Anda di halaman 1dari 7

PANDANGAN ISLAM MENGENAI HUKUM ABORSI

Fithri Alawiyah/D1A181658
(Mahasiswa Fakultas MIPA Prodi Farmasi Non Regular Universitas Al Ghifari)

ABSTRAK

Pergaulan bebas sebagai pengaruh efek global telah mempengaruhi perilaku remaja di Indonesia
mulai dari usia sekolah hingga perguruan tinggi. Pergaulan bebas tanpa adanya ikatan
perkawinan dapat menimbulkan berbagai konflik dan salah satunya adalah aborsi. Karena resiko
dari suatu hubungan tanpa adanya ikatan perkawinan adalah kehamilan yang tidak diinginkan
sehingga menimbulkan konflik bagi para pelaku gaya hidup bebas tersebut yaitu untuk tetap
mempertahankan kehamilannya atau menggugurkan kandungannya (aborsi). Beberapa negara
yang mengagung–agungkan kebebasan dan Hak Asasi Manusia, aborsi menjadi salah satu cara
untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Turki misalnya menganggap bahwa aborsi itu
tidak haram sehingga pemerintah menyediakan klinik untuk praktek aborsi tersebut. Karena
mereka beralasan tidak ada cara dan kontrasepsi yang efektif untuk membatasi pertumbuhan
penduduk yang relatif tinggi.1 Tetapi juga tidak semua negara menerapkan aturan yang sama
bahkan di belanda aborsi sama sekali tidak diperbolehkan sama sekali. Aborsi berasal dari kata
abortus yang berarti pengakhiran kehamilan atau pemaksaan keluar hasil konsepsi dari dalam
rahim sebelum janin tersebut dapat hidup di dunia.Setiap tahunnya di Indonesia, berjuta-juta
perempuan meng- alami kehamilan yang tidak direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan
tersebut memilih untuk mengakhiri kehamilan mereka, walaupun dalam kenyataanya aborsi
secara umum adalah illegal. Seperti di negara-negara berkembang lainnya dimana terdapat stigma
dan pembatasan yang ketat terhadap aborsi, perempuan Indonesia sering kali mencari bantuan
untuk aborsi melalui tenaga-tenaga non- medis yang menggunakan cara-cara antara lain dengan
meminum ramuan-ramuan yang berbahaya dan melakukan pemijatan penguguran kandungan
Kata kunci : Aborsi, Kehamilan, Halal, Haram

ABSTRACT

Promiscuity as a global effect has influenced the behavior of adolescents in Indonesia ranging
from school age to college. Free promiscuity without marriage ties can lead to various conflicts
and one of them is abortion. Because the risk of a relationship without a marriage bond is an
unwanted pregnancy that causes conflict for the perpetrators of the free lifestyle that is to keep
the pregnancy or abort the abortion (abortion). In some countries that glorify freedom and human
rights, abortion is one way to control population growth. Turkey for example considers that
abortion is not haram so the government provides clinics for the practice of abortion. Because
they argue that there are no effective methods and contraceptives to limit the relatively high
population growth.1 But also not all countries apply the same rules even in the Netherlands
abortion is absolutely not allowed at all. Abortion comes from the word abortion, which means
the termination of pregnancy or coercion from the conception out of the womb before the fetus
can live in the world. Every year in Indonesia, millions of women experience unplanned
pregnancies, and most of these women choose to terminate their pregnancies, even though in
reality abortion is generally illegal. As in other developing countries where there is stigma and
strict restrictions on abortion, Indonesian women often seek help for abortion through non-
medical personnel who use methods such as by drinking dangerous herbs and conducting
massage abortion. the womb.
Keywords: Abortion, Pregnancy, Halal, Haram

A. PENDAHULUAN
Aborsi menurut konstruksi yuridis peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah
tindakan mengugurkan atau mematikan kandungan yang dilakukan dengan sengaja oleh
seorang wanita atau orang yang disuruh melakukan untuk itu. Menurut Anshor aborsi dalam
literatur fikih berasal dari bahasa arab al-ijhad, merupakan masdhar dari ajhada atau juga
dalam istilah lain bisa disebut dengan isqath al-haml, keduanya mempunyai arti perempuan
yang melahirkan secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Gugur
kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Wanita hamil dalam hal ini adalah wanita yang hamil atas kehendaknya ingin
mengugurkan kandungannya. Perbuatan aborsi dalam sistem hukum pidana Indonesia dilarang
untuk dilakukan. Bahkan perbuatan aborsi dikategorikan sebagai tindak pidana terhadap
nyawa, sehingga kepada pelaku dan orang yang membantu melakukannya dikenai hukuman
yang berat. Menurut Pasal Pasal 229 KUHP:

Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang perempuan atau menyuruhnya supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau
denda paling banyak tiga ribu rupiah.
Walaupun sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mengetahui ketentuan tersebut,
masih banyak juga perempuan yang melakukan aborsi. Data statistik BKBN (Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
Menunjukkan bahwa sekitar 2.000.000 kasus aborsi terjadi setiap tahun di Indonesia.
WHO memperkirakan ada 4,2 juta aborsi dilakukan per tahun, 750.000 – 1,5 juta dilakukan di
Indonesia, 2.500 orang diantaranya berakhir dengan kematian. Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) aborsi berkontribusi 11,1 % terhadap Angka kematian Ibu (AKI)
Kasus aborsi masih banyak ditemukan di masyarakat, namun yang diproses di tingkat
Pengadilan hanya sedikit sekali, antara lain disebabkan para penegak hukum masih menemui
kesulitan dalam mencari dan mengumpulkan bukti-bukti di lapangan yang berpengaruh pada
upaya penegakan hukum di Indonesia. Banyak pelaku aborsi di Indonesia yang lolos dari
jeratan hukum karena tidak didukung bukti-bukti permulaan yang cukup. Realitas seperti ini
dapat dipahami, karena aborsi tidak memberikan dampak yang nyata sebagaimana tindak
pidana pembunuhan yang secara riil dapat diketahui akibatnya. Aborsi baik proses dan
hasilnya lebih bersifat pribadi, sehingga sulit dideteksi. Dalam persidangan perkara pidana,
tanpa adanya alat bukti maka hakim tidak akan dapat mengetahui dan memahami apakah
suatu tindak pidana telah terjadi dan apakah terdakwa yang dihadapkan pada persidangan
benar-benar telah melakukan tindak pidana tersebut dan dapat bertanggung jawab atas
peristiwa itu. Adanya alat bukti mutlak dibutuhkan dan harus ada diajukan di dalam
pemeriksaan persidangan sehingga hakim dapat dengan pasti menemukan kebenaran materiil.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Syaikh Ahmad Sahnuun seorang Ulama dari Maroko menyatakan: “Aborsi adalah perbuatan
tercela dan kejahatan besar yang dilarang dalam Islam. Juga diingkari jiwa kemanusian dan
jiwa-jiwa yang mulia menolaknya. Sebab hal itu adalah pembunuhan jiwa yang Allah Azza wa
Jalla haramkan, perubahan ciptaan Allah Azza wa Jalla dan menentang takdir/kehendak Allah
Azza wa Jalla ”. Islam telah melarang membunuh jiwa seperti dalam firman Allah Azza wa
Jalla :

ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ إِاَّل بِ ْال َح‬


‫ق‬ َ ‫َواَل تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. (al-Isra`/17:33) sebagaimana juga melarang sikap merubah
ciptaan Allah Azza wa Jalla dalam firmanNya:

َ ‫َوآَل ُم َرنَّهُ ْم فَلَيُ َغيِّر َُّن َخ ْل‬


ِ ‫ق هَّللا‬

Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
meubahnya. [an-Nisaa`/4:119]
Aborsi mirip dengan al-Wa`du (membunuh anak hidup-hidup) yang dahulu pernah
dilakukan di zaman Jahiliyah, bahkan tidak lebih kecil kejahatannya. Islam sangat mengingkari
hal ini sebagaimana firman-Nya:

ْ َ‫َوإِ َذا ْال َموْ ُءو َدةُ ُسئِل‬


‫ت‬

Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, [at-Takwîr/81: 8

]
Baik aborsi dilakukan di fase awal janin atau setelah ditiupkan ruh padanya. Sebab semua
fase pembentukan janin berisi kehidupan yang harus dihormati, yaitu kehidupan pertumbuhan
dan pembentukannya. Hal ini menyelisihi orang-orang yang membolehkan aborsi sebelum ruh
ditiupkan. Mereka beranggapan bahwa sebelum adanya ruh maka tidak ada kehidupan padanya,
sehingga tidak ada kejahatan dan keharaman. Mereka dengan membolehkan hal itu berarti telah
membuka pintu yang sulit dibendung dan memberikan senjata kepada tangan lawan dan musuh
Islam untuk mencela Islam. Juga melegalkan semua yang terjadi di luar negara Islam yang
berupa perbuatan nista dan tercela; yang membuat pusing para intelektual dan menggoyangkan
tatanan gereja dan para pendetanya. Setelah dipastikan secara ilmiyah bahwa aborsi memiliki
bahaya bagi kesehatan dan kehidupan wanita, sehingga aborsi diharamkan untuk dilakukan,
karena menghilangkan madharat lebih didahulukan dari mengambil kemaslahatan.
Sedangkan DR. Ibrahim Haqqi menyatakan: “Diharamkan aborsi karena merupakan
pembunuhan jiwa yang tidak berdosa dan menjerumuskan jiwa lainnya yaitu sang ibu kepada
bahaya yang banyak hingga bahaya kematian. Ini adalah perkara yang terlarang.”
Demikian juga pendapat yang disampaikan Syaikh Ahmad al-Ghazâli seorang Ulama
Indonesia mengatasnamakan Ulama Indonesia.
Inilah pendapat yang dirajihkan Umar bin Ibrahim Ghânim penulis kitab Ahkâmul-Janîn
dalam pernyataan beliau : “Sudah pasti pendapat kelompok yang melarang aborsi sejak
pembuahan adalah yang lebih dekat kepada kebenaran dan sesuai dengan ruh Islam. Ruh Islam
yang memerintahkan untuk melindungi dan menjaga keturunan; juga menghalangi kesempatan
pengekor hawa dan nafsu syahwat yang ingin mengambil kesempatan untuk merealisasikan
tujuan dan keinginan mereka untuk melemahkan keturunan kaum Muslimin. Demikian juga
fatwa larangan ini termasuk saddu adz-Dzarî’at yang sangat bersesuaian dengan ruh syari’at
Islam yang mulia.

Telah dijelaskan bahwa ada perbendaan pendapat di antara para Ulama dalam hukum aborsi
saat sebelum peniupan ruh pada janin. Sedangkan setelah peniupan ruh, para ahli fikih sepakat
bahwa janin telah menjadi manusia dan bernyawa yang memiliki kehormatan dan kemuliaan,
sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Azza wa Jalla :

ٍ ِ‫ت َوفَض َّْلنَاهُ ْم َعلَ ٰى َكث‬


ِ ‫ير ِم َّم ْن َخلَ ْقنَا تَ ْف‬
‫ضياًل‬ ِ ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِي آ َد َم َو َح َم ْلنَاهُ ْم فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر َو َرزَ ْقنَاهُ ْم ِمنَ الطَّيِّبَا‬

Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. [al-Isrâ`/17 : 70]
dan firman Allah Azza wa Jalla :

َ َّ‫اس َج ِميعًا َو َم ْن أَحْ يَاهَا فَكَأَنَّ َما• أَحْ يَا الن‬


‫اس َج ِميعًا‬ َ َّ‫ض فَكَأَنَّ َما• قَتَ َل الن‬
ِ ْ‫س أَوْ فَ َسا ٍ•د فِي اأْل َر‬
ٍ ‫َم ْن قَت ََل نَ ْفسًا بِ َغي ِْر نَ ْف‬

Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang
lain atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah
membunuh manusia seluruhnya.[al-Mâidah/5:32]

C. METODE PENELITIAN

Metode penelitian bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala, dengan jalan
menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta
tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu
pemecahan atas masalah-masalah yang ditimbulkan oleh fakta tersebut. Adapun Metode
Penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Metode Pendekatan
Jenis pendekatan yang penulis gunakan adalah yuridis normatif, yaitu penelitian hukum
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Penelitian hukum
normatif dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana aborsi.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penulisan yang bersifat diskriptif, yaitu
untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala
lainnya. Maksudnya yaitu mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu
memperkuat teori- teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori-teori baru. Alasan-
alasan menggunakan penelitian diskriptif untuk memberikan suatu gambaran, lukisan, dan
memaparkan segala sesuatu yang nyata yang berhubungan dengan putusan pemidanaan
atas pelaku tindak pidana aborsi.
3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Pengadilan . Pengambilan
lokasi ini dengan pertimbangan bahwa ketersediaan data dan sumber data yang
dimungkinkan dan memungkinkan untuk dilakukan penelitian.
4. Sumber Data
Data yang terkumpul merupakan data kualitatif dimana datanya dinyatakan dalam
keadaan yang sewajarnya atau sebagaimana adanya, tidak diubah dalam simbol-simbol
atau bilangan. data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yakni
sebagai berikut:
a. Data Sekunder
Merupakan sejumlah data yang diperoleh melalui pustaka yang meliputi buku-buku,
artikel, dan dokumen-dokumen, serta internet yang berkaitan dengan objek penelitian. Data
sekunder dapat dibedakan menjadi:
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari:
a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
b) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
c) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
d) UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu seluruh informasi yang tidak atau belum pernah
diformalkan melalui proses positivisasi yang formal sebagai hukum. Bahan hukum
sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan
Undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan sebagainya
yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan penelitian.
5. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul maka data yang telah ada dikumpulkan dianalisis secara
kualitatif yaitu suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara memadukan antara
penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan serta menafsirkan dan mendiskusikan data-
data primer yang telah diperoleh dan diolah sebagai satu yang utuh

D. HASIL DAN PENELITIAN


Abortus Dan Mentrual Regulation.
Yang di maksud dengan Aborsi adalah pengakhiran kehamilan atau hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan.
Adapun metode yang dapat dipakai antara lain:
a. Curratage dan Dilatage
b. Dengan alat khusus mulut rahim dilebarkan kemudian janin dikiret dengan alat seperti
sendok kecil.
c. Aspirasi(penyedotan isi rahim dengan pompa kecil).
d. Hyisteromi (melalui operasi).

Abortus di bagi menjadi  dua macam:


a. Abortus spontan
pengguguran yang tidak disengaja misalkan karena jatuh, kecelakaan, kandungannya lemah,
kaget dan sejenisnya, yang berakibat pada gugurnya janin. Aborsi semacam ini tidak diharamkan
dalam hukum Islam.
b. Abortus yang di sengaja.
Abortus yang disengaja ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Abortus articifialis therapicu

Dilakukan oleh dokter atau tenaga medis  atas dasar indikasi medis, misalkan kalau
diteruskan akan membayakan janin atau ibunya, sehingga menyebabkan ibunya meninggal
menurut perhitungan medis, atau ada indikasi penyakit menular.

b) Abortus provocatus kriminalis 

Abortus yang dilakukan tanpa dasar indikasimedis. Pengguguran karena hamil diluar nikah,
hamil karena merasa anaknya sudah banyak, hamil karena takut tidak bisa memberikan pendidikan
dan sejenisnya.
 
b. Mentrual regulation

secara harfiah artinya pengaturan mentruasi/haid, tetapi dalam praktek mentrual regulation
ini dilaksanakan terhadap wanita yang merasa terlambat waktu mentruasi dan berdasarkan
pemeriksaan laboratorium  ternyata positif mengandung (hamil).  Kemudian ia minta digugurkan 
janinnya (atau dibunuh). Jadi jelaslah bahwa perbuatan ini termasuk perbuatan Abortus provocatus
criminalis. Jadi perbuatan ini termasuk dalam kategori pembunhan bayi terselubung dan menurut
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 299, 346, 348, 349, bahwa  negara melarang
perbutan ini  dan hukumnya adalah maksimal 4 tahun dan denda uang sebesar 3 ribu rupiah baik
bagi yang menggugurkan, dokter, para medis, dukun bayi, orang yang membantu, penjual obat dan
sebagainya.
 
c. . Abortus  Dan  Mentrual Regulation Menurut Pandangan Islam.

Ada bebrapa pendapat yang berkaitan dengan hukum aborsi ini  terutama yang berkaitan dengan
umur janin, apabila abortus dilakukan sebelum diberi ruh/nyawa pada janin yaitu sebelum umur 4
bulan dikandungan, menurut pendapat dari Muhammad Ramli  membolehkan  aborsi yang umur
kehamilannya masih di bawah 4 bulan dengan alasan karena belum bernyawa. Ada juga yang
mengatakan makruh karena bayi masih dalam pertumbuhan.
 
Akan tetapi menurut pendapatsebagian besar ulama mengharamkan seperti Ibnu hajar, Imam Al-
ghozali, Muhammad Syaltut dan hasil bahsul masail Nahdlatul Ulama, demikian pula berdasarkan 
hasil kajian Dewan Tarjih Muhammadiyah dan Ijtima Ulama  mengatakan haram baik itu usia
kehamilan masih di bawah 4 bulan apalagi kalau usia kehamilan sudah di atas 4 bulan, bahkan
sejak bertemunya sel sperma dengan ovum dan ada tanda kehamilan, maka pengguguran adalah
sesuatu yang diharamkan dan merupakan tindak kejahatan, sekalipun bayi belum bernyawa,
karena  sudah ada tnda-tanda kehidupan  dan pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk
baru yang bernyawa yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya.
 
Sedangkan menurut keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia berdasarkan hasil Munas VI
tentang aborsi dinyatakan sebagai berikut:

1. Melakukan Aborsi (Pengguguran janin) sesudah Nafkh ar-Ruh  hukumnya adalah  haram
kecuali jika ada alasan medis.

2. Melakukan aborsi sejak terjadinya pembuahan Ovum walaupun sebelum nafkh ar-Ruh,
hukumnya juga haram, kecuali ada alasan medis atau alasan lain yang dibenarkan menurut syariat
agama Islam.

3.Mengharamkan pula kepada semua pihak yang terlibat unrtuk embantu melakukan atau
mengijinkan aborsi.
 

E. KESIMPULAN

Secara umum aborsi merupakan hal yang keji, merupakan hal yang sangat negatif dan haram
untuk dilakukan. Begitulah pemahaman seseorang yang memahami ayat al-qur'an dan hadis secara
tekstual saja. Namun walaupun begitu, hukum aborsi secara khusus perlu dikaji secara lebih
mendalam, karena aborsi bukanlah dalam satu bentuk tindakan, tetapi juga mempunyai berbagai
alasan mengapa itu dilakukan. 
Dalam tulisan ini kita dapat melihat bahwa seluruh ulama dari semua madzhab sepakat bahwa
aborsi setelah 120 hari itu haram, karena pada saat itu janin telah bernyawa. Aborsi yang dilakukan
diatas 120 hari hanya boleh dilakukan jika dalam keadaan darurat, seperti halnya membahayakan
jiwa si ibu. Maka dari itu hukumnya makruh tapi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang telah
ditetapkan. Namun untuk keselamatan perempuan juga sangat berisiko untuk melakukan aborsi.

F. REFERENSI
1. Surah al-Isra`/17:33
2. Surah an-Nisaa`/4:119
3. Surah at-Takwîr/81: 8
4. Surah al-Mâidah/5:32

Anda mungkin juga menyukai