda atau
simptom, maka prognosis keberhasilan akan lebih baik daripada bila sudah
terjadi tanda/simptom.
Skrining untuk populasi besar disebut skrining massal. Tujuan skrining massal
adalah menurukan morbiditas dan mortalitas penyakit dalam masyarakat
melalui deteksi dini dan pengobatan pada keadaan belum terdapat simptomp.
2. Syarat skrining massal suatu penyakit:
a. Penyakit itu mempunyai akibat yang serius, fatal, morbiditas lama,
mortalitas tinggi.
b. Penyakit itu harus mempunyai cara pengobatan, dan bila digunakan pada
kasus yang ditemukan melalui skrining, efektifitasnya harus lebih tinggi.
c. Penyakit itu memiliki fase pra klinik yang panjang dan prevalensi tinggi
diantara populasi yang diskrining. Kalau prevalensi rendah yang terdeteksi
akan rendah.
d. Tes yang dipakai harus memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi dan
biaya pemeriksaan tidak mahal.
3. Syarat skrining:
a. Insidens/prevalensi cukup tinggi di masyarakat
b. Perkembangan penyakit cukup lama
c. Ada teknik pemeriksaan yang sensitif dan spesifik serta ada cara
pengobatan yang efektif
Kanker sistem reproduksi meliputi kanker leher rahim, payudara,
indung telur, rahim dan alat kelamin perempuan. Kanker leher rahim
merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh wanita di negara
berkembang, dan menempati urutan kedua terbanyak setelah kanker payudara.
Di Indonesia, angka kejadian kanker leher rahim diperkirakan sekitar 50
diantara 100.000 penduduk.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 60


4. KANKER LEHER RAHIM
Wanita yang termasuk dalam kelompok beresiko tinggi terkena kanker leher
rahim (serviks) adalah wanita yang:
a. Melakukan hubungan seksual pertamanya di bawah umur 18 tahun.
b. Mempunyai banyak pasangan seksual.
c. Pasangan seksualnya mempunyai banyak pasangan seksual.
d. Paritasnya tinggi (banyak melahirkan) dan sosio ekonomi rendah
e. Mempunyai riwayat menderita Infeksi Saluran Reproduksi/Penyakit seksual
Menular terutama virus Human papiloma (HPV), yang juga dikenal sebagai
virus kutil genital
Ciri-ciri yang perlu dicurigai akan adanya kanker leher rahim:
a. Adanya cairan vagina abnormal (duh vagina)
b. Perdarahan diantara waktu haid atau haid dengan perdarahan hebat
c. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
d. Paritas tinggi dan di atas usia 30 tahun
Cara termudah untuk mengetahui secara dini kanker leher
rahim adalah melakukan pemeriksaan Pap smear, yaitu pemeriksaan yang
dilakukan dengan mengambil usapan sel lendir leher rahim untuk
mengetahui apakah ada perubahan pada sel secara mikroskopis.

a. PAP SMEAR
1) DEFINISI PAPSMEAR
Papsmear, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil
usapan sel lendir leher rahim untuk mengetahui apakah ada perubahan
pada sel secara mikroskopis.
Papsmear dikenalkan oleh Papanicolau dan Traut, 1943
mengemukakan pemeriksaan sitologi (pengecatan) dari cairan liang
senggama dan cairan apa saja untuk menetapkan secara dini kemungkinan
adanya keganasan. Dikemukakan bahwa sel yang lepas dan dicat
diperiksa untuk mendapatkan keterangan tentang kemungkinan keganasan
secara dini. Sekalipun bukan merupakan dasar kepastian penyakit, tetapi
pemeriksaan ini telah menimbulkan kecurigaan untuk meneruskan dengan
pemeriksaan yang lebih terarah agar kepastian penyakit dapat ditegakkan.
Cairan yang dapat diperiksa adalah cairan liang senggama (untuk
kecurigaan terhadap keganasan mulut rahim, keganasan tubuh rahim atau
keganasan saluran telur (indung telur) cairan yang berasal dari luka alat
kelamin luar, cairan asites (cairan dalam rongga perut), cairan dari
tenggorok dan tempat lainnya.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 61


2) PENGAMBILAN CAIRAN
Syarat utama cairan yang akan diambil adalah tidak boleh bercampur
cairan lainnya yang dapat mengganggu pemeriksaan. Oleh karena itu
dapat dirinci sebagai berikut:
1. Cairan yang akan diambil di bagian luar genitalia. Biarkan apa
adanya, jangan dicuci sekalipun berbau.
2. Cairan liang senggama jangan dicuci menjelang pengambilan
bahannya. Jangan melakukan hubungan seks sedikitnya tiga hari.

3) WAKTU PEMERIKSAAN
Untuk mengetahui secara dini kanker leher rahim, dianjurkan kepada
para wanita untuk melakukan Papsmear secara teratur, paling tidak
sekali setiap tahun:
 Pada umur berapapun dalam usia subur
 Telah berhubungan seks lebih dari 1 tahun
 Ada/tidak ada cairan vagina yang mencurigakan
Mengingat pemeriksaan Papsmear masih dianggap mahal bagi sebagian
wanita di negara berkembang, maka dirintis cara baru, yaitu
pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA).

b. IVA (INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT)


1) DEFINISI IVA
IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan melihat secara
langsung perubahan pada serviks setelah dipulas dengan asam asetat 3-
5 %. Dengan metode IVA, juga dapat diidentifikasi lesi pra kanker
serviks, baik lesi Intraepitel Serviks Derajat Tinggi (LISDT) maupun
Lesi Intraepitel Serviks Derajat Rendah (LISDR). Adanya tampilan
bercak putih setelah pulasan asam asetat mengindikasikan
kemungkinan adanya lesi pra kanker serviks.
Metode skrining IVA ini relatif mudah dan dapat dilakukan oleh dokter
umum, bidan atau perawat yang telah dilatih. Jumlah profesi bidan di
Indonesia yang potensial dapat dilatih agar dapat melakukan skrining
kanker serviks. Kelompok ini merupakan pasukan pemeriksa yang
dapat diandalkan dalam upaya penanggulangan kanker serviks di
Indonesia.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 62


2) PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT
(IVA)
Pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah
pemeriksaan yang pemeriksanya (dokter/bidan/paramedis) mengamati
serviks yang telah diberi asam asetat/asam cuka 3-5 % secara inspekulo
dan dilihat dengan penglihatan mata langsung.
Pemeriksaan IVA pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman (1925)
dengan cara memulas serviks dengan kapas yang telah dicelupkan ke
dalam asam asetat 3-5 %. Pemberian asam asetat akan mempengaruhi
epitel abnormal, bahkan juga akan meningkatkan osmolaritas cairan
ekstraseluler. Cairan ekstraseluler yang bersifat hipertonik ini akan
menarik cairan dari intraseluler sehingga membran akan kolaps dan
jarak antarsel akan semakin dekat. Sebagai akibatnya, jika permukaan
epitel mendapat sinar, sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma,
tetapi dipantulkan keluar sehingga permukaan epitel abnormal akan
berwarna putih. Jika makin putih dan makin jelas, makin tinggi derajat
kelainan histologiknya. Demikian pula, makin tajam batasnya, makin
tinggi derajat kelainan jaringannya. Dibutuhkan satu sampai dengan
dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada epitel.
Serviks yang diberi 5 % larutan asam asetat akan berespon lebih cepat
daripada 3 % larutan tersebut. Efek akan menghilang sekitar 50-60
detik sehingga dengan pemberian asam asetat akan didapatkan hasil
gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan bercak putih
(mencurigakan displasia). Lesi yang tampak sebelum aplikasi larutan
asam asetat bukan merupakan epitel putih, tetapi disebut leukoplakia,
biasanya disebabkan oleh proses keratosis.

3) KEUNTUNGAN
Pemeriksaan skrining yang pada saat ini lazim digunakan untuk lesi
prakanker serviks adalah tes pap. Sebagai suatu pemeriksaan skrining
alternatif, pemeriksaan IVA memiliki beberapa manfaat jika dibandingkan
dengan uji yang sudah ada, yaitu efektif, lebih mudah dan murah,
peralatan yang dibutuhkan lebih sederhana, hasilnya segera diperoleh
sehingga tidak memerlukan kunjungan ulang, cakupannya lebih luas, dan
pada tahap penapisan tidak dibutuhkan tenaga skriner untuk memeriksa
sediaan sitologi. Informasi hasil dapat diberikan segera.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 63


KATEGORI TEMUAN IVA
NORMAL Licin, merah muda, bentuk porsio normal
ATIPIK Servisitis (inflamasi, hiperemis) banyak
fluor ektropion polip atau ada servical
wart
ABNORMAL (INDIKASI LESI PlaK Putih
PRAKANKER SERVIKS) Epitel acetowhite (bercak putih)
KANKER SERVIKS Pertumbuhan epitel seperti bunga kol
Pertumbuhan mudah berdarah

PERBANDINGAN SKRINING TES PAP DAN IVA


Uraian/metode Skrining TES PAP IVA
Petugas kesehatan Sample takers Bidan,perawat/dokter
(Bidan,perawat/dokter umum/ Dr spesialis
umum /Dr spesialis)

Skriner/Sitologis/Patologis
Sensitivitas 70 % - 80 % 65% - 96%
Spesifisitas 90 % - 95 % 54% - 98%
Hasil 1 hari – 1 bulan Langsung
Sarana Spekulum Spekulum
Lampu sorot Lampu sorot
Kaca benda Asam asetat
Laboratorium
Biaya Rp 15.000 – Rp 75.000 Rp 3000
Dokumentasi Ada (dapat dinilai ulang) Tidak ada

5. KANKER PAYUDARA
Kanker payudara lebih sering terjadi dibandingkan dengankanker leher rahim
karena kanker ini dapat terjadi pada semua perempuan.
Wanita yang memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara bila:
a. Anggota keluarga tingkat pertama (ibu atau kakak/adik) pernah menderita
kanker payudara
b. Diri sendiri pernah menderita kanker payudara
c. Nulipara (wanita yang tidak mempunyai anak)
d. Usia melebihi 30 tahun pada kehamilan pertama
e. Mulai haid pada usia dini atau menopause terlambat
f. Mengalami gangguan haid
g. Konsumsi lemak yang berlebihan
h. Merokok tembakau

Tanda-tanda perubahan pada payudara yang perlu diwaspadai:


a) Perubahan besar dan kesimetrisan payudara kanan dan kiri.
b) Warna kulit payudara: berwarna lebih kemerahan, lebih mengkilat.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 64


c) Ada luka pada payudara.
d) Perubahan bentuk puting dan keluarnya cairan dari puting.
6. DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
a. pendahuluan
Dalam duapuluh tahun terakhir telah terjadi kemajuan yang sangat
menyolok dalam penemuan dini dan pengobatan yang berhasil pada
beberapa tipe keganasan yang di masa lampau selalu dianggap fatal. Dari
keberhasilan ini para ahli klinik dalam bidang kanker menemukan beberapa
prinsip untuk penemuan dini dan pengobatan penyakit kanker yang segera
dapat memberikan masa depan yang cerah bagi penderita penyakit kanker.
Prospek yang paling cerah untuk masa depan dalam penanggulangan
penyakit kanker adalah bagaimana menyadarkan masyarakat agar jauh-jauh
hari sebelum penyakit ini menjadi "manifest" dalam tubuhnya, segera
memeriksakan diri secara berkala.
Hal ini sebaiknnya diikuti dengan sistem organisasi kesehatan, yang
memungkinkan penderita mengetahui penyakit kanker pada stadium sedini
mungkin dengan teknik pemeriksaan yang disesuaikan dengan kemajuan
zaman.
Meskipun 1/3 dari penderita penyakit kanker sudah dapat
disembuhkan dengan cara penanggulangan tersebut di atas, masih juga
terdapat persoalan yang meninggalkan masalah baru untuk penderita,
keluarganya, masyarakat sekitarnya dan dokternya sendiri, karena
kebanyakan dokter mengkonsentrasikan diri pada persoalan jangka pendek
menyangkut diagnosis dan pengobatan, sedangkan sedikit sekali dokter
yang memikirkan perlunya perhatian yang sama pada masalah jangka
panjang yang akan timbul pada penderita penyakit kanker.
Pengobatan penyakit kanker dapat dikatakan berhasil bila
penyembuhan yang diperoleh penderita kanker dapat dibuktikan
mempunyai harapan hidup (life expectancy) yang sama dengan penduduk
yang tidak menderita penyakit kanker dimana penderita kanker itu hidup.
"Life expectancy" dinilai dengan melakukan perbandingan antara angka
kematian dari penduduk yang sehat dengan umur dan seks tertentu dengan
angka kematian penderita kanker tersebut, bila sebanding maka dapatlah
dibuat kesimpulan bahwa penderita tersebut telah menikmati "life
expectancy" yang normal.

b. Penemuan dini kanker payudara


Epidemiologi dari kanekr payudara telah diselidiki lebih
mendalam pada binatang dan manusia dari pada penyakit kanker lainnya.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 65


Penelitian genetik dari penyakit ini telah berulang kali menunjukkan suatu
kenaikan dua atau tiga kali lipat dalam risiko untuk mendapatkan
karsinoma payudara yang "site specific" dan yang berhubungan
(association) dengan keluarga karsinoma payudara tingkat 1. Risiko ini
menunjukkan jelas suatu kenaikan, bila permulaan dari penyakit karsinoma
payudara terjadi pada masa menopause atau bila terjadi bilateral. Kanker
payudara dapat juga ditemukan pada keluarga yang mempunyai hubungan
dengan penyakit kanker lainnya, termasuk kanker dari:
1) saluran gastrointestinal
2) kanker ovarium dan endometrium
3) tumor-tumor otak
4) leukemia
5) sarkoma
Bila ingin melakukan program penemuan dini secara
menyeluruh, maka dianjurkan oleh Fink untuk membuat "focus primer"
dari program tersebut yaitu mendekatkan dan menghubungkan lebih erat
antara penemuan riset kanker dengan penggunaannya (aplikasi). Dengan
ini dimaksudkan bahwa semua hasil riset kanker baik riset klinik, maupun
riset laboratirum yang didapatkan pada kondisi sosial dan industri setempat
dapat digunakan sepenuhnya terhadap penyakit kanker, dan semua elemen
dalam masyarakat harus dapat menggunakan secara efektif hasil riset ini
untuk kebaikan manusia dan proteksinya.Terutama ditekankan adalah
kebutuhan segera dari semua komponen masyarakat kesehatan dalam
pencegahan penyakit kanker, identifikasi, diagnosis, pengobatan penyakit
kanker, dan akhirnya rehabilitasi semua penderita kanker.
Pencegahan dari suatu penyakit menurut Hammond, adalah suatu proses
yang terdiri atas empat tahap:
1) Tahap pertama
Adalah melakukan identifikasi keadaan dimana penyakit tersebut
terjadi.
2) Tahap kedua
Adalah membuat suatu rencana untuk merubah keadaan sedemikian
rupa sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit tersebut.
3) Tahap ketiga
Adalah melaksanakan rencana tersebut, bila perlu mengadakan suatu
"pilot project"
4) Tahap keempat
Adalah untuk mengevaluasi apakah betul rencana itu bila dilaksanakan
akan menghasilkan suatu reduksi dari angka insidens dan angka
kematian dari penyakit tersebut.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 66


c. Diagnosis dini
Kira-kira sepertiga dari penyakit kanker dapat ditemukan cukup dini untuk
dapat disembuhkan. Di Bagian Bedah FKUI/RSCM selama tahun 1971-
1978 dari 735 kasus penderita kanker payudara 267 (40%) masih
merupakan kasus yang dapat dioperasi. Selama tahun 1988 s.d 1996 dari
566 kasus kanker payudara 185 (32,6%) masih menunjukkan kasus-kasus
yang operabel.
Beberapa tipe kanker tumbuh dan menyebar secara lambat sedangkan tipe
lainnya bersifat sebaliknya. Hal-hal yang menimbulkan perbedaan ini
belum dapat diketahui. Untuk dapat menyembuhkan penyakit ini dengan
cara pembedahan, penyinaran dan khemoterapi diperlukan penemuan
penyakit ini diketahui semakin besar kemungkinannya untuk sembuh.
Cara-cara pengobatan yang kita ketahui sekarang cukup untuk mencapai
penyembuhan ini, tetapi waktu penemuan dan ketepatan diagnosis masih
jauh daripada memuaskan.
Salah satu cara untuk memperbaiki hasil pengobatan adalah penemuan dini
yang selektif dengan menentukan kelompok masyarakat yang terbesar
kemungkinannya menderita kanker payudara, kemudian mengadakan
pemeriksaan dan pengobatan yang tertuju serta melakukan "follow up"
yang terperinci terhadap mereka.
Beberapa faktor resiko pada kanker payudara yang sudah diterima secara
luas oleh kalangan "oncologist" di dunia adalah sebagai berikut:
1) Umur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar
untuk mendapat kanker payudara dan risiko ini akan bertambah
sampai unur 50 tahun dan setelah menopause.
2) Tidak kawin/Nullipara risikonya 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita
yang kawin dan punya anak.
3) Anak pertama lahir setelah 35 tahun risikonya 2 kali lebih besar.
4) "Menarche" kurang dari 12 tahun risikonya 1,7-3,4 kali lebih tinggi
daripada wanita dengan "menarche" yang datang pada usia normal
atau lebih dari 12 tahun.
5) Menopause datang terlambat lebih dari 55 tahun, risikonya 2,5-5 kali
lebih tinggi.
6) Pernah mengalami infeksi, trauma atau operasi tumor jinak
payudara, risikonya 3-9 kali lebih besar.
7) Adanya kanker pada payudara kontralateral, risikonya 3-9 kali lebih
besar.
8) Pernah mengalami operasi ginekologis-tumor ovarium, risikonya 3-4
kali lebih tinggi.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 67


9) Yang mengalami radiasi di dinding dada risikonya 2-3 kali lebih
tinggi
10) Riwayat keluarga pada yang menderita kanker payudara pada ibu,
saudara perempuan ibu, saudara perempuan, adik/kakak, risikonya 2-
3 kali lebih tinggi.
11) Kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak seperti
kelainan fibrokistik yang ganas akan meningkatkan risiko untuk
mendapat kanker payudara 11 kali lebih tinggi.
Beberapa faktor risiko kanker payudara yang segera memerlukan
tindakan "invasif" berupa aspirasi jarum halus (FNAB-Fine Needle Aspiration
Biopsy) atau biopsi eksisional dengan pemeriksaan patologi potong beku
(Frozen section examination) adalah:
1) Keluarnya darah segar hitam dari puting susu.
2) Kista payudara yang mengeluarkan cairan berdarah.
3) Jika pada mammogram terlihat bayangan dengan batas tak tegas,bentuk
"stellata", indurasi stroma yang asimetri, spikula dengan distorsi struktur
arsitektur payudara dan mikrokalsifikasi.
Secara statistik di Amerika dan juga di Indonesia, 95 % dari semua kanker
payudara ditemukan oleh penderita itu sendiri.
Kecenderungan phobi dari wanita akhir-akhir ini terhadap kanker payudara
adalah sebagai berikut:
1) Penyakit ini merupakan penyebab utama dalam insidens dan kematian oleh
kanker pada wanita.
2) Penyebab kematian utama pada wanita oleh kanker payudara mulai dari 35
s/d 45 tahun.
3) Pengurangan angka kematian disebabkan kanker payudara dalam 35 tahun
terakhir ini relatif tidak besar, bila penyakit ini sudah ditemukan dalam
stadium lanjut.
4) Harapan hidup (life expectancy) adalah 85 % s/d 95 %, bila penyakit ini
ditemukan sendiri.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 68


d. Program Diagnosis Dini
Terdiri dari diagnosis klinis dan pemeriksaan penunjang:
Untuk dapat melakukan aktivitas penemuan dini kanker payudara yang
terpadu setiap dokter sebaiknya menyusun program tersebut dalam 3 bagian:
1) Wawancara
2) Yaitu pengajuan pertanyaan umumdan terarah sehubungan dengan
kanker payudara.
3) Pemeriksaan klinis payudara
4) Mencari benjolan atau kelainan lainnya.
Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain
estrogen dan progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan
di saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/setelah menstruasi ± 1
minggu dari hari terakhir menstruasi.
1) Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka.
2) Posisi tegak (duduk): Penderita duduk dengan tangan jatuh bebas ke
samping dan pemeriksa berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang
sama tinggi.
a. Inspeksi:
1) Simetri payudara kiri-kanan.
2) Kelainan papilla, letak dan bentuk adalah retraksi puting susu, kelainan
kulit, tanda radang, "peau de orange", dimpling, ulserasi dan lain-lain.
 Inspeksi ini juga dilakukan dalam keadaan kedua lengan
diangkat ke atas untuk melihat apakah ada bayangan tumor
di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang
tertinggal, dimplingg dan lain-lain.

b. Palpasi:
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di atas
lapangan dada; jika perlu bahu/punggung diganjal dengan bantal kecil pada
penderita yang payudaranya besar.
Pemeriksaan kelenjar getah bening regional

Bahan Ajar Kespro-KB Page 69


c. Aksila:
Sebaiknya dalam posisi duduk, karena dalam posisi ini isi fosa aksila jatuh
ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak dapat dicapai.
Pemeriksaan aksila kanan, tangan kanan penderita diletakkan/jatuh lemas di
tangan kanan/bahu pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan kiri
pemeriksa. Demikian sebaiknya pada aksila kiri. Yang diraba adalah
kelompok kelenjar getah bening yang biasanya mempunyai hubungan yang
erat dengan adanya kanker di payudara.

d. Pemeriksaan penunjang:
Ada beberapa pemeriksaan pembantu untuk menuju diagnosa akhir suatu
tumor payudara.
1. Mammografi:
Suatu teknik pemeriksaan foto rontgen untuk jaringan lunak; yang
memberikan petunjuk adanya kelainan.
Keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder:
- Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya
perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan rontgenologis adanya
mikrokalsifikasi, adanya spikulae dan distorsi pada struktur arsitektur
payudara.
- Tanda sekunder berupa: retraksi, penebalan kulit, bertambahnya
vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan areola, adanya "bridge of
tumor", keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur,
infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mamma dan adanya
metastasis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas).
Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda menurut laporan: berkisar
antara 83%-95%.
2. Termografi:
Suatu cara yang menggunakan sinar infrared.
Pemeriksaan ini ditemukan oleh LAWSON tahun 1956 dimana
diperlihatkan bahwa:
- suhu kanker payudara lebih tinggi dari jaringan sekitarnya
- darah vena yang keluar dari lesi kanker lebih panas dari darah arteria
yang mendarahi lesi tersebut
Perubahan pada termogram yang dapat menimbulkan kecurigaan kepada
keganasan adalah sebagai berikut:

Bahan Ajar Kespro-KB Page 70


- Adanya bintik-bintik yang mengeluarkan panas yang lebih tinggi
dari 1,5 ° (hot spot)
- Perdarahan yang meningkat setempat disertai lebih banyak
pembuluh atau darah yang melebar
- Peninggian suhu secara umum
- Bertambah panasnya areola mammae
Perlu juga diketahui bahwa kenaikan suhu disini tidak hanya khas untuk
keganasan tetapi dapat juga terjadi pada setiap peninggian kegiatan sel,
misalnya abses yang lama.
3. Ultrasonografi:
Berdasarkan pemantulan gelombang suara yang berbeda dalam dan
kepadatannya. Terutama hanya dapat membedakan lesi/tumor yang
solid dan kistik; dan hanya dapat membuat diagnosa dugaan.
4. Xerografi:
- Suatu "fotoelectric imaging sistem" berdasarkan pengetahuan
xerografi.
- Ketepatan diagnostik cukup tinggi 95,3 % dimana dapat terjadi
"false positive" ± 5 %.
5. Scintimammografi
Adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan

radioisotop Tc 99m sestamibi. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas


tinggi untuk menilai aktivitas sel kanker pada payudara selain itu dapat
pula mendeteksi lesi multipel dan keterlibatan KGB regional. Saat ini
sedang diuji coba di Bagian Radiologi FKUI/RSCM.

e. Diagnosa pasti
Diagnosa pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis.
Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan berbagai cara, yaitu:
- biopsi aspirasi (fine needle biopsy)
- needle core biopsy dengan jarum silverman
- excisional biopsy dan pemeriksaan 'frozensection" (potong beku)
waktu operasi

Bahan Ajar Kespro-KB Page 71


f. Pengobatan kanker payudara
Ada beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak
bergantung kepada stadium klinik penyakit.
Cara-cara yang dikenal adalah:
1) Pembedahan, baik yang bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun
paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit)
2) Penyinaran, baik yang bersifat kuratif maupun paliatif.
3) Khemoterapi/sitostatika yang merupakan pengobatan suportif
(penunjang)
4) Hormonal, yang merupakan pengobatn suportif dan berupa tindakan
ablasi (melenyapkan) atau aditif (penambahan)
5) Imunoterapi, sebagai tindakan untuk menaikkan daya tahan tubuh
6) Simptomatik, termasuk dari jara perawatan/penanggulangan keluhan-
keluhan dari penderita kanker payudara yang sudah lanjut.

g. Pembagian Stadium PORTMAIN yang disesuaikan dengan aplikasi klinik


Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan
sekitarnya, tidak
Ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di
bawahnya (otot).
Besar tumor 1-2 cm. Kelenjar getah bening
regional belum teraba.
Stadium II : Sesuai dengan stadium I, hanya besar tumor 2,5-5 cm dan
sudah ada
Satu atau beberapa kelenjar getah bening (KGB)
aksila yang masih
Bebas dengan diameter kurang dari 2 cm.
Stadium III dibagi dalam:
Stadium IIIA : Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tapi masih
bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila
masih bebas satu
sama lain.
Stadium IIIB (local advanced):
Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm), fiksasi
pada kulit Atau dinding dada, kulit merah dan ada oedema
(lebih dari 1/3 permukaan kulit payudara), ulserserasi dan atau
nodul satelit, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain atau terhadap jaringan sekitarnya. Diameter lebih dari 2,5
cm, belum ada metastasis jauh.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 72


Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (Stadium I, II dan III). Tetapi
sudah Disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-
klavikula dan Metastasis jauh lainnya.

h. Pemeriksaan untuk deteksi dini keganasan payudara


1) Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
(a) Mammografi
(1) Definisi:
(2) Tujuan:
Untuk deteksi dini keganasan payudara. Mammografi terutama
berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang
dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif lebih sedikit
(3) Indikasi:
o Adanya benjolan dan rasa tidak enak pada payudara.
o Pada wanita dengan riwayat resiko tinggi untuk mendapatkan
keganasan payudara.
o Pembesaran kelenjar getah bening aksila yang meragukan.
o Pada wanita dengan penyebab metastasis tanpa diketahui asal
tumor primer.
o Pada penderita dengan cancer phobia.
o Follow up penderita-penderita pasca operasi dengan
kemungkinan kambuh atau keganasan payudara yang
kontralateral.
(4) Cara kerja:
Posisi utama yang digunakan adalah kraniokaudal dan
mediolateral dengan posisi dan kompresi yang benar serta baik
untuk mendapatkan hasil yang optimal, dimana penderita berdiri
atau duduk di depan pesawat mammografi, dengan meja yang
dapat digerakkan, lalu penderita meletakkan payudara yang akan
diperiksa si atas meja tersebut. Pemotretan dengan arah sinar
vertikal untuk posisi kraniokaudal dan arah sinar horizontal untuk
posisi mediolateral. Juga dikenal posisi lateromedial dan untuk
melihat aksila bebas dari tulang iga yaitu axillary projection.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 73


(b) Ultrasonografi
Umumnya digunakan linear array transduser 7,5-10 MHZ dengan
operator yang harus mempunyai pengetahuan pemeriksaan USG dan
Mammografi yang baik dan benar. Penderita posisi telentang dengan
lengan diangkat ke atas dan diletakkan di bawah kepala. Kemudian
dilakukan pemeriksaan secara sistematis sesuai dengan arah jarum
jam, sampai mencakup daerah aksila dan dilakukan tindakan
kompresi dan non kompresi apabila dijumpai adanya lesi.
(1) Indikasi USG payudara:
o Payudara yang padat pada mammografi.
o Pada payudara wanita hamil, menyusui dan remaja.
o Sarana diagnostik utama pada penyakit infeksi payudara.
i. Evaluasi lesi berbatas tegas pada temuan mamografi dan penyakit fibrokistik.
o Pemeriksaan utama untuk evaluasi pada wanita dengan implant silikon.
o Penuntun biopsi atau aspirasi.

(2) MRI
Pemeriksaan ini menggunakan medan magnet tanpa menggunakan sinar-X,
menghasilkan potongan 3 dimensi (aksial, frontal dan sagital) dan pemeriksaan ini
digunakan di negara maju untuk mendeteksi keganasan payudara jenis lobular
invasif yang sulit terdeteksi dengan pemeriksaan mammografi.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 74


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

No Bagian Yang harus ada Keterangan


1. Judul bab Asuhan kebidanan perempuan yang
berkaitan dengan sistem reproduksi
dalam perspektif gender
2. Kompetensi dasar Mahasiswa dapat menjelaskan Asuhan
kebidanan perempuan yang berkaitan
dengan sistem reproduksi dalam
perspektif gender
3. Materi pokok 1. Keluarga berencana
2. Incest
3. KDRT
4. Pernikahan dini
5. Kehamilan tidak diinginkan
6. Aborsi
7. Transgender
4. Tugas-Tugas Mahasiswa melakukan:
1. Membuat makalah untuk presentasi
2. Membuat laporan salah satu kasus
dimensi sosial kasus nyata dari
pengkajian sampai evaluasi dan
pembahasan
5. Isu terkini
6. Daftar pustaka 1. Wilopo Siswanto, 2001, Program
Pelayanan Kesehatan Reproduksi,
Modul KUI 65, Prodi IKM Minat
Utama Kesehatan Ibu dan Anak,
UGM, Yogyakarta
2. Hanifa W,1994 , Ilmu
Kandungan, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono
3. Manuaba. 1999. Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta : Arcan

4. Depkes RI, Yang Perlu Diketahui


Petugas Kesehatan tentang
Kesehatan Reproduksi, Depkes
RI, 2001

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,MKes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001
BAHAN AJAR 5

Bahan Ajar Kespro-KB Page 75


BAB V
ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM
REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER

A. STATUS SOSIAL,NILAI DAN PERAN


1. Satus sosial
a. Difinisi status sosial adalah tingkat pengakuan kedudukan yang diberikan
masyarakat yg umumnya ditentukan oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaaan,
keturunan dan lainya
b. Ruang lingkup
1) Ekonomi
2) Pendidikan
3) Sosial
4) Dunia Kerja
5) Budaya
6) Sistem Hukum
7) Media
8) Pelayanan Kesehatan
9) Politik
2. Nilai wanita
Adalah sesuatu yg dianggap penting, berguna dan benar berdasarkan standar
kelakuan yg diinginkan yang dipengaruhi oleh perilaku berdasarkan harga,
kepandaian, kadar, mutu , sifat-sifat (hal-hal) yg dianggap penting atau berguna
bagi kemanusiaan
Nilai wanita ditinjau dari berbagai aspek kehidupan
a) Dari segi agama
b) Dari segi Keluarga
c) Dari segi hukum
d) Dari segi Negara dan politik
e) Dari segi budaya.
3. Peran wanita
a. Peran adalah suatu fungsi yg dijalankan sebagai konsekuensi dari status yg
alamiah oleh seseorang
b. Ruang lingkup:
1) Peran wanita dlm keluarga
2) Peran dlm bidang profesionalisme
3) Peran wanita dalam masy.
status perempuan yang berhubungan dengan peran dalam keluarga dan
masyarakat

Bahan Ajar Kespro-KB Page 76


c. Status :
1) Posisi yang diduduki oleh setiap individu (Marcia Stankope Lancaster)
2) Posisi / tempat seseorang dalam suatu sistem sosial (Biddle & Thomas,
1996)
d. Peran :
1) Perilaku yang diharapkan, kewajiban / hak-hak yang berhubungan dengan
posisi yang ditentukan dalam keluarga dan kelompok sosial
2) Pengaruh yang berkaitan dengan status-status tertentu & peran terkaitnya
Keluarga :
1) Dua individu atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan
ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian
dari keluarga
2) Sebagai suatu satuan sosial yang terkecil yang dimiliki manusia sebagai
makhluk sosial yang ditandai adanya kerjasama ekonomi
Masyarakat :
Kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu
sistem adat istiadat tertentu
e. Peran Wanita dalam Masyarakat
1) Adalah penggerak pembangunan
2) Kesejahteraan keluarga mampu menciptakan keselarasan & keseimbangan
antara lahiriyah & batiniyah

f. Peran Wanita dalam Keluarga ditinjau dari diri pribadi


1) Sebagai Ibu & Pendidik: tugasnya adalah memberikan kasih sayang,
mencipatkan suasana yang harmonis, mendidik anak, memelihra &
mengasuh anak
2) Sebagai Partner Suami: melayani suami; membina cinta kasih; memupuk
kehidupan seks yang sehat, wajar, tertib, dan teratur; mendororng untuk
keberhasilan suami
3) Sebagai Istri: mendampingi suami dalam situasi apapun, memberikan kasih
sayang dan cinta, membina loyalitas & kesetiaan kepada suami
4) Sebagai Pengatur Keluarga: menentukan pembagian tugas, mengelola
waktu, mengelola keuangan
5) Sebagai Pemberi ASI: memberikan ASI secara rutin
6) Sebagai Pencari Nafkah: membagi waktu antara pekerjaan & keluarga,
menyediakan waktu untuk bersantai s& istirahat serta berkumpul dengan
keluarga

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran wanita dalam masyarakat


1) Faktor fisik: bentuk tubuh, cacat bawaan, kecelakaan

Bahan Ajar Kespro-KB Page 77


2) Faktor psikologis: kepribadian, pengetahuan, pengalaman
3) Faktor sosial: norma masyarakat, adat istiadat
4) Faktor kultural: kepercayaan
5) Faktor lingkungan: tingkat pendidikan & ekonomi
6) Faktor keturunan: watak orang tua mempengaruhi keturunanny

B. KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN


1. Definisi
Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuatan ancaman atau tindakan
terhadap diri sendiri, perorangan, sekelompok orang atau masyarakat yang
menyebabkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma,
kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan, atau perampasan hak.
(menurut WHO, 1999)
Sedangkan definisi dari kekerasan terhadap perempuan adalah
a. Menurut Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan tahun
1994 pasal 1:
Adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat
atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual
atau psikologis. Termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau
perampasan kemerdakaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di
depan umum atau dalam kehidupan pribadi.
b. Menurut Depkes RI tahun 2006
Setiap tindakan yang berkaitan atau mungkin berakibat kesengsaraan atau
penderitaan perempuan , secara fisik, seksual, psikologis, ancaman
perbuatan tertentu, pemaksaan dan perampasan kebebasan baik yang terjadi
di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan rumah tangga.

Tabel 1.1 Kekerasan dalam siklus kehidupan perempuan.

Fase Kehidupan Bentuk Tindakan Kekerasan


Sebelum lahir Pengguguran karena seleksi seksual, siksaan selama
kehamilan, dan kehamilan paksa
Bayi Infanticide, penyalahgunaan fisik atau emosi, dan
pembedaan perlakuan anak perempuan
Masa anak-anak Kawin usia dini, penyalahgunaan seksual, dan pelacuran
anak-anak
Masa Remaja putri Kekerasan dalam pacaran, pelacuran, perdagangan wanita
serta pelecehan seksual

Usia produktif Penyalahgunaan seksual, perkosaan seksual dalm


perkawianan, kekerasan dalam rumah tangga, dan
Masa pelecehan di tempat kerja
wulan(wanita usia

Bahan Ajar Kespro-KB Page 78


lanjut) Kekerasan terhadap janda dan wulan

2. Bentuk-Bentuk kekerasan Terhadap Perempuan


Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi dalam berbagai bentuk
a. Tindak kekerasan fisik

Adalah tindakan yang bertujuan melukai , menyiksa atau menganiaya orang


lain sampai mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Tindakan
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan anggota tubuh pelaku ( seperti
menggunakan tangan, kaki) atau dengan alat-alat yang lainnya.
Contoh tindak kekerasan fisik terhadap perempuan :
1) Menampar
2) Memukul
3) Menjambak rambut
4) Menendang
5) Menyundut dengan rokok
6) Melukai dengan senjata, dll
b. Tindak kekerasan psikologis

Adalah tindakan yang bertujuan merendahkan citra atau kepercayaan diri


seorang perempuan, baik melalui kata-kata maupun melalui perbuatan (ucapan
menyakitkan, kata-kata kotor, bentakan, penghinaan, ancaman) yang menekan
emosi perempuan. Tindakan tersebut mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa kepecayaan diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya, dan atau penderitaan psikis yang berat pada seseorang.
Kekerasan psikologis dapat berupa, di mulai dari yang ringan yaitu berupa
berbicara yang keras, ucapan menyakitkan, kata-kata kotor, bentakan,
penghinaan,menakut-nakuti sebagai sarana untuk memenuhi
kehendak(mengancam), meninggalkan istri untuk menikah dengan wanita
yang lain tanpa pemberitahuan , mengisolasi istri dari dunia luar, dan
sebagainya.

c. Tindak kekerasan seksual

Yaitu kekerasan yang bernuansa seksual, termasuk berbagai perilaku yang


tidak diinginkan dan mempunyai makna seksual, maupun berbagai bentuk

Bahan Ajar Kespro-KB Page 79


pemaksaan hubungan seksual (pemerkosaan). Tindakan ini bisa diklasifikasikan
dalam bentuk kekerasan fisik maupun kekerasan psikologis.

Tindakan itu meliputi :


1) Pemaksaan hubungan seksual (perkosaan)

Perkosaan adalah hubungan seksual yang terjadi tanpa dikehendaki oleh


korban. Seseorang laki-laki menaruh penis, jari-jari, atau benda apapun
kedalam vagina, anus, mulut atau tubuh perempuan tanpa sekehendak
perempuan itu. Dapat terjadi pada semua perempuan dari segala golongan,
lapisan masyarakat, tanpa memerdulikan umur, profesi, status pernikahan,
dan penampilan.
Berdasarkan pelakunya, perkosaan dilakukan oleh
 Orang yang dikenal : biasanya dilakukan oleh teman, pacar,tetangga,
bahkan oleh anggota keluarga sendiri.

 Orang yang tidak dikenal : biasanya disertai dengan tindak kejahatan


seperti perampokan, pencurian, penganiayaan, bahkan bisa terjadi
pembunuhan.

Pemerkosaan dapat membawa dampak fisik dan emosional kepada


korbannya. Secara emosional korban dapat mengalami stress, depresi,
gangguan jiwa, menyalahkan diri sendiri, dan rasa takut berhubungan
berhubungan intim (trauma). Secara fisik korban dapat mengalami sulit
tidur, penurunan nafsu makan, sakit kepala, tidak nyaman di sekitar vagina,
beresiko tertular PMS, dll.

2) Pemaksaan hubungan seksual terhadap seseorang, bisa dalam lingkup


rumah tangga, maupun tidak, dengan orang lain untuk tujuan komersil dan
atau untuk tujuan tertentu.

3) Pelecehan seksual
Adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang
dilakukan secara sepihak dan tidak diinginkan oleh orang yang menjadi
sasaran. Contohnya, seperti gurauan tidak pantas, dan membuat malu,
pertanyaan tentang kehidupan seks atau pribadi orang, menyentuh, meremas
atau memegang tubuh dengan berbagai cara tanpa izin.
Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, seperti di
tempat kerja, di sekolah, di jalan, dan di tempat umum yang lainnya.
Pelakunya bisa teman, pacar, rekan atau atasan di tempat kerja.
Pelecehan seksual dapat menyebabkan korban merasa malu, marah, terhina,
tersinggung, benci terhadap pelaku, dendam kepada pelaku, bahkan
mungkin bisa sampai trauma.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 80


4) Tindak kekerasan ekonomi
Yaitu dalam bentuk penelantaran ekonomi dimana tidak diberi nafkah
secara rutin atau dalam jumlah yang cukup, membatasi dan atau melarang
untuk bekerja di tempat yang layak di dalam atau di luar rumah, sehingga
korban di bawah kendali orang tersebut.

3. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Terhadap Wanita


Ada beberapa penyebab terjadinya tindak kekerasan dipandang dari berbagai aspek,
yaitu :
a. Terkait dengan struktur sosial-budaya, politik, ekonomi, hukum, agama

Struktur sosial, yaitu pada masyarakat yang menganut sistem patriarki, dimana
garis ayah dianggap dominan, laki-laki di tempatkan pada kedudukan yang
lebih tinggi dari wanita, dianggap pihak yang lebih berkuasa. Yang
menyebabkan perempuan mengalami berbagai bentuk diskriminasi, seperti
sering tidak di beri hak atas warisan, dibatasi peluang bersekolah, direnggut hak
untuk kerja di luar daerahnya,jauh dari rumah, dll.
Interpretasi agama yang keliru, yang seringkali berpengaruh kepada terjadinya
sub ordinasi, dan beban ganda bagi kaum perempuan. Misalnya dengan
mudahnya menganggap poligami itu diperbolehkan, tanpa melihat bahasan lebih
jauh.
Kehidupan sosial ekonomi dan politik yang tidak adil bagi perempuan, yang
membatasi ruang gerak dan pengembangan potensi perempuan pada kehidupan
publik, akibat dari perbedaan gender. Sehingga wanita menjadi semakin
terpinggirkan, atau termajinalkan dari urusan publik diluar urusan rumah tangga.
Terkait dengan nilai budaya, yaitu keyakinan, stereotipe tentang posisi, peran
dan nilai laki-laki dan perempuan.
Karakteristik perempuan Indonesia yang memperbesar kemungkinan terjadinya
kekerasan terhadap perempuan :
1) Patuh dan taat
Tradisi jawa, tradisi keperempuanan yang ideal mengutamakan nilai
kepatuhan dan ketaatan. Bisa terhadap orang tua, yang lebih tua, dan kepada
suami ketika nanti sudah bersuami.

2) Milik suami
Ketika sudah bersuami, maka sudah menjadi milik suami dan orang tua
sudah tidak mempunyai “kekuasaan” lagi. Istri harus merahasiakan keadaan
rumah tangganya, termasuk tabiat suaminya kepada orang lain.
3) Nrimo” dan pasrah

Bahan Ajar Kespro-KB Page 81


Perempuan atau istri cenderung untuk menerima kelakuan suami
(“nrimo”)
karena nilai kepatuhan yang diyakini dan bahkan pasrah tanpa usaha
untuk membicarakan dan menyelesaikan masalah
Kesadaran perempuan bahwa dirinya lembut dan sangat perasa membawa
pengaruh yang besar pada keinginannya untuk memperoleh perlindungan
dan pertolongan dari laki-laki. Jadi meskipun sudah disakiti, kebanyakan
wanita masih berharap bahwa suami atau pasangan mereka suatu saat akan
berubah, karena rasa ingin tetap ada tempat untuk berlindung, juga karena
masih ada rasa cinta.
b. Terkait dengan kondisi sosial yang memudahkan, seperti terisolasi, konflik, dan
perang.

Dalam situasi semacam inilah sering terjadi perempuan sebagai korban.,


misalnya dalam lokasi pengungsian rentan kekerasan seksual dan pelecehan
seksual. Dalam kondisi kemiskinan, rentan terhadap pelacuran. Sebagai
implikasi dari maraknya teknologi informasi, perempuan terjebak pada kasus
pelecehan seksual, pornografi, dan perdagangan
4. Tindak Lanjut dan Pencegahan
Semakin lama kekerasan terhadap perempuan, bukan semakin berkurang melainkan
semakin bertambah banyak. Pemerintah yang kurang tanggap dalam masalah ini,
dan aparat yang kurang sigap dalam menangani dan mengenali kasus kekerasan
terhadap perempuan menyebabkan semakin meningkatnya angka kejadian kasus
tersebut. Oleh karena itu, maka harus ada tindak lanjut terhadap kasus kekerasan
terhadap wanita agar dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan terhadap
wanita, yaitu :
a. Melaporkan pelaku kekerasan kepada aparat setempat, sehingga pelaku
mendapat hukuman yang sesuai dengan pelanggaran yang ia lakukan
b. Melakukan terapi rehabilitasi pada pelaku dengan konseling
c. Melakukan pendampingan korban,dukungan (support social) kepada korban
dan mengobati segera luka yang ada
d. Melakukan terapi rehabilitasi kepada korban, agar korban juga sembuh secara
psikis

Selain itu juga diperlukan tindak pencegahan agar kekerasan terhadap perempuan
tidak semakin banyak terjadi
a. Dibentuk suatu wadah yang dapat menangani, menampung aspirasi, serta
memperjuangkan penghapusan kekerasan terhadap wanita.
b. Dibentuknya suatu undang-undang yang menegakan hak asasi perempuan dan
mengikat pelaku pelanggaran dengan sanksi yang jelas

Bahan Ajar Kespro-KB Page 82


c. Konseling untuk memberdayakan wanita itu sendiri agar tanggap dengan
masalah kekerasan terhadap perempuan.
d. Memberdayakan masyarakat luas agar turut serta aktif dalam penghapusan
kekerasan terhadap perempuan

5. Kekerasan Dalam Rumah Tangga


Berdasarkan hasil Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 14
September 2004, telah disahkan Undang-Undang No. 23 tahun 2004 mengenai
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) yang terdiri dari 10 bab
dan 56 pasal, yang diharapkan dapat menjadi payung perlindungan hukum bagi
anggota dalam rumah tangga, khususnya perempuan, dari segala tindak kekerasan.
a. Kekerasan dalam Rumah Tangga
Undang-Undang PKDRT ini menyebutkan bahwa KDRT adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga (Pasal 1 ayat 1).

b. Lingkup rumah tangga?


Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini meliputi (Pasal 2 ayat 1):
1) Suami, isteri, & anak (termasuk anak angkat & anak tiri);
2) Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana dimaksud dalam huruf a karena hubungan darah, perkawinan,
persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga
(mertua, menantu, ipar dan besan); dan/atau
3) Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah
tangga tersebut (PRT).

c. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga


Bentuk-bentuk KDRT adalah (Pasal 5):
1) Kekerasan fisik;
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit atau luka berat (Pasal 6).
2) Kekerasan psikis;

Bahan Ajar Kespro-KB Page 83


Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa
tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang (pasal 7)
3) Kekerasan seksual; atau
Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan
hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar
dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain
untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
Kekerasan seksual meliputi (pasal 8):
(a) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut;
(b) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup
rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau
tujuan tertentu.
4) Penelantaran rumah tangga
Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang
dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku
baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain
itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan
ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk
bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di
bawah kendali orang tersebut (pasal 9)

d. UU PKDRT ini mengatur mengenai hak-hak korban


Berdasarkan UU ini, korban berhak mendapatkan (pasal 10):
1) Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun
berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan;
2) Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;
3) Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban;
4) Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat
proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundan undangan;
5) Pelayanan bimbingan rohani
Selain itu, korban juga berhak untuk mendapatkan pelayanan demi pemulihan
korban dari (pasal 39):
1) Tenaga kesehatan;
2) Pekerja sosial;
3) Relawan pendamping; dan/atau
4) Pembimbing rohani.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 84


e. UU PKDRT
Melalui Undang-Undang ini pemerintah bertanggung jawab dalam upaya
pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Untuk itu pemerintah harus
(pasal 12):
1) Merumuskan kebijakan tentang penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga;
2) Menyelenggarakan komunikasi informasi, dan edukasi tentang kekerasan
dalam rumah tangga;
3) Menyelenggarakan sosialisasi dan advokasi tentang kekerasan dalam
rumah tangga; dan
4) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sensitif jender dan isu
kekerasan dalam rumah tangga serta menetapkan standar dan akreditasi
pelayanan yang sensitif jender.
Selain itu, untuk penyelenggaraan pelayanan terhadap korban, pemerintah dan
pemerintah daerah dapat melakukan upaya:
1) Penyediaan ruang pelayanan khusus (RPK) di kantor kepolisian;
2) Penyediaan aparat, tenaga kesehatan, pekerja sosial dan pembimbing
rohani;
3) Pembuatan dan pengembangan sistem dan mekanisme kerjasama program
pelayanan yang mudah diakses korban;
4) Memberikan perlindungan bagi pendamping, saksi, keluarga dan teman
korban.

f. Kewajiban masyarakat
Undang-Undang ini juga menyebutkan bahwa setiap orang yang mendengar,
melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib
melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuannya untuk (pasal 15):
1) Mencegah berlangsungnya tindak pidana;
2) Memberikan perlindungan kepada korban;
3) Memberikan pertolongan darurat; dan
4) Membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.
Namun untuk kejahatan kekerasan psikis dan fisik ringan serta kekerasan
seksual yang terjadi dalam relasi antar suami istri, maka yang berlaku adalah
delik aduan. Maksudnya adalah korban sendiri yang melaporkan secara
langsung kekerasan dalam rumah tangga kepada kepolisian (pasal 26 ayat 1).
Namun korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk
melaporkan kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak kepolisian (pasal 26
ayat 2).

Bahan Ajar Kespro-KB Page 85


Dalam hal korban adalah seorang anak, laporan dapat dilakukan oleh orang
tua, wali, pengasuh atau anak yang bersangkutan (pasal 27).

g. Ketentuan pidana yang akan dikenakan pada pelaku


Ketentuan pidana penjara atau denda diatur dalam Bab VIII mulai
dari pasal 44 – pasal 53. Lama waktu penjara dan juga besarnya denda
berbeda-beda sesuai dengan tindak kekerasan yang dilakukan. Dalam proses
pengesahan UU ini, bab mengenai ketentuan pidana sempat dipermasalahkan
karena tidak menentukan batas hukuman minimal, melainkan hanya mengatur
batas hukuman maksimal. Sehingga dikhawatirkan seorang pelaku dapat hanya
dikenai hukuman percobaan saja.
Meskipun demikian, ada dua pasal yang mengatur mengenai hukuman
minimal dan maksimal yakni pasal 47 dan pasal 48. Kedua pasal tersebut
mengatur mengenai kekerasan seksual.
Pasal 47: “Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam
rumah tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 tahun dan
pidana penjara paling lama 15 tahun atau denda paling sedikit Rp 12.000.000
atau denda paling banyak Rp 300.000.000”
Pasal 48: “Dalam hal perbuatan kekerasan seksual yang mengakibatkan
korban mendapatkan luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya
selama 4 minggu terus menerus atau 1 tahun tidak berturut-turut, gugur atau
matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat
reproduksi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun dan pidana
penjara paling lama 20 tahun atau denda paling sedikit Rp 25.000.000 dan
denda paling banyak Rp 500.000.000”

Bahan Ajar Kespro-KB Page 86


h. Pembuktian kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Dalam UU ini dikatakan bahwa sebagai salah satu alat bukti yang sah,
keterangan seorang saksi korban saja sudah cukup untuk membuktikan bahwa
terdakwa bersalah, apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya
(pasal 55).
Alat bukti yang sah lainnya itu adalah:
4) Keterangan saksi;
5) Keterangan ahli
6) Surat;
7) Petunjuk;
8) Keterangan terdakwa.

C. PERKOSAAN
1. Pengertian Perkosaan
Perkosaan adalah tindak kekerasan atau kejahatan seksual yang berupa
hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan dengan
kondisi:
a) Tidak atas kehendak dan persetujuan perempuan
b) Dengan persetujuan perempuan namun dibawah ancaman
c) Dengan persetujuan perempuan namun melalui penipuan
Tindakan perkosaan merupakan suatu pengalamanyang secara psikologis
sangat menghancurkan yang dapat dialami oleh seeorang.Merupakan tindakan
kekerasan yang brutal yang merampas identitas diri korban dan menimbulkan rasa
bersalah dan ketakutan yang dapat menetap lama setelah pasien memperoleh
perawatan medis darurat.Korban perkosaan mengalami pelanggan hak
kemanusiaanya,pengalaman emosional yang menghancurkan yang menciptakan
stress psikologis yang berat.Perawatan yang simpatik dan halus sangat diperlukan
untuk penyembuhan identitas diri dan kesehatan jiwa.
2. Realitas Perkosaan
a) Terjadi secara spontan.Biasanya perkosaan sudah mempunyai niat,dilakukan
tergantung kesempatan.
b) Pelaku bukan orang asing. Pelaku perkosaan seringkali adalah orang yang
sudah dikenal, seperti pacar, teman, tetangga atau saudara.
c) Bukan hanya terjadi di tempat sepi. Kebanyakan kasus perkosaan terjadi di
tempat yang “aman” termasuk di rumah, tempat kerja atau sekolah.
d) Bukan hanya terjadi pada orang dewasa. Perkosaan juga dialami oleh anak-
anak, remaja atau orang tua.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 87


e) Semua perempuan bisa menjadi korban perkosaan, tanpa memperdulikan
penampilan, cara berpakaian, agama, ras, suku, pendidikan, pekerjaan atau
tingkat sosial ekonomi.
f) Bukan hanya dilakukan oleh laki-laki penderita gangguan jiwa, tapi dapat juga
dilakukan oleh laki-laki normal
g) Bukan hanya dilakukan oleh laki-laki yang berstatus sosial ekonomi rendah.
Semua laki-laki bisa menjadi pemerkosa tanpa memperdulikan tingkat sosial
ekonomi, pendidikan, pekerjaan, atau penampilan.
h) Bukan hanya masalah perempuan.Perkosaan menjadi tanggung jawab
bersama, baik laki-laki maupun perempuan serta masyarakat dan negara.
i) Merahasiakan perkosaan tidak menyelesaikan masalah. Carilah pertolongan
pada orang yang dapat dipercaya dan bisa membantu anda.
2. Jenis Perkosaan
a) Berdasarkan Pelakunya
1) Perkosaan oleh orang yang dikenal. Perkosaan jenis ini dilakukan oleh atau
anggota keluarga (bapak, paman, saudara).
2) Perkosaan oleh pacar (dating rape). Perkosaan terjadi ketika korban
berkencan dengan pacarnya, seringkali diawali dengan cumbuan yang
diakhiri dengan pemaksaan hubungan seks.
3) Perkosaan dalam perkawinan (marital rape). Biasanya terjadi terhadap istri
yang punya ketergantungan sosial ekonomi pada suami; berupa pemaksaan
hubungan yang tak dikehendaki oleh pihak istri.
4) Perkosaan oleh orang asing. Perkosaan jenis ini seringkali disertai dengan
tindak kejahatan lain, seperti perampokan, pencurian, penganiayaan ataupun
pembunuhan.
b) Berdasarkan cara melakukanya
1) Perkosaan dengan janji-janji/penipuan. Perkosaan ini biasanya diawali
dengan janji-janji; korban akan dinikahi, dan sebagainya.
2) Perkosaan dengan ancaman halus. Jenis perkosaan ini terjadi pada korban
yang punya ketergantungan sosial/ekonomi pada pemerkosa. Termasuk
jenis ini adalah perkosaan majikan terhadap bawahan ataupun guru terhadap
murid.
3) Perkosaan dengan paksaan (fisik). Perkosaan jenis ini dilakukan dengan
mengancam memakai senjata (tajam/api) ataupun dengan kekuatan fisik.
4) Perkosaan dengan memakai pengaruh tertentu. Perkosaan jenis ini
dilakukan dengan mempengaruhi korban melalui pemakaian obat bius, obat
perangsang, guna-guna,hipnotis,dsb.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 88


3. Reaksi sesudah perkosaan
a) Perasaan mudah marah
b) Takut, cemas, gelisah
c) Merasa bersalah
d) Malu, reaksi-reaksi lain yang bercampur aduk
e) Menyalahkan diri sendiri
f) Menangis bila teringat peristiwa tersebut
g) Ingin melupakan peristiwa perkosaan yang telah dialami
h) Merasa diri tidak normal, kotor, berdosa, tidak berguna
i) Merasa lelah, tidak ada gairah dan tidak bisa tidur
j) Selalu ingin muntah, perut dan vagina terasa
k) Ingin bunuh diri
4. Tindakan yang harus dilakukan setelah terjadi perkosaan
a) Korban harus segera melapor ke polisi
1) Di Kepolisian korban akan diantar ke dokter untuk
mendapatkan visum etrepertum atau kalau terpaksa korban bisa datang
ke rumah sakit terlebih dahulu agar dokter bisa memberikan surat
keterangan. Mintalah dokter untuk menghubungi polisi.
2) Jangan membersihkan diri atau mandi karena sperma, serpihan
kulit ataupun rambut pelaku yang bisa dijadikan barang bukti akan
hilang. Sperma hanya hidup dalam waktu 2 x 24 jam. Simpan pakaian,
barang-barang lain yang anda pakai, ataupun kancing/robekan baju
pelaku yang bisa dijadikan barang bukti. Serahkan barang-barang
tersebut kepada polisi dalam keadaan asli (jangan dicuci atau dirubah
bentuknya). Apabila korban takut pergi sendiri ke polisi, ajaklah
teman/saudara untuk menemani
b) Yakinkan diri bahwa korban perkosaan bukanlah orang yang bersalah
Pelaku perkosaanlah yang harus dihukum. Korban berhak untuk melaporkan
pelaku agar bisa dihukum sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya.
5. Keadaan Psikologis pada serangan seksual
Tindakan perkosaan menimbulkan efek baik segera maupun jangka panjang
pada semua korban.Efek ini disebut sindroma trauma perkosaan.Segera setelah
peristiwa,si korban di luarnya seperti tampak tenang,meskipun murung dan kurang
perhatian.Sementara mereka menjadi lebih nyaman setelah dirawat oleh
stafmedis,mereka biasanya mengungkapkan syok,ketidak percayaan,rasa takut,rasa
bersalah,dan rasa malu.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 89


Dampak jangka panjang antara lain adalah perubahan gaya hidup,terjadi
mimpi yang mengganggu dan mimpi buruk,dan bertahanya rasa takut yang
menetap.Rasa takut terus berlanjut sebagai perasaan yang menonjol.Reaksi ini
sering menyebabkan korban sukar berkonsentrasi secara efektif dalam aktifitas
sehari-hari dan pergaulan.
Penanganan korban perkosaan dalam fase akut mempengaruhi penyesuaian
jangka panjangyang lebih lama.Banyak korban perkosaan dapat mengalami
gangguan stress pasca trauma,yang kriteria diagnostiknya tercantum berikut:
6. Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Stress Panca Trauma
a) Adanya suatu penyebab stress yang dapat dikenali yang akan memicu gejala
kesukaran pada hamper setiap orang
b) Mengalami trauma lagi seperti ditunjukan oleh sekurang-kurangnya salah satu
dari berikut ini:
1) Ingatan yang berulang dan mengganggu dari peristiwa itu
2) Mimpi yang berulang dari peristiwa itu
3) Tiba-tiba bertindak atau merasa seolah-olah peristiwa traumamatik itu
terjadi lagi karena berasosiasi dengan rangsang lingkungan atau ideasional
c) Tingkat kemampuan respon terhadap menurunya keterlibatan dengan dunia
luar,kadang-kadang dimulai setelah trauma,seperti diperlihatkan sekurang-
kurangnya oleh salah satu dari bentuk berikut:
1) Nyata sekali mangalami penurunan minat pada satu atau lebih aktivitas
yang bermakna
2) Perasaan lepas atau mengasingkan diri dari orang lain
3) Berkurangnya afek
d) Sekurang-kurangnya dua dari gejala berikut ini yang tidak terlihat sebelum
trauma:
1) Kewaspadaan yang tinggi atau respon terkejut yang
berlebihan
2) Tidur terganggu
3) Merasa bersalah untuk tetap hidup bila lainya tidak
atau mengenai perilaku yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
4) Gangguan daya ingat atau susah berkonsentrasi
5) Menghindari aktivitas yang menimbulkan ingatan
akan peristiwa traumatic itu
6) Peningkatan gejala oleh paparan terhadap kejadian
yang melambangkan atau menyerupai peristiwa traumatic

Bahan Ajar Kespro-KB Page 90


7. Proses Perawatan Medis
a) Konsultasi medis hanya boleh diteruskan setelah terciptanya hubungan saling
perhatian.Beberapa korban butuh untuk mengungkapkan perasaanya,dan
penting untuk memberikan peluang yang cukup pada mereka untuk
melakukan hal ini.Wanita harus secara aktif terlibat dalam konsultasi sehingga
dia merasa dapat mengendalikan apa yang terjadi padanya.Tujuan konsultasi
itu harus diterangkan,dan dia harus dibiarkan untuk menentukan langkah
tanya jawab itu dan urutan pemeriksaan.
b) Riwayat Medis
Dalam melakukan ananesa pada korban,pertanyaan mengenai serangan harus
sebatas yang diperlukan untuk menentukan kebutuhan akan perawatan medis
akutdan untuk mengarahkan pemeriksaan menuju pengumpulan bukti yang
tepat.Pertanyaan pendahuluan dengan penjelasan bahwa tindakan tertentu
sering terjadi dapat menghindarkanya dari rasa malu dan terhina.
c) Pemeriksaan fisik
Salinan persetujuan laporan harus diperoleh untuk pemeriksaan dan
pengumpulan bukti.Selama prosedur ini adalah sangat penting untuk berlaku
lemah lembut dan menerangkan tujuan dari segala sesuatu yang dilakukan.
d) Anamnesa yang dibutuhkan dari korban perkosaan
1) Tanggal dan waktu peristiwa perkosaan:tanggal dan waktu pada
pemeriksaan sekarang
2) Keadaan dan pemeriksaan fisik dimana perkosaan terjadi
3) Sifat dari perkosaan dan setiap nyeri yang dialami
4) Senjata atau benda asing yang digunakan dan dimana benda-benda itu
digunakan
5) Jumlah pemerkosa
6) Setiap tindakan yang dilakukan, misalnyacoitus, fellatio, konilingus
,sodomi
7) Apakah ejakulasi terjadi atau tidak dan dimana,apakah kondom
digunakan atau tidak
8) Apakah terjadi muntah-muntah atau hilang kesadaran atau tidak
9) Apakah pasien mencuci ,menyeka, mandi, membilas vagina,
BAB,menyikat gigi atau mengganti pakaian setelah serangan atau tidak
10) Penggunaan obat,alcohol,atau obat-obatan menjelang waktu serangan
itu:riwaya obat yang sekarang
11) Alergi
12) Tanggal imunisasi tetanus terakhir
13) Tanggal dan waktu hubungan seksual atas persetujuan bersama terakhir

Bahan Ajar Kespro-KB Page 91


14) Kegawatan,paritas dan riwayat haid
15) Riwayat kontrasepsi
16) Riwayat medis yang lalu sacara umum,seperti yang diindikasikan
e) Penanganan psikologis pada evaluasi awal
Selain memperhatikan kebutuhan fisik dan emosional dengan
segera,pemeriksaan awl memberikan suatu peluang untuk menyiapkan korban
pada dampak psikologis yang lebih lama akibat perkosaan itu.Persiapan ini
dimaksudkan untuk mengurangi akibat jangka panjang dan memungkinkan
wanita mengetahui akibat psikososial yang terjadi dalam hal ituterjadi,sehingga
memungkinkan dia untuk memperoleh bantuan ahli pada tahap dini.
Masalah psikososial yang mungkin timbul akan bermacam-macam dan
dapat menyerupai masalah yang ditemukan pada jenis pengalaman traumatic
yang lain.Diantara masalah yang mungkin timbul dalam fase penyesuaian yang
akut adalah iritabilitas,ketegangan,anxietas,depresi,rasa lelah dan muram yang
terus-menerus.Gejala somatik yang bersifat umum yang dapat terjadi misalnya
nyeri kepala atau sindroma usus besar yang mudah teriritasi,atau gejala
mungkin lebih khas pada system reproduksi,misalnya iritasi atau secret vagina.
8. Pemeriksaan fisisk pada korban perkosaan dan pengumpulan bukti-bukti
a) Perhatikan dan catat tanda-tanda vital
b) Periksalah pakaian dan kulit untuk mencari rambut yang lepas,noda-noda atau
serpihan yang laindan kumpulkan sebagai bukti
c) Periksa kuku jari dan awetkan hasil kerokanya
d) Kumpulkan pakaian
e) Sisirlah rambut kemaluan untuk mencari rambut yang lepas dan simpanlah
f) Potong dan berilah label pada contoh rambut kepala dan kemaluan untuk
dibandingkan dengan rambut lepas
g) Lakukan dan catat pemeriksaan fisisk secara umum ,seperti yang
diindikasikan,perhatikan secara khusus ditujukan pada bukti cidera
h) Periksalah secara hati-hati alat kelamin luar untuk mencari
laserasi,abrasi,ekimosis,atau hematama,berikan perhatian secara khusus pada
frenulum labiorum pudenda posterior
i) Sisipkan secara perlahan-lahan suatu speculum yang telah dihangatkan dan
periksa secara hati-hati untuk mencari bukti trauma
j) Siapkan biakan gonekokus dan sediaan apus yang serupa dari tenggorokan
dan dubur,seperti diindikasikan
k) Kumpulkan bahan-bahan darah untuk penggolongan darah,serologi sifilis,uji
kehamilan dan kadar atau alkoho:suatu bahan liur acuan harus diambil untuk
menentukan status secretor ABO dari korban

Bahan Ajar Kespro-KB Page 92


l) Tangani semua bahan untuk menjamin agar terpelihara dan agar rantai
pengawasan dapat dipertahankan.
Stimulus yang berhubungan dengan perkosaan,misalnya seorang pria
yang tampak serupa/keadaan sekitar yang serupa,dapat berhubungan dengan
alur balik.Ini adalah reaksi yang sering ditemukan dan berhubungan dengan
proses keadaan klasik,dimana stimulus perifer yang berkaitan dengan peristiwa
yang menimbulkan respons emosional yang kuat selanjutnya dapat
menimbulkan bentuk yang melemahkan dari respon itu.
9. Kekerasan Seksual terhadap anak-anak
a) Cara yang biasa digunakan dalam melakukan kekerasan seksual terhadap
kanak-kanak adalah dengan bujukan (memberi iming-iming dengan
permen/uang), tipuan (pura-pura diajak main), ancaman maupun paksaan
kekuatan fisik.
b) Bentuknya sangat beragam; mulai dari memperlihatkan alat vital kepada si
anak, rabaan pada daerah vital, perintah untuk melayani oral seks ataupun
penetrasi pada alat vital maupun daerah anal.
10. Antisipasi
a) Sedini mungkin anak harus dikenalkan pada tubuhnya sendiri; mana bagian
tubuhnya yang boleh diperlihatkan pada/dipegang oleh orang lain dan mana
yang tidak. Kalau ada orang yang melakukan hal-hal yang tak wajar pada
tubuhnya, anak dibiasakan agar segera memberitahu keluarga.
b) Anak juga harus dilatih agar tidak mudah percaya pada orang lain atau diajak
main ke tempat yang sepi
11. Kiat Kiat Menghindari perkosaan
a) Bertingkah laku wajar
b) Bersikap tegas, tunjukkan sikap dan tingkah laku percaya diri
c) Pandai-pandai membaca situasi. Berjalanlah cepat tapi tenang
d) Hindari berjalan sendiri di tempat gelap dan sepi
e) Berpakaian sewajarnya yang memudahkan Anda untuk lari/mengadakan
perlawanan. Jangan memakai terlalu banyak perhiasan
f) Sediakanlah selalu “senjata” seperti: korek api, deodorant spray (semprot),
payung, dsb., dalam tas Anda
g) Apabila bepergian ke suatu tempat, harus sudah mengetahui alamat
lengkap, denah dan jalur kendaraan. Jangan kelihatan bingung, carilah
informasi pada tempat-tempat yang resmi.
h) Apabila bepergian ke suatu tempat, harus sudah mengetahui alamat
lengkap, denah dan jalur kendaraan. Jangan kelihatan bingung, carilah
informasi pada tempat-tempat yang resmi.
i) Berhati-hatilah jika diberi minuman oleh seseorang
j) Jangan mudah menumpang kendaraan orang lain

Bahan Ajar Kespro-KB Page 93


k) Jangan mudah percaya pada orang yang mengajak Anda bepergian ke suatu
tempat yang tidak kenal
l) Bacalah tulisan-tulisan tentang perkosaan. Dengan demikian Anda bisa
mempelajari tanda-tanda pelaku dan modus operandinya
m) Pastikan jendela, pintu kamar, rumah, mobil Anda sudah terkunci bila Anda
di dalamnya
n) Belajar bela diri untuk pertahankan diri Anda sewaktu diserang

D. SINGLE PARENT

1. Difinisi adalah seseorang yang tidak menikah atau yang berpisah yang telah
memutuskan sebagai orang tua tunggal dalam rumah tangga
2. Faktor penyebab
a. Perceraian
b. Kematian salah satu pasangan
c. Hamil di luar nikah
d. Perilaku hidup bebas PSK
e. Ditelantarkan suami/istri tanpa cerai
f. Tanpa menikah tetapi memiliki anak dengan adopsi
3. Dampak positif bagi ayah / ibu
a. Tidak minta tolong pada orang lain
b. Dapat berperan ganda
c. Memanfaatkan potensi diri untuk mencvari nafkah
d. Berusaha semakimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
e. Berusaha menciptakan suasana baru bagi dirinya & anaknya
f. Pengasuh anak teruji
g. Jiwa ibu lebih matang untuk berfikir dan menghadapi masalah
h. Lebih percaya diri dalam menghadapi permasalahan sosial kemasyarakatan
i. Dapat mengambil hikmah yang telah terjadi
4. Dampak negative bagi ayah & ibu
a. Tidak mampu berperan ganda
b. Selalu bergantung pada orang lain karena tidak punya keterampilan
c. Menjadi gunjingan masyarakat sekitar
d. Jiwanya labil, mudah terpukul menghadapi kenyataan
e. Hanya memberikan sisi buruknya saja dari peristiwa yang telah dialami
5. Dampak positif bagi anak
a. Anak lebih mandiri & kreatif
b. Anak lebih selektif, hemat dalam memenuhi kebutuhan
c. Meningkatkan kemampuan & keterampilan untuk membantu perekonomian
orang tua

Bahan Ajar Kespro-KB Page 94


d. Anak lebih matang berfikir jika dibandingkan dengan anak seusianya
e. Hubungan ibu/ayah dengan anak lebih dekat
6. Dampak negatif bagi anak
a. Gangguan keperibadian: rendah diri, tidak bisa kerja sama, tidak mampu
mengontrol emosi, tidak bisa mengadakan hubungan luar
b. Menerima pola pengasuhan yang salah: keterlibatan banyak orang dalam
pengasuhan, memperlihatkan sikap hati-hati yang berlebihan, terlalu
memaksakan kehendak
c. Gangguan psikososial: anak belum sepenuhnya menerima keadaan single
parent, merasa kehilangan sosok ayah/ibu sebagai panutan/pelindung
d. Sosialsisasi anak: dicemooh, dikucilkan
7. Permasalahan single parent bagi ortu
a. Hidup sendiri
b. Perasaan cemas
c. Merasa kurang aman
d. Kurang mampu mengatasi kehidupan anak
e. Harus mencukupi kebutuhan pokok keluarga sendiri
f. Harus memberi perlindungan keselamatan dalam keluarga
g. Naluri biologis & psikologis tidak terpenuhi
h. Permasalahan hamil di luar nikah
8. Pemecahan masalah bagi ortu
a. Hendaknya menerima kenyataan apa adanya, mendekatkan diri kepada Tuhan
YME
b. Tidak melakukan hal yang negatif & menyibukkan diri dengan pekerjaan
c. Berfikir positif dalam menghadapi gunjingan orang
d. Penyelesaian konflik dari batinnya sendiri
e. Tetap membina hubungan dengan saudara2 lain atau orang tua
f. Ciptakan kerja sama serta membagi tugas dalam keluarga
g. Ciptakan situasi rumah & lingkungan yang aman & nyaman
9. Permasalahan single parent bagi anak
a. Anak kurang aktif, menjadi pendiam, minder/kurang percaya diri
b. Anak lebih dekat dengan orang lain
c. Perkembangan emosi anak terhambat, manja, kekanak-kanakan
d. Tidak mudah bergaul dengan orang lain, selalu meminta perhatian
10. Pemecahan masalah untuk anak
a. Ayah/ibu memberi kesempatan anak untuk mengembangkan diri
b. Anak bukan miniatur orang dewasa à orang tua tidak boleh memaksakan
kehendak
c. Ayah/ibu memberikan pendidikan yang tegas, pasti dan konsisten dengan
melibatkan orang terdekat untuk mengawasi anak

Bahan Ajar Kespro-KB Page 95


d. Memberikan penghargaan pada anak, menjelaskan bahwa yang dilakukan/sikap
orang tua dalam mengawasi anak adalah untuk kebaikkan
e. Menjelaskan pada anak tentang single parent agar anak tidak mengambil
keputusan yang salah pada orang tua
f. Meyakinkan pada anak bahwa yang dialaminya bukan kesalahan anak/orang tua
semata tetapi kenyataan yang harus dihadapi

E. PERNIKAHAN USIA MUDA


1. Difinisi perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan YME.
( UU No. 1 tahun 1974 pasal 1 )
Perkawinan menurut ahli
a. Sajuti Thalib
Perkawinan adl suatu perjanjian yang suci kuat dan kokoh untuk hidup
bersama secara sah ant seorang laki-laki dengan seorang perempuan
membentuk keluarga yang kekal, santun menyantuni, kasih mengasihi,
tentram dan bahagia
b. Imam Safii
Nikah adl suatu akad yang dengannya menjadi halal hubungan seks antara
laki-laki dan perempuan, sedangkan menurut arti majasi nikah adl hubungan
seks
c. Mahmud Yunus
Hukum perkawinan dalam Islam artinya hubungan seksual (setubuh)
Dasar pendapatnya dari khadist rosul : Dikutuki ALLoh yang
menikah(setubuh) dengan tangannya (onani)
d. Hazairin
Bukunya Hukum Kekeluargaan Nasional à
inti perkawinan : hubungan seksual, tidak ada nikah à tidak ada hubungan
seksual, bila tidak ada hubungan seks à tidak perlu iddah
e. Ibrahim Husen
Nikah à akad, menjadi halal hubungan kelamin laki-laki dan perempuan
Nikah à setubuh

2. UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 (pasal 2)


Ayat 1 : Perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaanya
Ayat 2 : Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundangan yang
berlaku

Bahan Ajar Kespro-KB Page 96


Perkawinan : menciptakan kehidupan keluargaa anatara suami istri dan anak serta
orang tua agar tercapai kehidupan aman tentram (sakinah) pergaulan yang saling
mencintai (mawadah) dan saling menyantuni (Rahmah)

3. Perkawinan usia muda : perkawinan yang terjadi pada perempuan berusia < 18
tahun dan laki-laki berusia < 20 tahun
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi
i) Faktor Individu
(a) Faktor perkembangan fisik, mental dan sosial, makin cepat cepat
perkembangan tersebut dialami -> makin mendorong perkawinan usia muda
(b) Pendidian, makin rendah tingkat pendidikan makin mendorong perkawinan
usia muda
(c) Sikap dan hubungan orang tua, adanya sikap patuh atau menentang dari
remaja terhadap orang tua
(d) Sebagai jalan keluar u/ lari dari berbagai kesulitan yang dihadapi, termasuk
sulit ekonomi
ii) Faktor Keluarga
(a) Sosial ekonomi
(b) Tingkat pendidikan keluarga
(c) Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga
(d) Kemampuan yang dimiliki keluarga dalam menghadapi problema para
remaja
iii) Faktor masyarakat lingkungan
(a) Faktor lingkungan adat istiadat
(b) Pandangan dan kepercayaan
(c) Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan
(d) Tingkat pendidikan masyarakat
(e) Tingkat sosek masyarakat
(f) Tingakat pendidikan kesehatan
(g) Perubahan nilai
(h) Peraturan perundangan

b. Akibat Perkawinan Usia Muda


1) Terhadap kelompok Umum
(a) Timbulkan hambatan pada probram kependudukan dan selanjutnya
akan menimbulkan msalah penduduk
(b) Menghambat peningkatan peranan perempuan, terutama kaitannya
dengan program pembangunan nasional
(c) Meningkatnya angka kawin cerai à menimbulkan keresahan keluarga
dan masyarakat

Bahan Ajar Kespro-KB Page 97


2) Terhadap lingkungan terbatas
(a) Langgengnya nilai-nilai tradisionl yang tidak serasi à hambat
program pembangunan nasional
(b) Masyarakat yang tidak pernah dapat berorientasi ke masa depan à
perkembangan lingkungan sekitarnya
(c) Mendorong makin meningkatnya peristiwa pengguguran kandungan
c. Akibat Perkawinan Usia Muda
1) Terhadap Keluarga
a) Menimbulkan perkawinan yang tdk lestari dengan berbagai akibat ikatan
b) Menjadi penyebab sulitnya meningkatkan pendapatan keluarga
c) Menjadi penyebab tidak sempurnanya pendidikan dan pengasuhan anak
serta anggota keluarga yang dimiliki
2) Terhadap Individu
a) Terhambatnya kelanjutan pendidikan
b) Tidak sempurnanya fungsi sebagai ibu &/istri
c) Dapat menimbulkan perasaan kurang aman, malu atau frustas
d) Terganggunya status kesehatan à kematian
d. Dampak Perkawinan Usia Muda
1) Penyulit selama kehamilan
a) Hyperemisis Gravidarum à muntah semua yang dimakan/minum à BB
turun, turgor kulit kurang, mata cekung, tensi turun, diuresis <
b) Kelainan letak à Letak sungsang à panggul sempit dan BB lebih rendah
c) Panggul sempit à perkembangan panggul yang blm sempurna
d) Abortus à Pengeluaran hasil konsepsi < 28 minggu
e) Ketuban pecah dini (KPD)
f) Plasenta previa
g) Toksemia Gravidarum
2) Penyulit selama persalinan
a) Primi muda lebih banyak dengan partus buatan
b) Indikasi partus buatan : kelelahan, PE, Eklamsi dan gawat janin
c) Partus lama à karena bellum siap hamil dan partus à cemas
d) Bayi prematur dan BBLR
3) Penyulit selama nifas infeksi puerperalis
e. Permasalahan Perkawinan Usia Muda
1) Segi kesehatan
2) Segi fisik
3) Segi mental / psikis
4) Segi pendidikan
5) Segi kependudukan

Bahan Ajar Kespro-KB Page 98


6) Segi kelangsungan rumah tangga
f. Upaya Pemecahan Masalah
1) Usia perkawinan yang baik adalah diatas 20 tahun à UU perkawinan
2) Diberi penyuluhan bahwa usia muda belum mampu dibebani ketrampilan
fisik untuk mencukupi kebutuhan keluarganya
3) Diberi penjelasan bahwa sikap mental yang labil dan belum matang
emosionalnya belum siap bertanggungjawab
4) Pendewasaan usia perkawinan dengan usaha memperoleh pendidikan yang
lebih tinggi
5) Diberi penyuluhan bahwa kawin muda kesuburannya sangat tinggi
6) Pasang poster yang memuat : perkawinan usia muda kemandiriannya masih
rendah, tinggi angka perceraian
g. Usaha Mencegah Perkawinan Usia Muda
1) Meningkatkan kesempatan mengikuti pendidikan lebih tinggi
2) Pekerjaan, penampungan tenaga kerja perempuan
3) Peningkatan penerangan kesehatan dan pendidikan seks, KB pada
remaja
4) Menyebarluaskan NKKBS
5) Peningkatan usaha kesehatan remaja dalam persiapan perkawinan à
konseling
6) Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang bagaimana
menceah kawin muda
7) Bekerja lintas program dan sektoral meningkatkan pencegahan
perkawinan usia muda

F. INCESS

1. Pengertian

Hubungan sumbang (Inggris: incest) adalah hubungan saling mencintai yang


bersifat seksual yang dilakukan pasangan yang memiliki ikatan keluarga
(kekerabatan) yang dekat, biasanya antara ayah dengan anak perempuannya, ibu
dengan anak laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara tiri.
Pengertian istilah ini lebih bersifat sosioantropologis daripada biologis (bandingkan
dengan kerabat dalam untuk pengertian biologis) meskipun sebagian
penjelasannyabersifat biologis.
Menurut Hayati (2004), incest adalah perkosaan yang dilakukan oleh anggota
keluarga atau orang yang telah dianggap sebagai anggota keluarganya. Kekerasan
seksual dalam kategori ini adalah yang terberat mengingat bahwa si pelaku adalah
orang dekat atau keluarga sendiri sehingga incest biasanya terjadi berulang, dan di
antara si korban dan si pelaku besar kemungkinan untuk saling bertemu. Keaadan ini

Bahan Ajar Kespro-KB Page 99


tentu saja sangat berat bagi korban, karena pertemuan dengan si pelaku akan merasa
ingatan korban akan kejadian perkosaan yang dialaminya.
Menurut Masland dan Estridge, incest adalah jenis perlakuan atau
penyiksaan secara seksual yang melibatkan dua anggota keluarga dalam satu
keluarga, ayah dengan anak perempuan, ibu dengan anak laki-laki, saudara laki-laki
dengan saudara perempuan dan kakek dengan cucu perempuan. Akses untuk main
keluar tidak ada atau sangat terbatas. Kalau keluar misalnya untuk main atau bergaul
dengan teman-teman, harus mengeluarkan uang. Kondisi di rumah, satu kamar
beramai-ramai. Maka lama-kelamaan orang yang berada di sana akan terangsang
nafsu biologisnya.
Menurut Solomon dan Patch, incest adalah suatu penyimpangan
psikoseksual di mana hubungan sesual dilakukan dengan anggota keluarga yang
masih sedarah. Misalnya seorangn kakak laki dengan adik perempuannya yang sudah
remaja atau dewasa. Seorang ayah berhubungan seksual dengan anak kandung
perempuannya umumnya yang paling tua.

2. Penyebab Terjadinya Incest

a. Kurangnya pemahaman agama. Pemahaman agama adalah benteng utama


yang menjaga pola interaksi antar manusia. Baik hubungan sedarah maupun
tidak. Jika keluarga tidak mendapatkan informasi tentang bagaimana agama
mengatur pola-pola interaksi yang dibolehkan maka kemungkinan adanya
penyimpangan dalam pola interaksi sedarah sangat tinggi. Banyak keluarga
beranggapan karena satu keluarga - ayah, ibu, anak, paman, bibi, sepupu maka
boleh buka-bukaan seenaknya. Dalam Islam, sejak kecil anak telah dipisah dari
ranjang orangtua. Anak laki-laki dan perempuan dipisah. Masuk kamar
orangtua diatur pada saat-saat tertentu dengan ijin.

b. Ekonomi miskin. Istri yang ikut membanting tulang membuat dapur terus
mengepel cenderung mengalami keletihan yang luarbiasa sehingga
menurunkan pelayanan terhadap suami. Dengan kondisi perekonomian
keluarga yang seret, bapak mengharap anak menjadi alternatif jalan keluar bagi
mereka (suami kadang-kadang disetujui oleh sang istri) untuk terus
melanggengkan keluarga.

c. Rendahnya pendidikan. Pendidikan yang jauh dari standar mengakibatkan


korban dan keluarga menganggap perilaku incest adalah aib keluarga yang
sangat pribadi. Sehingga banyak yang tidak mau melaporkan ke pihak yang
berwajib atau orang lain. Rendahnya pendidikan ini menimbulkan potensi
perilaku incest semakin marak.
a. Faktor pengawasan dan didikan orangtua yang kurang karena kesibukan orang
bekerja mencari nafkah dapat melonggarkan pengawasan oleh orangtua bisa

Bahan Ajar Kespro-KB Page 100


terjadi incest. Faktor rumah atau tempat peristirahatan keluarga yang terisolasi
atau menyendiri di sebuah tegalan atau ladang yang jauh dari tetangga ini
banyak terdapat di desa-desa pedalaman di Pulau Bali umumnya mereka
menempati tanah tegelannya sendiri-sendiri.

d. Secara sosial, hubungan sumbang dapat disebabkan antara lain: 1) oleh


ruangan didalam rumah yang tidak memungkinkan orangtua, anak, atau
sesama saudara pisah kamar. 2) kondisi psikososial yang kurang sehat pada
individu yang terlihabat. 3) Beberapa budaya juga mentoleransi hubungan
sumbang untuk kepentingan-kepentingan tertentu, seperti politik atau
kemurnian ras.

3. Dampak Incest

a. Berpotensi tinggi menghasilkan keturunan yang secara biologis lemah, baik


fisik maupun mental (cacat), atau bahkan letal (mematikan).
b. Secara psikologis dapat terjadi pada keluarga tersebut karena perasaan malu,
pendarahan dan juga berhadapan dengan hukum.
c. Terjerumus ke dalam penggunaan alkohol dan obat terlarang, pelacuran, dan
memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan seksual kepada anak-
anak.

4. Perubahan perilaku yang terjadi pada korban incest :


Ada sejumlah tanda psikis maupun fisuk yang terlihat pada anak-anak korban
kekerasan seksual.
a. Tanda-tanda Psikis :
1. Depresi.
2. Memiliki self-esteem (rasa harga diri) rendah.
3. Mengalami gangguan tidur seperti mimpi buruk, takut masuk kamar,
takut tidur sendiri.
4. Menjadi sensitif dan gampang marah.
5. Lengket dengan orang tuanya.
6. Memiliki rasa takut yang sulit dijelaskan.
7. Tidak memiliki minat terhadap seks.
8. Sikapnya menjadi lebih kekanak-kanakan (regresi).
9. Pengetahuan seksualnya lebih daripada anak sebayanya.
10. Sulit menjaga & membangun hubungan dengan orang lain.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 101


b. Tanda-tanda Fisik :
1) Sulit duduk maupun berjalan.
2) Kelaminnya gatal atau sakit.
3) Pakaian dalamnya berdarah, sobek atau bernoda.
4) Daerah vagina atau duburnya lecet atau berdarah.
5) Menderita penyakit seksual.
6) Hamil.

5. hukum incest
a. Menurut Hukum Adat
Konsekuensi lain dari peristiwa incest, keluarga juga dikenai sanksi dengan
membayar denda yang disesuaikan oleh adat. Pasangan muda-mudi itu
dipisahkan satu sama lain supaya tidak bertemu. Ini juga berfungsi sebagai
pendidikan moral bahwa perbuatan yang mereka lakukan itu salah dan
mereka tidak mengulangi lagi.

b. Menurut Agama
Akibat dari berhubungan sumbang tidak dikehendaki pada hampir semua
masyarakat dunia. Semua agama besar dunia melarang hubungan sumbang.
Di dalam aturan agama islam (fiqih), misalnya, dikenal konsep muhrim yang
mengatur hubungan sosial di antara individu-individu yang masih sekerabat.
Bagi seseorang tidak diperkenankan menjalin hubungan percintaan atau
perkawinan dengan orangtua, kakekatau nenek, saudara kandung, saudara tiri
(bukan saudara angkat), saudara dari orangtua, kemenakan, serta cucu.

6. pencegahan terhadap incest & penanganannya

a. Pencegahan Incest :
1) Dengan mengadakan kegiatan yang positif (diberikan kesibukan), dengan
ada kegiatan maka pikiran ‘seperti itu’ bisa dihindari.
2) Perlu ada pengetahuan.
3) Pendalaman agama (memaksimalkan majelis taklim).
4) Perlu komunikasi supaya anak menjadi terbuka (keterbukaan di keluarga).
5) Perlu sosialisasi dampak-dampak incest ke ibu-ibu mengenai apa yang
harus dilakukan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 102


b. Penanganan Incest :
1) Lapor polisi, RT/RW, Lurah, memberi pengarahan kepada korban dan
pelaku.
(a) Memberikan penguatan kepada korban dan keluarganya.
(b) Lapor kepada yang berwajib (Polisi).
(c) Melanjutkan kasus ke Pengadilan hingga tuntas.
(d) Mengambil tindakan medis disertai laporan polisi
(e) Tindakan pencegahan untuk para anak perempuan, balita.
(f) Upaya memberikan hukuman tertinggi kepada pelaku.
2) Pendekatan ke keluarga/anak, conseling ke anak dan keluarga.
3) Harus mendapatkan pendampingan dan terapi psikologi.

G. HOMELESS

1. Pengertian Homeless (gelandangan/tuna wisma)


Homeless atau biasa disebut gelandangan adalah orang – orang yang hidup dalam
keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat
setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di
wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.( PP 31 / 1980,
PENAGGULANGAN GELANDANGAN , PASAL 1 )
2. Sebab Munculnya Kaum Gelandangan
Pada umumnya timbulnya gelandangan diakibatkan oleh tekanan ekonomi, dengan
mempunyai latar belakang permasalahan yang berbeda – beda diantara daerah yang
satu dengan daerah yang lain, sehingga mereka menjadi gelandangan itu dilakukan
dalam keadaan terpaksa untuk mempertahankan hidupnya.
3. Dampak Adanya Gelandangan
a. Bagi gelandangan itu sendiri
1) Tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap sehingga tidak mempunyai
tempat untuk berlindung. Hal ini dapat membahayakan kehidupannya
terutama di bidang kesehatan.
2) Terjadinya seks bebas ( free sex )
Seperti yang kita ketahui gelandangan adalah orang yang tidak mempunyai
rumah atau tempat tinggal. Banyak dari mereka tinggal di sembarang
tempat misalnya emperan toko, kolong jembatan, pinggir jalan dan tempat
umum lainnya yang tidak layak sebagai tempat tinggal. Hal ini
memperbesar kemungkinan terjadinya seks bebas. Yang merupakan factor
utama penyebab PMS ( Penyakit Menular Seksual )

Bahan Ajar Kespro-KB Page 103


3) Narkoba
Kemungkinan seorang gelandangan untuk menggunakan narkoba tentunya
lebih besar karena hidup mereka yang tidak terkontrol. Misalnya seorang
remaja gelandangan karena tidak mempunyai orang tua yang mengontrol
mereka maka dapat dengan mudah dipengaruhi untuk menggunakan
narkoba. Hal ini banyak dilakukan sebagai pelampiasan mereka terhadap
kehidupan yang dirasa kurang adil.
4) Kriminalitas
Sulitnya memenuhi kebutuhan ekonomi menyebabkan para gelandangan
melakukan segala cara untuk mendapatkan uang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Salah satunya adalah dengan melakukan tindakan
kriminalitas misalnya merampok, mencopet, mencuri, dsb.
5) Kehilangan kesempatan belajar
6) Kehilangan kesempatan untuk mandapatkan kehidupan yang lebih layak.
b. Bagi masyarakat sekitar
Dengan adanya gelandangan di sekitar masyarakat mau tidak mau
masyarakat akan ikut merasakan dampak hadirnya mereka. Adanya
gelandangan dapat mengganggu ketertiban karena mereka sering melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Misalnya tindakan kriminalitas yang mereka lakukan, memberikan pengaruh
buruk penggunaan narkoba, dsb.
c. Bagi Lingkungan
Meningkatnya jumlah gelandangan semakin merugikan bagi lingkungan.
Banyaknya gelandangan yang berkeliaran menyebabkan lingkungan kumuh
karena mereka banyak yang mendirikan rumah – rumah kardus yang
menyebabkan kota terlihat tidak teratur.
4. Penaggulangan Gelandangan
Penanggulangan gelandangan bertujuan agar tidak terjadi pergelandangan an serta
mencegah meluasnya pengaruh akibat pergelandangan an di dalam masyarakat.
Selain itu usaha penanggulangan juga dimaksudkan untuk memasyarakatkan
kembali gelandangan menjadi anggota masyarakat yang menghayati harga diri
serta memungkinkan pengembangan para gelandangan untuk memiliki kembali
kemampuan guna mencapai taraf hidup, kehidupan, dan penghidupan yang layak
sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah meliputi usaha preventif, usaha
represif dan usaha rehabilitatif.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 104


a. Usaha preventif
Usaha preventif adalah usaha secara terorganisir yang meliputi penyuluhan,
bimbingan, latihan, dan pendidikan, pemberian bantuan, pengawasan serta
pembinaan lanjut kepada berbagai pihak yang ada hubungannya dengan
pergelandangan an. Usaha preventif ini bertujuan untuk mencegah terjadinya :
1) Pergelandangan oleh individu atau keluarga – keluarga terutama yang
sedang berada dalam keadaan sulit penghidupannya.
2) Meluasnya pengaruh akibat adanya pergelandangan an di dalam masyarakat
yang dapat mengganggu ketertiban dan kesejahteraan umum.
3) Penggelandangan an kembali yang telah di rehabilitasi dan telah
ditransmigrasikan ke daerah pemukiman baru ataupun telah dikembalikan
ke tengah masyarakat.
b. Usaha preventif :
1) Penyuluhan dan bimbingan sosial
2) Pembinaan sosial
3) Bantuan sosial
4) Perluasan kesempatan kerja
5) Pemukiman lokal
6) Peningkatan derajat kesehatan

c. Usaha Represif
Usaha represif adalah usaha – usaha yang terorganisir, baik melalui lembaga
maupun bukan lembaga, dengan maksud menghilangkan pergelandangan an
serta mencegah meluasnya di dalam masyarakat.
Usaha represif untuk mengurangi atau meniadakan gelandangan yang
ditujukan baik kepada seseorang atau kelompok orang yang disangka
melakukan pergelandangan.
Usaha represif yang dilakukan :
1) RaziaRazia dapat dilakukan sewaktu – waktu oleh pejabat yang berwenang.
2) Penampungan sementara
3) Pelimpahan kepada pihak pengadilan Pelimpahan kepada pihak pengadilan
ini biasanya ditujukan bagi gelandangan yang diduga melakukan tindak
pidana.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 105


Gelandangan yang terkena razia ditampung dalam penampungan sementara
untuk diseleksi. Seleksi dimaksudkan untuk menetapkan kualifikasi para
gelandangan dan sebagai dasar untuk menentukan tindakan selanjutnya yang
terdiri dari :
a. Dilepaskan dengan syarat
b. Dimasukkan dalam Panti sosial, apabila menurut pertimbangan pihak yang
berwenang akan lebih baik dan menguntungkan daripada jika diserahkan
kepada pengadilan
c. Dikembalikan pada orang tua / wali / keluarga / kampung halamannya
d. Diserahkan kepada Pengadilan, bagi yang diduga melakukan
pernggelandangan an sebagai mata pencahariannya dan diduga telah
berulang kali melakukan perbuatan tersebut sehingga perlu ada tindakan
hukum sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
e. Diberikan pelayanan kesehatan

d. Usaha Rehabilitatif
Usaha rehabilitatif adalah usaha – usaha yang teorganisir meliputi usaha –
usaha penyantunan, pemberian latihan dan pendidikan, pemulihan kemampuan
dan penyaluran kembali baik ke daerah – daerah pemukiman baru melalui
transmigrasi maupun ke tengah – tengah masyarakat.
Usaha rehabilitatif meliputi :
1) Penampungan, ditujukan untuk meneliti atau menyeleksi gelandangan yang
akan dimasukkan ke dalam panti sosial.
2) Penyantunan, ditujukan untuk mengubah sikap dan mental gelandangan
dari keadaan yang non produktif menjadi keadaan yang produktif. Dalam
melaksanakan usaha ini, para gelandangan diberikan bimbingan,
pendidikan dan latihan baik fisik, mental maupun sosial serta ketrampilan
kerja sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
3) Penyaluran, ditujukan kepada gelandangan yang telah mendapatkan
bimbingan, pendidikan, latihan dan ketrampilan kerja dalam rangka
pendayagunaan mereka terutama ke sektor produksi dan jasa melalui jalur –
jalur transmigrasi, swakarya dan pemukiman lokal.
(a) Swakarya adalah suatu usaha rehabilitasi sosial melalui pendidikan
mental, sosial dan ketrampilan kerja guna mengembalikan fungsi
sosialnya sehingga setelah mereka dikembalikan ke daerah asal
mereka dalam waktu relatif singkat dapat menolong diri sendiri
secara swakarya untuk berswasembada. Untuk berhasilnya usaha
tersebut perlu adanya kerja sama secra terpadu antar instansi
pemerintah dengan masyarakat.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 106


(b) Pemukiman lokal adalah suatu usaha rehabilitasi sosial melalui
pendidikan mental, sosial dan ketrampilan kerja guna
mengembalikan fungsi sosialnya sehingga dalam pemukimannya
dalam waktu yang singkat bisa berdiri sendiri atau mandiri. Dalam
hal ini perlu adanya suatu usaha terpadu antara Departemen Sosial
dengan instansi – instansi Pemerintah Daerah sehingga kebutuhan
areal pemukiman, tambahan pembiayaan dan fasilitas – fasilitas lain
serta pembinaan lebih lanjut akan mendapatkan dukungan secra
bersama.
4) Usaha tindak lanjut, ditujukan bagi gelandangan yang tela disalurkan agar
mereka tidak kembali menjadi gelandangan . Usaha tindak lanjut ini
dilakukuan dengan :
(a) Meningkatkan kesadaran berswadaya
(b) Memelihara, memantapkan, dan menigkatkan kemampuan sosial
ekonomi
(c) Menumbuhkan kesadaran hidup bermasyarakat

H. WANITA DIPUSAT REHABILITASI

1. Difinisi Pusat Rehabilitasi WTS


Pusat rehabilitasi adalah tempat untuk menampung para WTS yang berhasil
dirazia ataupun dengan kesadaran sendiri untuk meninggalkan profesinya.
Selama menjadi rehabilitasi para WTS akan diberikan pendidikan ketrampilan
wanita . Nasehat dan prnyuluhan yang diberikan lebih banyak dianggap angin lalu
saja. Mereka baru berhenti sebagai WTS apabila sudah tidak lagi laris karena
berusia tua atau menikah resmi dengan laki-laki yang dianggapnya cocok. Jadi,
pusat rehabilitasi ini paling tidak diharapkan mampu memberikan bekal
ketrampilan bagi WTS yang tidak lagi laris dan akan meninggalkan profesinya.
Sehingga pada saat mereka terjun kemasyarakat nanti, tidak lagi mengalami
kesulitan guna memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mempraktekan ketrampilan
yang diperolehnya selama di pusat rehabilitasi.
1. Usaha Untuk Mengtasi Masalah Tuna Susila
Usaha untuk mengatasi masalah Tuna susila ini dapat dibagi menjadi dua
yaitu:

Bahan Ajar Kespro-KB Page 107


a. Usaha yang preventif
Usaha yang bersifat preventif diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan
untuk mencegah terjadinya pelacuran. Usaha-usaha tertsebut antara lain:
 Penyempurnaan perundang-undangan mengenai larangan atau
pengaturan penyelenggaraan pelacuran.
 Intensifikasi pemberian pendidikan keagamaan dan kerohanian,
untuk memperkuat keimanan terhadap nilai-nilai religius dan norma
kesusilaan.
 Menciptakan bermacam-macam kesibukan dan kesempatan begi
anak-anak puber dan adolesens untuk menyalurkan kelebihan
energinya.
 Memperluas lapangan kerja bagi kaum wanita disesuaikan dengan
kodrat dan bakatnya serta mendapatkan upah atau gaji yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya
 Penyelenggaraan pendidikan seks dan pemahaman nilai perkawinan
dalam kehidupan keluarga.
 Pembentukan badan koordinasi dari usaha penanggulangan
pelacuran, yang dilakukan oleh beberapa instansi sekaligus
mengikut sertakan potensi masyarakat lokal untuk membantu
melaksanakan kegiatan pencegahan atau penyabaran pelacuran.
 Penyitaan terhadap buku-buku dan majalah-majalah cabul, gambar-
gambar porno, film-fim biru, dan sarana-sarana lain yang
merangsang nafsu seks.
 Meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya

2. Tindakan yang bersifat represif dan kuratif.


Sedang usaha yang represif dan kuratif dimaksudkan sebagai kegiatan yang
menekan (menghapuskan, menindas) dan usaha untuk menyembuhkan dari
ketuna susilaannya, untuk kemudian membawa mereka kejalan yang benar,
antara lain berupa :
Melalui lokalisasi yang sering ditafsirkan sebagai legalisasi, orang
melakukan pengawasan yang ketat, demi menjamin kesehatan dan
keamanan para prostitute serta lingkungannya
Untuk mengurangi pelacuran, diusahakan melalui aktifitas rehabilitasi
dan resosialisasi, agar mereka bisa dikembalikan sebagai warga
masyarakat yang susila. Rehabilitasi dan resosialisasi ini dilakukan
melalui pendidikan, moral, dan agama, latihan-latihan kerja dan
pendidikan ketrampilan agar mereka bersifat kreatif dan produktif.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 108


Pemberian suntikan dan pengobatan pada interval waktu tetap, untuk
menjamin kesehatan para prostitute dan lingkungannya
Menyediakan lapangan kerja baru bagi mereka yang bersedia
meninggalkan profesi pelacuran, dan mau melalui hidup susila.
Mencari pasangan hidup yang permanent/suami bagi para wanita tuna
susuila untuk membawa mereka ke jalan yang benar

2. Pusat Rehabilitasi Narkoba


Permasalahan narkoba di tanah air saat ini sudah tidak bias dianggap enteng.
Empat juta penduduk Indonesia sudahmenjadi penyalahguna narkoba, dimana 40
orang diantaranya harus meregang nyawa swtiap hari. Angka ini berpotensi
meningkat mengingat Negara kita saat ini sudah dijadikan konsumsi bahkan
produksi narkoba oleh jaringan pengedar narkoba internasional.
Pemerintah dalam hal ini Badan Narkotika Internasional (BNN) dibantu
masyarakat telah melakukan upaya pencegahan dan pengendalian perdagangan.
Norma sosial dan ajaran-ajaran agama telah menyebutkan bahwa menggunakan
zat-zat yang memabukkan adalah perbuatan yang terlarang. Namun kenyataan
menunjukan bahwa korban penyalah gunaan narkoba terus ada bahkan kasusnya
terus meningkat. Penilaian salah tidaknya apa yang dilakukan oleh pcandu tidaklah
kemudian menghilangkan hak-hak mereka untuk mendapatkan pelayanan
rehabilitasi guna pemulihan kehidupan mereka. Sebagai manusia, mereka yang
terjatuh dalam penyalah gunaan narkoba perlu ditolong agar mereka dapat kembali
hidup secara wajar menjadi manusia yang produktif. Tugas itu adalah tanggung
jawab Negara.

3. Panti Rehabilitasi Narkoba terbesar di Asia Tenggara


Pemerintah melalui BNN sangat memperhatikan perkembangan ini. Untuk itu,
pemerintah menbangun pusat rehabilitasi yang mampu menjawab tantangan
tersebut, yakni Pusat Penanganan Korban Narkoba Lido (PRPKN Lido). PRKPN
Lido adalah panti rehabilitasi narkoba terbesar se-Asia tenggara.
PRPKN Lido rencana akan menjadi pusat rujukan nasional bagi pengembangan
pusat rehabilitasi yang ada di Indonesia. Selain itu juga akan menjadi pusat
pendidikan dan pelatihan bagi pembentukan sumber daya manusia dalam bidang
terapi dan rehabilitasi korban penyalah guna narkoba. Yang nantinya akan
dikembangkan empat pendekatan terapi yakni Hospital Base, Religy, alternative,
dan therapeutic Community.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 109


4. Hospital Base
Hospital Base adalah penanganan korban narkoba dengan berbasis rumah sakit.
Pendekatan Hospital Base ini menggunakan metode one stop center, yaitu metode
penaganan yang merupakan program terpadu dimulai dari rehabilitasi medis hingga
ke rehabilitasi social. Kebanyakan pusat rehabilitasi hanya melaksanakan
penaganan rehabilitasi sosial saja atau medis saja (detoksifikasi). Penanganan
pertama direhab
Ilitasi medis adalah melaksanakan konseling, yaitu suatu kegiatan dimana orang
tua calon peserta rehabilitasi (residen) mendapatkan penjelasan tentang program
yang diterapkan. Penjelasan ini sangatlah penting mengingat keterlibatan orang tua
dalam rangka penanganan anak sangat penting dan berpengaruh pada tingkat
keberhasilan terapi. Adapun penanganan secara medis terdiri dari: pemeriksaan
rontgen, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan psikologi, voluntary conseling
and testing, penaganan dual diagnosis, serta konsultasi jiwa dan psikologi
5. Therapiutic Community (TC)
a. Primary Program
Dengan konsep man help self yang didasarkan pada nilai kekeluargaan atau
konsep keluarga (TC) dikembangkan pelayanan rehabilitasi bagi mereka tang
masih ketergantungan. Disini para mantan addict diberikan pelatihan-pelatihan
kepribadian, life skill, dan dibutuhkan pula pendekatan perawatan spesifik,
kompprehesif dan berkesinambungan bagi mereka. Adapun tahapan Primary
Program sebagai berikut:
1) Tahap orientasi
2) Tahap intensif
3) Tahap resosialisasi
4) Tahap pemantapan
Waktu yang diperlukan untuk pemulihan pada primary program diharapkan
sekitar 6-9 bulan. Hal ini dikarenakan ketergantungan narkoba merupakan suatu
penyakit kronis yang memiliki kemungkinan besar untuk kambuh atau relapse.
b. RE-Entry Pregram
Masa menjelang kembali kemayarakat nyata, dimana residen akan kembali
bersosialisasi dengan lingkungannya yang sebenarnya. Disini residen akan
berjuang untuk menggunakan akal pikiran secara ernih dan sehat agar tetap
tercapainya tujuan recovery,yaitu: Drug free, Healthy Life, crime free, dan
productivity.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 110


c. Religy
Program pemulihan bagi korban ketergantungan narkoba dengan
menggunakan pendekatan keagamaan secara islam yaitu metode dzikurllah
dengan teknik memperbanyak dzikir mengingat Allah. Metode dzikir
digunakan untuk menyentuh Qolbu yang paling dalam sehingga bias kembali
kejalan yang benar menjadi manusia yang taqwa kepada Allah Swt. Metode
dapat dijalankan tidak hanya untuk agama islam tetapi juga agama lain seperti
Kristen, katholik, Hindi, Budha tentu dengan cara yang sesuai dengan
agamanya masing-masing.

d. Alternative
Terapi alternative misalnya dengan terapy akupuntur terapi jenis lain yaitu
dengan terapi hypnoterapi. Tetapi tidak semua terapi cocok bagi setiap
pecandu.masing-masing meniliki kelebihan dan keberhasilannya masing-
masing.

Stigma memalukan dan aib yang masih kental untuk para pecandu narkoba
membuat pemerintah kesulitan mendata dan mengobati mereka. Tingkat isian
residen di tempat-tempat rehabilitasi masi kecil, sangat kontras dengan jumlah
penyalahguna berdasarkan hasil penelitian.mungkin ada kendala ekonomi
sehingga mereka tidak berani memasukkan anaknya atau anggota keluarganya
ke panti rehabilitasi naarkoba.

C. Belajar Penaggulangan AIDS dari Kesuksesan Uganda.


AIDS (Acquired Immunodeficient Syndrome) masih tetap merupakan
ancaman. Hal ini disebabkan karena sanpai saat ini belum ditemukan obat maupun
vaksin yang efektif. Sementara itu penyebaran penyakit ini yerus berlanjut.
Di Indonesia, epidemi AIDS/HIV terjadi di 6 provinsi, yaitu Jakarta, Papua,
Bali, Jawa Barat, Jawa Timur,dan Riau. Selain itu juga terjadi peningkatan di
provinsi Kalimantan barat, Sumatera utara, dan Sulawesi utara.
Mengingat AIDS adalah penyakit yang menyerang system imun tubuh
manusia, serangan AIDS/HIV akan memperbesar peluang terkena infeksi berbagai
penyakit, sehingga menimbulkan komplikasi berbagai penyakit. Sampai saat ini
telah ditemukan komplikasi AIDS/HIV dengan Tuberkulosis (TB) atau Hepatitis C.
karena TB adalah penyakit yang sangat mudah menular, peningkatan jumlah pasien
AIDS, terutama yang komplikasi dengan TB akan mempercepat penyebaran TB.
Mengingat TB adalah penyakit menular yang serius di Indonesia, karena Indonesia
adalah Negara dengan jumlah penderita TB peringkat 3 di dunia, penanggulangan
AIDS/HIV harus benar-benar mendapat perhatian yang serius. Usaha

Bahan Ajar Kespro-KB Page 111


penenggulangan AIDS/HIV tidak hanya memberi efek positif terhadap penyebaran
AIDS/HIV saja, tapi juga memberikan kontribusi terhadap usaha penanggulangan
penyakit menular lainnya, terutama TB.
Terapi AIDS/HIV saat ini dilakukan terapi kimia (Chemotherpy) yang
menggunakan obat anti-retroviral virus (ARV) yang berfungsi menekan
perkembangbiakan virus HIV. Dalam terapi menggunakan obat ARV ini, umumnya
dilakukan dengan kombinasi beberapa jenis obat. Strategi ini disebut highly active
antiretroviral therapy (HAART).
Dengan HAART ini, biasanya direkombinasikan untuk menggunakan
kombinasi protease inhibitor dengan minimal dua jenis obat lainnya.
Walaupun demikian, cara ini juga masih belum efektif dan masih
mengkibatkan munculnya vurus yang resistan. Seiring dengan itu, juga dilakukan
usaha untuk perkembangan vaksin terhadap virus HIV. Namun sampai saat ini
belum ditemukan vaksin yang efektif.
Keberhasilan Uganda
Uganda adalah Negara yang berhasil menekan penyebaran AIDS/HIV.
Sejak awal tahun 1990-an, jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada
wanita hamil menurun tajanm, terutama pada kelompok muda. Ini adalah
fenomena yang khusus, karena umumnya jumlah ODHA meningkat pada
kelompok muda. Sejak tahun 1991-1998, jumlah ODHA pada wanita hamil
menurun drastis dari 21,1% menjadi 9,7% dan pada tahun 2000 menurun lagi
menjadi 6%. Dengan kata lain terjadi 71,6% penurunan. Jika dilihat dari kelas
umur, 75% penurunan terjadi pada wanita berumur 15-19 tahun.
Kondisi ini hanya terjadi di Uganda, tidak di Negara-negara sekitarnya seperti
Kenya, Malawi, dan Zambia. Dari hasil analisis komparatif tahun 1995 dan 1989
ada beberapa perubahan penting yang berhubungan dengan penurunan jumlah
ODHA, di Uganda yaitu (1) peningkatan umur mulai melakukan hubungan seks
(peningkatan presentase anak muda (15-19 tahun) yang belum pernah
berhubungan seks), (2) bertambahnya pemakaian kondom, (3) pengurangan
jumlah partner seks yang tidak tetap. Mereka menemukan bahwa terjadi 60%
penurunan hubungan seks yang tidak tetap. Pengurangan 60% yang tidak tetap
inilah yang menjadi factor utama penurunan ODHA di Uganda. Hal ini
disebabkan karena pengurangan hubungan seks dengan partner yang tidak tetap
ini tidak terjadi di Kenya, Malawi dan Zambia, sehingga penurunan jumlah
ODHA tidak terjadi di Negara-negara ini. Begitu juga dengan efek penggunaan
kondom. Sama seperti di Uganda, penggunaan kondom juga meningkat di Kenya,
Malawi,dan Zambia tapi tidak memberikan perubahan jumlah ODHA yang
berarti.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 112


Menyimpulkan bahwa penyebab menurunkan jumlah ODHA di Uganda
adalah berkurangnya hubungan seks, terutama dengan partner yang tidak tetap.
Penurunan 70% jumlah ODHA di Uganda ini seimbang dengan 80% efektifitas
vaksin.
Ada beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan Uganda ini. Pertama
adalah pengetahuan masyarakat terhadap AIDS/HIV, tidak hanya masyarakat kota
tapi juga masyarakat desa.ini merupakan hasil penyuluhan pemerintah dengan
bantuan masyarakat itu sendiri. Data menunjukan bahwa 82% Uganda mengenal
AIDS/HIV.
Kunci keberhasilan yang ke dua pengetahuan masyarakat tentang siapa yang
telah mengidap AIDS/HIV.
Diketahuainya seseorang pengidap AIDS/HIV bukan berarti irang tersebut
akan didiskriminasikan. Namun tidak lebih dari peringatan terhadap orang-orang
disekitarnya. Hal ini tentunya menuntut jiwa membuka diri dari ODHA sendiri,
serta jaringan komunitas masyarakat yang akan melindungi ODHA dari
diskriminasi lingkungannya.
Melalui pendidikan dan penyuluhan, Uganda telah berhasil menekan jumlah
ODHA secara drastis. Melalui upaya ini, kita memberikan pengetahuan tentang
AIDS/HIV, bahayanya, kondisi terapi dan vaksinasi saat ini,penanggulangan.
Untuk memperingati warganya akan bahaya AIDS, pemerintah Uganda
mengeluarkan slogan dan peringatan yang berbunyi, iAIDS was fatal an required
an immediated population response based on zero grazingi. iZero grazingi artinya
tidak seperti ternak liar.
Memang harus disadari bahwa cara penanggulangan AIDS/HIV yang sampai
saat ini adalah pencegahan. Ini bisa kita lakukan karena kita telah mengetahui
mekanisme penyebaran virus HIV ini. Factor utama adalah hubungan seks.
Sehingga jika kita ingin bebasdari ancaman AIDS atau HIV,jangan melakukan
hubungan seks selain diberi kesempatan untuk memperbaiki diri.

I. PEKERJA SEKS KOMERSIAL


1. Pengertian
PSK adalah seorang pria maupun wanita yang mengadakan hubunganan kelamin
dengan seorang lawan jenis di luar ikatan perkawinan yang sah dengan maksud
mendapatkan kepuasan seksual atau keuntungan materi bagi diri sendiri maupun
orang lain ( Pasal 1 Perda No 15 Thn 2002 ).
Atau biasanya dikenal dengan pelacur. Tunasusila namun, realitanya dalam
pengucapan sehari-hari penyebutan PSK lebih populer, mudah di pahami &
terdengar lebih sopan di bandingkan dengan yang lain.

2. Sejarah

Bahan Ajar Kespro-KB Page 113


- Pada zaman yunani kuno terdapat kepercayaan bahwa penyerahan diri sama dengan
perbuatan suci ini dilakukan oleh gadis-gadis kasta terendah nutuk melayani
kebutuhan seks para petinggi : hal ini disebut Astarte.
- Pada kerajaan Eropa ~ gadis-gadis memberikan pelayanan seks di
lingkunan istana, hal ini disebut Courtesan.
- Pada saat sekarang ~ PSK » setara dengan orang pencari Nafkah tetapi tidak untuk
wanita saja tapi untuk lelaki juga.
Dengan melihat sejarah diatas dapat disimpulkan bahwa PSK itu telah muncul
pada zaman yunani kuno dan semakin lama cangkupanya semakin luas. ( dulu
hanya para pejabat / orang-orang berduit, tapi sekarang mahasiswapun sudah
banyak ).
Pada kalangan resmi untuk wanita “ Wanita Tuna Susila ” ( WTS ) dengan
melihat ini pelacuran hanya di lihat dari kesusilaan yang hanya di tujukan kepada
kaum wanita & laki-laki sebagai konsumen.
Pekerjaan ini identik dengan perzinaan oleh agama tidak di perbolehkan PSK
juga merupakan ancaman terhadap kehidupan keluarga yang di bentuk melalui
perkawinan & melecehkan nilai sakral perkawinan.

3. Faktor-faktor yang
menyebabkan
a. Terpaksa untuk menghidupi sendiri karena janda.
Contoh : Karena kondisi ekonomi keluarga yang rendah, seorang pelajar
(Mahasiswa) rela menjual dirinya jadi pelacur “part time” yang
berpenghasilan lebih tinggi dari pada kerja di pertokoan.
b. Kebanggaan Material
Contoh : Bangga pulang dari kota membawa barang mewah, supaya tidak di cap
ketinggalan teman-teman.

c. Adat Inisiasi ~ Menguji kejantanan bagi remaja ( Thailand )


~ Seorang remaja secara sukarela menguji kejantananya sebelum
menikah. Jika belum cukup jantan ia harus mengulanginya lagi
beberapa minggu. Ini disebut Gowokan ( terjadi di Banyumas ).
Anehnya Adat ini bukan suatu AIB.
d. Kebutuhan Psikologis.
~ Keinginan dari diri sediri tanpa mengharapkan adanya imbalan.
e.Mancari perhatian dari orang lain.
~ Biasanya karena kurangnya perhatian dari orang lain.
f. Frustasi karena pernah digauli oleh laki-laki.
g. Kegagalan perkawinan

Bahan Ajar Kespro-KB Page 114


4. Klasifikasi
Ada 2 :
a. Sektor Formal => Mereka yang beroperasi secara terorganisir
- Kompleks Lokalisasi
- Tempat Pijat ( Massage Parlors )
- Wanita Pendamping ( Company girls )
- Penyedia Wanita Panggilan
- Penjaja Seks di jalanan
- Penjaja Seks di diskotik
b. Sektor Informal => Mereka yang terorganisasi secara tidak terorganisir.
- Operasi tidak tetap ( On Occasional basis )
- Tidak terorganisasi secara jelas

Keberadaan PSK yang tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia,


Pada umumnya :
 Tarif : Rp. 50.000 ribu – Rp. 100.000 ribu/ 1 kali pelayanan.
 Rata-rata pelacur memberikan/ hari : 2-3 orang tamu dalam semalam.
 Pendidikan rata-rata
Kebanyakan hanya berpendidikan SD bahkan ada yang tidak tamat SLTP.
Status PSK : - 77.5 % belum menikah
- 12.5 % Bersuami
- 7.5 % Janda
J. DRUGABUSE
1. PENGERTIAN
NAPZA merupakan istilah yang dipakai saat ini, yang merupakan kepanjangan
dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, yang sering dikenal dengan
NARKOBA ( Narkotika dan Obat-obat Terlarang ). Beberapa pengertian yang
berhubungan dengan NAPZA antara lain :

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 115


Zat adiktif lainnya adalah minuman beralkohol, rokok dan zat lain yang
menyebabkan adiksi misalnya obat steroid.
Penyalahgunaan adalah penggunaan narkotika atau psikotropika tanpa
sepengetahuan dan pengawasan dokter.
Ketergantungan (Adiksi, Dependensi ) adalah keadaan dimana seseorang
membutuhkan zat tertentu agar dapat berfungsi secara wajar. Ada 2 jenis
ketergantungan :
Ketergantungan fisik : Apabila dosis pemakaian dikurangi atau dihentikan
gejala fisik tergantung dari jenis obat yang digunakan, misalnya untuk heroin
menimbulkan gejala sakit otot dan sendi-sendi, berkeringat, perut kram dan
sebagainya.
Ketergantungan psikis : Suatu perasaan “rindu” untuk menggunakan zat
tersebut walaupun tidak ada ketergantungan fisik. Secara psikis tersusgesti untuk
menggunakan kembali.
Toleransi adalah keadaan dimana jumlah dosis zat yang dipakai semakin lama
semakin meningkat untuk mendapatkan efek yang sama.
Overdosis adalah kelebihan obat karena tidak dapat mengontrol dosis yang
dikonsumsi yang terjadi karena adanya toleransi, menimbulkan gejala keracunan,
koma, sampai meninggal.
Sindrom putus zat (withdrawal syndrome) adalah gejala-gejala spesifik untuk
zat tertentu yang timbul akibat penghentian atau mengurangi dosis pemakaian zat
tersebut yang sebelumnya sudah digunakan secara teratur.
Craving adalah keadaan sangat menginginkan obat.

2. AKIBAT PENYALAHGUNAAN NAPZA


Beberapa akibat yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan NAPZA antara lain:
a. Komplikasi medik
Merupakan penyakit-penyakit yang timbul akibat dari penggunaan zat/obat
serta alat atau bahan lain yang digunakan dengan tidak benar. Beberapa akibat
yang ditumbulkan antara lain :

1) Akibat zat itu sendiri, misalnya :


 Opioda : kemandulan, gangguan haid, impotensi dan obstipasi kronis.
 Alkohol : gastritis, perdarahan lambung, perlemakan hati, sirosis
hepatis, gangguan metabolisme lemak, kerusakan jaringan
otak, demensia, kardiomiopati dan cacat badan pada janin.
 Ganja : bronkhitis, penurunan imunitas seluler, gangguan aliran darah
koroner, gangguan fungsi kognitif, atrofi jaringan otak dan
kemandulan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 116


 Kokain : anemia, malnutrisi, kehilangan berat badan karena tidak
nafsu makan, ulserasi dan perforasi septum hidung dan
aritmia jantung.
 Amfetamin : sama dengan kokain.
 Inhalansia : toksik terhadap hati, otak, sumsum tulang, ginjal dan otot
jantung.
 Kafein : tukak lambung, sakit jantung dan hipertensi.
 Nikotin : kanker paru, bronkhitis, bronkhietaksis.
 Halusinogen : aberasi kromososm dan menimbulkan cacat pada bayi.

2) Akibat bahan campuran atau pelarut :


Sering terdapat pada pemakaian parenteral (suntik) misalnya emboli
menyebabkan infark paru atau kebutaan (emboli pembuluh darah
retina).

3) Akibat pemakaian jarum suntik yang tak steril :


Pada penggunaan jarum suntik dapat sangat berbahaya jika alat suntik
yang digunakan dipakai bersama-sama. Dampaknya akan berakibat
antara lain : dapat menularkan virus HIV, Hepatitis B, C, abses, sculitis,
endokarditis, theomboflebitis.

4) Akibat pertolongan yang salah :


Pada keadaan tidak sadarkan diri, keluarga sering memberi minum
sehingga terjadi pneumonia aspirasi.

5) Gangguan mental emosional


Napza dapat menyebabkan gangguan mental emosional misalnya pada
pemakaian ganja jangka panjang menyebabkan gangguan membaca,
berbahasa, berhitung serta menghambat ketrampilan sosial. Dapat
timbul sindrom amotivasional yaitu bersikap acuh tak acuh terhadap
lingkungan sekitar.

6) Memburuknya kehidupan sosial


Pemakaian yang kronis menyebabkan prestasi kerja/sekolah menurun
bahkan berhenti sama sekali (menjadi penganggur). Hubungan dengan
keluarga menjadi memburuk, mulai menjual barang, berbohong,
mencuri dan tindak kriminal lainnya. Disamping itu efek obat itu
sendiri yang menyingkirkan rasa malu, membuat pengguna tidak bisa
lagi mempertimbangkan tata nilai, etika atau moral.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 117


3. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA
Seseorang menjadi pecandu atau menyalahgunakan NAPZA disebabkan oleh
berbagai faktor yang sangat kompleks. Beberapa faktor penyebab tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

a. Faktor individu :
Penyakit jasmaniah, kondisi abnormal yang membutuhkan analgetika kuat.
Kepribadian dengan resiko tinggi :
 Sifat mudah kecewa dan cenderung agresif.
 Pemalu, pendiam.
 Rasa kurang percaya diri.
 Penilaian diri yang negatif (low self-esteem), misalnya merasa tidak
mampu.
 Perilaku anti sosial.
 Tidak sabar menunggu (selalu menuntut).
 Mudah merasa bosan, jenuh.
b. Motivasi tertentu :
 Menyatakan dirinya bebas merdeka.
 Memuaskan rasa ingin tahu dan mendapatkan pengalaman baru.
 Agar diterima di kelompok tertentu.
 Melarikan diri dari sesuatu (kegagalan, kekecewaan,
ketidakmampuan, malu)
 Meningkatkan kemampuan seksual.
 Sebagai lambang keperkasaan dan kemodernan.
c. Faktor zat
Ketersediaan zat pada peredaran gelap.
Kemudahan memperoleh zat.
d. Faktor lingkungan
1) Lingkungan keluarga
 Keluarga tidak harmonis/disfungsi dalam keluarga.
 Komunikasi orang tua dan anak kurang efektif.
 Orang tua dominan atau otoriter.
 Keluarga terlalu permisif atau terlalu ketat dalam disiplin.

2) Lingkungan sekolah
 Sekolah terletak dekat tempat hiburan atau penjual NAPZA.
 Sekolah kurang disiplin.
 Sekolah tidak memberi fasilitas bagi penyaluran minat dan bakat.
 Adanya siswa pengguna NAPZA di sekolah.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 118


3) Lingkungan teman sebaya
 Tekanan kelompok sebaya yang sangat kuat.
 Ancaman fisik dari teman atau pengedar.
4) Lingkungan masyarakat luas
 Situiasi politik, sosial, ekonomi yang kurang mendukung.

4. UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGULANGAN KETERGANTUNGAN


NAPZA
Mengingat begitu kompleknya masalah yang ditimbulkan akibat NAPZA
bagi kesehatan khususnya pada generasi muda maka perlu segera mengadakan
upaya penanggulangan yang efektif. Penyembuhan penderita penyalahgunaan
Napza sangat sulit, sehingga upaya preventiflah yang paling penting terutama
bagi remaja yang mempunyai resiko tinggi (potensial user). Sedangkan usaha-
usaha untuk mengatur, membatasi agen (obat) baik melalui hukum, teknologi
maupun kontrol sosial yang selama ini dilakukan pemerintah nampaknya kurang
membawa hasil.

Kebanyakan upaya preventif diarahkan pada kombinasi faktor perilaku dan


lingkungan. Upaya preventif secara khusus juga perlu memperhatikan apa yang
disebut zat/obat sebagai pembuka jalan (gateaway) seperti rokok, alkohol yang
digunakan terlebih dulu sebelum menggunakan zat atau obat yang lebih berat.
Mencegah atau menghambat pemakaian zat-zat tersebut diharapkan juga akan
meniadakan pemakaian yang lebih keras.

Faktor utama seseorang menjadi penyalahguna Napza adalah faktor


perilaku dari dirinya sendiri ditambah dengan faktor lingkungan terutama
pergaulan. Untuk itu diperlukan suatu upaya guna merubah tingkah laku yang
salah tersebut serta menghindari pergaulan yang negatif.
Sedangkan bagi yang sudah mengalami ketergantungan, proses terapinya
dapat dilakukan melalui dua jalan yaitu terapi perilaku untuk mengubah
perilaku dengan memberikan motivasi yang kuat dan tepat dalam dirinya atau
dikombinasikan dengan proses terapi secara medis (psikofarmakoterapi).
1. Terapi Perilaku (Motivasi untuk mengubah perilaku)
Perilaku akibat ketagihan NAPZA yang berhubungan dengan kesehatan,

memprediksikan bahwa seseorang rentan sekali dengan resiko penyakit-

penyakit jantung, serosis hepatittis dan lain sebagainya merupakan ancaman

kesehatan yang serius, bahwa manfaat/keuntungan dari penghentian

ketagihan adalah tinggi, dan bahwa nilai pengorbanan dari penghentian

perilaku ketagihan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan dampak

Bahan Ajar Kespro-KB Page 119


penyakit yang akan terjadi. Hal ini merupakan hasil dari persepsi keyakinan

seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan pokok seperti dorongan

untuk bertindak yang berasal dari internal maupun eksternal orang tersebut,

kerentanan yang sangat tinggi untuk terkena penyakit serta bahaya serius

yang akan ditimbulkannya ditambah dengan pertimbangan manfaat dan nilai

pengorbanan yang ditimbulkannya. Untuk itu penderita penyalahgunaan

NAPZA perlu diberi motivasi untuk mencegah berlanjutnya penggunaan

yang akan memperparah kondisi tubuh. Motivasi yang diberikan berupa

penanaman keyakinan dalam dirinya bahwa penderita dapat terlepas dari

kebiasaan buruk dengan kemampuan dari dalam dirinya sendiri.

2. Proses Terapi secara Medis (Psikofarmakoterapi)


Seperti halnya dengan terapi perilaku, proses terapi secara medis terhadap
pasien ketergantungan NAPZA akan memakan waktu yang cukup lama. Yang
perlu diperhatikan adalah bahwa terapi medis saja tanpa dibarengi dengan
terapi perilaku tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu
biasanya terapi medik ketergantungan NAPZA dikombinasikan dengan terapi
perilaku (Leshner, 1999).
Proses terapi secara medis dapat dilaksanakan oleh :
Dokter Ahli Adiksi
Psikiater (yang telah mendapat pelatihan adiksi)
Dokter Umum/Dokter Keluarga (yang telah mendapat pelatihan adiksi)
Perawat Spesialis Adiksi atau perawat umum yang telah mendapat pelatihan
mengenai adiksi
Konselor adiksi
3. Program Terapi Rumatan (Maintenance)
Tujuan dari terapi rumatan antara lain untuk :
 Mencegah atau mengurangi terjadinya craving terhadap opioida.
 Mencegah relaps untuk menggunakan zat adiktif kembali.
 Restrukturisasi kepribadian.
 Memperbaiki fungsi organ yang telah rusak.
Sedangkan tujuan dari farmakoterapi rumatan pasca detox adalah :
 Menambah “holding power” untuk pasien yang berobat-jalan sehingga
menekan biaya pengobatan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 120


 Menciptakan suatu “window of opportunity”sehingga pasien dapat
menerima intervensi psikososial selama terapi rumatan dan mengurangi
risiko.
 Mempersiapkan kehidupan yang produktif selama menggunakan terapi
rumatan.

K. PENDIDIKAN DAN UPAH

1. SUBORDINASI PEREMPUAN
Tiga jurus yang ditawarkan untuk memperbaiki kualitas bangsa, meliputi:

a. Pendidikan bagi bangsa


b. Memperjuangkan persamaan hak bagi semua orang termasuk di dalamnya
persamaan hak antara laki-laki dan wanita (emansipasi wanita)

c. Perlu membangun bangsa. Sayang sekali, Kartini keburu pulang ke hadirat-


Nya (1904) sebelum ia dapat mewujudkan mimpinya
Rendahnya kualitas sumber daya manusia bisa diukur, di antaranya dari Human
Development Index (HDI). United Nations Development Programme (UNDP)
menempatkan Indonesia pada peringkat 111 dari 175 negara (UNDP, 2004).
Penetapan peringkat HDI didasarkan pada tiga indikator:
1 Indeks pendidikan, diukur melalui angka melek huruf dan rata-rata lama
pendidikan penduduk;
2 Indeks kesehatan, diukur melalui rata-rata usia harapan hidup;
3 Indeks perekonomian, diukur melalui pengeluaran per kapita. Dibandingkan
sejumlah negara tetangga, HDI Indonesia tergolong rendah. Filipina,
misalnya, HDI-nya berada pada peringkat 83, Thailand peringkat 76, dan
Malaysia peringkat 59 (UNDP, 2004).
Persoalan lain yang memperumit masalah kualitas sumber daya manusia
adalah masih kentalnya budaya patriarkhi (Arbaningsih, 2004). Ketika budaya
patriarkhi disandingkan dengan masalah kualitas sumber daya manusia secara
umum, yang terjadi adalah rendahnya kualitas perempuan dan tersubordinasinya
perempuan dalam hampir seluruh bidang kehidupan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 121


2. PENDIDIKAN
Posisi subordinat perempuan di antaranya tercermin dalam bidang pendidikan.
Dua persoalan serius adalah masih besarnya jumlah perempuan usia 15 tahun ke
atas yang buta huruf dan rendahnya partisipasi perempuan dalam pendidikan.
Tahun 2001, misalnya, 8,62 persen perempuan di perkotaan dan 19,20 persen
perempuan di pedesaan berusia 15 tahun ke atas masih buta huruf. Dan secara
nasional 14,54 persen perempuan Indonesia menyandang buta huruf (BPS, 2001).

Partisipasi perempuan dalam jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah


menengah pertama (SMP) memang tergolong tinggi, yakni masing-masing 97,86
persen dan 71,97 persen. Akan tetapi, partisipasi perempuan dalam jenjang sekolah
menengah atas (SMA) dan pendidikan tinggi, masing-masing hanya mencapai
21,06 persen dan 10,22 persen (BPS, 2001). Artinya, sebagian besar perempuan
belum mengenyam pendidikan menengah atas dan pendidikan tinggi.

Dalam struktur politik dan birokrasi, perempuan menjadi golongan minoritas.


Keterwakilan perempuan dalam keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
pada empat periode terakhir (1992-1997, 1997-1999, 199-2004, dan 2004-2009);
masing-masing hanya mencapai 12 persen, 11,2 persen, 8,8 persen, dan 11,09
persen. Untuk DPRD di seluruh provinsi dan kabupaten/kota hasil Pemilu 2004,
keberadaan perempuan rata-rata tidak mencapai 10 persen (Sekjen MPR, 2004).
Angka tersebut jauh dari yang diidealkan Pasal 65 Ayat (1) Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2003 tentang Pemilu, yakni 30 persen.

Adapun keterlibatan perempuan dalam birokrasi, dari 3.932.766 orang pegawai


negeri sipil (PNS) di seluruh Indonesia, 1.478.719 orang (37,60 persen) adalah
perempuan (BKN, 2000). Itu pun perempuan lebih menduduki pos-pos yang kurang
diminati laki-laki, misalnya guru TK, guru SD, dan paramedis.

Untuk pos-pos strategis, dominasi laki-laki begitu kental terjadi. Hal ini dapat
diketahui dari komposisi pejabat struktural dalam birokrasi. Dari 210.623 pejabat
eselon I sampai V yang tercatat pada tahun 2000, hanya 33.158 orang (18,68
persen) yang perempuan (BKN, 2000). Sementara untuk jabatan fungsional,
proporsi perempuan adalah pada jabatan fungsional peneliti 27,96 persen, tenaga
medis dan paramedis 60,22 persen, dan semua jabatan fungsional di luar dua
tersebut mencapai 26,28 persen (BKN, 2000). (Eny Haryati)

Bahan Ajar Kespro-KB Page 122


Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia
antara lain:
a. Jender, adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelamin
menurut budaya yang berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi social
mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam
konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.
b. Kemiskinan, antara lain mengakibatkan:
 Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
 Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak
layak.
 Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
c. Pendidikan yang rendah.
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari
kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki
lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam
keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh
tetapi juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini
mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya
mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan
dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai
seseorang dapat mencari liang, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam
mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
d. Kawin muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih
banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan
yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku.
Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan
anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut
kepada suaminya. Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada
saat persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari
wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah,
pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan
pengambilan keputusan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 123


e. Kekurangan gizi dan kesahatan yang buruk.
Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta
wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak,
akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami
dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu
memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan
membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang
keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari
kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih
banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang
membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental. Wanita juga
sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual,
karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah
satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan wanita yang selalu berhubungan
dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui
airadalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri penyakit.
f. Beban Kerja yang berat.
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah
dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya
wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan
kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh
waktu

3. INFORMASI DAN PENDIDIKAN


Pada umumnya anak perempuan mempunyai tingkat pendidikan yang relatif
rendah. Rendahnya tingkat pendidikan anak perempuan karena masih kuatnya tradisi
pada masyarakat, tak perlu sekolah tinggi, toh nanti akan ke dapur juga. Bahkan usia
perkawinan pada anak wanita di desa ini umumya relatif muda, antara usia 13-17
tahun. Apalagi perekonomian tidak mencukupi kebutuhan hidup, maka anak wanita
korban pertama untuk putus sekolah. Jika ada uang berlebih orang tua lebih
mendorong anak laki-laki dengan asumsi anak laki-laki akan menjadi kepala keluarga.
Dengan kondisi pendidikan yang rendah dan kebanyakan menikah di usia muda,
informasi seputar kesehatan reproduksi akan sulit dipahami sebagai suatu yang penting
bagi mereka. Kartono Mohammad (1995) mengemukakan akan sukar memberikan
informasi kepada masyarakat banyak mengenai reproduksi wanita karena masyakat
sendiri telah, mempunyai nilai sosial budaya bahkan ekonomi terkait di dalamnya.
Dengan pendidikan yang tidak memadai maka akan muncul faktor kesulitan bagi
masyarakat dalam menerima aksi program pemerintah yang dianggap tidak
bermanfaat. Mereka dapat mendalami apabila adanya komunikasi,yang aktif dan
kesabaran yang tinggi dari penyuluh dalam memberikan informasi, dengan bahasa

Bahan Ajar Kespro-KB Page 124


yang dapat dimengerti mereka. Dari itu mereka dapat memahami dan ikut memberikan
masukan sesuai dengan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

4. PERSEPSI UPAH MINIMUM


Kebijakan penetapan upah minimum dalam kerangka perlindungan upah dewasa
ini masih menemui banyak kendala sebagai akibat belum terwujudnya satu
keseragaman upah, baik secara regional/wilayah-propinsi atau kabupaten/kota, dan
sektor wilayah propinsi atau kabupaten/kota, maupun secara nasional.
Dalam menetapkan kebijakan pengupahan memang perlu diupayakan secara
sistematis, baik ditinjau dari segi makro maupun segi mikro seirama dengan upaya
pembangunan ketenagakerjaan, utamanya perluasan kesempatan kerja, peningkatan
produksi, peningkatan taraf hidup pekerja sesuai dengan kebutuhan hidup minimalnya.
Dalam penetapan upah minimum ini masih terjadi perbedaan-perbedaaan yang
didasarkan pada tingkat kemampuan, sifat dan jenis pekerjaan di masing-masing
perusahaan yang kondisinya berbeda-beda, masing-masing wilayah/daerah yang tidak
sama. Oleh karena itu upah minimum ditetapkan berdasarkan wilayah propinsi atau
kabupaten/kota dan sector pada wilayah propinsi atau kabupaten/kota. Kebijakan ini
selangkah lebih maju dari sebelumnya yang ditetapkan berdasarkan sub-sektoral,
sektoral, sub-regional, dan regional.
Dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah
ditetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak, dengan memperhatikan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi meliputi :
a. Upah minimum berdasarkan wilayah propinsi atau kabupaten/kota
b. Upah minimum berdasarkan sector pada wilayah propinsi atau kabupaten/kota
Upah minimum tersebut ditetapkan oleh Gubernur untuk wilayah propinsi, dan
oleh Bupati/Walikota untuk wilayah Kabupaten/Kota, dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan Propinsi atau Bupati/Walikota. Dalam hal ini
pengusaha dilarang membayar upah pekerja lebih rendah dari upah minimum yang
telah ditetapkan untuk masing-masing wilayah propinsi dan/atau kabupaten/kota. Bagi
pengusaha yang karena sesuatu hal tidak atau belum mampu menbayar upah minimum
yang telah ditetapkan dapat dilakukan penangguhan selama batas jangka waktu
tertentu.
Dalam hal upah minimum ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan
pekerja atau serikat pekerja, tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang
telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila kesepakatan dimaksud lebih rendah dan bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan
pengusaha wajib membayar upah pekerja menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 125


Pada azasnya upah tidak dibayar apabila pekerja tidak melaksanakan pekerjaan.
Kecuali apabila pekerja tidak melakukan pekerjaan karena sakit, waktu haid,
melangsungkan pernikahan, mengkhitankan anak, melahirkan atau gugur kandungan,
menjalankan tugas negara, menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya,
menjalankan tugas pendidikan dari perusahaan dan lain-lain.
Dalam penetapan upah tersebut tidak boleh ada diskriminasi antara pekerja laki-
laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya sebagaimana dimaksud dalam
Konvensi 100 yang diratifikasi berdasarkan Undang-Undang No. 80 tahun 1957
(Lembaran Negara No.171 tahun 1957). Dengan pengupahan yang sama bagi pekerja
laki-laki dan wanita untuk pekerja yang sama nilainya dimaksudkan nilai pengupahan
tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin.

5. KESERAGAMAN PENGUPAHAN
Dengan adanya sistem penetapan upah minimum berdasarkan wilayah propinsi
atau wilayah kabupaten/kota, dan sektor pada wilayah propinsi atau kabupaten/kota,
berarti masih belum ada keseragaman upah disemua perusahaan dan wilayah/daerah.
Hal ini dapat dipahami mengingat kondisi dan sifat perusahaan disetiap sektor
wilayah/daerah tidak sama dan belum bisa disamakan. Demikian juga kebutuhan
hidup minimum seseorang pekerja sangat tergantung pada situasi dan kondisi
wilayah/daerah dimana perusahaan tempat bekerja itu berada.
Belum ada keseragaman upah tersebut justru masih didasarkan atas pertimbangan-
pertimbangan demi kelangsungan hidup perusahaan dan pekerja yang bersangkutan.
Apabila bila mengingat strategi kebutuhan pokok terhadap pekerja yang berada pada
sector informal didaerah perkotaan yang pada umumnya masih mempunyai
penghasilan dibawah suatu taraf hidup tertentu.

6. PERLINDUNGAN PENGUPAHAN
Dalam undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal 88)
ditegaskan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam pengertian bahwa
jumlah upah yang diterima oleh pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya mampu
memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh beserta keluarganya secara wajar, antara
lain meliputi : sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan jaminan
hari tua.
Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan, telah ditempuh kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.
Akan tetapi ketentuan tersebut masih akan diatur dalam suatu peraturan pemerintah
tentang perlindungan Pengupahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 Undang-
undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 126


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah
sebagai Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, telah diatur mengenai Perlindungan Upah
secara nasional. Peraturan Pemerintah ini dinyatakan masih belaku kendati Undang-
Undang No.14 tahun 1969 sudah dicabut oleh Undang-undang No.13 tahun 2003
selama belum diganti berdasarkan Undang-undang ini agar tidak terjadi kekosongan
hukum.
Kebijakan perlindungan upah ini mengatur secara umum yang berpangkal tolak
kepada fungsi upah yang harus mampu menjamin kelangsungan hidup pekerja dan
keluarganya, sehingga memberikan motivasi terhadap peningkatan produksi dan
produktivitas kerja. Pengaturan Perlindungan upah diserahkan kepada system
pembayaran upah secara keseluruhan berdasarkan prestasi kerja, tidak dipengaruhi
oleh tunjangan-tunjangan yang tidak ada hubungannya dengan prestasi kerja.
Hak untuk menerima upah bagi pekerja timbul pada saat adanya hubungan kerja
antara pekerja dan pengusaha, dan berakhir pada saat hubungan kerja tersebut putus.
Pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh mengadakan diskriminasi antara
pekerja laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya.
Dalam ketentuan Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1981 tentang Perlindungan
Upah, juga dianut azas “no work no pay” yakni upah tidak dibayar apabila pekerja
tidak melakukan pekerjaan. Ketentuan ini berlaku untuk semua golongan pekerja.
Kecuali apabila pekerja yang ungkan pernikahan, mengkhitankan anaknya, melahirkan
atau gugur kandungan, menjalankan bersangkutan tidak melakukan pekerjaan
disebabkan karena sakit, melaksanakan/melangs ibadah yang diperintahkan oleh
agamanya, menjalankan tugas perusahaan dan lain-lain.
Upah dibayarkan dalam bentuk uang dan sebagian dapat diberikan dalam bentuk
lain, kecuali minuman keras, obat-obatan, dengan ketentuan nilainya tidak boleh
melebihi 25 % (dua puluh lima persen) dari nilai upah yang seharusnya diterima oleh
pekerja yang bersangkutan.
Dalam Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1981 telah diatur secara lengkap;
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengupahan dalam rangka kebijakan
pengupahan yang melindungi pekerja serta mengatur hak-hak dan kewajiban masing-
masing pihak (pekerja dan pengusaha).
Gambaran secara umum dapat dilihat bahwa apa yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah No.8 tahun 1981 tentang Perlindungan upah, tidak jauh berbeda dengan
materi pokok mengenai pengupahan yang diatur dalam Undang-undang No. 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Sedangkan untuk penjabaran lebih lanjut akan diatur
dalam Peraturan Pemerintah berdasarkan undang-undang ini.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 127


7. KUANTITAS TINGKAT UPAH
Seperti diketahui system pengupahan yang bersifat differensif menyebabkan
kuantitas tingkat upah khususnya dalam penetapan upah minimum terjadi perbedaan-
perbedaan. Kebijakan sektoral dan regional didasarkan pada pemilihan
wilayah/daerah-daerah berikut sektor-sektor ekonominya yang potensial serta dengan
mempertimbangkan beberapa aspek yang mempengaruhi antara lain:
 Aspek kondisi perusahaan
Melalui aspek ini dapat diperoleh kriteria-kriteria perusahaan kecil,
perusahaan menengah, dan perusahaan besar baik didalam satu sector atau
wilayah/daerah maupun berlainan sektor atau wilayah/daerah.
Kriteria-kriteria tersebut membawa konsekwensi pada kemampuan
perusahaan yang tidak sama dalam memberi upah pekerja. Hal ini sudah tentu
tergantung pada besarnya modal dan kegiatan usaha masing-masing perusahaan
dan tingkat produksi, serta produktivitas tenaga kerjanya.

 Aspek keterampilan tenaga kerja


Peningkatan produksi dan prodiktivitas kerja, sangat ditentukan oleh
kemampuan personil perusahaan, baik ditingkat bawah yakni tenaga kerja
terampil, maupun ditingkat atas yakni pimpinan manajemen yang mampu menjadi
penggerak tenaga kerja (pekerja) yang dipimpinnya untuk bekerja secara
produktif.
Tenaga kerja merupakan modal dasar bagi perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi perusahaan, apabila tenaga kerja tersebut sebagai sumber daya ekonomi
dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Tingkat kemampuan tenaga kerja dan pimpinan manajemen dalam suatu
perusahaan, memberikan peranan yang menentukan untuk merubah kondisi
perusahaan tersebut menjadi lebih baik dan maju. Kondisi seperti ini memberikan
dampak positif bagi upaya peningkatan kesejahteraan tenaga kerja (pekerja)
melalui pemberian upah yang lebih tinggi, serta jaminan-jaminan sosial lainnya.

 Aspek standard hidup.


Peningkatan tingkat upah pekerja selain dipengaruhi oleh kondisi perusahaan
dan keterampilan tenaga kerjanya, juga dipengaruhi oleh standard hidup pada
suatu wilayah atau daerah dimana perusahaan itu berada. Standard hidup di daerah
perkotaan biasanya lebih tinggi dibanding didaerah pedesaan.
Peningkatan tingkat upah ini selain didasarkan pada kebutuhan pokok (basic
needs) tenaga kerja yang bersangkutan sesuai tingkat perkembangan ekonomi dan
social di wilayah/daerah tertentu. Kebutuhan pokok tersebut tidak hanya terbatas
pada persoalan sandang, pangan dan papan, akan tetapi meliputi juga pendidikan,
kesehatan, jaminan social dan lain sebagainya.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 128


 Aspek jenis pekerjaan
Perbedaan pada jenis pekerjaan ini mengakibatkan terjadinya perbedaan
tingkat upah, baik pada suatu sector yang sama, maupun pada sector yang
berlainan. Tingkat upah pada sector industri, tidak sama dengan tingkat upah di
sector pertanian, tidak sama pula dengan sector perhotelan, dan sebagainya.
Tingkat upah pada industri rokok atau pemintalan benang misalnya, tidak sama
dengan tingkat upah pada industri mesin, dan sebagainya.
Aspek jenis pekerjaan mempunyai arti yang khusus, karena diperolehnya
pekerjaan, dapat membantu tercapainya kebutuhan pokok bagi pekerja yang
bersangkutan. Meningkatnya taraf jenis pekerjaan dapat membantu peningkatan
taraf hidup sebagai akibat meningkatnya upah yang diterima pekerja dari
pekerjaannya itu.

Disamping segi materiil, pekerjaan juga mempunyai segi spiritual


sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No.14 tahun 1969 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja bahwa makna bekerja adalah
merupakan pengabdian dan pemuliaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Segi
spiritual yang terkandung dalam makna bekerja tersebut juga terdapat dalam
Peraturan Pemerintah No.71 tahun 1991 tentang Pelatihan Kerja.
Diharapkan bagi kalangan masyarakat industrial dapat memahami dan
menyadari bahwa untuk menetapkan upah minimum yang sama di semua wilayah
provinsi dan/atau kabupaten/kota, dan sector pada wilayah provinsi atau
kabupaten/kota, untuk masa-masa sekarang ini masih sulit dilakukan selama situasi
dan kondisi serta kemampuan perusahaan-perusahaan yang bersangkutan masih
berbeda.
Penetapan upah minimum memang disamping harus dapat memberikan
manfaat bagi perbaikan taraf hidup pekerja dan keluarganya (terutama yang
menerima upah rendah), juga supaya diupayakan agar jangan sampai berakibat
membahayakan kelangsungan usaha, terutama bagi perusahaan yang tergolong
kecil dan lemah.
Sebagai konsekwensi logis dari kebijakan tersebut dengan
pertimbanganm-pertimbangan obyektif dan seksama melalui berbagai factor yang
berkaitan dengan penetapan upah minimum, maka tingkat upah minimum yang
dapat ditetapkan pada tahap sekarang masih didasarkan pada kondisi
wilayah/daerah-daerah yang bersangkutan.
Dalam pengertian bahwa upaya peningkatan penetapan upah minimum
dimaksud dilakukan secara bertahap seirama dengan laju perkembangan dunia
usaha (perusahaan), sector demi sector, wilayah/daerah demi wilayah/daerah dan
diharapkan sampai pada suatu saat penetapan tingkat upah secara minimum dapat
memenuhi kebutuhan hidup layak. Sebab tingkat upah yang terlalu rendah dapat

Bahan Ajar Kespro-KB Page 129


mengakibatkan menurunnya semangat kerja, yang akhirnya menghambat
produktivitas kerja dan prestasi kerja, yang pada gilirannya berpengaruh pada
peningkatan produksi dan kelangsungan usaha (perusahaan). (Depnakertrans)

8. UPAH PEREMPUAN
Di berbagai sektor, upah yang diterima perempuan cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan yang diterima laki-laki. Berdasarkan pemetaan Badan Pusat
Statistik yang tertuang dalam Indikator Sosial Wanita Indonesia menunjukkan
bahwa rata-rata upah pekerja perempuan berkisar 60 persen dari upah laki-laki.

Di sektor pertanian, misalnya, rata-rata upah pekerja perempuan hanya


54,35 persen dari yang diterima pekerja laki-laki. Sedangkan untuk sektor industri,
perdagangan, jasa, dan sektor lain-lain upah perempuan masing-masing hanya
mencapai 63,54 persen, 66,97 persen, 66,22 persen, dan 54,72 persen dari rata-rata
upah laki-laki (BPS, 2001, dalam Yentriani, 2004).

Wujud diskriminasi terhadap pekerja perempuan tidak saja nominal upah riil
yang mereka terima, tetapi juga proporsi jam kerja. Dengan upah lebih rendah dari
yang diterima laki-laki itu, perempuan harus bekerja dalam jam kerja lebih panjang.
Hasil penelitian Loekman Soetrisno (1996) terhadap pekerja sektor pertanian dan
perdagangan di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, menunjukkan rata-rata jam
kerja pekerja perempuan mencapai 130 persen daripada jam kerja laki-laki.

Di Indonesia tumbuh kecenderungan untuk memberikan tunjangan anak dan


tunjangan pasangan hidup hanya kepada pekerja laki-laki. Ini juga memberi andil
signifikan terhadap diskriminasi upah. Akibatnya, pekerja laki-laki mendapat
tunjangan anak dan istri, sedangkan pekerja perempuan tidak selalu mendapat
tunjangan anak dan suami. Hal ini tidak menguntungkan pekerja perempuan,
terutama bagi pekerja perempuan yang secara de facto adalah kepala rumah tangga.

Hasil kajian Kelompok Kerja Convention Watch Universitas Indonesia (2000)


menunjukkan, perempuan lebih rentan terhadap risiko pemutusan hubungan kerja
(PHK) dibandingkan laki-laki. Kasus PHK yang terjadi tahun 1996-2000 pada
sejumlah perusahaan di Jakarta dan Tangerang, sebagian besar korbannya adalah
perempuan.

Jenis neo klasik tentang pembagian kerja seksual menerangkan bahwa, ada
perbedaan seksual yang mempengaruhi produktivitas dan keahlian tenaga kerja. Teori
tersebut menggunakan dua asumsi yaitu :
1 Pada kondisi persaingan pekerjaan akan memperoleh upah besar margina
produk yang dihasilkan

Bahan Ajar Kespro-KB Page 130


2 Keluarga akan mengalokasikan sumber daya (waktu dan uang/diantara para
anggota secara rasional yang mengakibatkan wanita memperoleb human
capital yang lebih sedikit dari poda pria pendidikan, ketrampilan,kesempatan
lain). (M. Mansyur Amin, 1992).
Secara umum terdapat faktor penentu tingkat upah, yaitu :
1 Faktor Internal
Meliputi jam kerja dan lamanya bekerja.
2 Faktor Ekstemal
Meliputi jenis kelamin, tingkat pendidikan.
Menurut analisis Gender, perbedaan tingkat upah antara pria dan wanita
disebabkan oleh peran ganda itu sendiri yang menimbulkan masalah ketidakadilan dari
peran dan perbedaan gender tersebut. Berbagai manivestasi ketidakadilan yang
ditimbulkan dengan adanya asumsi gender, seperti:
1 Terjadinya Marganalisasi (Pemikiran ekonomi terhadap kaum wanita)
Meskipun tidak setiap marginalisasi disebabkan oleh kertidakadilan gender
namun yang dipersoalkan oleh analisis gender adalah marganalisasi yang
disebabkan oleh perbedaan gender.
2 Terjadinya subordinasi pada salah satu jenis seks yang umumnya pada kaum
wanita. Bentuk dan mekanisme dari proses subordinasi tersebut dari waktu ke
waktu berbeda. Seperti anggapan bahwa wanita hanya mengandalkan
ketrampilan alami (sifat alamiah wanita: kepatuhan, kesetiaan, ketelitian dan
ketekunan serta tangan yang terampil, menyebabkan perempunn dilihat
sebagai pekerja yang kurang terampil, sehingga mendapatkan upah yang lebih
rendah dibanding pekerja lakii-laki yang dianggap berketerampilan atau
berpendidikan.
3 Pelebelan negatif (strereotype) terhadap jenis kelamin tertentu, terutama
terhadap kaum perempuan. Dalam masyarakat banyak sekali stereotype yang
dilebelkan pada kaum perempuan dan berakibat membatasi, menyulitkan,
memiskinkan, dan merugikan kaum perempuan. Anggapan Patrilineal
menyatakan bahwa laki-laki adalah pencari nafkah utama dalam keluarga,
sedangkan hanya sebagai pencari nafkah yang sifafnya skunder. Akibatnya
dalam pasar tenaga kerja perempuan berstatus sekunder.
4 Terjadinya kekerasan (violence) terhadap jenis kelamin tertentu. Umumnya
perempuan karena gender.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 131


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Konsep pelayanan keluarga berencana
2 Kompetensi dasar Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar
pelayanan keluarga berencana
3 Materi Pokok 1. Sejarah KB di Indonesia
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan KB di Indonesia
b. Organisasi-organisasi KB di Indonesia
c. PKBI
d. BKKBN
2. Program KB di Indonesia
a. Pengertian program KB
b. Tujuan program KB
c. Sasaran program KB
d. Ruang lingkup program KB
e. Strategi pendekatan dan cara
operasional
f. Dampak program KB terhadap
pencegahan kelahiran
4 Tugas-tugas Carilah studi kasus yang berhubungan
dengan dampak KB diindonesia
5 Isu Terkini -
6 Daftar Pustaka 1. Hartanto H,Dr ,Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi, Pustaka sinar harapan, 2004.
2. SaifudinAB,Prof,Dr, SpOG, Buku
Panduan Praktis Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo,Jakarta, 2003.

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,Mkes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

Bahan Ajar Kespro-KB Page 132


Bahan Ajar 6

BAB VI
KONSEP DASAR PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

A. DEFINISI
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

B. TUJUAN
Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat
akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat
atau AKI dan AKB serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk
membangun keluarga kecil berkualitas
Tujuan umum dimaksudkan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun
kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa
mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.
Perlu diketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut merupakan kelanjutan dari tujuan
program KB 1970, yaitu :
1. Tujuan demografis penurunan TFR tahun 2000 sebesar 50% dari kondisi
TFR tahun 1970
2. Tujuan filosofi berupa kelembagaan dan pembudidayaan norma keluarga
kecil bahagia sejahtera (NKKBS)
1) Perencanaan kehamilan dan mencegah kehamilan yang belum
diinginkan
2) Meningkatkan status kesehatan perempuan dan anak
3) Meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan kepuasan seksual

C. SASARAN
Sasaran program KB nasional lima tahun kedepan yang sudah tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2009/2014 adalah :
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk secara nasional menjadi
1,4% per tahun
2. Menurunkan angka kelahiran TFR menjadi 2,2 per wanita
3. Meningkatnya peserta KB pria menjadi 4,5 %

Bahan Ajar Kespro-KB Page 133


4. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien
5. Meningkatnya partsipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak
6. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif
7. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi ( referensi terbaru)
Hasil yang didapatkan :
1. Tercapainya peserta KB baru sebanyak 1.072.473 akseptor
2. Terbinanya peserta KB aktif sebanyak 5.098.188 akseptor atau 71,87%
dari pasangan usia subur sebanyak 7.093.654
3. Meningkatnya rata-rata usia kawin pertama wanita menjadi 18,2
pertahun
4. Pengendalian perkembangan kependudukan, trutama tingkat
pertumbuhan migrasi dan persebaran penduduk

D. RUANG LINGKUP PROGRAM KB


Ruang lingkup program KB meliputi :
1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
2. Konseling
3. Pelayanan Kontrasepsi
4. Pelayanan Infertilitas
5. Pendidikan sex (sex education)
6. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
7. Konsultasi genetik
8. Tes keganasan
9. Adopsi

E. STRATEGI PENDEKATAN DAN CARA OPERASIONAL


PROGRAM PELAYANAN KB
Strategi pendekatan dalam program KB adalah :
1. Pendekatan kemasyarakatan
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat yang
dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan
2. Pendekatan koordinasi aktif
Mengkoordinasikan sebagai pelaksanaan program KB dan pembangunan keluarga
sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergi
dalam mencapai tujuan dengan menerepkan kemitraan sejajar

Bahan Ajar Kespro-KB Page 134


3. Pendekatan integrative
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan
menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat
menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak
4. Pendekatan kualitatif
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari startegi pemberi pelayanan dan
penerima pelayanan sesuai dengan situasi dan kondisi
5. Pendekatan kemandirian
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang
telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan program KB nasional
6. Pendekatan tiga dimensi
Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB nasional,
dimana program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia
terhadap ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB
b. 15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB
c. 30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB
Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai
berikut :
a. Tahap perluasan jangkauan
Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran :
1) Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan
pada penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah Jawa, Bali dengan
kondisi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar
2) Coverage khalayak
Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada
tahap ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik
b. Tahap pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap
perluasan jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi luar
Jawa Bali. Tahap ini inkator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65 %
dengan prioritas pelayanan kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dengan
memanfaatkan momentum-momentum besar

Bahan Ajar Kespro-KB Page 135


c. Tahap pembudayaan program KB
Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh Indonesia.
Sedangkan tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang
menolak, oleh sebab itu pendekatan program KB dilengkapi dengan pendekatan
Takesra dan Kukesra
\\
F. DAMPAK PROGRAM KB TERHADAP PENCEGAHAN
KELAHIRAN
1. Untuk Ibu ; dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran
Manfaat :
a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang
berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cuku untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati
waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya
2. Untuk anak-anak yang dilahirkan
a. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam
keadaan sehat
b. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang
cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan
3. Untuk anak-anak yang lain
a. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik
karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia
dalam keluarga
b. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan yang
lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap
anak
c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber
pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata
4. Untuk ayah
Memberikan kesempatan kepadanya agar dapat :
a. Memperbaiki kesehatan fisiknya
b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta
lebih banyak waktu terluang untuk keluarganya
5. Untuk seluruh keluarga
Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga tergantung dari
kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang
lebih banyak untuk memperoleh pendidikan

Bahan Ajar Kespro-KB Page 136


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Asuhan kebidanan pada keluarga berencana
Metode sederhana
2 Kompetensi dasar Mahasiswa bisa memberikan asuhan
kebidanan pada keluarga berencana
Metode sederhana
3 Materi Pokok 1. Tanpa alat
- KB Alamiah
2. Dengan alat
- Mekanis / barier
- Kimiaw
4 Tugas-tugas Buatlah asuhan kebidanan pada salah satu
metode KB Sederhana
5 Isu Terkini -
6 Daftar Pustaka 1. Hartanto H,Dr ,Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi, Pustaka sinar harapan, 2004.
2. SaifudinAB,Prof,Dr, SpOG, Buku
Panduan Praktis Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo,Jakarta, 2003.

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,MKes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

Bahan Ajar Kespro-KB Page 137


Bahan Ajar 7

BAB VII
ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA
METODE SEDERHANA

A. METODE KALENDER

1. Pengertian
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara atau metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.

Metode kalender atau pantang berkala ini merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus
(ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode
kalender ini berdasarkan pada siklus haid/menstruasi wanita.

Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi


berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi
tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari
sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar
dari KBA sistem kalender.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 138


2. Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai
kontrasepsi maupun konsepsi.
a. Manfaat kontrasepsi Sebagai alat pengendalian kelahiran
atau mencegah kehamilan.
b. Manfaat konsepsi Dapat digunakan oleh para pasangan untuk
mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual
saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan
bisa hamil
3. Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan
sebagai berikut:
a. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
b. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
c. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya.
d. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
e. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat
menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan
kontrasepsi.
f. Tidak memerlukan biaya.
4. Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau
pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
a. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
b. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam
menjalankannya.
c. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual
setiap saat.
d. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak
subur.
e. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
f. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
g. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi
lain.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 139


5. Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami
istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap
wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan
minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga
akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode
kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-
kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila
dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan
penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.
6. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif
adalah:
a. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan
hidup sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu
bertahan selama 3 hari).
b. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan
ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini
menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah
ovulasi menjadi tidak tepat.
c. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus
menstruasi sendiri.
d. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi
dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.

e. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari


berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan
masa tidak subur menjadi tidak tepat.

7. Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada
tiga tahapan:
a. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum
ovulasi).
b. Fertility phase (masa subur).
c. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah
ovulasi).

Bahan Ajar Kespro-KB Page 140


Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-
35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal
enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan
melihat data yang telah dicatat.

Bila haid teratur (28 hari)

Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah
hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.

Contoh:
Seorang wanita atau istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini
dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari
ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret
hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk
melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus
menggunakan kontrasepsi.

Bila haid tidak teratur

Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid
dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.

Rumus : Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18


Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11

Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus
terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini,
suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama
harus menggunakan kontrasepsi.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 141


B. METODE SUHU BASAL TUBUH

1. Pengertian

Suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau
dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa thermometer basal.
Thermometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur
dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.

Suhu normal tubuh sekitar 35,5-360 C. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih
dahulu dan naik menjadi 37-380 C kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 0 C.
Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.

Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun
kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum
menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.

Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi
progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus
berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena,
bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi
hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 142


2. Manfaat

Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun kontrasepsi.
a. Manfaat konsepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan.
b. Manfaat kontrasepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan menghindari
atau mencegah kehamilan.

3. Efektifitas

Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten.
Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan
dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkatkan keefektifan metode
suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun.
Secara teroritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun.
Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida ataupun metode kalender atau
pantang berkala (calendar method or periodic abstinence).
Factor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh
Adapun factor yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh antara lain:
a. Penyakit
b. Gangguan tidur
c. Merokok dan atau minum alkohol
d. Penggunaan obat-obat ataupun narkoba
e. Stress
f. Penggunaan selimut elektrik

4. Keuntungan

Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:


a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami tentang masa
subur/ovulasi.
b. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa
subur/ovulasi.
c. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk
hamil.
d. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa
subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
e. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 143


5. Keterbatasan

Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagi berikut:
a. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
b. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
c. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur,
merokok, alkohol, stress, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
d. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
e. Tidak mendeteksi awal masa subur.
f. Membutuhkan masa pantang yang lama.
6. Petunjuk Bagi pengguna metode Suhu Basal Tubuh
Aturan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
a. Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum
bangun dari tempat tidur).
b. Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
c. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari
siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal
dan rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal
atau biasanya.
d. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh dendam atau
gangguan lain.
e. Tarik garis pada 0,050 C – 0,10 C di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari
tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
f. Periode tak subur mulai pada sore hari ketiga berturut-turut suhu tubuh
berada di atas garis pelindung/suhu basal.
g. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore
ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk
periode masa tak subur).
h. Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh lebih
panjang dari metode ovulasi billings.
i. Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati

Bahan Ajar Kespro-KB Page 144


C. METODE SYMPTHOTHERMAL

1. Pengertian

Metode Simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah ( KBA )


yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode
simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks.
Metode ini mengamati tiga indikator kesuburann yaitu perubahan suhu basal
tubuh, perubahan mukosa/ lendir serviks, dan perhitungan masa subur melalui
metode kalender.

Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita
daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini
bersama-sama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling
melengkapi.

2. Manfaat
Metode simptothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi maupun konsepsi
a. Manfaat kontrasepsi
Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau menghindari
kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur
(pantang saat masa subur).
b. Manfaat konsepsi
Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan
kehamilan dengan melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur.

3. Efektifitas
Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-20 wanita akan
hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kesalahan dalam
belajar, saran atau tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga
menyatakan angka kegagalan dari metode simptothermal mempunyai angka
kegagalan hanya 3 persen apabila di bawah pengawasan yang ketat.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 145


Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Menjadi Efektif
Metode simptothermal akan menjadi efektif apabila:
a. Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat.
b. Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat mengubah siklus
menstruasi dan pola kesuburan.
c. Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah kehamilan.
Kerjasama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk
membantu menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan
seksual atau menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari
paling subur.
Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Tidak Efektif
Metode simptothermal dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
a. Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari.
b. Wanita yang mempunyai penyakit.
c. Pasca perjalanan.
d. Konsumsi alcohol.
Hal-hal tersebut di atas dapt mempengaruhi pembacaan suhu basal tubuh menjadi
kurang akurat.

Pola Grafik Kesuburan pada Metode Simptothermal


Pola grafik kesuburan tidak sesuai digunakan wanita pada kasus sebagai berikut:
a. Wanita yang memilki pasangan seksual lebih dari satu.
b. Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk menggunakan metode
simptothermal.
c. Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat wanita itu
sendiri atau alasan lain.
d. Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan seksual
tanpa alat kontrasepsi barier minimal 10 hari setiap bulan atau menerapkan
metode kontrasepsi lain di hari tidak amannya.
e. Wanita yang mempunyai resiko kesehatan/medis tertentu yang
membahayakan jika dia hamil.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 146


f. Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi
suhu basal tubuh, keteraturan menstruasi maupun produksi lendir serviks.

4. Keuntungan
Metode simptothermal mempunyai keuntungan antara lain:
a. Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi yang
dibutuhkan.
b. Aman.
c. Ekonomis.
d. Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan.
e. Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan.
f. Tidak memerlukan tidak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah belajar metode
simptothermal dengan benar.

5. Keterbatasan
Metode simptothermal mempunyai keterbatasan antara lain:
a. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit, pasca
perjalanan maupun konsumsi alkohol.
b. Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus mengamati dan
mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks.
c. Metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami istri.
d. Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar.

6. Petunjuk bagi pengguna metode simptothermal


Pengguna/ klien metode simptothermal harus mendapat instruksi atau petunjuk tentang
metode lendir serviks, metode suhu basal tubuh maupun metode kalender. Hal ini
bertujuan agar pengguna dapat menentukan masa subur dengan mengamati perubahan
suhu basal tubuh maupun lendir serviks.
1. Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari berikutnya setelah haid
berhenti ( periode tidak subur sebelum ovulasi).
2. Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai dengan mulai
keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan metode lendir serviks.
Lakukan pantang senggama karena ini menandakan periode subur sedang
berlangsung.
3. Pantang senggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari berurutan dan
hari puncak lendir subur.
4. Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal, periode subur,
periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode subur yang terpanjang di
mana masa pantang senggama harus dilakukan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 147


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

No Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Asuhan kebidanan pada keluarga berencana
Metode hormonal
2 Kompetensi dasar Mahasiswa bisa memberikan asuhan
kebidanan pada keluarga berencana
Metode hormonal injeksi
3 Materi Pokok 1. Definisi
2. Efektifitas
3. Cara Kerja
4. Cara Pemakaian
5. Efek samping
6. Komplikasi
7. Syarat penggunaan
4 Tugas-tugas Buatlah asuhan kebidanan pada salah satu
metode KB hormonal injeksi
5 Isu Terkini -
6 Daftar Pustaka 1. Hartanto H,Dr ,Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi, Pustaka sinar harapan, 2004.
2. SaifudinAB,Prof,Dr, SpOG, Buku
Panduan Praktis Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo,Jakarta, 2003.
3. Depkes RI, (1994), Pedoman
Penanggulangan Efek Samping
Komplikasi Kontrasepsi, Depkes RI,
Jakarta.
4. Baziad, dkk, (1992), Endokrinologi
Ginekologi, KSERI, Jakarta.

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,Mkes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

Bahan Ajar Kespro-KB Page 148


Bahan Ajar 8

BAB VIII
METODE KELUARGA BERENCANA HORMONAL INJEKSI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Menurut UU RI No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera menyebutkan bahwa Keluarga Berencana
merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
b. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen dan merupakan salah satu variabel
yang mempengaruhi fertilitas (Sarwono, 1999, hal : 905)
c. Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya
hormon progesteron disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara periodik
(Depkes RI, 1999, hal : 37).
d. Kontrasepsi suntikan cyclofem merupakan kontrasepsi jenis depo yang
mengandung progesteron dan estrogen sintetik (MPA).
2. Kandungan Cyclofem
Di dalam 1 ml cyclofem terkandung 25 mg Medroxy Progesteron Acetat
dan 5 mg Estradiol Cypionate yang merupakan senyawa suspensi mikrokristal.

3. Mekanisme Kerja Cyclofem


Prinsip kerja cyclofem adalah menekan sekresi gonadotropin dan
mempengaruhi fungsi alat genitalia. Progesteron dan estrogen sintetik yang
terkandung di dalam cyclofem selain menekan sekresi basal FSH dan LH, juga
menekan LH preovulasi.
Setelah penyuntikan cyclofem, dalam waktu 24 jam kadarnya dalam serum
mencapai 2-5 /ml, dan kadarnya bertahan cukup lama, dan turun perlahan-lahan.
Cyclofem akan menekan sekresi LH preovulatorik sehingga ovulasi paling sedikit
akan tertekan untuk 1 bulan (Ali Baziad, 2002, hal : 38).
Penggunaan cyclofem akan mempengaruhi :

Bahan Ajar Kespro-KB Page 149


a. Ovulasi
Penggunaan progesterone dengan kadar lebih dari 2 g/ml dalam serum, dapat
menekan sekresi puncak dari FSH dan LH pre ovulasi dengan terganggunya
fungsi poros hypotalamus-hipofise-ovarium, sehingga tidak memungkinkan
adanya LH surges (Doenhoelter, 1992, hal : 191).
b. Endometrium
Perubahan sekretorik pada lapisan fungsionalis dan terjadinya pencegahan
hyperplasia endometrium. Pada penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan endometrium tipis dan atrofis, sehingga tidak memungkinkan
untuk implantasi ovum. Penghentian pertumbuhan pembuluh darah arteri
(spiral) dan pembuluh-pembuluh yang tadinya melebar akan tertutup thrombus,
sehingga endometrium menjadi tidak aktif.
c. Serviks
Progesteron menyebabkan peningkatan jumlah dan pengentalan konsistensi
lendir serviks, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa untuk mendekati
ovum
d. Vagina
Penggunaan alat kontrasepsi hormonal dengan progesterone sebagai hormon
paling dominan mampu menghambat pembentukan glikogen, sehingga pH
vagina menjadi alkalis dan akibatnya terjadi peningkatan fluor vaginae, infeksi
jamur.
e. Uterus
Progesteron berfungsi untuk menurunkan tonus otot miometrium, sehingga
kontraksi uterus berjalan dengan lambat.
f. Transpor gamet/ovum
Peristaltik otot tuba falopii akan dihambat oleh pengaruh progesterone,
sehingga akan menyulitkan terjadinya fertilisasi.
4. Keuntungan
a. Efektifitasnya tinggi 99,7%
b. Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka
panjang dan kesuburan dapat pulih kembali
c. Tidak terpengaruh faktor lupa
d. Tidak mengganggu hubungan suami istri
e. Dapat dipakai segala umur pada masa reproduksi
f. Reaksi suntikan sangat cepat (< 24 jam)
g. Haid tetap datang setiap bulan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 150


5. Kerugian
a. Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
b. Gangguan siklus haid
c. Penambahan berat badan
d. Sakit kepala
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap PMS, hepatitis B
6. Indikasi
a. Ibu yang telah memiliki anak hidup
b. Tidak ada kehamilan
c. Riwayat siklus haid teratur
d. Tidak ada kontraindikasi
7. Kontra Indikasi
a. Tersangka hamil
b. Perdarahan akibat kelainan Ginekologi (perdarahan di liang senggama) yang
diketahui penyebabnya
c. Tumor/keganasan
d. Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis
e. Menyusui
8. Waktu Penyuntikan
a. Pemberian cyclofem dilakukan pada hari kelima sampai ketujuh haid
Pemberian cyclofem pada hari kelima sampai hari ketujuh haid akan
mempengaruhi proliferasi endotel endometrium pada fase folikular
b. Pada enam minggu atau lebih paska persalinan
c. Segera setelah abortus

9. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyuntikan (Hanafi Hartanto, 2002,


hal : 168).
a. Semua obat harus dihisap dalam alat suntiknya
b. Harus dikocok terlebih dahulu dengan baik
c. Penyuntikan harus dilakukan dalam-dalam pada otot
d. Jangan melakukan masase pada tempat suntikan
e. Kedua hal terakhir ini sangat penting karena kalau tidak ditaati maka pelepasan
obat dari tempat suntikan akan dipercepat dengan akibat masa efektif
kontrasepsi yang menjadi lebih pendek.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 151


10. Efek Samping
a. Perubahan pola haid (haid tidak teratur, perdarahan bercak/spotting antar masa
haid dan kadang amenorhea)
b. Sakit kepala, mual, muntah, pegal-pegal, nyeri pada payudara, nyeri pada perut
bagian bawah.
c. Kenaikan BB
d. Perubahan libido

11. Penanggulangan Efek Samping/Komplikasi


a. Efek samping/masalah : amenorhea (tidak haid)
1) Penyebab
a) Karena ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium menjadi
atrofi
b) Pastikan bukan karena kehamilan, dengan pemeriksaan tanda-tanda
kehamilan
2) Penanganan
a) Gejala ini biasa terjadi pada akseptor KB suntik. Namun, amenorhea
selama 6 minggu setelah haid yang teratur mungkin masih merupakan
tanda adanya kehamilan. Bila kehamilan telah pasti, rujuk klien sesuai
tata cara yang berlaku. Hentikan penyuntikan dan jelaskan bahwa
hormon progestin yang disuntikkan tidak akan menyebabkan kelainan
pada janin.
b) Bila tidak ada tanda-tanda kehamilan, tidak perlu diberikan pengobatan
khusus kecuali konseling pada pemeriksan berkala.
c) Jelaskan bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim
d) Jelaskan bahwa hormon progestin menyebabkan dinding rahim tidak
terlepas, sehingga perdarahan haid akan sedikit atau tidak terjadi pada
beberapa akseptor.
e) Beri motivasi bahwa hal ini bukan suatu yang abnormal dan biasa terjadi
pada akseptor KB suntik pada 2-3 bulan pertama.
f) Bila klien memaksa ingin haid dapat diberikan terapi pil KB 3x1 tablet
dari hari I-III, 1x1 tablet mulai hari IV.
b. Efek samping/masalah : perdarahan bercak (spotting)
1) Penyebab
a) Karena tidak adanya keseimbangan hormon sehingg endometrium
mengalami perubahan histologi
b) Bila tidak ada kelainan, periksalah tanda-tanda anemi berat (konjungtiva
pucat, ujung kuku, pucat, rendahnya hematokrit atau hemoglobin)

Bahan Ajar Kespro-KB Page 152


2) Penanganan
a) Bila hematokrit < 30 atau hemoglobin < 9 gr/dl dpat diberikan preparat
besi (FeSO4) 200 mg/hari selama 3 bulan dan konseling gizi.
b) Bila tetap ada anemia atau bila akseptor meminta, hentikan suntikan dan
usulkan cara KB lain.
Catatan :
Biasanya pada peserta KB suntik, haid bulanan sangat sedikit/tidak keluar,
sehingga kemungkinan terjadinya anemia kecil. Pada beberapa kasus justru
Hb-nya meningkat.
Namun bila spoting cukup mengganggu dapat diberikan terapi medis berupa
pemberian pil KB 3x1 tablet per hari selama 7 hari, biasanya dengan satu
kuur sudah dapat diatasi.
c. Efek samping/masalah : perdarahan lebih banyak atau lebih lama dari biasanya
(menorhagia)
1) Penyebab
a) Karena tidak adanya keseimbangan hormon sehingga endometrium
mengalami perubahan histologi
b) Laksanakan pemeriksaan dalam (spekulum dan pemeriksaan bimanual)
untuk memastikan bahwa perdarahan tersebut bukan dari saluran alat
kelamin misalnya vaginitis, servicitis, polip servikal, fibroma uteri
c) Bila diduga hamil (intra uteri ataupin ekstra uteri) atau keguguran,
spontan, lakukan pemeriksaan dan bila perlu lakukan tes kehamilan.
2) Penanganan
a) Bila terdapat kelainan segera antisipasi dan jika perlu rujuk ke sarana
kesehatan lebih lengkap untuk evaluasi lebih lanjut.
b) Hentikan suntikan jika perdarahan menjadi hebat
c) Terapi medis cukup diberikan sulfas ferosis 3x1 tablet (5-7 hari) sampai
keadaan menjadi baik.
d. Efek samping/masalah : keputihan (leukorhea)
1) Penyebab
a) Efek progesteron merubah flora dan pH vagina sehingga jamur mudah
tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan
b) Pemeriksaan dalam spekulum dan pemeriksaan bimanual untuk
memeriksa adakah infeksi saluran alat kelamin
c) Tanyakan kepada klien apakah keputihan berbau dan gatal.
2) Penanganan
a) Berikan konseling tentang sebab terjadinya
b) Motivasi untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi KB suntik

Bahan Ajar Kespro-KB Page 153


c) Bila keputihan ini disertai rasa gatal, cairan berwarna kuning kehijauan
atau berbau tidak sedap, dapat diberikan pengobatan antimikotik
pervaginam, Nistatin 100.000 iu intravaginal selama 14 hari.
d) Bila pemberian antimikotik tidak menolong dan keputihan terus
berlangsung maka pemakaian suntikan segera dihentikan.
e. Efek samping/masalah : jerawat
1) Penyebab
a) Progestin (Ig noprogestine) mampu menyebabkan peningkatan kadar
lemak
b) Namun jerawat ini bisa juga ditimbulkan karena penggunaan kosmetik,
perawatan kulit yang kurang higienis dan jenis kulit yang berlemak
c) Berikan KIE pada akseptor mengenai penyebab timbulnya jerawat.
d) Anjurkan untuk mengurangi makanan berlemak (kacang, susu, kuning
telur)
e) Anjurkan untuk membersihkan wajah 2x sehari dengan pembersih
muka.
f) Hindari pemakaian kosmetika wajah yang berlebihan
2) Penanganan
a) Bila tidak mengganggu cukup dengan menjaga kebersihan wajah,
namun bila terlihat adanya infeksi beri Tetrasiklin 3-4 x 1 kapsul (250
mg) selama 1-2 minggu.
b) Bila jerawat menetap atau semakin banyak ganti cara kontrasepsi non
hormonal.
f. Efek samping/masalah : perubahan berat badan
1) Penyebab

a) Masih belum jelas namun kenaikan BB, kemungkinan disebabkan

karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan

gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah. Selain

itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan

menurunkan aktifitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan menyebabkan

BB bertambah

b) Berikan KIE pada akseptor mengenai sebab terjadinya dan berikan

pengertian bahwa penambahan BB ini bersifat sementara dan tidak

terjadi pada semua pemakai KB suntik

Bahan Ajar Kespro-KB Page 154


2) Penanganan

a) Bila kenaikan BB tidak mengganggu maka tidak perlu diberikan obat

apapun. Pastikan penambahan BB bukan dikarenakan kehamilan.

b) Anjurkan klien untuk diet rendah kalori dan berolah raga secara

proporsional untuk menjaga Bbnya. Bila cara tersebut diatas belum

menolong dan BB terus meningkat, hentikan pemakaian suntikan dan

ganti cara kontrasepsi dengan kontrasepsi non hormonal.

g. Efek samping/masalah : rambut rontok

1) Penyebab

Progesteron terutama Ig norprogestin dapat mempengaruhi folikel rambut,

sehingga timbul kerontokan rambut

2) Penanganan

a) Berikan KIE pada ibu (akseptor KB suntik) mengenai sebab terjadinya.

b) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara, individu dan akan kembali

normal setelah penggunaan suntikan dihentikan.

c) Bila klien tidak dapat mentolerir gejala ini, anjurkan untuk ganti cara

kontrasepsi non hormonal.

h. Efek samping/masalah : sakit kepala/migrain

1) Penyebab

a) Belum ada kesepakatan di kalangan para ahli tentang penyebabnya,

namun biasanya dikaitkan dengan reaksi tubuh terhadap progesteron

b) Pastikan tekanan darah klien normal

c) Laksanakan pemeriksaan dengan baik pula yaitu mata (funduskopi) dan

saraf

2) Penanganan

a) Bila sakit kepala berat dan atau berulang atau tekanan darah meningkat

sejak penggunaan KB suntik, maka rujuk klien dan atau hentikan

suntikan

Bahan Ajar Kespro-KB Page 155


b) Bila gangguan penglihatan menetap, berikan pengobatan simtomatis.
(1) Sakit kepala
Antalgin 3x500 mg per hari selama 3-5 hari atau
Parasetamol 3x500 mg per hari selama 3-5 hari
Asam mefenamat 3x250-500 mg per hari selama 3-5 hari
(2) Migrain
Preparat Ergolamin 3x1 mg selama 3-5
Bila pemberian obat tidak menolong dan keadaan bertambah berat,
hentikan pemakaian suntikan dan ganti cara kontrasepsi non
hormonal.
i. Efek samping/masalah : mual dan muntah
1) Penyebab
a) Reaksi tubuh terhadap hormon progesteron yang mempengaruhi
produksi asam lambung
b) Pastikan mual dan muntah tidak dikarenakan kehamilan (lakukan
pemeriksaan fisik dan laboratorium)
2) Penanganan
a) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu
b) Biasanya tubuh akan menyesuaikan diri setelah 2-3 bulan dan rasa mual
akan hilang dengan sendirinya.
c) Motivasi untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi KB suntik
d) Bila mengganggu berikan metoklopramid 3x10 mg 15 menit sebelum
makan per hari selama 5-7 hari.
e) Anjurkan untuk makan secara teratur dan usahakan lambung tidak
terlalu lama kosong
f) Bila dalam 3 bulan gejala menetap atau bertambah berat, hentikan
pemakaian suntikan dan ganti cara kontrasepsi non hormonal.
j. Efek samping/masalah : perubahan libido/dorongan seksual
1) Penyebab
a) Penurunan libido bisa terjadi karena efek progesteron terutama Ig
norsteroid menyebabkan keadaan vagina kering, namun demikian faktor
psikis saja yang berpengaruh dlam penurunan/peningkatan libido
2) Penanganan
a) Jelaskan sebab terjadinya
b) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu
c) Bila mengganggu keharmonisan rumah tangga, anjurkan untuk ganti
cara kontrasepsi non hormonal

Bahan Ajar Kespro-KB Page 156


12. Spotting
a. Pengertian
Spotting adalah bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama
akseptor mengikuti KB suntik (BKKBN, 1999, hal : 198).
b. Pathofisiologi
Pemakaian progestin secara terus menerus akan mengakibatkan berubahnya
struktur lapisan endometrium, sehingga secara otomatis akan merusak dinding
kapiler arteriol di endometrium. Perdarahan terjadi melalui arteriol yang rusak
dan terbentuk hematom atau langsung keluar dari arteriol yang pecah.
Eritrosit dapat langsung keluar dari kapiler yang rusak secara diapedesis.
Manifestasi proses tersebut berupa perdarahan bercak (Biran Affandi, 1996,
hal : 40)

B. Penatalaksanaan Kasus Akseptor KB Suntik Cyclofem Dengan Spotting


1. Pemeriksaan Umum Secara Teori
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya komplikasi yang
disebabkan oleh spotting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Melihat keadaan umum apakah lemah atau baik
b) Kesadaran menurun atau compos mentis
c) Konjungtiva apakah terlihat pucat (anemis)
d) Pemeriksaan TTV : tekanan drah, nadi (anemia dapat ditunjukkan
dengan nadi > 100 x/menit atau kelainan sirkulasi darah), suhu.
2) Palpasi
Pemeriksaan abdomen ini dilakukan pada daerah abdomen untuk
mengetahui kemungkinan adanya :
a) Nyeri tekan daerah suprapubik/pelvik
Hal ini akan menunjukkan adanya tanda-tand infeksi yang akan
berkelanjutan pada PID
b) Benjolan massa ataupun kelainan umum
Apabila teraba benjolan menunjukkan adanya kelainan yang dapat
mengarah pada tumor
3) Pemeriksaan Dalam
a) Dilakukan dengan pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan dengan
menggunakan spekulum. Hal ini ditujukan untuk memastikan
perdarahan tersebut bukan dari saluran alat kelamin
Misalnya : vaginitis, servicitis, polip serviks, fibroma uteri

Bahan Ajar Kespro-KB Page 157


b) Dugaan hamil (intra atau ekstra uteri), atau keguguran spontan,
abnormalitas uterus
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa dan memastikan
penyebab spotting
1) Pemeriksaan darah
Hb, leukosit, trombosit, hematokrit
2) Pemeriksaan urin
Planotest/HCG test
3) Biopsi endometrium
4) Sitologi
5) USG
(Ali Baziad, 200, hal 51)
c. Therapi
Prinsip pembrian therapi pada kasus KB suntik cyclofem dengan cara sebagai
berikut :
1) Pemberian Progestin
Noristeron 3x10 mg per hari selama 2 minggu (Biran Affandi, 1996: hal :
47)
Pemberian progesteron sintetik akan mengganggu fungsi lH, yang akan
menghambat hiperplasia endometrium dan menekan perluasan luka,
sehingga diharapkan spoting berhenti.
2) Pemberian Estrogen
a) Pemberian estrogen oral secara siklik berupa dietilstilbestrol 0,5 mg atau
etinil estradiol 20-100 mcg per hari dimulai hari pertama setiap bulan
b) Pemberian dietilstilbestrol oral 0,1-1 mg atau 50 mcg atau pil KB yang
mengandung 50 mcg etinil estradiol per tablet setiap hari selama 21 hari.
Bila perlu dapat diulangi setelah 1 minggu.
c) Pemberian estradiol cypionat injeksi hanya diberikan pada kasus dengan
perdarahan hebat (Biran Affandi, 1996: hal : 49)
Estrogen sintetik akan mempengaruhi pertumbuhan sel-sel dinding
kapiler arteriol yang pecah sehingga perdarahan berhenti
3) Kuratease
Hanya dilakukan bila perdarahan sangat hebat atau terdapat penyebab lain.
d. Follow Up
Klien dianjurkan kembali kontrol bila obat telah habis dan spoting belum
berhenti.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 158


2. Kemandirian Bidan
a. Konseling kontrasepsi
Adalah keseluruhan proses yang bertujuan menimbulkan perubahan perilaku
yang positif terhadap diri perorangan/kelompok melalui penyampaian
keterangan tentang KIE kontrasepsi secara lengkap, jujur dan benar dengan
menggunakan kaidah serta norma-norma sosbud yang hidup di masyarakat
(BKKBN, 1994, hal : 46).
Konseling kontrasepsi dibagi dalam beberapa macam yang bertujuan untuk
memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan klien.
b. Macam konseling KB secara berjenjang
1) Konseling KB awal/pendahuluan
Dilakukan pada klien yang sama sekali belum mengetahui tentang KB dan
NKKBS. Konseling ini dimaksudkan untuk mengenalkan klien kepada
semua cara KB atau pelayanan kesehatan, prosedur klinik, kebijakan dan
bagaimana pengalaman klien pada kunjungan itu.
2) Konseling KB pemilihan cara
Dilakukan pada klien yang sudah mengerti NKKB dan membutuhkan
pertolongan/bantuan dalam memilih cara-cara/alat/ obat kontrasepsi.
Dalam konseling ini klien akan diberi pertanyaan mengenai cara KB apa
yang ia pilih dan apa yang telah diketahui tentang cara tersebut. Dengan
demikian informasi yang salah, pengetahuan yang keliru bisa diketahui dan
diluruskan oleh konselor.
3) Konseling KB pemantapan
Dilakukan pada klien yang telah memahami NKKBS dan akan memakai
alat kontrasepsi, sehingga alat kontrasepsi yang akan dipakai sesuai dengan
kondisi dan kebutuhannya, tahu kemungkinan efek samping dan cara
mengatasinya.
Pada konseling ini sudah dilengkapi dengan hasil anamnesa dan
pemeriksaan kesehatan, sehingga diketahui kontrasepsi apa yang paling
tepat bagi pasien.
4) Konseling KB pengayoman
Dilakukan pada klien yang sudah memakai alat kontrasepsi.
Konseling ini ditujukan agar masalah yang timbul sesudah pemakaian alat
kontrasepsi bisa diatas.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 159


5) Konseling KB perawatan/pengobatan
Dilakukan pada klien yang mengalami kegoncangan emosi akibat
keinginanya untuk memiliki Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (KKBS)
maupun karena memakai alat kontrasepsi.
Dalam jenjang pelayanan KB peran dan tuags bidan adalah memberikan
konseling KB jenjang 1, 2, 3, dan 4 sedangkan jenjang ke 5 dilakukan oleh
tenaga psikologi/psikiater
Dalam kasus Ny. E.S, konseling KB yang diberikan berupa konseling KB
pengayoman, karena klien telah menggunakan kontrasepsi suntik.
Konseling ini diberikan dengan tujuan agar masalah yang muncul setelah
penggunaan alat kontrasepsi dapat diatasi, sehingga klien tidak perlu
mengalami kecemasan akan masalah spotting yang timbul sehubungan
dengan penggunaan kontrasepsi suntik.
Adapun konseling yang disampaikan pada klien adalah :
1) Media klinis
Mengenai sebab terjadinya perdarahan, yaitu karena adanya pengaruh
hormonal. Dan perlu diketahui pula oleh klien bahwa perdarahan tersebut
bisa juga dikarenakan adanya penyebab lain. Oleh karena itu perlu adanya
pemeriksaan-pemeriksan untuk mengetahui penyebab perdarahan tersebut.
Sehingga dalam pemberian penatalaksanaan dan pengobatan dapat sesuai
dengan kondisi klien sehingga masalah klien dpat teratasi secara optimal.
2) Psikis
Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga agar tidak perlu cemas
terhadap masalah perdarahan yang dialaminya. Karena hal ini dapat diobati.
Dan memotivasi klien agar tetap memakai alat kontrasepsi dengan
mengganti jenis atau caranya.
3) Sosial, Budaya dan Agama
Meyakinkan klien untuk tetap beribadah atau shalat, sesuai dengan hukum
atau fikh agama yang menyatakan bahwa haid paling sedikit adalah sehari
dan paling lama adalah lima belas hari. Jadi setelah lima belas hari haid
dilewati, klien dapat melaksanakan ibadah kembali.
c. Nasehat
Nasehat yang diberikan pada akseptor KB suntik cyclofem dengan spotting
adalah :
1) Meningkatkan kebersihan alat kelamin untuk mencegah terjadinya infeksi
2) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi khususnya protein, vitamin dan
mineral

Bahan Ajar Kespro-KB Page 160


3) Istirahat yang cukup
4) Tetap beribadah kepada Tuhan YME

C. Manajemen Kebidanan
Dalam kasus Ny. E.S, akseptor KB suntik cyclofem dengan spotting penulis
menggunakan pola pemikiran Varney yang meliputi :
1. Pengkajian untuk mengumpulkan data menurut Varney
a. Data Subyektif
1) Identitas
a) Identitas, nama suami dan istri diperlukan agar tidak keliru bila terdapat
nama yang sama
b) Umur, berpengaruh dalam penggunaan alat kontrasepsi
c) Pendidikan, berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dan
pengetahuan yang berguna bagi keluarganya
2) Keluhan Utama
Mengarah pada gangguan yang dirasakan dan alasan untuk mencari
pertolongan
3) Riwayat Obstetri
a) Haid
Terutama dikaji riwayat haid, untuk mengetahui fungsi reproduksi dari
akseptor KB
b) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Terutama dikaji jumlah kehamilan/persalinan, keadaan
kehamilan/persalinan/nifas, adanya kelainan, penyakit/masalah yang
lainnya untuk mengetahui fungsi reproduksi dari akseptor KB.
c) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Dikaji penyakit yang diderita klien pada saat itu, yang dapat
mempengaruhi keadaan akseptor KB
(2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Dikaji penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya dan dapat
merupakan penyakit kronis yang dapat mempengaruhi keadaan
akseptor
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji sehubungan dengan penyakit menurun, menular yang dapat
mempengaruhi kesehatan akseptor KB
d) Riwayat sosial ekonomi
(1) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui lama pernikahan, umur saat menikah dan
pernikahan yang ke berapa.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 161


(2) Riwayat KB sekarang
Untuk mengetahui keadaan kesehatan reproduksi klien yang
berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi saat ini
(3) Riwayat KB yang lalu
Untuk mengetahui keadaan kesehatan reproduksi dan mengetahui
kegagalan atau efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi
sebelumnya
(4) Respon ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui sejauh mana kesadaran klien tentang KB dan
kesehatan reproduksi
(5) Dukungan keluarga
Untuk mengetahui sejauh mana dukungan yang diberikan oleh
keluarga terhadap program KB
(6) Pengambilan keputusan
Untuk mengetahui sejauh mana peran serta keluarga di dalam
pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan program KB
(7) Gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan
Dikaji pola makan klien serta jenis makanannya sehubungan dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang bervariasi serta untuk menjaga
kesehatan
(8) Kebiasaan hidup sehari-hari
Dikaji adanya kebiasaan merokok/aktifitas yang dilakukan sehari-
hari oleh akseptor yang dapat berpengaruh terhadap keadaan stress
dan keluhan yang berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran/KU
b) Tanda-tanda vital dan BB
2) Pemeriksaan fisik
Kepala dan leher, mata, wajah (pigmentasi), oedema pada muka, mulut
(stomatitis), leher (pembesaran kelenjar tiroid dan limfe), dada/payudara
(adanya benjolan pada payudara), abdomen (nyeri tekan/melihat bekas luka)
palpasi hepar dan limpa adakah nyeri tekan dan pembesaran, ekstremitas :
tangan dan kaki, adakah oedema, clifing dan varises pada kaki. Pemeriksaan
daerah genital, dilakukan dari luar yakni dengan inspeksi, maupun dari
dalam dengan VT dan inspekulo.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 162


3) Pemeriksaan dalam dan inspekulo
a) VT untuk mengetahui keadaan
Vulva/Uretra/Vagina : Adakah kelainan
Fluxus : Adanya perdarahan
Fluor : Adanya cairan
Portio : Sebesar apa
Ostium Uteri Eksternum (OUE) : Tertutup atau tidak
Cavum Uteri (CUT) : Dinilai sebesar apa
Adneksa Parametrium Cavum Douglas (AP/CD) : Ada/ tidaknya nyeri
sentuh, nyeri goyang, nyeri tekan.
b) Inspekulo untuk mengetahui :
Keadaan dinding vagina : Ada/tidaknya erosi
c) Data Penunjang
Diperlukan sebagai pendukung diagnosa apabila diperlukan, misalnya
USG, pap smear, rontgen dan hasil pemeriksaan laboratorium lainnya.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 163


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Asuhan kebidanan pada keluarga berencana
Metode hormonal
2 Kompetensi dasar Mahasiswa bisa memberikan asuhan
kebidanan pada keluarga berencana
Metode hormonal oral kontrasepsi
3 Materi Pokok 1. Definisi
2. Efektifitas
3. Cara Kerja
4. Cara Pemakaian
5. Efek samping
6. Komplikasi
7. Syarat penggunaan
4 Tugas-tugas Buatlah asuhan kebidanan pada salah satu
metode KB hormonal oral kontrasepsi
5 Isu Terkini -
6 Daftar Pustaka 1. Hartanto H,Dr ,Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi, Pustaka sinar harapan, 2004.
2. SaifudinAB,Prof,Dr, SpOG, Buku
Panduan Praktis Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta, 2003.
3. Depkes RI, (1994), Pedoman
Penanggulangan Efek Samping
Komplikasi Kontrasepsi, Depkes RI,
Jakarta.
4. Baziad, dkk, (1992), Endokrinologi
Ginekologi, KSERI, Jakarta.

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,Mkes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

Bahan Ajar 9

Bahan Ajar Kespro-KB Page 164


BAB IX
METODE KELUARGA BERENCANA HORMONAL
ORAL KONTRASEPSI

A. PENGERTIAN
Kontrasepsi adalah suatu cara atau alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Biasanya wanita menggunakan kontrasepsi untuk menunda kehamilan pertamanya
dahulu atau menjarangkan kelahiran dengan anak berikutnya.
Sampai saat ini, cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi yang ideal itu harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Dapat dipercaya
2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus
6. Mudah pelaksaannya
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
8. Dapat diterima penggunanya oleh pasangan yang bersangkutan

Kontrasepsi pil adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet, mengandung hormon
estrogen dan progesteron untuk mencegah kehamilan.

B. TUJUAN
Pemberian kontrasepsi pil ini bertujuan untuk mencegah kehamilan.

C. JENIS KONTRASEPSI PIL


Kontrasepsi pil/oral secara umum terdiri dari 2 jenis, yaitu :
1. Pil kombinasi
Jenis :
 Monofasik
 Bifasik
 Trifasik
Manfaat/keuntungan :
1. Memiliki efektivitas yang tinggi.
2. Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual.
4. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak
terjadi nyeri haid.
5. Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya
untuk mencegah kehamilan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 165


6. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
7. Mudah dihentikan setiap saat.
8. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
9. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
Kerugian :
1. Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.
2. Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
3. Perdarahan bercak, terutama 3 bulan pertama.
4. Pusing.
5. Nyeri payudara.
6. Berat badan naik sedikit, tetap pada perempuan tertentu kenaikan berat badan justru
memiliki dampak positif.
7. Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil kombinasi
8. Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI)
9. Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan perubahan suasana
hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang.
10. Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko stroke, dan
gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia
> 35 tahun dan merokok perlu hati-hati.
11. Tidak mencegah IMS( Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS.

Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi :


 Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil.
 Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
 Boleh menggunakan pada hari ke-8, tetapi perlu menggunakan metodenkontrasepsi
yang lain (kondom) mulai hari ke-8 samapai hari ke-14 atau tidak melakukan
hubungan seksual samapi ibu telah menghabiskan paket pil tersebut.
 Setelah melahirkan :
 Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif
 Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
 Pascakeguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
 Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin mengganti dengan pil
kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.

Intruksi Kepada Klien :


Catatan : tunjukan cara mengeluarkan pil dari kemasanya dan pesankan untuk mengikuti
panah yang menunjukan deretan pil berikutnya.
1. Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap hari.
2. Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid.
3. Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid.
4. Pada paket 28 pil dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari yang ada
pada paket.
5. Beberapa paket pil mempunyai 28 pil yang lain 21 pil bila paket 28 pil habis
sebaiknya anda mulai minum paket pil yang baru. Bila paket 21 habis sebaiknya
tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari paket yang baru.
6. Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil ambillah pil yang lain.
7. Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam maka bila keadaan
memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan anda pil dapat diteruskan.

2. Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)

Jenis Minipil
 Kemasan dengan isi 35 pil:300µg levonorgestrel atau 350µg noretindron
 Kemasan dengan isi 28 pil:75µg desogestrel

Manfaat/Keuntungan dari Kontrasepsi Minipil :

Bahan Ajar Kespro-KB Page 166


 Sangat efektif bila digunakan secara benar
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Tidak mempengaruhi ASI
 Kesuburan cepat kembali
 Nyaman dan mudah digunakan
 Sedikit efek samping
 Dapat dihentikan setiap saat
 Tidak mengandung estrogen

Kerugian :
1. Hampir 30- 60% mengalami gangguan haid (perdarahan bercak, spotting, amenorea)
2. Peningkatan/penurunan berat badan
3. Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
4. Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
5. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat
6. Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan), tetapi resiko ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil
7. Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersama dengan obat tuberculosis atau
obat epilepsi
8. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS
9. Hirsutisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan di daerah muka), tetapi sangat jarang
terjadi.
Waktu Mulai Menggunakan Minipil:
1. Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan pencegahan dengan
kontrasepsi lain.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 167


2. Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila menggunakannya
setelah hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
3. Bila klien tidak haid (amenorea), minipil dapat digunakan setiap saat, asal saja diyakini
tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan
metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
4. Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid, minipil
dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi
tambahan.
5. Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan klien telah mendapat haid, minipil dapat
dimulai pada hari 1-5 siklus haid.
6. Minipil diberikan segera pasca keguguran.
7. Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi
sebelumnya digunakn dengan benar atau ibu tersebut sedang tidak hamil. Tidak perlu
menggunakan sampai datangnya haid berikutnya.
8. Apabila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, minipil diberikan
pada jadwal suntikan yang berikutnya. Tidak diperlukan penggunaan metode
kontrasepsi yang lain.
9. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal dan ibu tersebut ingin
menggantinya dengan minipil, minipil diberikan pada hari 1-5 siklus haid dan tidak
memerlukan metode kontrasepsi lain.
10. Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR (termasuk AKDR yang
mengandung hormon), minipil dapat diberikan pada hari 1-5 siklus haid. Dilakukan
pengangkatan AKDR.

Intruksi Kepada klien :


 Minum Minipil setiap hari pada saat yang sama
 Minum pil yang pertama pada hari pertama haid
 Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, minumlah pil yang
lain, atau gunakan metode kontrasepsi lain bila klien berminat melakukan hubungan
seksual pada 48 jam berikutnya
 Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut begitu
klien ingat. Gunakan metode pelindung selama 48 jam
 Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa tersebut sesegera klien
ingat dan gunakan metode pelindung sampai 1 bulan
 Walaupun klien belum haid, mulailah paket baru sehari setelah paket terakhir habis
 Bila haid klien teratur setiap bulan dan kemudian kehilangan 1 siklus (tidak haid) atau
bila merasa hamil, temui petugas klinik klien untuk memeriksa uji kehamilan

Bahan Ajar Kespro-KB Page 168


D. INDIKASI
Biasanya, bila pil KB diminum sesuai petunjuk, sel-sel telur dicegah pematangannya
sehingga tidak sampai pada keadaan di mana mereka dapat dibuahi. Tambahan lagi, lendir
leher rahim tetap kental sehingga sperma pria sukar untuk naik. Lebih dari itu, lapisan
endometrium tidak dipersiapkan untuk nidasi dari sel telur yang sudah dibuahi. Karena itu
pil KB memberikan perlindungan berganda terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan.

E. KONTRA INDIKASI
Kehamilan, gangguan fungsi hati yang hebat, penyakit kuning atau rasa gatal-gatal yang
terus menerus selama kehamilan sebelumnya, sindroma Dubin-Johnson, sindroma Rotor,
pernah atau sedang mengalami proses troboembolik di arteri-arteri atau vena-vena dan
keadaan dimana ada kecendrungan ke arah penyakit-penyakit tersebut (misalnya gangguan
sistem pembekuan darah dengan kecendrungan menuju trombosis penyakit-penyakit
jantung tertentu), anemia sickle cell, adanya kanker payudara atau endometrium yang
masih diderita atau sedang diobati, diabetes berat disertai perubahan vaskular, gangguan
metabolisme lemak, riwayat adanya herpes pada waktu hamil, otosklerosis yang
memburuk selama kehamilan.

FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Asuhan kebidanan pada keluarga berencana
Metode modern intra uteri devices ( IUD)
2 Kompetensi dasar Mahasiswa bisa memberikan asuhan
kebidanan pada keluarga berencana

Bahan Ajar Kespro-KB Page 169


Metode modern intra uteri devices ( IUD)
3 Materi Pokok 1. Definisi
2. Efektifitas
3. Cara Kerja
4. Cara Pemakaian
5. Efek samping
6. Komplikasi
7. Syarat penggunaan
4 Tugas-tugas Buatlah asuhan kebidanan pada salah satu
metode KB modern intra uteri devices ( IUD)
5 Isu Terkini -
6 Daftar Pustaka 1. Hartanto H,Dr ,Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi, Pustaka sinar harapan, 2004.
2. SaifudinAB,Prof,Dr, SpOG, Buku
Panduan Praktis Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta, 2003.
3. Depkes RI, (1994), Pedoman
Penanggulangan Efek Samping
Komplikasi Kontrasepsi, Depkes RI,
Jakarta.
4. Baziad, dkk, (1992), Endokrinologi
Ginekologi, KSERI, Jakarta.

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,Mkes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

Bahan Ajar Kespro-KB Page 170


Bahan Ajar 10

BAB X
METODE MODERN INTRA UTERI DEVICES ( IUD)

A. Definisi IUD
1. IUD (Intra Uterine Devices) adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke
dalam rongga rahim wanita. (Pedoman Penanggulangan Efek Samping Komplikasi
Kontrasepsi, Penerbit Buku Depkes RI, hal 71).
2. IUD merupakan benda asing yang ditempatkan di dalam kavum uteri untuk
mencegah kehamilan (Obstetri dan Ginekologi, Penerbit Buku Widya Medika, hal
174).
3. IUD adalah satu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam terdiri dari plastik (polyethylene) ada yang dililit tembaha (Cu)
dililit tembaga bercampur perak (Ag) adapula yang berisi hormone progesteron
(Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter Spesialis Non Obsgyn, Penerbit
BKKBN, hal 64)
4. IUD adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi
Efektifitas) dengan berbagai bentuk yang dipasangkan ke dalam rahim untuk
menghasilkan efek kontraseptif. Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum) atau
hormone (levenorgestrel) (Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
neonatal, Penerbit JNPKKR-POGI, hal 492).

B. Definisi IUD CUT 380 A


IUD CUT 380 A adalah IUD yang berbentuk huruf T dengan lilitan tembaga
yang lebih banyak. Masing-masing lengan dari huruf T dibalut lilitan dengan
lempengan tembaha kecil dan batang utamanya diberi gulungan kawat tembaga
(Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter Spesialis Non Obsgyn, Penerbit
BKKBN, hal 64).

C. Penggolongan IUD
1. IUD Generasi pertama, antara lain :
a. Lippes loop (spiral)
b. Grafenberg ring
c. Ota ring
d. Margulies coil
e. Sel-T-coil
f. Delta loop (Modified Lippes Loop D) = Penambahan benang chromic catgut
pada lengan atas, terutama untuk insersi post partum

Bahan Ajar Kespro-KB Page 171


2. IUD Generasi kedua antara lain :
a. CUT 200 B
Berbentuk huruf T yang batangnya dililit tembaga (Cu)
b. CU 7
Berbentuk angka 7 yang batangnya dililit tembaga (Cu)
c. ML CU 250
Berbentuk 2/3 lingkaran elip yang bergerigi yang batangnya dililit tembaga
d. Mengandung hormon progesteron dan levonorgestrel
1) Alza T mengandung progestasert dengan daya kerja 1 tahun
2) LNG 20 mengandung levonorgestrel
3. IUD Generasi ketiga antara lain :
a. CUT 380 A
Berbentuk huruf T dengan lilitan tembaga yang lebih banyak
b. NL CU 375
Batangnya dililit tembaga berlapis perak
c. Nova T
Batangnya dan lengannya dililit tembaga berlapis perak

D. Penggolongan IUD CU
1. IUD CU generasi pertama (first generation copper devices) antara lain :
a. CUT 200 : Tatum - T
b. CU 7 : Grivigard
c. ML CU 250
2. IUD Cu generasi kedua (second generation copper devices) antara lain :
a. CUT 380 A (paragard)
b. CUT 380 Ag
c. CUT 220 C
d. Nova T (Novagard)
Mengandung Ag
e. Delta – T : Modified CUT 220 C
Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi
post partum
f. ML CU 375
(Hanifa Hartarto, KB dan Kependudukan, 1994:189)

Bahan Ajar Kespro-KB Page 172


E. Mekanisme Kerja IUD
Mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Mekanisme kerja IUD
mulai dari awal pemasangan yaitu IUD di dalam kavum uteri akan langsung
menimbulkan reaksi peradangan pada endometrium sebagai respon terhadap benda
asing yang disertai serbukan lekosit polimononuklear, makrofag, foreign body giant
cel, sel mononuklear, dan sel plasma yang dapat menghancurkan blastikista atau
sperma.
IUD di dalam kavum uteri juga akan meningkatkan produksi lokal
prostaglandin yang secara biologis menyebabkan efek infertilitas dengan cara
meningkatkan kontraksi uterus sehingga menyebabkan sperma tidak dapat naik menuju
tuba fallopii akibatnya sulit untuk terjadi pembuahan.
IUD di dalam kavum uteri akan menimbulkan iritasi besar pada endometrium
sehingga mencegah terjadinya implantasi.
F. Mekanisme Kerja IUD CUT 380 A
Plastik :
Menimbulkan reaksi radang non spesifik dalam cavum uteri sehingga
menghambat implantasi, selain itu akan menyebabkan lisisnya spermatozoa atau ovum
dan blastikista karena munculnya lekosit polimononuklear, makrofag, foreign body
giant cells, sel mononuklear dan sel plasma.
Tembaga (Cu)
Menghambat reaksi karbonik anhidrase dan alkali phosphastase dalam uterus
yang merupakan enzim traktus genetalia wanita, serta akan menghambat mukosa uterus
dlam pengambilan estrogen endogenous sehingga proses implantasi akan terganggu.

G. Keuntungan
1. Merupakan metode jangka panjang yang memberikan perlindungan terus menerus
sampai 10 tahun dan dapat diandalkan
2. Tidak permanen, setelah dicabut kesuburan dapat pulih kembali seperti sebelum
dipasang IUD karena prinsip kerjanya hanya memperlambat perjalanan sperma dan
menghambat penetrasi sperma pada sel telur.
3. IUD aman, sangat efektif dan tidak mengganggu hubungan suami istri
4. Pemeriksaan ulang diperlukan hanya sekali dalam satu tahun, tidak perlu tindakan
setiap hari dan benang bisa dilihat sendiri satu bulan sekali.
5. Tepat untuk ibu menyusui karena proses menyusui tidak terpengaruh dengan
pemakaian IUD.
6. Tidak bergantung pada usia dengan syarat wanita itu mempunyai resiko rendah
untuk menderita penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 173


H. Kerugian
1. Pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran genetalia diperlukan sebelum
pemasangan IUD, sehingga pemasangan akan sedikit sakit
2. Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada
sebagian pemakai IUD karena di dlam kavum uteri IUD akan menimbulkan
kontraksi uterus akibat dari timbulnya prostaglandin.
3. Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya, prlu pemeriksan dahulu sebelum
pencabutannya
4. Tidak dapat melindungi klien terhadap penyakit menular seksual, AIDS/HIV.
5. IUD dapat keluar dari rahim melalui kanalis servikalis sehingga keluar dari kavum
uteri
6. Bertambahnya resiko mendapat penyakit radang panggul pada pemakai IUD yang
dahulu pernah menderita penyakit menular seksual atau mereka yang mempunyai
mitra seks banyak, pada pemasangan IUD membutuhkan prosedur pencegahan
infeksi sehingga bila tidak diperhatikan infeksi akan meluas apalagi bagi mereka
yang sebelumnya pernah menderita infeksi.
I. Indikasi Insersi IUD
1. Kehamilan karena bila pemasangan IUD dilakukan pada wanita yang sedang hamil
maka makin besar risiko terjadinya keguguran spontan dan infeksi berat pada
uterus
2. Sedang atau belum lama terkena infeksi radang panggul karena merupakan
petunjuk kuat bahwa wanita ini mempunyai resiko tinggi untuk terkena infeksi
saluran genitalia yang ditulakan melalui hubungan seksual
3. Mengalami perdarahan vagina abnormal, pada pemakaian IUD bisa menimbulkan
perdarahan atau bercak perdarahan, hal itu akan sulit untuk mengetahui bila terjadi
kehamilan normal atau ektopik maupun penyakit lain yang kemungkinan diderita
(servisitis, kanker sistem genital)
4. Menderita infeksi pada alat genitalia karena akan memperbesar resiko wanita
terkena penyakit radang panggul
5. Malformasi uteri/kelainan bawaan rahim, distorsi pada kavum uteri dapat
menyebabkan kesulitan dalam pemasangan, mempercepat ekspulsi dan mengurangi
efektifitas
6. Dismenorhea berat, rasa sakit akan meningkat pada pemakaian IUD oleh karena
peningkatan pelepasan prostaglandin
7. Anemi berat dan ganggun pembekuan darah, IUD berkandungan tembaha dapat
meningkatkan perdarahan haid sekitar 50% dari rata-rata perdarahan haid (35 ml).
8. Penyakit jantung rematik, pemasangan atau pencabutan IUD dapat menyebabkan
bakterimia yang menyebabkan endocarditis pada wanita yang menderita kelainan
katub jantung.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 174


J. Kontra Indikasi Insersi IUD
1. Mendapat persetujuan suami
2. Ibu dalam masa post haid, post partum, post seksio sesarea, post abortus
3. Pada pemeriksan dengan sondage, uterus tidak boleh kurang dari 5 cm
4. Tidak ada kontra indikasi

K. Waktu Insersi
1. Pada dasarnya IUD dapat dipasang setiap saat dengan syarat tidak ada kontra
indikasi, ada keuntungan kalau pemasangannya dilakukan pada waktu haid karena :
a. Servik lembut dan sedikit terbuka
b. Perdarahan dan sakit perut (kram) mungkin tidak menimbulkan keluhan pada
wanita tersebut.
2. Pemasangan IUD dapat juga dilakukan sewaktu-waktu, antara lain :
a. Insersi interval yaitu insersi antara dua haid dapat dilakukan setiap saat asal
akseptor tidak sedang hamil
b. Insersi post partum yaitu insersi setelah persalinan saat yang terbaik adalah 8
minggu post partum karena antara 4 sampai 8 minggu post partum bahaya
perforasi tinggi.
c. Insersi post abortus yaitu insersi setelah keguguran, mengingat konsepsi sudah
dapat terjadi 10 hari setelah abortus maka IUD dapat segera dipasang
d. Insersi post coital yaitu insersi yang dilakukan dalam waktu 72 jam setelah
koitus sebelum terjadi implantasi blastokista.
e. Insersi sewaktu seksio sesarea yaitu insersi yang dilakukan pada waktu seksio
sesarea sebelum luka rahim ditutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah
beku dari kavum uteri kemudian IUD dipasang di bagian fundus.

L. Follow Up Insersi IUD


Perawatan paska pemasangan IUD, normalnya klien harus kembali untuk
kontrol pertama 1 minggu setelah insersi, lalu 1 bulan berikutnya, lalu 3 bulan
berikutnya, kemudian 6 bulan dan 1 tahun sekali
1. Pada 1 minggu post insersi untuk mengetahui keluhan dini setelah pemasangan
antara lain rasa nyeri perut bagian bawah, benang IUD mengganggu atau tidak, dan
posisi IUD berubah atau tidak
2. Pada 1 bulan berikutnya untuk mengetahui apakah akseptor sudah mendapat haid
lagi (teratur atau belum) ada keluhan menstruasi atau tidak (bertambah sakit, darah
bertambah banyak) dan adakah keluhan lain yang dirasakan.
3. Pada kontrol 3 bulan dan 6 bulan berikutnya untuk mengetahui adakah komplikasi
atau efek samping yang berlanjut dari pemakaian IUD
4. Pada kontrol 12 bulan setelah pemasangan IUD

Bahan Ajar Kespro-KB Page 175


Untuk mengetahui :
a. Adakah efek samping atau komplikasi yang berlanjut terhadap pemakaian IUD
b. Ingatkan klien untuk kontrol tahunan pemakaian IUD serta bila ada keluhan
c. Ingatkan klien waktu pencabutan IUD
d. Dianjurkan pada wanita diatas 30 tahun untuk secara berkala melakukan pap
smear
Pemeriksan ulang dapat juga dilakukan oleh akseptor sendiri 1 bulan sekali yaitu
memeriksa benang IUD dengan cara jari yang telah dicuci bersih dimasukkan ke
dalam vagina.

M. Efek Samping Pemakaian IUD


1. Perdarahan
Keluhan : Perdarahan pervaginam baik berupa tetesan/bercak-bercak
(spotting), perdarahan di luar siklus haid (metrorargia),
perdarahan haid yang lebih lama/lebih banyak (menoragia).
Penyebab : Diperkirakan karena kerja enzim plasmin yang terkonsentrasi
di jaringan selaput lendir rahim yang bersifat fibrinolitik
(menghambat fibrin yang berguna untuk pembekuan darah),
fakor mekanik yaitu perlukaan permukaan endometrium
karena bersentuhan dengan IUD
Tindakan Medis : - Klien memakai IUD kurang dari 3 bulan
Jika hasil pemeriksan normal, beri preparat besi (1
tablet/hari, selama 1-3 bulan). Minta klien untuk kembali
dalam tempo 3 bulan untuk diperiksa lagi. Perdarahan
ditangani dengan memberikan adona dan vitamin K. Jika
hasil pemeriksaan bimanual menunjukkan adanya uterus
yang membesar atau irreguler karena fibroid, beritahukan
kepada klien dan rujuk untuk evaluasi lebih lanjut. Cabut
IUD jika perdarahan memperburuk keadaan dan klien
menjadi anemi dan bantu klien memilih metode
kontrasepsi lain.
- Klien memakai IUD lebih dari 3 bulan
Jika hasil pemeriksaan negatif dan selang waktu
perdarahannya singkat (kurang dari 3 minggu) tersangka
adanya anovulasi, jika selang waktu lebih panjang (lebih
dari 6 minggu) tersangka adanya menopause (umur > 35
tahun) atau masalah, endokrin lain. Rujuk klien ke dokter
spesialis.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 176


Tindakan Mandiri : Menjelaskan kepada klien tentang sebab terjadinya, serta
menjelaskan bahwa keluhan tersebut dalam rangka
penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu biasanya
terjadi 3 bulan pertama pemakaian IUD dan motivasi agar
tetap memakai IUD.
2. Rasa mules/nyeri/kram bagian bawah
Keluhan : Rasa mules di daerah perut, sesudah pemasangan dapat
timbul rasa nyeri/kram atau sakit pinggang terutama pada
hari-hari pertama sesudah pemasangan. Rasa nyeri/mules
pada waktu haid secara berlebihan dan tidak tertahankan.
Penyebab : Psikis dan kemungkinan disebabkan letak IUD yang salah
atau tidak sesuai dengan rongga rahim. IUD merangsang
pembentukan prostaglandin pada waktu haid yang
menimbulkan rasa nyeri.
Tindakan Medis : - Inspekulo : apakah ada cairan keputihan yang berbau
erosi pada porsio.
- Pemeriksaan dalam : apakah terdapat tanda-tanda radang,
IUD harus segera dilepas bila ada infeksi. Nyeri dapat
pula disebabkan oleh ekspulsinya IUD
- Pemakaian obat : bila tidak terdapat tanda-tanda radang
diberikan preparat anti prostaglandin, misal : acetosal 500
mg 3x1 tablet untuk menghambat prostaglandin. Bila
terdapat infeksi diberikan antibiotik dosis tinggi. Misal :
ampicilin 500 mg 4x1 tablet per hari
Tindakan Mandiri : Menjelaskan pada klien tentang sebab terjadinya dan
menjelaskan bahwa rasa nyeri itu mungkin terjadi dan
biasanya diakibatkan oleh kontraksi yang berlebihan dari
rahim, biasanya kontraksi bersifat sementara dan mudah
diatasi serta memotivasi klien agar tetap memakai IUD.
3. Ekspulsi
Ekspulsi IUD bisa terjadi secara :
a. Komplit yaitu IUD berada di luar kavum uteri pada vagina
b. Inkomplit yaitu IUD berada di bagian bawah kavum uteri atau di dalam kanalis
servikalis
Keluhan : - IUD berada di dalam vagina yang menyebabkan rasa
tidak enak bagi wanita
- Vaginal discharge yang abnormal
- Kram atau sakit daerah pelvis

Bahan Ajar Kespro-KB Page 177


- Spotting inter menstrual dan spotting post coital
- Dispareunia
- Benang IUD bertambah panjang
- Teraba batang IUD di ostium uteri atau di dalam vagina
- Benang IUD bertambah panjang
- teraba batang IUD di ostium uteri atau di dalam vagina
Penyebab : - Karena ukuran IUD terlalu kecil/terlalu besar
- Karena letak IUD yang tidak sempurna di dalam rahim
- Jenis bahan IUD yang dipakai (bahan makin elastis
sifatnya makin besar kemungkinan terjadinya ekspulsi)
Tindakan Medis : IUD dikeluarkan dan diganti dengan ukuran yang sesuai
dengan ukuran rahim serta melakukan pemasangan dengan
baik
Tindakan Mandiri : Menjelaskan sebab terjadinya dan menjelaskan kepada klien
bahwa ekspulsi mungkin saja terjadi pada pemakai IUD dan dikaitkan oleh tidak
sesuainya ukuran IUD yang terpasang, terjadi pada ± 5% kasus serta memotivasi
klien untuk tetap memakai IUD.
4. Keputihan (fluor albus) fisiologis
Keluhan : Keluar cairan tidak berbau, tidak berwarna dan tidak gatal
dari vagina
Penyebab : Reaksi endometrium karena adanya IUD di dalam kavum
uteri sebagai benda asing. Adanya infeksi yang terbawa pada
waktu pemasangan IUD.
Tindakan Medis : Untuk keputihan yang fisiologis biasanya tidak diperlukan
tindakan medis, untuk cairan yang berlebihan dapat diberikan
preparat anti kholinergik seperti ekstrak beladona 10 mg 2x1
tablet untuk mengurangi cairan.
Tindakan Mandiri : Menjelaskan pada klien tentang sebab terjadinya, adanya
keputihan yang sedikit dan tidak berbau adalah gejala biasa,
ini tidak berbahaya selama warnanya tidak menjadi
keruh/kuning kehijauan. Menjelaskan kepada klein agar
menjaga kebersihan di sekitar daerah kemaluan dengan
berganti celana dalam/memakai pembalut khusus.
5. Rasa nyeri pada alat kelamin suami
Keluhan : Rasa nyeri pada ujung alat kelamin suami pada waktu
senggama
Penyebab : Benang IUD terlalu panjang
Tindakan Medis : Bila benangnya terlalu panjang bia dilekukkan ke dalam atau
benangnya dipotong sedikit dengan arah mendatar

Bahan Ajar Kespro-KB Page 178


Tindakan Mandiri : Menjelaskan pada klien tentang sebab terjadinya dan
memotivasi agar klien tetap memakai IUD.

N. Komplikasi Pemakaian IUD


1. Infeksi
Keluhan : - Nyeri di daerah perut bawah
- Keputihan yang berbau
- Demam
- Nyeri pada waktu bersetubuh
Penyebab : Peradangan terjadi akibat pemasangan IUD yang tidak steril
Tindakan Medis : Pengobatan dengan antibiotik spektrum luas, antara lain :
- Tetrasiklin 4x500 mg per hari selama 1 minggu
- Eritromisin 4x500 mg per hari selama 1 minggu
- Doksisiklin 2x100 mg per hari selama 1 minggu
atau pilih salah satu dari
- Penicilin injeksi : 800.000 IV/hari selama 3-5 hari
- Teramycin injeksi : 50 mg/hari selama 3-5 hari
- Garamycin injeksi : 80 mg/hari selama 3-5 hari
Antibiotik yang digunakan adekuat untuk gram  dan gram 
termasuk klamida. Mekanisme kerja antibiotik yaitu merubah
struktur dan fungsi dinding sel bakteri, merintangi replikasi
genetik. Bila dalam 4 kali pengobatan tidak berhasil, rujuk ke
RS atau dokter spesialis kebidanan, motivasi klien untuk ganti
cara kontrasepsi lain.
Tindakan Mandiri : Menjelaskan kepada klien keadaan tersebut mungkin terjadi
karena pemasangan IUD yang tidak steril dan keadaan
tersebut dapat diatasi dengan pengobatan dan kebersihan diri.
2. Translokasi/Perforasi
Translokasi adalah keluarnya IUD dari kavum uteri masuk ke dalam rongga
perut sebagian atau seluruhnya dapat disertai gejala maupun tidak, sehingga gejala
dan keluhannya pun bermacam-macam. Pada pemeriksaan dalam, benang IUD
tidak teraba dan pada pemeriksaan sondage IUD tidak tersenutuh.
Penyebab : - Karena tindakan yang tidak sesuai prosedur pada waktu
pemasangan IUD
- Pada waktu pemasangan IUD mengalami kesulitan
sehingga dilakukan dengan paksaan
- Karena memasukkan alat pendorong (insertor) ke dalam
rongga rahim tidak sesuai dengan posisi rahim

Bahan Ajar Kespro-KB Page 179


Tindakan Medis : Pada pemeriksaan uterus dengan sondage, jika tidak
ditemukan IUD maka dilakukan foto rontgen pelvis AP dan
lateral, kemudian dilanjutkan dengan HSG (Hystero
Shalpingo Grafi) apabila bayangan IUD tidak nampak, atau
dengan memasang IUD baru, kemudian dibuat foto rontgen
perut/abdomen mengangkat IUD dengan cara laparatomi atau
cara lain sesuai perkembangan teknologi (misal laparaskopi).
Tindakan Mandiri : Menjelaskan kepada akseptor bahwa hal tersebut mungkin
saja terjadi, penyebabnya dapat karena kelainan rahim
maupun kesalahan teknik dalam pemasangan
3. Keputihan patologis
Keluhan : Keluar cairan dari vagina disertai perubahan bau, warna dan
gatal
Penyebab : - Bila cairan tersebut berbau amis seperti air cucian ikan
dan gatal biasanya terjadi karena trichomomas vaginalis.
- Bila rasa panas disertai cairan keputihan seperti susu
pecah disebabkan oleh candida albicans
Tindakan Medis : Bila penyebabnya trikomonas vaginalis, pengobatannya
dengan preparat mebendozole atau metronidazole vaginal
tablet selama 6 hari. Bila disebabkan oleh jamur candida beri
preparat mikostatin.
Tindakan Mandiri : Menjelaskan kepada klien tentang sebab terjadinya.
Menjelaskan kepada klien agar menjafa kebersihan di sekitar
daerah kemaluan dengan berganti celana dalam sesering
mungkin, membersihkan daerah kemaluan dengan benar yaitu
dari depan ke belakang.

O. Teori Manajemen Kebidanan Menurut Varney


Manajemen kebidanan adalah penatalaksanaan atau pengelolaan pelayanan
kebidanan yang merupakan metode pengaruran atau pengorganisasian pikiran dan
tindakan dalam suatu urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun
petugas kesehatan. Tidak hanya proses berpikir dan bertindak yang terlibat, tetapi juga
tingkat perilaku yang dicapai pada setiap langkah sehingga dapat memberikan asuhan
atau pelayanan yang aman dan menyeluruh.
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan mulai dari
pengumpulan data dan berakhir dengan evaluasi yang dapat diterapkan pada setiap
situasi dan setiap langkah dapat diuraikan dalam tugas yang terbatas dan bervariasi
sesuai dengan kondisi klien.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 180


Asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD CUT 380 A dengan candidiasis pada
dasarnya tidak jauh berbeda dengan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD CUT
380 A tanpa masalah. Perbedaannya terletak pada manajemen kebidanan terutama pada
pemfokusan dta yang dikumpulkan untuk dpat mendukung interpretasi data dalam
menentukan diagnosa nomenklatur, masalah ataupun kebutuhan. Demikian juga dalam
menentukan rencana asuhan, tindakan dan evaluasi.
Ketujuh langkah proses manajemen antara lain :
Langkah 1. Pengkajian
Pengkajian pada akseptor KB IUD CUT 380 A dengan candidiasis pada
dasarnya sama dengan pengkajian pada umumnya, berkaitan dengan candidiasis maka
pengkajian difokuskan pada :
1. Data Subyektif
a. Biodata
Biodata terutama dikaitkan dengan :
1) Nama akseptor dan nama suami untuk mengetahui identitas akseptor dan
suami sebagai orang yang bertanggung jawab selaku kepala keluarga
2) Umur untuk mengetahui termasuk mupar/bukan mupar sebagai
pertimbangan untuk menentukan cara KB yang sesuai
3) Agama untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh akseptor karena
ada agama yang menganggap tabu cara-cara KB.
4) Pendidikan, berkaitan dengan pengetahuan klien akan efek samping
pemakaian IUD
5) Pekerjaan, berkaitan dengan aktifitas sehari-hari sebagai akseptor KB IUD
dengan candidiasis, serta untuk mengetahui pendapatan guna mengukur
kemampuan daya beli terhadap pengobatannya.
6) Alamat untuk mengetahui daerah akseptor.
b. Keluhan klien
Keluhan ditujukan untuk menggali tanda atau gejala yang berkaitan dengan
akseptor KB IUD dengan candidiasis
Pada keadaan ini biasanya klien mengeluh, keputihan, gatal, berwarna
kekuningan seperti kepala susu
c. Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan dengan penyakit keluarga dikaji yang menyangkut penyakit yang
mudah menular, seperti TBC ataupun penyakit menurun seperti DM sehingga
memudahkan terinfeksi kandida albican
d. Riwayat kesehatan pasien
Riwayat kesehatan pasien dikaji berkaitan dengan KB IUD misalnya adakah
riwayat infeksi traktus genetalia sebelum memakai IUD.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 181


e. Riwayat kebidanan
Dikaji terutama mengenai berapa kali melahirkan dan kapan haid terakhir, juga
selama haid apakah perdarahan banyak, apakah mengalami keputihan
sebelumnya.
f. Riwayat keluarga berencana
1) Sekarang
Riwayat KB dikaji berkaitan dengan adanya keluhan yang mungkin pernah
dirasakan klien selama menggunakan alat kontrasepsi IUD
2) Dahulu
Ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kesadaran klien tentang
perencanaan keluarga tentang kesehatan reproduksi meliputi jenis alat
kontrasepsi yang pernah digunakan selama pemakaian dan waktu serta
alasan berhenti memakainya.
g. Riwayat perkawinan
Riwayat perkawinan ditujukan pada tanggung jawab dan kesiapan dan
kematangan untuk mengelola rumah tangga dan mendidik anak.
h. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, meliputi :
1) Pola nutrisi
Perlu dikaji pola nutrisi karena bila klien mengalami gangguan pola nutrisi
maka proses penyembuhan candidiasis pun akan terganggu mengingat salah
satu penyebab candidiasis karena gizi yang kurang
2) Pola tidur dan istirahat
Hal ini perlu dikaji karena apabila klien mengalami gangguan tidur istirahat
maka akan terpengaruh terhadap proses penyembuhan
3) Pola eliminasi
Pola eliminasi dikaji untuk pemenuhan kebutuhan akseptor yang berkaitan
dengan personal hygiene
4) Pola personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui tingkat kesadaran klien tentang kebersihan diri
mengingat salah satu penyebab candidiasis karena hygiene yang kurang
5) Pola latihan dan aktifitas
Perlu dikaji pada akseptor KB IUD berkaitan dengan aktifitas yang
berlebihan akan berpengaruh terhadap komplikasi akseptor KB IUD yaitu
ekspulsi
6) Pola seksual
Perlu dikaji mengingat candidiasis ditandai adanya keputihan yang berbau,
gatal maka akan mengganggu hubungan seksual sedikit banyak akan
menggangu keharmonisan rumah tangga.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 182


2. Data Obyektif
a. Keadaan umum
Perlu dikaji mengingat bahwa candidiasis bisa mengenai wanita dengan
kesehatan yang mundur.
b. Pemeriksaan dalam dan inspekulo
Untuk mengetahui keadaan :
1) Vulva/Uretra/Vagina : Adakah kelainan
2) Portio : Sebesar apa
3) Ostium Uteri Eksternum : Tertutup atau tidak
4) Cavum Uteri : Dinilai sebesar apa
5) Adneksa Parametrium Cavum Douglas : Adakah kelainan
c. Data Penunjang
Data penunjang untuk menegakkan diagnosa pada akseptor KB IUD dengan
candidiasis untuk menentukan pengobatan, misalnya pemeriksaan rontgen,
USG, pap smear, dan hasil pemeriksaan laboratorium.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 183


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Asuhan kebidanan pada keluarga berencana
Metode modern alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK )
2 Kompetensi dasar Mahasiswa bisa memberikan asuhan
kebidanan pada keluarga berencana
Metode modern alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK )
3 Materi Pokok 1. Definisi
2. Efektifitas
3. Cara Kerja
4. Cara Pemakaian
5. Efek samping
6. Komplikasi
7. Syarat penggunaan
4 Tugas-tugas Buatlah asuhan kebidanan pada salah satu
metode KB modern alat kontrasepsi bawah
kulit (AKBK )
5 Isu Terkini -
6 Daftar Pustaka 1. Hartanto H,Dr ,Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi, Pustaka sinar harapan, 2004.
2. SaifudinAB,Prof,Dr, SpOG, Buku
Panduan Praktis Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta, 2003.
3. Depkes RI, (1994), Pedoman
Penanggulangan Efek Samping
Komplikasi Kontrasepsi, Depkes RI,
Jakarta.
4. Baziad, dkk, (1992), Endokrinologi
Ginekologi, KSERI, Jakarta.

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,Mkes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

Bahan Ajar 11

Bahan Ajar Kespro-KB Page 184


BAB XI
METODE MODERN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT (AKBK )

A. KONSEP KONTRASEPSI IMPLANT

1. PENGERTIAN
 Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi bawah Kulit (Hanafi, 2004).

Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang


dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon dan disusukan
dibawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak 2
kapsul masing masing kapsul panjangnya 44 mm masing masing batang diisi
dengan 70mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui
dinding kapsul levonorgetrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil
KB seperti mini pil atau pil kombinasi (Prawirohardjo, 2009)

2. CIRI-CIRI KONTRASEPSI IMPLANT


a. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon
b. Nyaman
c. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
d. Pemasangan dan segera kembali setelah implant dicabut.
e. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan
amenorea.
f. Aman dipakai pada masa laktasi.

3. JENIS IMPLANT

a. Norplant
 Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,
dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36mg Levonogestrel dan lama
kerjanya 5 tahun.
b. Implanon dan Sinoplant
 Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan
diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant
 Tediri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama
kerjanya 3 tahun.

4. CARA KERJA
a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 185


c. Mengurangi transportasi sperma.
d. Menekan ovulasi.

5. EFEKTIFITAS
 Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan).

6. KEUNTUNGAN
a. Keuntungan Kontrasepsi antara lain adalah daya guna tinggi, perlindungan
jangka panjang sampai 5 tahun, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat
setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh
estrogen, tidak mengganggu kegiatan sanggama., tidak menganggu ASI pasien
hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan. Dapat dicabut setiap saat sesuai
dengan kebutuhan.
b. Keuntungan Non Kontrasepsi antara lain adalah mengurangi nyeri haid,
mengurangi jumlah darah haid, mengurangi dan memperbaiki anemia.
melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian
kelainan jinak payudara, melindungi diri dari beberapa, penyebab penyakit
radang panggul, menurunkan angka kejadian endometriosis.

7. EFEK SAMPING
 Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta
amenorea,timbulnya keluhan-keluhan seperti:
a. Nyeri kepala
b. Peningkatan/penurunan berat badan
c. Nyeri payudara perasaan mual
d. Pening/pusing kepala
e. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
f. Membutuhakan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
g. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk
AIDS.
h. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya kontrasepsi ini sesuai
dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
i. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkolosis (rifampisin)
atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat).
j. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan
per tahun).

8. YANG BOLEH MENGGUNAKAN IMPLANT


a. Usia reproduksi
b. Telah memilki anak ataupun belum

Bahan Ajar Kespro-KB Page 186


c. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang.
d. Pasca persalinan dan tidak menyusui
e. Riwayat kehamilan ektopik
f. Tekanan darah<180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah atau anemia
bulan sabit (sickle cell).
g. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.

9. YANG TIDAK BOLEH MENGGUNAKAN IMPLANT


a. Hamil atau diduga hamil
b. Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya.
c. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
d. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
e. Mioma uterus dan kanker payudara.
f. Gangguan toleransi Glukosa.

10. WAKTU MULAI PENGGUNAAN IMPLANT


a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan
metode kontraseptif tambahan.
b. Insertif dapat dilakukan setiap saat, asal saja tidak diyakini tidak menjadi
kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan,
hubungan seksual atau menggunakan hubungan kontrasepsi lain untuk 7 hari
saja.
c. Bila klien tidak haid, insersi bisa dilakukan setiap saat, asal saja tidak diyakini
kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau menggunakan lain untuk
7 hari saja.
d. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat
dilakukan setiap saat, bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode
kontraspsi lain.
e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah menjadi haid kembali, insersi dapat
dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
f. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan
implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja klien tersebut menyakini
tidak hamil, untuk klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
g. Bila kontrasepi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implant dapat
diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut, tidak diperlukan
metode kontrasepsi lain.
h. Bila kontrssepi sebelumnya adalah kontrsepsi non-hormonal (kecuali AKDR)
dan klien ingin menggatinya dengan implant, insersi implant dapat dilakukan
setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai

Bahan Ajar Kespro-KB Page 187


datang hamil berikutnya. i.Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien
ingin menggantinya dengan implant, implant dapat diinsersikan pada saat haid
hari ke-7dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
i. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan (Saifudin, 2006)

Bahan Ajar Kespro-KB Page 188


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Asuhan kebidanan pada keluarga berencana
Metode modern dengan sterilisasi medis
operatif wanita ( MOW )
2 Kompetensi dasar Mahasiswa bisa memberikan asuhan
kebidanan pada keluarga berencana
Metode modern dengan sterilisasi medis
operatif wanita ( MOW)
3 Materi Pokok 1. Definisi
2. Efektifitas
3. Cara Kerja
4. Cara Pemakaian
5. Efek samping
6. Komplikasi
7. Syarat penggunaan
4 Tugas-tugas Buatlah asuhan kebidanan pada salah satu
metode KB modern dengan sterilisasi medis
operatif wanita ( MOW)
5 Isu Terkini -
6 Daftar Pustaka 1. Hartanto H,Dr ,Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi, Pustaka sinar harapan, 2004.
2. SaifudinAB,Prof,Dr, SpOG, Buku
Panduan Praktis Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta, 2003.
3. Depkes RI, (1994), Pedoman
Penanggulangan Efek Samping
Komplikasi Kontrasepsi, Depkes RI,
Jakarta.
4. Baziad, dkk, (1992), Endokrinologi
Ginekologi, KSERI, Jakarta.

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,Mkes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

Bahan Ajar 12

Bahan Ajar Kespro-KB Page 189


BAB XII
METODE MODERN DENGAN STERILISASI
MEDIS OPERATIF WANITA ( MOW )

A. MEDIS OPERASI WANITA (MOW)


1. Pengertian
a. Medis Operasi Wanita
Adalah suatu konntrasepsi permanen yang dilakukan dengan cara tindakan
pada kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur (ovum)
dengan sel mani (sperma).(Mochtar,1995:346)
b. MOW Teknik Pomeroy
Adalah suatu suatu teknik sterilisasi dengan cara mengikat dan memotong
saluran (tubektomi). (Mochtar,1995:349)
2. Mekanisme Kontrasepsi MOW (Manuaba,1995;Saifudin,1996)
Tubektomi bertujuan untuk memutus jalur transportasi spermatozoa / ovum
pada tuba fallopii sehingga mencegah terjadinya proses pembuahan (fertilisasi).
a. Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita
1. Vagina
Merupakan saluran muskulo membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva.
Fungsi :
 Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi.
 Alat hubungan seks.
 Jalan lahir pada waktu persalinan
2. Uterus
Berbentuk seperti buah alpokat atau buah peer yang bersifat gepeng
kearah muka belakang. Merupakan jaringan otot yan kuat, terletak di
pelvis minor diantara kandung kemih dan rektum.
Fungsi:
 Sebagai tempat implantasi hasil konsepsi, tempat janin
berkembang.
3. Tuba Fallopii
Terdapat ditepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah lateral mulai
dari osteumtubae internum pada dinding rahim. Terdiri atas:
1. Pars interstitialis, bagian yang terdapat di dinding uterus.
2. Pars isthmika, merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 190


3. Pars ampularis, bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar,
tempat konsepsi terjadi.
4. Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan
mempunyai fimbria.
Fungsi:
 Menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi
 Sebagai saluran dari spermatozoa, ovum dan hasil konsepsi
 Tempat terjadinya konsepsi
 Tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi
sampai mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan
implantasi.

4. Ovarium
Indung telur(ovarium)terdapat dua, masing-masing di kanan dan kiri
rahim, dilapisi mesovarium, dan tergantung di belakang ligamentum
latum.Bentuk seperti buah almon, sebesar ibu jari
tangan(jempol)berukuran: 2,5 - 5 cm x 1,5 – 2,5 cm, x 0,6 – 1 cm.
Fungsi:
 Menghasilkan sel telur(ovum)
 Menghasilkan hormon-hormon(estrogen dan progesteron)
 Ikutserta mengatur haid
Teknis Tubetomi cara Pomeroy
1. Tuba dipegang bagian tengah dan ditarik ke atas sehingga
terbentuklah “ Loop”.
2. Di bagian mesosalphing yang vaskuler dibuat tusukan dengan
jurusan dan benang qut lalu di adakan pengikatan ke dua belah
dari Loop tuba tersebut.
3. Ujung atas loop kemudian di potong sehingga terpotong 2-3 cm
dari tuba.
4. Jadi pada metode kontrasepsi MOW bagian yang di potong
adalah: tuba fallopii.
3. Persyaratan Calon Peserta Kontrasepsi MOW (BKKBN 1999, Saifudin, 1996)
Ada 3 persyaratan untuk pasangan calon peserta kontap:
a. Syarat sukarela
Calon peserta di anggap dapat menerima kontrasepsi mantap secara sukarela
jika dalam konseling telah di bicarakan:
1) Bahwa pada saat ini di samping cara kontrasepsi mantap masih ada
berbagai cara KB lainnya yang dapat dipahami oleh calon peserta dalam
rangka menciptakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera(NKKBS)

Bahan Ajar Kespro-KB Page 191


2) Bahwa cara kontrasepsi mantap melalui tindakan pembedahan, dan
karenanya selalu ada resikonya, walaupun dalam hal ini kecil.
3) Bahwa cara kontrasepsi mantap apabila berhasil di laksanakan tidak
akan memberikan keturunan lagi.
4) Calon peserta diberikan kesempatan untuk berfikir dan
mempertimbangkan kembali keputusannya, tetapi tetap memutuskan
untuk memilih kontrasepsi mantap.
b. Syarat bahagia
Pasangan calon peserta dinilai memenuhi syarat kebahagiaan apabila dalam
konseling dapat disimpulkan bahwa:
1) Pasangan tersebut terikat dalam perkawinan yang sah dan harmonis.
2) Telah memiliki anak hidup sekurang-kurangnya 2 orang dengan umur anak
terkecil sekitar 2 tahun, syarat umur anak terkecil ini hanya berlaku jika
anak hidup yang dimiliki hanya 2.
3) Keadaan fisik dan mental anak hidup yang dimiliki tersebut adalah
sehat.Jika salah satu anak menderita kelainan baik cacat tubuh dan atau
cacat mental, maka keluarga tersebut dipandang tidak memenuhi syarat
kebahagiaan.
4) Umur istri sekitar 25 tahun, ini dikaitkan dengan kematangan kepribadian
dan juga karena masih tingginya angka perceraian.
c. Syarat medik
Meliputi:
1) Keadaan umum (meliputi pemerik saan fiaik dan dilihat dari hasil wawan
cara)Tidak ada riwayat alergi, gangguan pembekuan darah, penyakit
sistemik(jantung, ginjal dan paru-paru)
2) Keadaan emosi
Tenang, stabil, tidak mengalami takut dan cemas yang tidak diketahui

sebabnya.

3) Tinggi dan berat badan


Tinggi badan: 162 cm
Berat badan : 58 kg
4) Tekanan darah
Tekanan sistolik tidak lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik tidak
lebih dari 90 mmHg.
5) Riwayat operasi
Ibu dengan SC pada pemeriksaan ginekologi tidak menunjukkan perlekatan

atau jaringan parut yang luas.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 192


6) Riwayat infeksi panggul atau perforasi apendik, hamil ektopik tidak
ada(riwayat dan pemeriksaan langsung).
7) Pemeriksaan laboratorium yang di anjurkan cukup pemeriksaan
hemoglobin, leukosit.
4. Indikasi (Saifudin, 1996:12-7, BKKBN; 1999:225,BKKBN,1991;44)
a. Akseptor yang tidak menginginkan tambahan lagi.
b. Akibat usia atau kesehatan, pihak istri termasuk resiko tinggi untuk hamil.
c. Pasangan yang tidak menginginkan penggunaan kontrasepsi harian atau yang
digunakan sebelum melakukan aktifitas seksual.
d. Tidak ada metode kontrasepsi yang cocok
e. Pertimbangan ekonomis
f. Harus secara sukarela
g. Pasangan suami istri telah mempunyai anak minimal dua atau tiga orang dan
anak paling kecil sudah berumur diatas dua tahun.
5. Kontra indikasi (Hartanto, 2002;Mochtar,1995)
a. Hamil atau diduga hamil
Kontrasepsi mantap yang dilakukan pada awal kehamilan sering di kelirukan
sebagai kegagalan .
b. Infeksi
Kontap dilaksanakan saat infeksi masih berlangsung dalam rahim.
Tuba/Rongga perut dapat menjadi abses
c. Hipertensi
d. Perdarahan Pervaginam
Salah satu komplikasi pembedahan adalah perdarahan, maka hal ini dapat
memperburuk kondisi akseptor.
e. Gangguan psikis
Kontap bersifat permanen, gangguan emosi dapat membuat keputusan tidak
mantap, sebaiknya ditunda dulu.
6. Waktu pelaksanaan tindakan MOW (Mochtar,1995:347-348, PKMI,1996)
a. Masa interval, sebaiknya setelah selesai haid.

b. Pasca keguguran(post abortus), sesudah abortus dapat langsung dilakukan


sterilisasi.

c. Pasca persalinan(post partum), sebaiknya dilakukan dalam 24 jam atau


selambat-lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan karena setelah 48 jam
operasi dipersulit oleh adanya oedema tuba, infeksi yang akan menyebabkan
kegagalan. Bila dilakukan setelah hari ke-7 sampai ke-10 pasca persalinan
uterus dan alat-alat genital lainnya telah mengecil, operasi akan lebih sulit,
mudah berdarah dan infeksi.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 193


7.Keuntungan dan kerugian ( Saifudin, 1996 : 12-13, BKKBN, 1999 )
a. Keuntungan
1. Sangat efektif
2. Permanen
3. Tekniknya sederhana
4. Tidak memerlukan biaya tambahan atau khawatir terhadap kontrasepsi lanjutan.
5. Tidak mengganggu hubungan seksual
6. Efektifitas langsung setelah sterilisasi
7. Dapat dilakukan dengan anestesi lokal atau kombinasi dengan analgetik neuroleptik
8. Waktu pembedahan singkat
9. Masa penyembuhan pasca bedah singkat
10. Angka kegagalan sterilisasi rendah, karena saluran telur langsung diikat dan
dipotong
b. Kerugian
1. Permanen dan sulit untuk penyambungan ulang
2. Resiko dan efek samping bedah tetap ada
3. Tidak melindungi terhadap penularan PMS (Penyakit Menular Seksual), HBV atau
HIV/AIDS
a. Gejala/keluhan
 Reaksi hipersensitif lokal, erithema lokal, urtikaria, edema atau dermatitis
 Reaksi hipersensitif sistemik : erithema umum, urtikaria, edema, brochokonstriksi
atau hipotensi
b. Penyebab
Adanya reaksi hipersensitif/alergi karena masuknya larutan anestesi lokal ke dalam
sirkulasi darah atau pemberian anestesi lokal yang melebihi dosis.
c. Penanggulangan dan pengobatan
1. KIE
Jelaskan sebab terjadinya
Reaksi ini dapat terjadi pada saat dilakukan anestesi dan pada setiap tindakan
operasi baik besar atau kecil. Oleh karena itu, perlu diterangkan sebelum dilakukan
operasi dan akseptor harus mengerti semua resiko operasi tersebut. Setelah itu
akseptor untuk menandatangani informed consent.
2. Tindakan Medis
a. Untuk menghindari terjadinya reaksi alergi : anestesi lokal harus diberikan secara
perlahan-lahan dengan dosis sesuai BB
b. Bila terjadi reaksi alergi : dapat diberikan anti histamin dan suntikan adrenalin 0,3
mg subcutan

Bahan Ajar Kespro-KB Page 194


2. Perforasi Rahim
a. Gejala/keluhan
Adanya robekan dinding rahim dan biasanya disertai terjadinya perdarahan terjadi
pada saat operasi.
b. Penyebab
Evalator rahim didorong terlalu kuat kearah yang salah, teknik operasi cukup sulit
dan peralatan yang kurang memadai, serta keadaan anatomi tubuh yang rumit
(biasanya posisi rahim hiperretrofleksi, adanya perlengketan pada rahim)
c. Penanggulangan dan pengobatan
1. KIE
a. Jelaskan sebab terjadinya
b. Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia
2. Tindakan Medis
a. Pastikan adanya perforasi rahim, lakukan penghentian perdarahan dengan
kontrasepsi atau penjahitan dengan menggunakan chromic catqut
b. Pasca bedah
 Adakan observasi dengan cermat
 Berikan antibiotik spektrum luas
3. Perlukaan Kandung Kemih
a. Gejala/keluhan
Adanya robekan kandung kemih (adanya lipatan-lipatan rugae yang khas) dan
disertai terjadinya perdarahan dan keluarnya urin
b. Penyebab
1. Tindakan tidak sesuai standart, teknik operasi yang cukup sulit, peralatan yang
kurang memadai serta keadaan anatomi tubuh rumit
2. Tidak sempurnanya pengosongan kandung kemih
c. Penanggulangan dan pengobatan
1. KIE
a. Jelaskan sebab terjadinya
b. Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia
4. Perlukaan usus
a. Gejala/keluhan
Adanya robekan dinding usus/peritonium dan biasanya disertai terjadinya perdarahan
dan keluarnya zat-zat makanan terjadi pada suatu operasi
b. Penyebab
Tidak sesuai prosedur, teknik operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang
memadai, serta keadaan anatomi tubuh yang rumit

Bahan Ajar Kespro-KB Page 195


c. Penanggulangan dan pengobatan
1. KIE
a. Jelaskan sebab terjadinya
b. Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia
2. Tindakan Medik
a. Pastikan adanya perlukaan usus, lakukan perbaikan dengan jahitan jelujur
longitudinal menggunakan catqut kemudian lakukan overhecting dengan jahitan
simpul sutera.
b. Pasca bedah, akseptor biasanya dirawat RS sampai faal usus baik (puasakan
selama 3x24 jam)
5. Perdarahan Mesosalphing
a. Gejala/keluhan
 Adanya perdarahan pada daerah mesosalphing
 Terpotongnya pembuluh darah di daerah mesosalping
b. Penanggulangan dan pengobatan
1. KIE
Jelaskan kemungkinan sebab terjadinya
2. Tindakan Medik
Bila terjadi pada saat operasi, perdarahan dihentikan dengan kauterisasi atau
penjahitan pada pembuluh darah yang luka
8. Pasca Operasi
1. Nyeri pada daerah sayatan
a. Penilaian
Tentukan ada tidaknya infeksi
b. Penanganan
Pengobatan ada tidaknya infeksi
2. Infeksi/abses pada luka
a. Gejala/keluhan
Adanya tanda-tanda infeksi seperti panas, nyeri, bengkak, merah dan bernanah
pada luka insisi
b. Penyebab
Terinfeksinya luka insisi karena tidak dibenahinya standart sterilisasi alat operasi
dan pencegahan infeksi, atau kurang sempurnanya teknik perawatan luka pasca
operasi
c. Penanggulangan dan pengobatan
1. KIE
a. Jelaskan sebab terjadinya

Bahan Ajar Kespro-KB Page 196


b. Gejala ini umumnya terjadi karena kurang diperhatikannya sterilisasi alat dan
ruangan, kurang sempurnanya persiapan operasi, teknik dan perawatan luka
pasca operasi
2. Tindakan Medik
a. Pastikan telah terjadi infeksi, bedakan ada tidaknya abses. Bila terjadi abses
lakukan drainase. Jika luka basah lakukan kompres. Bila luka kering, gunakan
salep antiseptik.
b. Untuk infeksi dapat diberikan antibiotik spektrum luas
3. Jangka panjang dapat terjadi rekanalisasi tanpa diketahui sehingga
menyebabkan kehamilan

9. Prosedur Pelaksanaan MOW


a. Tahap persiapan operasi pasien ( PKMI, 1996 : BKKBN, 1999 )
persiapan calon akseptor sebagai berikut :
1. Puasa mulai tengah malam sebelum hari operasi, atau sekurang-kurangnya 6 jam
sebelum operasi
2. Mandi dan mencuci daerah kemaluan dan mencukur rambutnya sampai bersih
3. Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga ditemani orang dewasa
4. Tidak memakai perhiasan
5. Tidak memakai pemerah bibir (lipstik), cat kuku, untuk memudahkan petugas
melakukan pengamatan kesehatan selama dan sesudah tindakan tubektomi
6. Menjelang operasi harus buang air kecil/buang air besar terlebih dahulu
7. Membawa surat persetujuan dari suami yang telah ditanda tanganinya
b. Persiapan Alat Operasi ( Martius, 1993 ; Prawirohardjo, 2000 )
1. Meja operasi
2. Larutan hibitan: alkohol 70 %
3. Kassa steril
4. 2 tampon, tang penjepit kassa
5. Hand scond, Dock berlubang
6. Catqut, jarum, scaple dengan bisturi
7. Tenaculum
8. Spekulum mulut bebek
9. Sonde uterus
10. Elevator uterus
11. Spuit 20 cc
12. Procain 1%: 20-30 cc (lokal anastesia)
13. Disecting forsep (2) bergigi dan tidak (14)
14. Refraktor otomatis  2 cm dan 2,5 cm
15. Masquito klem
16. Gunting lengkung

Bahan Ajar Kespro-KB Page 197


17. Pengait tuba
18. Klem bengkok
19. Needle holdle
20. Gunting pendek
c. Penggunaan Anastesia (FKPP SKK, 1996: Hartanto, 2002)
1. General
Biasanya digunakan campuran kalium 10 mg dan petudin 100 mg dicairkan dengan
aquades 10 cc disuntikan perlahan-lahan selama  15 menit
2. Lokal
Menggunakan lidokain, pada tempat insisi ditambahkan anastesi lokal pada tuba.
d.Tekhnik laparotomi paska persalinan dengan tubek tomi cara modifikasi pomemori
(FKUI, 1999: 369).
1. Calon akseptor yang dipuassakan 6-8 jam sebelum tindakan diminta berbaring.
Asepsis / anti sepsis lapangan operasi sekitar pusar.Tutup dengan kain steril
berlubang ditengah
2. Anastesai umum dengan ketalar atau anestesi loikal dengan lidokain
3. Dengan posisi operator dikiri calon akseptor dan asisten dikanannya, Buat insisi
kecil sepanjang 2 cm setinggi fundus.Bila fundus setinggi pusat sayatan
dilakukan dilipatan kulit bawah pusat.Bila lebih tinggi, sayatan dilipatan kulit
atas pusat, kulit disayat melintang sampai tampak fasia denga menegakkan
lipatan kulit dengan 2 doek klem didaerah tersebut lebih dahulu. Fasia dijepit
dengan 2 klem dan disayat melintang sampai hampir menembus peritonium.
Tembus sekaligus dengan gunting bengkok, lalu le barkan lubangnya, hingga
cukup besar untuk dimasukin sebuah jari telunjuk dan sebuah tang tampon.
4. Jika fundus terletak dibawah pusat pada 3-5 hari pasca persalinan, lakukan insisi
mediana setinggi 2 jari di bawah fundus uteri sepanjang 1-2 cm. Tembus kulit
perut dengan pisau, lalu potong lunak dengan gunting mayo sampai fasia otot
rectus abdominis. Jepit fasia dengan 2 klem sampai tampak melalui lubang
sayatan, lalu gunting atau sayat dengan pisau. Sisihkan otot dengan ujung jari
sampai teraba peritonium yang berlandaskan korpus uteri. Jepit peritonium
dengan 2 klem, lalu potong dengan pisau atau dengan gunting dan jepit
pinggirnya dengan klem tadi atau langsung pasang refractor abdomen.
5. Tampilkan tuba dengan menarik refractor ke arah tuba yang akan dicapai, atau
dengan mendorong uterus dan tuba dengan jari lewat lubang sayatan.Jepit
bagian tuba yang terlihat dengan pinset atau klem bengkok dan tarik perlahan-
lahan keluar lubang.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 198


6. Jepit 1/3 bagian proksimal tuba dengan klem bengkok, kemudian angkat sampai
melipat. Ikat dasar lipatan dengan catqut nomor 0 atau dekson nomor 0 masing-
masing pada lumen kiri dan kanan. Lakukan juga pengikatan di bawah ikatan
tadi melingkari kedua lumen kliri dan kanan. Potong lipatan tuba di atas kanan
catqut tadi jika tak tampak perdarahan, gunting sisa catqut dan lepaskan tuba
kembali ke rongga perut, lakukan tindakan serupa pada tuba sisi lain.
7. Tutup peritonium dengan jahitan jelujur catqut nomor 0 dan kulit dengan 1-2
jahitan sutra atau catqut nomor 0 subcutis.
e. Tindakan Pasca Bedah (PKMI, 1996, BKKBN, 1996)
1. Setelah tindakan pembedahan akseptor dirawat di ruang pulih selama 4-6 jam,
selamadi ruang pulih akseptor diamati dan dinilai.
 Nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu tiap 15 menit pada 1 jam pertama, tiap 30
menit pada 1 jam kedua dans elanjutnya tiap jam
 Rasa nyeri yang timbul yang mungkin memerlukan tambahan analgetik
 Perdarahan dari luka dan darah genetalia
2. Akseptor dengan anestesi lokal dan sedative baru diizinkan makan dan minum
setelah efek sedative menghilang 2 jam. Sedangkan dengan prosedur anestesi
umum diizinkan minum dan makan setelah akseptor sadar penuh dan peristaltik
usus baik.
3. Berikan antibiotik profilaksis dan analgetik seperlunya
4. Jika kondisi akseptor stabil dan tidak memperoleh anestesia umum, maka akseptor
dapat dipulangkan 4-6 jam pasca bedah dengan ditemani keluarganya, asal saja
akseptor tidak pusing bila duduk atau berjalan.
5. Hubungan seks dapat dilakukan setelah 1-2 hari namun sebaiknya setelah 1 minggu
pasca tubektomi.
10. Follow Up ( FKPP SPK, 1996)
a. Satu minggu pasca operasi
Perlu pemeriksaan adanya keluhan nyeri perut, tekanan darah, nadi, suhu,
pemeriksaan perut dengan palpasi dan tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
b. Satu bulan pasca operasi
Diperlukan pemeriksaan tentang haid, pemeriksaan dalam.
c. Tiga bulan, 6 bulan dan 1 tahun pasca persalinan.
Untuk mengetahui keadaan haid, kemungkinan komplikasi, kemungkinan hamil,
kesehatan badan, hubungan seks dan perkawinan.
11. Kemungkinan Follow Up ( FKPP SPK, 1996 )
a. Untuk mengertahui kesehatan akseptor.
b. Hubungan dengan keluarganya
c. Mengetahui keadaan haidnya
d. Mengetahui kegagalan bila ada

Bahan Ajar Kespro-KB Page 199


12. Penatalaksanaan kasus secara teori asuhan kebidanan pada Ny. R Akseptor KB Medis
Operasi Wanita ( MOW ) dengan teknik Pomeroy.
a. Secara Medis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan dalam lengkap
Pada saat dilakukan dalam akseptor, sebelumnya sudah buang air kecil.
a. Pemeriksaan Bimanual
 Tentukan ukuran, bentuk dan posisi uterus
 Cek adanya nyeri tekan dari adnexia
 Cek apakah ada kehamilan
 Cek abnormalitas uterus
 Cek apakah ada massa atau nyeri tekan
b. Pemeriksaan dengan spekulum
 Periksa adanya uterus dan bulbo (pembengkakan kelenjar limfe lipat paha)
 Cek adanya keputihan dan tanda-tanda lain, adanya penyempitan kanalis
servikalis /stenosis
 Jika ada indikasi berdasarkan riwayat pemeriksaan fisik dan tersedia
mikroskop, ambil spesmen dari sekret vagina dan sekret untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
4. Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium sederhana sebaiknya dikerjakan kecuali, jika berdasarkan keluhan
atau hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tidak perlunya pemeriksaan lebih lanjut.
a. Hb/Ht bagi akseptor yang kemungkin menderita anemia berat (hb < 9 gr
atau Ht <27)
b. Sediaan basah dengan garam faal PH dan KOH cairan vagina untuk
memeriksa adanya trihomoniasis, monilia dan vaginosis bacterial.
c. Pewarnaan gram untuk cairan servikalis atau cairan urethra
5. Therapi
Pada akseptor dapat diberikan antibiotik sebagai profilaksis dan analgetika untuk
mengurangi nyeri pasca pembedahan.
6.Follow up
Pada teori ini MOW dianjurkan untuk kontrol ulang 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6
bulan dan 1 tahun setelah tindakan sterilisasi dilakukan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 200


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Asuhan kebidanan pada keluarga berencana
Metode modern dengan sterilisasi medis
operatif pria ( MOP )
2 Kompetensi dasar Mahasiswa bisa memberikan asuhan
kebidanan pada keluarga berencana
Metode modern dengan sterilisasi medis
operatif Pria ( MOP)
3 Materi Pokok 1. Definisi
2. Efektifitas
3. Cara Kerja
4. Cara Pemakaian
5. Efek samping
6. Komplikasi
7. Syarat penggunaan
4 Tugas-tugas Buatlah asuhan kebidanan pada salah satu
metode KB modern dengan sterilisasi medis
operatif Pria ( MOP)
5 Isu Terkini -
6 Daftar Pustaka 1. Hartanto H,Dr ,Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi, Pustaka sinar harapan, 2004.
2. SaifudinAB,Prof,Dr, SpOG, Buku
Panduan Praktis Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta, 2003.
3. Depkes RI, (1994), Pedoman
Penanggulangan Efek Samping
Komplikasi Kontrasepsi, Depkes RI,
Jakarta.
4. Baziad, dkk, (1992), Endokrinologi
Ginekologi, KSERI, Jakarta.

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,Mkes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

Bahan Ajar 13

Bahan Ajar Kespro-KB Page 201


BAB XIII
METODE MODERN DENGAN STERILISASI
MEDIS OPERATIF PRIA ( MOP )

a. Pengertian
Vasektomi merupakan tindakan penutupan (pemotongan, pengikatan,
penyumbatan) kedua saluran mani pria sebelah kanan dan kiri, yang terdapat dalam
kantong buah zakar, sehingga pada waktu ejakulasi, cairan mani yang keluar tidak
lagi mengandung sperma sehingga tidak terjadi kehamilan (BKKBN, 2006).
Tindakan vang dilakukan adalah lebih ringan daripada sunat atau khitan, pada
umumnya dilakukan sekitar 10-15 menit.

b. Syarat peserta vasektomi


1) Tidak ingin punya anak lagi
2) Sukarela dan telah mendapat konseling tentang vasektomi
3) Mendapat persetujuan dari isteri/keluarga harmonis
4) Jumlah anak sudah ideal, sehat jasmani dan rohani
5) Umur isteri sekurang-kurangnya 25 tahun
6) Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya
7) Menandatangani formulir persetujuan (informed concent)

Vasektomi tidak dapat dilakukan jika:


1) Pasangan suami isteri masih menginginkan anak
2) Pasangan suami isteri belum mempunyai jumlah anak ideal, dan umur anak
terkecil
di bawah 5 tahun.
3) Suami menderita penyakit kelainan pembekuan darah, seperti hemofilia.
4) Jika keadaan jiwa suami isteri tidak stabil.
5) Jika ada tanda-tanda radang pada buah zakar, hernia (turun berok), kelainan
akibat
cacing tertentu pada buah zakar, penyakit darah tinggi dan kencing manis yang
tidak terkontrol, penyakit paru-paru kronis dan penyakit jantung.

c. Pelaksanaan Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil dimana vas deferens yang berfungsi sebagai
saluran transportasi spermatozoa dipotong dan disumbat. Setelah operasi minor ini,

Bahan Ajar Kespro-KB Page 202


spermatozoa akan terbendung pada ujung vas sisi testis yang telah disumbat.
Karena vasektomi tidak mempengaruhi fungsi dari kelenjar-kelenjar asesoris maka
produksi cairan semen tetap berlangsung dan pria yang divasektomi tetap
berejakulasi dan ejakulatnya tanpa mengandung sel spermatozoa. Testis juga tidak
terpengaruh dan tetap berfungsi penuh sehingga pria tetap mempunyai perasaan,
keinginan, dan kemampuan seksual yang sama dengan sebelum vasektomi
(BKKBN, 2006).
d. Kelebihan vasektomi antara lain sebagai berikut:
1) Efektivitas tinggi (99,85%) untuk mencegah kehamilan.
2) Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah.
3) Biaya lebih murah, karena membutuhkan satu kali tindakan saja.
4) Prosedur medis dilakukan hanya sekitar 10-15 menit.
5) Tidak mengganggu hubungan seksual setelah vasektomi.
6) Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan kontrasepsi lain.
e. Keterbatasan vasektomi, antara lain sebagai berikut:
1) Karena dilakukan dengan tindakan medis/pembedahan, maka masih
memungkinkan terjadi komplikasi, seperti perdarahan, nyeri dan infeksi.
2) Tidak melindungi pasangan dari infeksi menular seksual (IMS) termasuk
HIV/AIDS.
3) Bila isteri tidak menggunakan kontrasepsi, maka suami harus menggunakan
kondom selama 20-25 kali senggama atau tiga bulan setelah vasektomi.
4) Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam hubungan seksual, dapat
menyebabkan keadaan semakin terganggu.
5) Vasektomi tidak menyebabkan impoten, karena vasektomi tidak menganggu
syaraf dan pembuluh darah yang berperan dalam proses terjadinya ereksi.
Ejakulasi-pun tidak berbeda dengan sebelumnya, cairan sperma (air mani) tetap
dikeluarkan, karena pembentuk air mani (vesikula seminalis) tetap berfungsi.
Vasektomi juga tidak mempengaruhi fungsi libido (nafsu seksual) karena
hormon kejantanan (testoteron) tetap diproduksi (BKKBN, 2006)

Bahan Ajar Kespro-KB Page 203


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Cara pembinaan Akseptor KB Melalui
konseling dan Dokumentasi asuhan
kebidanan Keluarga Berencana
2 Kompetensi dasar mahasiswa bisa melakukan pembinaan
akseptor kb melalui konseling dan
dokumentasi asuhan kebidanan keluarga
berencana
3 Materi Pokok 1. Pembinaan akseptor melalui KIE
2. Dokumentasi Asuhan KB
4 Tugas-tugas Buatlah asuhan kebidanan pada salah satu
metode KB dengan efek samping
5 Isu Terkini -
6 Daftar Pustaka 1. Hartanto H,Dr ,Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi, Pustaka sinar harapan, 2004.
2. SaifudinAB,Prof,Dr, SpOG, Buku
Panduan Praktis Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta, 2003.
3. Depkes RI, (1994), Pedoman
Penanggulangan Efek Samping
Komplikasi Kontrasepsi, Depkes RI,
Jakarta.
4. Baziad, dkk, (1992), Endokrinologi
Ginekologi, KSERI, Jakarta.

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,Mkes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

Bahan Ajar Kespro-KB Page 204


Bahan Ajar 14

BAB XIV
PEMBINAAN AKSEPTOR KB

A. PENGERTIAN KOMuNiKASI , INFORMASI DAN EDUKASI


1. Komunikasi
Penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung melalui saluran
komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan suatu efek (DEPKES RI,
1984).
2. Pengertian Informasi
Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan yang perlu
diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut DEPKES, 1990
Informasi adalah pesan yang disampaikan.
3. Pengertian Edukasi
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES RI,
1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu
kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu
peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan,
baik itu terhadap individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
B. TUJUAN KIE
Tujuan dilaksanakannya program KIE, yaitu
1. Meningkatkan pengetahuan , sikap dan praktik KB sehingga tercapai penambahan
peserta baru.
2. Membina kelestarian peserta KB
3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio cultural yan dapat menjamin
berlangsungnya proses penerimaan.
4. Untuk mendorong terjadinya proses perubahan perilaku kearah yang positif,
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar
sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat
dan bertanggung jawab.
C. JENIS – JENIS KEGIATAN DALAM KIE
1. KIE massa
2. KIE kelompok
3. KIE perorangan

D. PRINSIP KIE
Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah :
1. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.\

Bahan Ajar Kespro-KB Page 205


2. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu ( status pendidikan, social
ekonomi dan emosi ) sebagaimana adanya.
3. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
4. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan
sehari – hari.
5. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu.
E. LANGKAH – LANGKAH KONSELING
Gallen dan Leitenmaier (1987) memberikan satu akronim yang dapat dijadikan
panduan bagi petugas klinik KB untuk melakukan konseling. Akronim tersebut adalah
GATHER yang merupakan singkatan dari :
G : Greet
Berikan salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi.
A : Ask atau Assess
Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah
keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang
dihadapi.
T : Tell
Beritahukan bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti yang
tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian
masalah tersebut.
H : Help
Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang harus
diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan masalah tersebut,
termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing – masing cara tersebut. Minta
pasien untuk memutuskan cara terbaik bagi dirinya.
E : Explain
Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan hasil yang
diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga
menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa dan dimana
pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
R : Refer dan Return visit
Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau
buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 206


LANGKAH – LANGKAH KONSELING KB (SATU TUJU)
Dalam memberikan konseling. Khususnya bagi calon klien KB yang baru hendaknya
dapat diterapkan 6 langkah yang sedah dikenal dengan kata kunci SATU
TUJU.Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena
petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien .Beberapa klien
membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu dibandingkan dengan
langkah lainnya.Kata kunci SATU TUJU dalah sebagai berikut :
1. SA : sapa dan salam
2. T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya.
3. U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi
yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
4. TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya.
J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah
klien memilih jenis kontrasepsinya
1. U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian , kapan
klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika
dibutuhkan.

F. PROSES KEGIATAN KIE


Uraian dari masing- masing kegiatan motivasi bimbingan konseling dalam
gerakan KB Nasional adalah :
1. Kegiatan KIE Keluarga Berencana
2. Kegiatan Bimbingan
3. Kegiatan Rujukan
4. Kegiatan KIP/K
5. Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi
6. Kegiatan Tindak Lanjut ( Pengayoman )

I. KONSELING KELUARGA BERENCANA


1. Pengertian Konseling
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan
keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada
satu kali kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Teknik konseling yang
baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif
sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada. (buku
panduan praktis pelayanan kontrasepsi)
2. TUJUAN KONSELING

Bahan Ajar Kespro-KB Page 207


Tujuan dalam pemberian konseling keluarga berencana antara lain (buku acuan
nasional pelayanan keluarga berencana)
a. Meningkatkan penerimaan.
b. Menjamin pilihan yang cocok.
c. Menjami penggunaan cara yang efektif.
d. Menjamin kelangsungan ynag lebih lama.

3. JENIS KONSELING KEBIDANAN


Komponen penting dalam pelayanan KB dapat dibagi dalam tiga tahap. Konseling
awal pada saat menerima klien, konseling khusus tentang cara KB, dan konseling
tindak lanjut.
a. Konseling Awal
b. Konseling Khusus
c. Konseling Tindak Lanjut

4. SIKAP BIDAN DALAM MELAKUKAN KONSELING KB (buku saku bagi


petugas lapangan program KB nasional Materi Konseling)
a. Melakukan klien dengan baik
b. Interaksi antara petugas dan klien
c. Memberikan informasi yang baik kepada klien
d. Menghindari pemberian informasi ynag berlebihan
e. Tersedianya metode yang diingini klien
f. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat

FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah

Bagian Yang Harus Ada Keterangan


1 Judul Bab Sistem Pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi serta sistem rujukan pelayanan
kontrasepsi
2 Kompetensi dasar Mahasiswa bisa melakukan Sistem
Pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi serta sistem rujukan pelayanan
kontrasepsi
3 Materi Pokok a. Pencatatan dan pelaporan pelayanan

Bahan Ajar Kespro-KB Page 208


KB,penggunaan kartu catatan
pasien,mekanisme pelaporan
b. Pendokumentasian rujukan KB
4 Tugas-tugas Buatlah Pencatatan dan pelaporan pelayanan
KB
5 Isu Terkini -
6 Daftar Pustaka 1. Hartanto H,Dr ,Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi, Pustaka sinar harapan, 2004.
2. SaifudinAB,Prof,Dr, SpOG, Buku
Panduan Praktis Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo,Jakarta, 2003.

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disyahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Kuliah Ketua program Studi Ketua jurusan kebidanan

Elisa Ulfiana,SSiT,MKes Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T,M.Kes Runjati,M.Mid


NIP 19790108 200501 200 1 NIP. 19530606 198103 200 2 NIP .197411141998032001

Bahan Ajar Kespro-KB Page 209


Bahan Ajar 15

BAB XV
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN
PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

A.PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN KB


Kegiatan pencatatan dan pelaporan program KB Nasional merupakan suatu
proses untuk mendapatkan data dan informasi yang merupakan suatu substansi pokok
dalam system informasi program KB Nasional dan dibutuhkan untuk kepentingan
operasional program. Data dan informasi tersebut juga merupakan bahan pengambilan
keputusan, perencanaan, pemantauan, dan penilaian serta pengendalian program. Oleh
karena itu data dan informasi yang dihasilkan harus akurat, tepat waktu dan dapat
dipercaya. Dalam upaya memenuhi harapan data dan informasi yang berkualitas, maka
selalu dilakukan langkah-langkah penyempurnaan sesuai dengan perkembangan
program dengan visi dan misi program baru serta perkembangan kemauan teknologi
informasi.

Dalam tahun 2001 pencatatan dan pelaporan program KB nasional telah


dilaksanakan sesuai dengan system, pencatatan dan pelaporan yang disempurnakan
melalui instruksi Mentri Pemberdayaan Perempuan/Kepala BKKBN Nomor
191/HK-011/D2/2000 tanggal 29 september 2000. Kegiatan pencatatan dan
pelaporan program KB Nasional meliputi pengumpulan, pencatatan, serta
pengelolahan data dan informasi tentang kegiatan dan hasil kegiatan operasional.
System pencatatan dan pelaporan saat ini telah disesuaikan dengan tuntutan
informasi, desentralisasi dan perbaikan kualitas.
System pencatatan dan pelaporan program KB N asional yang disesuaikan
meliputi sub system pencatatan pelaporan pelayanan kontrasepsi, subsistem
PPelaporan Pengendalian Lapangan. Subsistem pencatatan Pelaporan Pengendalian
Keluarga dab Subsistem Pencatatan Pelaporan Pendataan Keluarga Miskin.
System pencatatan dan pelaporan Pelayanan Kontrasepsi.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 210


Pencatatan dan pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB ditujukan kepada
kegiatan dan hasil kegiatan operasional yang meliputi:
· Kegiatan Pelayanan Kobtrasepsi
· Hasil Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi baik di Klinik KB maupun di
Dokter/bidan Praktek S wasta
· Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di klinik KB
Mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.
System pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, diharapkan dapat
menyediakan berbagai data dan informasi pelayanan kontrasepsi diseluruh wilayah
sampai tingkat kecamatan dan desa. Adapun mekanisme pencatatan dan pelaporan
pelayanan kontrasepsi sebagai berikut:
· Pada waktu mendaftar untuk pembukaan klinik KB dan pendaftaran ulang setiap
bulan Januari, smua klinik KB mengisi Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/O/KB/OO)
· Setiap peserrta KB baru dan pindahahn dibuat Kartu Status peserta KB
(K/IV/KB/00) yang antara lain memuat cirri-ciri peserta KB bersangkutan. Kartu ini
disimpan di klinik dan digunakan waktu kunjungan ulang.
· Setiap peserta KB baru atau pindahan dari klinik KB dibuat Kartu Pesreta KB
(K/I/KB/00)
· Setiap pelayanan KB di klinik KB, dicatat dalam Register klinik KB (R/I/KB/00)
dan pada akhir bulan dijumlahkan, karena register ini merupakan sumber data untuk
membuat laporan bulanan klinik
· Setiap penerimaan dan pengeliaran jenis alat kontrasepsi oleh klinik dicatat dalam
Register Alat kontrasepsi KB (R/II/OO), setiap akhir bulan dijumlahkan sebagai
sumber membuat laporan bulanan
· Pelayanan KB yang dilakukan oleh Dr/Bidan praktek swasta setiap hari dicatat
dalam buku hasil prlayanan kontrasepsi pada Dokter/Bidan Swasta (B/I/DBS/00).
Setiap akhir bulan dijumlahkan dan merupakan sumber data dalam membuat laporan
nulanan petugas penghubung DBS/PBS
· Setiap bulan PKB/PLKB tatu petugas yang ditunjuk sebagai petugas oenghubung
dokter/bidan praktek swasta membuat laporan bulanan ini merupakan sumber data
untuk pengisian laporan bulanan klinik KB.
· Setiap bulan, petugas klinik KB membuat laporan klinik KB (F/II/KB/000) yang
datanya diambil dari Register Hasil Pelayanan di klinik KB (R/KB/00) Laporan
bulanan petugas Penghubung Dokter/Bidan Praktek Swasta (F/I/PH/-DBS/00) dan
Register Alat Kontrasepsi Klinik KB (R/II/KB/00).

Bahan Ajar Kespro-KB Page 211


1. Arus Laporan Pelayanan Informasi adalah sebagai berikut:
· Kartu pembinaan klinik KB (KB/0/KB/00) dibuat oleh klinik KB rangkap 2
(dua). 1 lembar untuk kantor BKKBN kabupaten/kota yang dikirim selambat-
lambatnya tanggal 7 februari setiap bulan ke kantor BKKBN kabupaten/kota dan
arsip
· Laporan bulanan petugas penghubung hasil pelayanan kontrsepsi oleh
dokter/bidan praktek swasta dalam rnagkap 2 (dua). Dikirim selambat-lambatnya
tanggal 5 bulan berikutnya ke klinik bidan induk di wilayah kerjanya dan arsip.
· Laporan bulanan klinik KB (F/II/KB/00) dibuat oleh klinik KB dalam rangkap 4
(empat) dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 7 bulan berikutnya, masing-
masing ke kantor BKKBN kabupaten/kota, mitra kerja tingkat II, kantor Camat dan
Arsip.
· Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB Tingkat Kabupaten/lota
(RekKab.k/0/KB/00), dibuat rangkap 2 (dua) oleh kantor BKKBN kabupaten/kota
dan dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 14 februari setiap tahun, masing-
masing ke kanwil BKKBN Kabupaten Propinsi dan Arsip.
· Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB Tingkat kabupaten/kota (Rek-
Kab/F/KB/00) dibuat 2 (dua) rangkap setiap bulan oleh kantor BKKBN
kabupaten/kota dikirim selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya ke kanwil
BKKBN Propinsi dan Arsip.
· Rekapitulasi Kartu pendaftaran klinik KB tingkat propinsi (Rek-
prop.K/0/KB/00) dibuat rangkap 2 (dua) oleh kanwil BKKBN propinsi dan dikirim
selambat-lambatnya tanggal 21 februari setiap tahun ke BKKBN pusat dan Arsip.
· Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat propinsi (Rek.prop./F/KB/00)
dibuat rangkap 2 (dua) oleh kanwil BKKBN propinsi dan dikirim selambat-
lambatnya tanggak 15 bulan berikutnya ke BKKBN Pusat dan Arsip.
· BKKBN propinsi (bidang informasi keluarga dan analisa program) setiap bulan
menyampaikan laporan umpan balik ke kantor BKKBN pusat, ke kanwil BKKBN,
kabupaten dan mitra kerja tingkat I.
· BKKBN Pusat (Direktorat Pelaporan dan Statistik) setiap bulan menyampaikan
umpan balik kepda semua pimpinan di jajaran BKKBN Pusat, ke kanwil BKKBN,
propinsi dan Mitra kerja Tingkat Pusat

Bahan Ajar Kespro-KB Page 212


2. Monitoring dan Evaluasi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan
Kontrasepsi
Dalam pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kontrasepsi masih
dirasakan adanya kelebihan dan kekurangan, sehingga perlu selalu dilakukan
monitoring dan evaluasi. Melalui system pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrsepsi dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut dapat diketahui hambatan dan
permasalahan yang timbul, sehingga dapat dilakukan perbaikan kegiatan system
pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.
3. Cakupan laporan
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan laporan meliputi
jumlah, ketepatan waktu data yang dilaporkan, mulai dari tingkat ini lapangan
sampai tingkat pusat.
4. Kualitas data
dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas data pencatatan dan pelaporan
pelayanan kontrasepsi perlu dilihat bagaimana masukan laporan, baik laporan
bulanan maupun laporan tahuna serta bagamana informasi yang disajikan setiap
bulan atau tahunan. Dalam hal ini sering/dapat terjadi laporan mengalami
keterlambatan dan cakupannya belum dapat optimal maupun kualitas dan kuantitas
datanya serta informasi yang disampaikan belum optimal. Keterlambatan penyajian
data informasi setiap bulannya dapat disebabkan oleh proses pengumpulan data
laporannya terlambat serta banyaknya kesalahan pengelolahan ke bawah dan ke
samping sehingga memperlambat proses pengelolahannya.
5. Tenaga
Dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan/jumlah tenaga dan
kualitas tenaga:

Bahan Ajar Kespro-KB Page 213


B.PENDOKUMENTASIAN RUJUKAN KB
Tujuan system rujukan disini adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan
dan efisiensi pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian
khusus terutama ditujukan umtuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek
samping, komplikasi dan kegagalan penggunaan kontrasepsi.
System rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah
yang timbul, baik secara vertical maupun secara horizontal kepada fasilitas pelayanan
yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional. Tidak dibatasi oleh wilayah
adsministrasi. Dengan pengertian tersebut, maka merujuk berarti meminta pertolongan
secara timbal balik kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten dengan tujuan untuk
penanggulangan masalah yang sedang dihadapi.
1. TATA LAKSANA
Rujukan Medik dapat berlangsung
1) Internal antar petugas di satu puskesmas
2) Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
3) Antara masyarakat dan puskesmas
4) Anatara satu puskesmas dan puskesmas lain
5) Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya
6) Internal antara bagian/unit palayanan di dalam satu rumah sakit
7) Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dan rumah sakit
laboratorium atau pelayanan fasilitas yang lain.
Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam system rujukan tersebut
berjenjang dari yang paling sederhana di tingkat keluarga sampai satuan fasilitas
pelayanan kesehatan nasional denga dasar pemikiran rujukan ditujukan secara
timbal balik kesatuan pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional
serta tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 214


Rujukan bukan berate melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien-
klien ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien
yang mengaharuskan pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu
melalui upaya rujukan
Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan:
1) Konseling tentangkondisi klien yang menyebabkan memerlukan rujukan
2) Konseling tentang kondisi yang diharapka diperoleh di tempat rujukan
3) Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju
4) Penghantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi
klien saat ini riwayat sebelumnya serta upaya/tindakan yang telah diberikan
5) Bila perlu berikan upaya mempertahankan keadaan umum klien
6) Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tenpat rujukan
harus didampingi perawat/bidan
7) Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkin
segera menerima rujukan klien
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberi upaya
penangulanggan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera
mengembalikan klien ketempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih
dahulu memberikan :
1) Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya
penanggulangan
2) Nasehat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan
kontrasepsi
3) Penghantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai
kondisi klien berikut upaya penaggulangan yang telah diberikan serta sasaran
upaya pelayanan lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang
penggunaan kontrasepsi.

Bahan Ajar Kespro-KB Page 215

Anda mungkin juga menyukai