Analisis aspirin menggunakan metode spektrofotometri
Aspirin atau asam
asetilsalisilat (asetosal) merupakan senyawa analgesik, yang sering kita gunakan untuk menurunkan rasa nyeri atau obat sakit kepala. dalam penggunaan sebagai obat ini maka kandungan aspirin yang terdapat didalamnya harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan, maka dari itu obat yangada di pasaran harus dianalisis untuk mengetahui dosis yang di dalam nya dapat menyebabkan menurunya kesehatn tubuh atau tida Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) merupakan senyawa analgesik, yang sering kita gunakan untuk menurunkan rasa nyeri atau obat sakit kepala. dalam penggunaan sebagai obat ini maka kandungan aspirin yang terdapat didalamnya harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan, maka dari itu obat yangada di pasaran harus dianalisis untuk mengetahui dosis yang di dalam nya dapat menyebabkan menurunya kesehatn tubuh atau tida Tablet asam asetilsalisilat mengandung asam asetilsalisilat C9H6O4 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.(Farmakope Indonesia edisi IV, hal.32). Tablet asam asetilsalisilat (asetosal) dapatditetapkan kadarnya secara asidi- alkalimetri titrasi langsung terhadap asam bebas,asidi-alkalimetri dengan hidrolisis dan titrasi kembali, bromometri, spektrofotometriUV, spektrofluorometri, dan HPLC ( High Performance Liquid Chromatography).
Pada percobaan ini, tablet asetosal ditetapkan kadarnya secaraspektrofotometri UV dengan
menggunakan persamaan kurva baku. Senyawa ini bisaditetapkan kadarnya secara spektrofotometer UV karena memiliki ikatan rangkapterkonjugasi yang bertanggung jawab terhadap penyerapan sinar UV. Dengan adanyaabsorbsi sinar oleh senyawa maka bisa ditetapkan kadarnya berdasarkan HukumLambert-Beer. Langkah kerja pertama yang dilakukan yaitu menimbang 20 tablet satu persatu dan dilanjutkan denga menimbang 20 tablet sekaligus. Kemudian dihitung bobotreratanya. Perhitungan bobot rerata dilakukan dengan menimbang 20 tablet sekaliguslalu bobot 20 tablet dibagi 20. Jika bobot masing-masing tablet dijumlah kemudiandibagi 20, kemungkinan kesalahan yang terjadi akan lebih besar karena langkah kerjayang dilakukan lebih banyak.
Selanjutnya adalah pembuatan larutan baku yaitu dengan menimbang saksama100 mg
asetosal murni lalu tambahkan etanol secukupnya sampai semua serbukterlarut.. Kemudian tambahkan asam sulfat 0.1 N pada labu takar 100 ml sampaitanda. Untuk pembuatan kurva baku, ambil 1 ml larutan baku, kemudian tambahkan H2SO4 sampai volume 100 ml. Sehingga didapatkan konsentrasi larutan baku sebesar1 mg %. Selanjutnya ambil beberapa variasi volume larutan baku, sehingga darilangkah tersebut diperoleh beberapa seri kadar larutan baku. Kemudian lakukan scanning panjang gelombang dengan spektrofotometer UV untuk mendapatkan λ maks pengukuran absorbansi. Dari hasil scanning diperoleh λ maks adalah 227 nm. Selanjutnya lakukanpengukuran absorbansi dari seri kadar larutan baku yang telah dibuat. Lalu buatpersamaan kurva baku dengan program regresi linier dengan kadar sebagai x danabsorbansi sebagai y. Dari perhitungan didapatkan persamaan kurva baku asetosal: y= 61,069 x – 0,117Pembuatan larutan sampel dilakukan dengan menggerus 10 tablet aspirin dantimbang saksama sebanyak 100 mg serbuk. Masukkan labu takar 100 ml dantambahkan etanol secukupnya untuk membantu melarutkan serbuk. Kemudian,tambahkan H2SO4 0,1 N sampai tanda. Kemudian ambil 1 ml larutan sampel,masukkan labu takar 100 ml dan tambahkan H2SO4 sampai tanda. Ukur absorbansilarutan sampel pada λ maks (227 nm) dengan blanko H2SO4 0,1 N. Pengukuran dilakukan pada λ maks karena pada λ maksimal memberikan nilai absorbansimaksimum.Absorbansi diusahakan masuk rentang 0,2 sampai 0,8 karena padarentang tersebut kesalahan pengukurannya paling kecil. Lakukan replikasi dua kali.Perhitungan kadar sampel yaitu dengan memasukkan nilai absorbansi sampel padapersamaan kurva baku.Dari percobaan didapatkan kadar rata-rata asetosal tiap tablet ialah 473,97 mg.Sedangkan pada etiket produk aspirin yang diukur kadarnya tertera mengandungasetosal sebesar 500 mg. Dari perhitungan diperoleh nilai SD (standar deviasi) yangmenunjukkan akurasi metode yaitu 0,72. sehingga bisa dikatakan bahwa metode yang digunakan cukup akurat karena nilai SD < . Presisi yang diperoleh dari percobaan inicukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai CV kurang dari sama dengan 2 % yaitu0,15 %. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan cukup valid ditinjau daripresisinya dalam menetapkan kadar tablet aspirin. Selain itu dihitung pula rata-rata %recovery atau perolehan kembali dan dari perhitungan diperoleh sebesar 94,80 %.Penetapan kadar asetosal dengan metode spektrofotomeri UV sebenarnyamemerlukan pertimbangan lagi. Ini didasarkan bahwa asetosal (aspirin) yang kamianalisis dapat terurai menjadi asam salisilat dan asam asetat.Jika peruraian tersebut benar terjadi pada analisis yang kami lakukan, makaabsorbansi yang terbaca tidak hanya asetosal saja, tetapi juga absorbansi dari asamsalisilat. Meskipun asam salisilat tidak menyerap sinar secara sempurna pada λ masksimum asetosal, hal ini tetap dapat mengacaukan analisis.
Berikut kami uraikan beberapa metode lain yang bisa digunakan untukpenetapan kadar asetosal : 1. Spektrofotometri dengan pembacaaan pada dua panjang gelombang yang berbedaPada pengukuran yang pertama dilakukan pada panjang gelombang visibel.Yang terbaca kadarnya disini hanya asam salisilat (a). Ketika pembacaan absorbansidilakukan pada panjang gelombang UV, kadar yang terbaca merupakan gabungan dariasetosal dan asam salisilat (b). Jadi kadar asetosal dalam sampel = b-a 2. FluorimetriAsetosal dan asam salisilat mempunyai energi eksitasi yang sama. Namunenergi emisi yang dipancarkan oleh kedua senyawa tersebut berbeda dalam halpanjang gelombangnya. Energi emisi inilah yang nantinya diukur. 3. HPLCSuatu metode yang telah terbukti handal dalam menganalisis beberapasenyawa yang terdapat dalam suatu sampel. Pada kasus kami, penggunaan HPLCdapat memberikan gambaran secara langsung berupa kadar asetosal utuh dan kadarasam salisilat yang terbentuk dari hasil peruraian asetosal dalam satu kali pengukuran. 4. Titrasi Yaitu dengan menghitung jumlah NaOH yang menghidrolisis ikatan estergugus hidroksi dan asetat. Pertama-tama, sampel dititrasi sampai titik akhir sehinggadiketahui jumlah NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asetosal dan asamsalisilat serta asam asetat yang mungkin terbentuk.Kemudian tambahkan sejumlah NaOH yang sama pada titrasi tadi ditambah15 ml lagi kepada sampel tadi sehingga terdapat basa yang berlebih. Adanyakelebihan basa ini akan menghidrolisis ikatan ester gugus hidroksi dan asetat padaasetosal.