Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

KARBOHIDRAT, LIPID DAN PROTEIN


Oleh

Nama : Siti Fadhila Fauziah


NIM : D1A181644
Partner

1. Nama/NIM : Nevi Siti Nurohimah / D1A181646


2. Nama/NIM : Siti Anisa Saadah / D1A181549
3. Nama/NIM :
4. Nama/NIM :

LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL GHIFARI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Allah SWT., karena rahmat dan
hidayah-Nya kami mampu menyelesaikan laporan penulis yang berjudul
“KARBOHIDRAT, LIPID DAN PROTEIN”. Shalawat serta salam tidak lupa selalu
penulis haturkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan petunjuk kepada kita semua.
Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam proses penyeleseian laporan ini. Penulis juga berharap semoga
laporan ini bermanfaat bagi setiap pembaca.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu dengan
kerendahan hati, penulis meminta kritik dan saran dari pembaca, supaya selanjutnya
dapat kami perbaiki kembali.

Bandung, Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I ........................................................................................................................................ 3
PRINSIP DAN TUJUAN ......................................................................................................... 3
1.1 Prinsip Percobaan...................................................................................................... 3
1.2 Tujuan Percobaan...................................................................................................... 3
BAB II....................................................................................................................................... 4
TEORI PENUNJANG .............................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Karbohidrat ............................................................................................. 4
2.2 Klasifikasi dan struktur karbohidrat .......................................................................... 5
BAB III ..................................................................................................................................... 9
PROSEDUR PERCOBAAN .................................................................................................... 9
3.1 Cara kerja .................................................................................................................. 9
3.2 Alat yang digunakkan ............................................................................................. 10
3.3 Bahan yang digunakan ............................................................................................ 10
BAB IV ................................................................................................................................... 30
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 30
BAB V .................................................................................................................................... 35
KESIMPULAN ....................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 37
LAMPIRAN............................................................................................................................ 39

ii
A. KARBOHIDRAT

BAB I

PRINSIP DAN TUJUAN

1.1 Prinsip Percobaan


a. Uji Molisch
Berdasarkan reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat

b. Uji Benedict
Berdasarkan reaksi redulosi yang mempunyai gugus al dehid

c. Uji Seliwanoff
berdasarkan hasil reaksi reduksi

d. Uji Hidrolisa sukrosa


Berdasarkan reaksi hidrilisis

e. Tes Pati dengan iodium


Pembentukan senyawa kompleks

1.2 Tujuan Percobaan


a. Uji molisch
Berdasarkan reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat

b. Uji benedict
Berdasarkan reaksi redulosi yang mempunyai gugus al dehid

c. Uji Seliwanoff
berdasarkan hasil reaksi reduksi

d. Uji hidrolisa sukrosa


Berdasarkan reaksi hidrilisis

3
e. Tes pati dengan iodium
Pembentukan senyawa kompleks

BAB II

TEORI PENUNJANG

2.1 Pengertian Karbohidrat


Karbohidrat (‘hidrat dari karbon’, hidrat arang) atau sakarida (dari
bahasa Yunani oakyapov, sakcharon, berarti “gula”) adalah segolongan besar
senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat sendiri terdiri
atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi
dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya
glukosa). Cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen
pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin
pada hewan dan jamur ). Pada proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah
karbon dioksida menjadi karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau
polihidroksil –keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini
bila dihidlrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai
aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah
karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus
(C2H2HO)n, yaitu senyawa-seyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi
oleh n molekul air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak
memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus,
atau sulfur.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul
gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan
fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul

4
gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-
cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain
monosakarida dan polisakarida, terdapat pula di sakarida (rangkaian dua
monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).
2.2 Klasifikasi dan struktur karbohidrat
a. Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena
molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat
diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Monosakarida
dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Contoh dari aldosa yaitu glukosa
dan galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa.
Glukosa (kita ketahui juga sebagai gula anggur, dextrosa, dan
gula jagung) sering ditemui pada buah-buahan dan susu dan makanan
atau minuman dari hasil produksi susu. Jenis monosakarida yang kedua
adalah fruktosa (kadang-kadang disebut juga levulosa), dapat ditemukan
pada buah-buahan, sayuran, madu dan gula tebu. Galaktosa adalah jenis
monosakarida yang ketiga, dapat ditemukan pada susu dan makanan
atau minuman dari hasil produksi susu.
b. Disakarida dan oligosakarida
Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua
molekul monosakarida yang berikatan melalui gugus –OH dengan
melepaskan molekul air. Contoh dari disakarida adalah sukrosa, laktosa,
dan maltosa. Oligosakarida adalah polimer derajat polimerisasi 2 sampai
10 dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligasakarida yang terdiri dari
2 molekul disebut disakarida, dan bila terdiri dari 3 molekul disebut
triosa. Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida
yang dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolis dengan
enzim-enzim yang bekerja spesifik.

5
Sukrosa banyak terdapat pada makanan dan dapat kita temukan
pada gula, yang dapat diperoleh dari gula jagung atau gula bit. Sukrosa
terbentuk dari glukosa dan fruktosa. Flaktosa disebut juga gula susu
yang dapat kita temukan hanya pada susu hewan menyusui dan ASI.
Flaktosa terbentuk dari galaktosa dan glukosa. Maltose dihasilkan dari
hasil pemecahan zat tepung. Maltose terbentuk dari 2 molekul glukosa.
c. Polisakarida
Merupakan karbohidrat yang terbentuk banyka sakarida sebagai
monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10o5)n. contoh
polisakarida yaitu selulosa, glikogen dan amilun.
Zat tepung ini dapat ditemukan pada biji-bijian, padi-padian, dan
umbi-umbian. Ketika dicerna zat tepung akan di ubah pertama-tama
menjadi dekstrin, kemudian malkosa dan yang terakhir glukosa.
Glikogen di namakan pati hewan yaitu bentuk simpanan karbohidrat dari
hewan dan manusia. Glikogen ini disimpan dalam hati dan sebagian
kecil disimoan dalam sel tubuh. Selulosa merupakan bagian dari struktur
tumbuhan dan tidak dapat larut dalam air. Selulosa ini sangat penting
untuk kesehatan pada sistem pencernaan ada jenis polisakarida seperti
agar-agar dan pectin. Polisakarida jenis ini dapat larut dalam air dan
daoat dicerna oleh tubuh.
d. Fungsi karbohidrat
Di samping sebagai sumber energi juga mencegah dan
menetralisir racun sebagai contoh, hati dapat melawan berbagai jenis zat
berbahaya jika glukosa didalam hati mencukupi. Fungsi karbohidrat ini
didalam hati penting untuk seluruh tubuh dalam mengubah atau
menghancurkan racun. Selain itu, karbohidrat berfungsi memberikan
aroma yang khusus pada makanan dan memberikan rasa manis pada
makanan khususnya jenis monosakarida dan disakarida. Tingkat
kemanisan dari setiap klasifikasi karbohidrat ini berbeda-beda. Tingkat

6
kemanisan tersebut berturut-turut dari tingkat yang paling tinggi adalah
fruktosa, glukosa, galaktosa, maltosa dan laktosa.
Sebagai bahan bakar sekaligus nutrisi, makhluk hidup yang ada
dibumi membutuhkan karbohidrat sebagai kebutuhan utama.
Penggunaan karbohidrat semisal glukosa, sangat dibutuhkan oleh sel
sebagai nutrisi utamanya. Contoh penggunaan glukosa sebagai nutrisi
utama sel adalah pada vertebrata. Pada vertebrata ketersediaan nutrisi
bagai seluruh sel tubuh dipenuhi oleh glukosa dengan ikut mengalir
melalui aliran darah. Glukosa yang ada pada alira darah tersebut
kemudian diserap oleh sel-sel tubuh. Dengan menyerap glukosa
tersebut, sel-sel tubuh mampu memperoleh tenaga yang akan digunakan
untuk menjalankan sel-sel tubuh. Dengan demikian sel-sel tubuh bisa
berjalan dengan normal karena asupan nutrisinya.
Karbohidrat sebagai cadangan energi, peran karbohidrat sebagai
cadangan makanan berbeda-beda pada setiap makhluk hidup.
Penyimpanan energi ini dilakukan oleh tubuh untuk digunakan sewaktu-
waktu diperlukan. Pada tumbuhan proses penyimpanan karbohidrat
berupa polisakarida yang berbentuk pati. Kelebihan glukosa pada
tumbuhan merupakan timbunan pati pada tumbuhan. Glukosa yang ada
pada tumbuhan tersebut merupakan bahan bakar utama pada sel
tumbuhan. Oleh karena itu, pati merupakan sumber energi utama bagi
tumbuhan. Sebenarnya hewan pun juga menyimpan karbohidrat dalam
bentuk polisakarida. Hanya saja polisakarida yang disimpan hewan
disebut dengan glikogen. Seperti hewan, manusia juga menyimpan
glikogen yang banyak ditemui pada sel hati dan otot. Ketika kebutuhan
gula dalam tubuh meningkat maka glikogen yang tersimpan tersebut
akan dilepas untuk menghasilkan glukosa. Meskipun demikian tubuh
tidak bisa selalu mengandalkan glikogen sebagai sumber energinya. Hal
tersebut disebabkan oleh glikogen yang ada dalam tubuh tidak dapat

7
tersimpan dalam waktu yang lama. Glikogen yang ada dalam tubuh akan
habis dalam waktu sehari. Kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan
kekurangan gizi, tubuh lemas, lesu dan tidak berenergi. Jika kekurangan
maka akan menimbulkan penyakit marasmus (gangguan gizi). Apabila
kelebihan karbohidrat akan terjadi diabetes.

8
BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Cara kerja


a. Uji Molisch
1. 1 ml larutan karbohidrat C + 3 tetes pereaksi molisch kemudian
kocok pelan-pelan.
2. ditambahkan 1 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung.
3. Amatilah

b. Uji Benedict
1. 2 ml reagen benedict + 3 tetes larutan karbohidrat lalu kocok.
Panaskan dalam penangas air (5 menit) lalu diamkan amatilah
perubahan hasil endapan (+).
2. percobaan kali ini untuk glukosa dilakukan setelah diencerkan 2 kali,
10 kali, 50 kali dan 100 kali.

c. Uji Seliwanoff
1. 2 ml larutan pereaksi selianoff + bebereapa tetes larutan 0,1 M
fruktosa.
2. Panaskan tabung (1) di penangas air selama 5 menit. Perhatikan
perubahan.
3. Ulangi tahap 1 & 2 untuk larutan 0,1 M glukosa dan sukrosa.

d. Uji Sukrosa (Hidrolisa Sukrosa)


1. 5 ml sukrosa larutan 0,1 M + 1 ml HCL 10%
2. Panaskan dipenangas air (15 menit) kemudian dimasukan.
3. Masing-masing tes hidrolisat diatas tambahkan dengan benedict,
seliwanoff,

e. Uji Iodium
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan pati.
2. Masukan 2 tetes air, 2 tetes HCl, dan 2 tetes NaCL kedalam masing-
masing tabung.

9
3.2 Alat yang digunakan
a. gelas ukur
b. Pipet tetes
c. tabung reaksi

3.3 Bahan yang digunakan


a. glukosa
b. Sukros
c. maltose
d. Arabinosa
e. naftol
f. HCl encer
g. NaOH
h. Iodium 0,01N
i. natriium sitrat
j. Galak tosa
k. Asam laktat
l. HCl pekat Pati

10
B. LIPID
` BAB I

PRINSIP DAN TUJUAN

1.4 Prinsip Percobaan


f. Uji Kelarutan
Berdasarkan reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat

g. Hidrolisa Mentega
Berdasarkan reaksi redulosi yang mempunyai gugus al dehid

h. Uji Akrolein
berdasarkan hasil reaksi reduksi

i. Uji Lieberman-Burchad untuk kolesterol


Berdasarkan reaksi hidrilisis

1.5 Tujuan Percobaan


f. Uji Kelarutan
Untuk mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu

g. Hidrolisa Mentega
Untuk mengetahui sifat asam basa minyak

h. Uji Akrolein
Untuk mengetahui keberadaan gliserol dan lemak

11
i. Uji Lieberman-Burchad untuk kolesterol
Untuk mengetahui adanya sterol (kolestrol) dalam suatu bahan secara
kualitatif

12
BAB II

TEORI PENUNJANG

2.3 Pengertian Lipid


Lipid adalah sekelompok senyawa organik yang terdapat dalam
tumbuhan, hewan atau manusia dan memegang peranan penting dalam struktur
dan fungsi sel. Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiris tertentu dan
struktur yang serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan. Berbeda dengan
karbohidrat dan protein, lipid mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organic nonpolar seperti eter, kloroform, aseton dan benzene.
Berdasarkan sifat demikian, lipid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari
jaringan hewan atau tumbuhan menggunakan eter atau pelarut nonpolar lainnya.
Lipid merupakan komponen penting dalam membrane sel, termasuk
diantaranya fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol.
Fosfolipid mempunyai banyak kerangka gliserol (fosfogliserida) atau sfingosina
(sfingomyelin). Serebrosida mengandung glukosa dan galaktosa dan dengan
kerangka sfingosina termasuk dalam glikolipid. Kolesterol merupakan senyawa
induk bagi steroid lain yang disintesis dalam tubuh. Steroid tersebut adalah
hormone-hormon yang penting seperti hormone korteks adrenal serta hormone
seks, vitamin D, dan asam empedu.
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok
lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organism hidup. Lemak dan
minyak penting bagimanusia karena adanya sam-asam lemak esensial yang
terkandung didalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A,D,E, dan K yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah trigliserida yang merupakan
ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Senyawa terbentuk dari hasil
kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.

13
2.4 Klasifikasi Lipid
a. Lipid sederhana : senyawa ester asam lemak dan berbagai alcohol. Contoh :
lemak atau minyak dan lilin (wax).
b. Lipid kompleks (gabungan) : senyawa ester asam lemak yang mempunyai
gugus lain disamping alcohol dan asam lemak, misalnya krbohidrat atau
protein. Contoh fosfolipid, glikolipid dan lipoprotein.
c. Derivat lipid : senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid. Contoh
: asam lemak, gliserol, aldehida lemak, keton, hodrokarbon, sterol, vitamin
larut lemak dan beberapa hormon.
Selain menurut penggolongan diatas berdasarkan sifat kimianya lipid dapat
pula dibedakan menjadi 2, yaitu lipid yang dapat disabunkan atau dapat
dihidrolisis dengan basa. Contohnya: lemak atau minyak, dan lipid yang tidak
dapat disabunkan, contohnya sterol dan terpena.
Asam lemak dapat dibentuk dari senyawa-senyawa yang mengandung
karbon seperti asetat, asetaldehid, dan etanol yang merupakan hasil respirasi
tanaman. Asam lemak dalam tanaman disintesis dalam keadaaan anaerob dengan
bantuan bakteri tertentu sepertiClostridium kluyver. Asam-asam lemak yang
ditemukan dialam umumnya merupakan asam-asam monokarboksilat dengan
rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam
lemak dialam dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
Asam lemak jenuh : asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap.
Contoh : asam palmitat, asam stearat, dan asam kaprat. Sumber sebagian besar
pada lemak hewani.
Asam lemak tidak jenuh : asam lemak yang mempunyai satu atau lebih
ikatan rangkap. Contoh : asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Sumber
minyak nabati pada biji-bijian atau kacang-kacangan.

14
Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung
pada sumbernya. Secara umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak sama,
tetapi wujudnya berbeda. Dalam pengertian sehari-hari, disebut lemak jika
berbentuk padat pada suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada
suhu kamar.
Trigliserida dapat berbentuk padat atau cair berhubungan dengan asam
lemak penyusunnya. Minyak nabati sebagian besar berbentuk cair karena
mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat,
dan asam linolenat. Asam-asam lemak termasuk asam lemak essensial yang
dapat mencegah timbulnya gejala arteriosklerosis karena penyempitan pembuluh
darah akibat penumpukan kolesterol. Sebaliknya asam lemak hewani umumnya
pada suhu kamar berbentuk padat karena banyak mengandung asam lemak jenuh
seperti asam stearat dan asam palmitat. Asam lemak jenuh mempunyai titik lebur
lebih tinggi daripada asam lemak tidak jenuh.
Lemak dan minyak dapat mengalami ketengikan, karena dapat terhidrolisis
dan teroksidasi bila dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara. Pada proses
hidrolisis, lemak atau minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dab
gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan lemak atau minyak
karena terdapat sejumlah air didalamnya, sehingga menimbulkan bau tengik.
Reaksi demikian dikatalisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu seperti enzim
lipase.
Lemak dan minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksida dan
hidroperoksida yang dapat terurai menjadi aldehida, keton, dan asam-asam
lemak bebas. Hasil oksidasi tidak hanya mengakibatkan rasa bau yang tidak
enak, tetapi dapat pula menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin dan
asam-asam lemak essensial dalam lemak. Reaksi oksidasi dipercepat dengan
adanya cahaya, pemanasan atau katalis logam seperti Cu, Fe, Co, dan Mn.
Lemak dan minyak yang sangat tengik mempunyai keasaman yang rendah.

15
Proses ketengikan dapat dihambat salah satunya dengan penambahan zat anti
oksidan seperti vitamin E, vitamin C, polifenol dan hidroquinon.
Pada uji kelarutan lipid, umumnya lemak dan minyak tidak larut dalam air,
tetapi sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik
seperti eter,kloroform, aseton, benzene, atau pelarut nonpolar lainnya. Minyak
dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karenabila dibiarkan, maka
kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda
(Na2CO3) akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas
dalam larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai
daya aktif permukaan, sehingga tetes-tetes minyak tersebar seluruhnya.
Pada uji keasaman minyak, Minyak murni umumnya bersifat netral,
sedangkan minyak yang sudah tengik bersifat asam. Hal ini disebabkan minyak
mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan aldehida, keton, dan asam-aasm
lemak bebas. Proses ketengikan pada lemak atau minyak dapat dipercepat oleh
adanya cahaya, kelembaban, pemanasan, aksi mikroba, dan katalis logam
tertentu, seperti Fe, Ni, atau Mn. Sebaliknya, zat-zat yang dapat menghambat
terjadinya proses ketengikan disebut antioksidan, misalnya tokoferol (vitamin E),
asam askorbat (vitamin C), polifenol, hidroquinon, dan flavonoid (Yazid, 2006).
Pada uji penyabunan, lemak dan minyak dapat terhidrolisis menjadi asam
lemak dan gliserol. Proses hidrolisis salah satunya bisa dilakukan dengan
penambahan basa kuat, seperti NaOH dan KOH, melalui pemanasan dan
menghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut
reaksi penyabunan atau safonifikasi. Kata saponifikasi atau saponify berarti
membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy adalah akhiran yang berarti
membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang
lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad
16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah
menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas. Sabun dibuat dari proses
saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut

16
fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang
berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang
digunakan, karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi adalah
hidrolisis suatu ester (asam lemak) dengan alkali kuat (NaOH, KOH) reaksi
umumnya adalah:
Asam lemak + Alkali kuat + Kalor Gliserol + Sabun
Uji penyabunan minyak meliputi 2 tahap, yakni safonifikasi minyak kelapa
dan uji sifat kesadahan. Pada percobaan hidrolisis minyak kelapa, digunakan
NaOH untuk menghidrolisis minyak kelapa dalam pelarut alkohol. Alkohol di
sini berfungsi untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Reaksi positif ditandai
dengan munculnya busa dan lama-kelamaan alkohol akan menguap. Air sadah
adalah air yang mengandung ion Ca2+ atau Mg2+. Air sadah tidak berbahaya
karena ion-ion tersebut dapat larut dalam air. Akan tetapi dengan kadar Ca2+
yang tinggi akan menyebabkan air menjadi keruh. Walaupun tidak berbahaya, air
sadah dapat menyebabkan kerugian yaitu sabun menjadi kurang berbuih. Hal ini
terjadi karena ion Ca2+ atau Mg2+ dapat bereaksi dengan sabun membentuk
endapan. Contoh persamaan reaksinya adalah:
Ca2+(aq) + 2RCOONa(aq) Ca(RCOO)2(s) + 2Na+(aq)
Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun sebagai pengikat
kotoran menjadi kurang atau bahkan tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali
setelah semua ion Ca2+ atau Mg2+yang terdapat dalam air mengendap. Lain
halnya dengan detergen, deterjen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ atau Mg2+
sehingga deterjen tidak terpengaruh oleh air sadah. Kerugian lainnya adalah air
sadah dapat menyebabkan terbentuknya kerak pada dasar ketel yang selalu
digunakan untuk memanaskan air. Sehingga untuk memanaskan air tersebut
diperlukan pemanasan yang lebih lama. Hal ini merupakan pemborosan energi.
Timbulnya kerak pada pipa uap dapat menyebabkan penyumbatan sehingga
dapat menyebabkan pipa tersebut meledak.

17
Pada uji kolesterol, kelompok lipid seperti fosfolipid dan sterol merupakan
komponen penting yang terdapat dalam membran semua sel hidup. Kolesterol
adalah sterol utama yang banyak terdapat di alam. Untuk mengetahui adnaya
sterol dan kolesterol, dapat dilakukan uji kolesterol menggunakan reaksi warna.
Salah satu di antaranya ialah reaksiLiebermann Burchard. Uji ini positif bila
reaksi menunjukkan warna yang berubah dari merah, kemudian biru dan hijau.
Warna hijau yang terjadi sebanding dengan konsentrasi kolesterol dalam bahan.

18
BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Cara kerja


f. Uji Kelarutan
1. Sediakan 4 tabung reaksi dan tambahkan kedalamnya :
Tabung 1 : Tambahkan 2ml air
Tabung 2 : Tambahkan 2ml alcohol dingin
Tabung 3 : Tambahkan 2ml alkohol panas
Tabung 4 : Tambahkan 2ml kloroform
2. Kemudian kedalam tiap tabung 0,5ml, minyak goreng, kocok hati-
hati.
3. Ambil 2-3 tetes dari masing-masing tabung kemudian teteskan pada
kertas saring.

g. Uji Hidrolisa mentega


1. Masukan 5gram mentega kedalam beaker glass kecil + 3ml larutan
NaOH alkoholis (20% NaOH dalam 40% etil alkohol) tutup dengan
kaca arloji dan panaskan diatas air mendidih sampai penyabunan
sempurna kesempurnaan penyambunan dapat di uji dengan
mengambil beberapa tetes. Kemudian masukan ke dalam tabung
reaksi yang berisi air bila penyabunan telah sempurna maka larutan
akan jernih tanpa minyak.
2. Setelah penyabunan sempurna tambahkan 10ml air dan pindahkan
ke dalan beaker glass 250ml. paaskan diatas penangas sampai tidak
tercium bau alkohol.

19
3. Ambil 1ml larutan sabun pada tahap (masuka kedalam tabung reaksi
kocok dan peratikan lalu tambahkan 1ml air dan 0,5ml 0,1 N
CaCL2, apakah teradi endapan ?
4. Ambil 1ml larutan sabun pada tahap (masukan kedalam tabung
reaksi ditambah 1ml air dan NaCL padat hingga jenuh)
5. Ambil 1ml larutan sabun pada tahap (masukan 2nH2SO4 periksa
dengan lakmus.

h. Uji Akrolein
1. Sediakan 3 tabung reaksi, lalu masukan 10 tetes ke dalam masing-
masing tabung
2. Tambahkan ke dala masing-masing tabung sejumlah volume yang
sama KHSO4 lalu panaskan pelan-pelan

i. Uji Liebrman-Burchad untuk kolesterol


1. Sedikit kolesterol larutkan dalam kloroform sampai larur seluruhnya
2. Tambah 10 tetes asam asetrat anhidris dan 2 tetes asam sulfat pekat.
Kocok perlahan biarkan beberapa menit

3.4 Alat yang digunakan


a. Tabung Reaksi
b. Pipet tetes
c. Kertas saring
d. Beker glass kecil ; 250ml
e. kaca anloji
f. penangas air
g. Kertas lakmus

20
3.5 Bahan yang digunakan
a. Larutan kloroform
b. Asam asetat anhidrin
c. Asam sulfat pekat
d. KHSO4
e. Oliv Oil
f. Gliserol
g. H2SO42N
h. Cacl2 0,1N
i. Alkohol
j. Air
k. Minyak goreng

21
C. PROTEIN

BAB I

PRINSIP DAN TUJUAN

1.7 Prinsip Percobaan


j. Uji Ninhidrin
Berdasarkan senyawa aldehid dan pembahasan CO2 dan amoniak

k. Uji Biuret
Berdasarkan pembentukan senyawa kompleks

l. Titik Isoelektrik
Berdasarkan titik pH asam amino bermuatan nol

1.8 Tujuan Percobaan


j. Uji Ninhidrin
Untuk mengidentifikasi senyawa amoniak

k. Uji Biuret
Berdasarkan

l. Titik Isoelektrik
Untuk mencari kadar pH dalam titik isoelektrik.

22
BAB II

TEORI PENUNJANG

2.5 Pengertian Protein


Karbohidrat (‘hidrat dari karbon’, hidrat arang) atau sakarida (dari
bahasa Yunani oakyapov, sakcharon, berarti “gula”) adalah segolongan besar
senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat sendiri terdiri
atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi
dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya
glukosa). Cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen
pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin
pada hewan dan jamur ). Pada proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah
karbon dioksida menjadi karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau
polihidroksil –keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini
bila dihidlrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai
aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah
karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus
(C2H2HO)n, yaitu senyawa-seyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi
oleh n molekul air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak
memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus,
atau sulfur.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul
gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan
fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul
gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-
cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain

23
monosakarida dan polisakarida, terdapat pula di sakarida (rangkaian dua
monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).
2.6 Klasifikasi dan struktur karbohidrat
e. Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena
molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat
diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Monosakarida
dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Contoh dari aldosa yaitu glukosa
dan galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa.
Glukosa (kita ketahui juga sebagai gula anggur, dextrosa, dan
gula jagung) sering ditemui pada buah-buahan dan susu dan makanan
atau minuman dari hasil produksi susu. Jenis monosakarida yang kedua
adalah fruktosa (kadang-kadang disebut juga levulosa), dapat ditemukan
pada buah-buahan, sayuran, madu dan gula tebu. Galaktosa adalah jenis
monosakarida yang ketiga, dapat ditemukan pada susu dan makanan
atau minuman dari hasil produksi susu.
f. Disakarida dan oligosakarida
Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua
molekul monosakarida yang berikatan melalui gugus –OH dengan
melepaskan molekul air. Contoh dari disakarida adalah sukrosa, laktosa,
dan maltosa. Oligosakarida adalah polimer derajat polimerisasi 2 sampai
10 dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligasakarida yang terdiri dari
2 molekul disebut disakarida, dan bila terdiri dari 3 molekul disebut
triosa. Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida
yang dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolis dengan
enzim-enzim yang bekerja spesifik.
Sukrosa banyak terdapat pada makanan dan dapat kita temukan
pada gula, yang dapat diperoleh dari gula jagung atau gula bit. Sukrosa

24
terbentuk dari glukosa dan fruktosa. Flaktosa disebut juga gula susu
yang dapat kita temukan hanya pada susu hewan menyusui dan ASI.
Flaktosa terbentuk dari galaktosa dan glukosa. Maltose dihasilkan dari
hasil pemecahan zat tepung. Maltose terbentuk dari 2 molekul glukosa.
g. Polisakarida
Merupakan karbohidrat yang terbentuk banyka sakarida sebagai
monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10o5)n. contoh
polisakarida yaitu selulosa, glikogen dan amilun.
Zat tepung ini dapat ditemukan pada biji-bijian, padi-padian, dan
umbi-umbian. Ketika dicerna zat tepung akan di ubah pertama-tama
menjadi dekstrin, kemudian malkosa dan yang terakhir glukosa.
Glikogen di namakan pati hewan yaitu bentuk simpanan karbohidrat dari
hewan dan manusia. Glikogen ini disimpan dalam hati dan sebagian
kecil disimoan dalam sel tubuh. Selulosa merupakan bagian dari struktur
tumbuhan dan tidak dapat larut dalam air. Selulosa ini sangat penting
untuk kesehatan pada sistem pencernaan ada jenis polisakarida seperti
agar-agar dan pectin. Polisakarida jenis ini dapat larut dalam air dan
daoat dicerna oleh tubuh.
h. Fungsi karbohidrat
Di samping sebagai sumber energi juga mencegah dan
menetralisir racun sebagai contoh, hati dapat melawan berbagai jenis zat
berbahaya jika glukosa didalam hati mencukupi. Fungsi karbohidrat ini
didalam hati penting untuk seluruh tubuh dalam mengubah atau
menghancurkan racun. Selain itu, karbohidrat berfungsi memberikan
aroma yang khusus pada makanan dan memberikan rasa manis pada
makanan khususnya jenis monosakarida dan disakarida. Tingkat
kemanisan dari setiap klasifikasi karbohidrat ini berbeda-beda. Tingkat
kemanisan tersebut berturut-turut dari tingkat yang paling tinggi adalah
fruktosa, glukosa, galaktosa, maltosa dan laktosa.

25
Sebagai bahan bakar sekaligus nutrisi, makhluk hidup yang ada
dibumi membutuhkan karbohidrat sebagai kebutuhan utama.
Penggunaan karbohidrat semisal glukosa, sangat dibutuhkan oleh sel
sebagai nutrisi utamanya. Contoh penggunaan glukosa sebagai nutrisi
utama sel adalah pada vertebrata. Pada vertebrata ketersediaan nutrisi
bagai seluruh sel tubuh dipenuhi oleh glukosa dengan ikut mengalir
melalui aliran darah. Glukosa yang ada pada alira darah tersebut
kemudian diserap oleh sel-sel tubuh. Dengan menyerap glukosa
tersebut, sel-sel tubuh mampu memperoleh tenaga yang akan digunakan
untuk menjalankan sel-sel tubuh. Dengan demikian sel-sel tubuh bisa
berjalan dengan normal karena asupan nutrisinya.
Karbohidrat sebagai cadangan energi, peran karbohidrat sebagai
cadangan makanan berbeda-beda pada setiap makhluk hidup.
Penyimpanan energi ini dilakukan oleh tubuh untuk digunakan sewaktu-
waktu diperlukan. Pada tumbuhan proses penyimpanan karbohidrat
berupa polisakarida yang berbentuk pati. Kelebihan glukosa pada
tumbuhan merupakan timbunan pati pada tumbuhan. Glukosa yang ada
pada tumbuhan tersebut merupakan bahan bakar utama pada sel
tumbuhan. Oleh karena itu, pati merupakan sumber energi utama bagi
tumbuhan. Sebenarnya hewan pun juga menyimpan karbohidrat dalam
bentuk polisakarida. Hanya saja polisakarida yang disimpan hewan
disebut dengan glikogen. Seperti hewan, manusia juga menyimpan
glikogen yang banyak ditemui pada sel hati dan otot. Ketika kebutuhan
gula dalam tubuh meningkat maka glikogen yang tersimpan tersebut
akan dilepas untuk menghasilkan glukosa. Meskipun demikian tubuh
tidak bisa selalu mengandalkan glikogen sebagai sumber energinya. Hal
tersebut disebabkan oleh glikogen yang ada dalam tubuh tidak dapat
tersimpan dalam waktu yang lama. Glikogen yang ada dalam tubuh akan
habis dalam waktu sehari. Kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan

26
kekurangan gizi, tubuh lemas, lesu dan tidak berenergi. Jika kekurangan
maka akan menimbulkan penyakit marasmus (gangguan gizi). Apabila
kelebihan karbohidrat akan terjadi diabetes.

27
BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Cara kerja


j. Uji Ninhidrin
1. Masukkan 1 ml larutan 2% albumin kemudian tambahkan 1 ml 0,1
N larutan buffer asetat pH 5.0 lalu tambahkan 20 tetes larutan
ninhidrin dalam aseton.
2. Panaskan campuran tersebut dalam penangas air selama 5 menit.
3. Percobaan diatas dilakukan pada 2% kasein dan 2% gelatin

k. Uji Biuret
1. Masukkan 1 ml larutan 2% albumin kemudian tambahkan 1 ml 10%
NaOH lalu aduk kuat. Tambahkan juga 1 tetes 0,1% CuSO4 aduk
sampai terbentuk ungu.
2. Masukkan urea kedalam tabung reaksi lalu pnaskan hingga melebur
kemudian dinginkan dan perhatikan.
3. Lakukan percobaan diatas pada 2% kasein dan 2% gelatin.

l. Tititk Isoelektrik
1. Masukkan kedalam 5 tabung masing-masing 5 ml 0,5% kasein
ditambah 3 ml buffer asetat dengan pH 6.0, 5.3, 5.0, 4.1
2. Kocok campuran dengan baik catat derajat kekeruhan setelah 0
menit, 10 menit, dan 30 menit.
3. Setelah itu panaskan 5 tabung tersebut dalam penangas air selama 30
menit.

28
3.6 Alat yang digunakkan
d. Penangas air
e. Pipet tetes
f. tabung reaksi

3.7 Bahan yang digunakan


a. 2% albumin
b. 2% gelatin
c. 2% kasein
d. 0,1 N buffer Asetat pH 4.1, 5.0, 5.3,dan 6.0
e. larutan CuSO4
f. urea
g. NaOH
h. Larutan ninhidrin dalam aseton

29
BAB IV

PEMBAHASAN

A. KARBOHIDRAT

1. Uji Molisch
Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk
cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan
munculnya cincin ungu di permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel.
Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol yang
terlarut dalam etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi, asam sulfat
pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak
sampai tercampur dengan larutan atau hanya membentuk lapisan. Dari hasil
pengamatan, kelima sampel karbohidrat yaitu sukrosa, laktosa, fruktosa,
maltosa, dan galaktosa masing-masing sebanyak 1cc, menunjukkan reaksi
positif yang ditandai dengan munculnya cincin ungu.
Reaksi yang terjadi adalah :

2. Uji Benedict
Prinsip dari uji ini yaitu bila larutan tembaga yang basa direduksi oleh karbohidrat
yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk cupro oksida

30
(Cu2O) yang berwarna kuning sampai merah. Adanya perubahan warna hijau,
kuning, jingga atau merah menunjukkan reaksi positif.
Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan terlihat semua bahan yang digunakan
berupa amilum, glukosa, fruktosa, maltosa dan bahan yang digunakan pada uji
benedict menunjukkan reaksi positif karena yang ditandai dengan perubahan warna
yang terjadi pada amilum sebelum ditetesi berwarna bening setelah ditetesi bewarna
biru, glukosa pada awalnya bening setelah ditetesi berubah warna menjadi merah
bata, fruktosa dan maltosa dari bening menjadi warna merah bata dan pada agar-agar
dari bening menjadi biru serta pada sukrosa warnanya berubah menjadi biru setelah
ditetesi. Semua percobaan di atas ditetesi dengan reagen benedict dan masing-masing
dipanaskan sampai 2 menit. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa pada uji
benedict reaksi positif ditandai dengan adanya warna hijau, kuning, jingga dan warna
merah.
3. Uji Seliwanoff
Uji Seliwanoff adalah uji untuk mengetahui adanya kandungan gugus ketosa pada
sampel. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton/aldehida gula tersebut.
Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya jika ia
mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Ujii ini didasarkan pada fakta bahwa
ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi dari pada aldosa. Reagen uji
Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat. Asam reagen ini
menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida men1adi gulasederhana. Ketosa yang
terhidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna merah
tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna merah muda.
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa sukrosa, laktosa, dan maltosa
menghasilkan endapan merah bata yang menunjukkan bahwa sampel ini termasuk
ketosa. Peristiwa dehidrasi monosakarida ketosa menjadi lebih futural lebih cepat
dibandingkan dengan aldehid karena aldehid mengalami transformasi menjadi ketosa
sebelum dehidrasi. Ketosa yang terhidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol,
menghasilkan zat warna merah tua. Sedangkan fruktosa dan galaktosa setelah
dicampurkan menunjukkan perubahan menjadi warna oranye dan kuning. Hal ini
menun1ukkan bahwa pada sampel tersebut tidak tergolong kedalam gugus ketosa
melainkan aldosa, yakni golongan yang terdapat gugus aldehid dalam struktur
kimianya.
4. Uji Hidrolisis Sukrosa
Hidrolisis didefinisikan sebagai proses pemecahan zat-zat dengan
menggunakan air. Zat-zat yang biasanya dipakai untuk menghidrolisis adalah
larutan asam encer atau pekat. Asam yang digunakan umumnya HCl dan asam

31
sulfat. Proses ini dilakukan untuk menghidrolisis minyak, pati, ataupun
selulosa. Percobaan dilakukan dengan memasukkan 1,5 ml sukrosa larutan 0,1
M kedalam HCl dan air lalu dipanaskan hingga mendidih. Setelah itu
didiamkan 15 menit, lalu mengambil 1 ml sampel dan ditambahkan reagen
Benedict. Hasil menunjukkan positif ditandai dengan perubahan warna
menjadi biru bening. Hal ini menunjukkan jika telah terhidrolisis sempurna
menandakan bahwa sukrosa bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi dua
senyawa monosakarida yaitu senyawa fruktosa dan glukosa. Monosakarida
itulah yang menunjukkan reaksi dengan pereaksi tersebut.
5. Uji Iodium/Uji tes pati
Uji iodium merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui bahan-bahan
yang digunakan dalam pengujian mengandung iodium dan pati yang dapat
membentuk ikatan kompleks berwarna biru.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap beberapa bahan uji terlihat
semua reaksi perubahan pada uji iodium menunjukkan reaksi negatif karena tidak
terjadi perubahan warna hasil yang terlihat hanya warna bening pada amilum,
sukrosa, maltosa, agar-agar dan warna kuning pada fruktosa dan glukosa. Hal ini
tidak sesuai dengan teori dimana prinsip dari uji iodium dapat membentuk ikatan
kompleks yang berwarna biru, kemungkinan hal ini terjadi karena kondisi larutan
yang tidak memungkinkan atau dikarenkan praktikan yang kurang teliti dalam
melakukan percobaan ini.
B. LIPID

32
C. PROTEIN
Protein merupakan polimer dari asam amino. Asam amino membentuk polimer rantai
lurus dengan ikatan peptida, sehingga polimer ini disebut denganpeptid atau
polipeptida. Polipeptida mengalami pelipatan karean reaksi gugus fungsi dan sisi
reaktif molekul penyuunnya, sehingga tebentuklah molekul besar polipeptida yang
dinaman protein. Protein secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu protein
sederhana yang hanya tersusun oleh asam amino dan protein konjugasi yang tersusu
tidak hanya oleh asam amino namun juga bahan lain seperti karbohidrat
(glikoprotein), asam nukleat (nukleoprotein), lipid (lipoprotein), logam
(metaloprotein) dan fosfat (fosfoprotein) (Handito, dkk, 2014).
Praktikum kali ini dilakukan pengujian protein yaitu uji Ninhidrin, uji Biuret, dan uji
sifat Isoelektrik protein. Yang pertama adalah uji Ninhidrin. Uji Ninhidrin digunakan
untuk mengidentifikasi asam amino bebas yanng terdapat pada sampel. Asam amino
bebas adalah asam amino yang gugus aminonya tidak terikat (Robinson, 1895).
Ninhidrin adalah reagan yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan
menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari
triketon siklik dan bila bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan zat warna
ungu. Hasil pengamatan percobaan menunjukkan bahwa larutan yang diuji uaitu
gelatin dan kasein 2% menunjukkan reaksi positif terhadap larutan Ninhidrin.
Sedangkan albumin bereaksi negatif terhadap larutan Ninhidrin. Hasil percobaan
mnunjukkan bahwa gelatin dan kasein bereaksi positif mengandung gugus amino
bebas. Adanya kandungan gugus karboksil (-COOH) dan amino bebas (NH3) pada
sampel yang diuji ditunjukkan dengan perubahan warna sampel menjadi ungu. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hart (2003) yang menyatakan bahwa zat warna ungu yang
sama dihasilkan dari semua asam amino α dengan gugus primer dan intensitas
warnanya berbanding lurus dengan konsentrasi asam amino yang ada.
Uji Biuret adalah uji yang digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada
sampel protein. Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk
pada pemanasan dua molekul urea. Komposisi dari reagan ini adalah senyawa
kompleks yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O) dan
nitrogen (N) dan merupakan hasil reaksi antara dua senyawa urea (CO(NH2)2). Uji
Biuret didasarkan pada reaksi antara ion dan kata peptida dalam suasana basa.
Pereaksi Biuret akan berikatan pada gugus terakhir asam amino pada protein utuh

33
diantara ikatan peptida, dan asam amino bebas. Hasil pengamatan percobaan
menunjukkan bahwa dari tiga sampel yang diuji yaitualbumin gelatin, kasein, dan
urea. hanya albumin yang bereaksi positif dengan pereaksi biuret, sedangkan gelatin,
kasein, dan urea bereaksi negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pada albumin yang
bereaksi positif terdapat ikatan peptida yang menggabungkan asam amino yang satu
dengan yang lainnya yang ditandai dengan perubahan warna dari ungu menjadi coklat
pekat setelah dipanaskan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fesenden (1997) yang
menyatakan bahwa dalam suasana basa, ion yang berasal dari pereaksi Biuret
(CuSO4) akan bereaksi dengan gugus –CO dan –NH dari rantai peptida yang
menyusun protein membentuk kompleks berwarna violet. Bintang (2010) menyatakn
bahwa semakin banyak asam amino bebas, ikatan peptida bebas dan rantai terakhir
asam amino, maka warna ungu akan semakin nampak. Gelatin, kasein dan urea
bereaksi negatif ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna yang menunjukkan
tidak adanya ikatan peptida pada sampel tersebut.
Uji Sifat Isoelektrik Protein adalah uji yang dilakukan untuk mengindentifikasi titik
isoelektrk kasein (susu sapi). Menurut Elkhapia (2013) titik isoelektrik merupakan
pH dimana kelarutan protein minimum karena uumlah ion positif dan ion negatif
sama (muatan nol). Larutan Buffer adalah larutan yang dibuat dari asam lemah
dengan garamnya yang berasal dari asam kuat. Larutan Buffer yang digunakan adalah
Na asetat dan Asam asetat. Dari hasil pengamatan percobaan, kasein pada tabung
1,2,3, dan 4 tidak terjadi endapan taupun kekeruhan. Penambahan asam asetat adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi denaturasi potein. Hal ini bertentangan dengan
pendapat Bucke et al. (1987) yang menyatakan “Penggumpalan oleh asam
dikendalikan oleh pH”, dalam percobaan ini sama sekali tidak terjadi kekeruhan.
Kemungkinan yang terjadi adanya kesalahan dalam proses praktikum, seperti adanya
langkah yang terlewat.

34
BAB V

KESIMPULAN

A. KARBOHIDRAT

1. Uji Molisch
Jadi dalam uji ini mengandung karbohidrat karena mengandung cincin
ungu
2. Uji Benedict
Dalam uji ini sebagian menunjukan positif (mengandung gula pereduksi,
dan sebagian lagi mengandung menunjukan negatif.)
3. Uji Seliwanoff
Dalam uji ini semua sempel menunjukan tidak terdapat endapan atau
menandakan negatif. Bahwa sempel ini tidak memiliki kentosa.
4. Uji Hidrolisa Sukrosa
Dalam uji ini kedua pereaksi tidak mengandung fruktosa dan glukosa
5. Uji tes Pati dengan lodium tidak semua mengandung polisakarida

B. LIPID

1. Uji kelarutan
Minyak larut untuk bahan kloroform dan alkohol panas tetapi tidak larut
pada pelarut nonpolar
2. Uji Hidrolisa mentega
Hidrolis pada minyak menghasilkan gliserol dan sabun dan terjadi
endapan
3. Uji Akrolein
Pada bahan gliserol menghasilkan bau akrolein yang lebih menyengat
karena terjadi dehidrasi gliserol menjadi akrolein

35
4. Uji Lieberman Burchard
Minyak goreng mengandung kolestrol lebih tinggi ketimbang kaldu

C. PROTEIN

1. Uji Ninhidrin
Dalam uji ini semua mengalami perubahan warna menjadi ungu kecuali
sempel albumin.

2. Uji Biuret
Dalam uji ini hasil menunjukkan asam amino terdapat pada urea, kasein,
dan gelatin.

3. Titik Isoelekrik
Dalam uji ini, semua tidak memiliki kekeruhan.

36
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/251933210/LAPORAN-PRAKTIKUM-BIOKIMIA
Nur Hafifah Hesty. S.Si., M.JL.2018 “Modul Praktikum Biokimia”. Bandung.
Universitas Al-Ghifari
https://www.academia.edu/29435498/Laporan_Praktikum_Biokimia_KARBOHIDR
AT
https://tikagpravitri.blogspot.com/2015/09/pengujian-protein.html
https://www.kajianpustaka.com/2016/11/pengertian-fungsi-struktur-dan-jenis-
protein.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Protein
modul biokimia
http://www.lasinrangAditiaBioSains.wordpress.com/laporanbiokimialipid
http://www.rdsisulistyansari.blogspot.co.id/biokimialipid
http://www.puputroselita.wordpress.com/ujilipid

37
38
LAMPIRAN

I. KARBOHIDRAT

A. Pertanyaan
1. Uji Molisch
a. Warna apa yang terlihat diantara permukaan kedua larutan tersebut ?
Jawaban : Warna ungu (membentuk cincin)
b. Gugus apa dari karbohidrat yang memberikan uji molisch positif ?
Jawaban : gugus hidrosimetil furfural karena mengandung senyawa yang
dapat didehidratasi oleh asam sulfat pekat menjadi furpural.

2. Uji Benedict
a. Berapa kadar glukosa terendah yang dapat diamati dengan uji benedict ?
Jawaban : Glukosa dengan hasil pengenceran
b. Senyawa apalagi selain CN2+ yang dapat direduksi ?
Jawaban : Natrium Sitrat
c. Apa fungsi dari Natrium Sitrat ?
Jawaban : untuk membuat preaksi benedict yang bersifat bias lemah

3. Uji Seliwanoff
a. Larutan apa yang memberikan uji seliwanoff positif tercepat ?
Jawaban : memiliki gugus keton
b. Dapatkah uji ini digunakan untuk membedakan sukrosa dengan fruktosa ?
Jawaban : Tidak dapat dilakukan karena membedakan/ mengidentifikasi
sukrosa dengan fruktosa dapat melalui uji hidrolisa sukrosa

39
B. Perhitungan pengenceran dalam uji benedict
Pengencaran 2x
V1 . M1 = V2 . M2 = 0,1/2 = 0,05
I . 0,1 = V2 . 0,05
V2 = 0,1/0,05 = 2 - 1ml air
- 1ml glukosa
Pengenceran 10x
V1 . M1 = V2 . M2 = 0,1/10 = 0,01
I . 0,1 = V2 . 0,1
0,1 = V2 . 0,01
V2 = 0,1/0,01 = 10ml - 9ml air
- 1 ml glukosa
Pengenceran 50x
V1 . M1 = V2 . M2
I . 0,1 = V2
0,1 = V2 . 0,002
V2 = 0,1/ 0,002 = 50ml - 1ml glukosa
- 45ml air
Pengenceran 100x
V1 . M1 = V2 . M2
1 . 0,1 = V2 . 0,1/100
0,1 = V2 . 0,001
V2 = 0,1/0.001 = 100 - 1ml glukosa
- 99 ml air

40
C. Hasil Pengamatan
1. Uji Molisch
N. Karbohidrat Hasil
Glukosa (+)
Sukrosa (+)
Maltosa (+)
Arabinosa (+)

Keterangan : (+) : mengandung karboksilat


(-) : tidak mengandung karboksilat
NB : hasil uji molisch ini semuanya mengandung karbohidrat , dengan
terbentuk cincin ungu.
2. Uji Benedict
N. Karbohidrat Hasil Warna Endapan
Glukosa + Merah
Sukrosa -
Maltosa + Merah
Galaktosa + Merah
1% Pati -
Pengenceran 2x + Merah
Pengenceran 10x -
Pengenceran 50x + Kuning
Pengenceran 100x -

Keterangan : (+) mengandung gula pereduksi


(-) tidak mengandung gula pereduksi
3. Uji Seliwanoff
Nama Hasil
Fruktosa -
Gluktosa -
Sukrosa -

Keterangan : (-) tidak terdapat endapan

41
4. Uji Hidrolisa Sukrosa
Nama Pereaksi Hasil Percobaan
Benedict Terdapat perubahan (hijau)
Seliwanoff Tidak ada perubahan

Nama Sempel Hasil percobaan Keterangan


Air - Warna Hijau
NaOH - Tidak ada warna
HCL + tidak ada warna
5. Uji tes Pati dengan Lodium

42
II. LIPID

1. Uji Kelarutan
Bahan Hasil Tanda
Air + Minyak goreng Tidak larut Larutan bening
Alkohol dingin +
Tidak larut Larutan bening
minyak
Alkohol panas +
Larut Larutan bening
minyak
Koloroform + minyak
Larut Larutan bening
goreng

2. Uji Hidrolisa mentega


Tahap pertama telah terjadi penyabunan sempurna
Tahap kedua hasilnya positif, yang pada awal muncul busa kemudian alkohol
menguap
Tahap ketiga terjadi endapan
Tahap keempat reaksi ini tidak larut
Tahap terakhir menunjukan kertas lakmus merah menjadi biru

3. Uji Akrolein
Bahan Hasil
Gliserol +++
Minyak goreng ++
Oliv Oil ++

Keterangan :
+++ = belum menyengat
++ = tidak menyengat

4. Uji Lieberman Burchard


Bahan Hasil Tanda
Kolesterol + Kloroform
+ As.Asetat anhidrid + Negarif Warna hijau pekat
As. Sulfat pekat

43
III. PROTEIN

1. Uji ninhidrin
Nama sempel Waktu Warna
Albumin 18,53 deik Kuning
Gelatin 4,29 detik Ungu
Kasein 6,12 detik Ungu

2. Uji biuret
Nama
Ketika diperiksa Hasil
sempel
Albumin Bau menyengat +
Urea Bau menyengat -
Kasein Bau menyengat -
Gelatin Tidak terlalu bau -

3. Titik isoelektrik protein


pH Waktu
0 10 30
6.0 - - -
5.3 - - -
5.0 - - -
4.1 - - -
Keterangan : tidak ada kekeruhan

44

Anda mungkin juga menyukai