Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II

“Penetapan Kadar Asetosal/Aspirin/Asam Asetil Salisilat pada sediaan tablet dengan


Metode Asidi-Alkalimetri”

Disusun Oleh :

Farisa Ramadhani (2019.06.02.0.0014)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

UNIVERSITAS ISLAM MADURA

PAMEKASAN

2021
I. Tujuan Praktikum

 Mahasiswa dapat menentukan kadar Asetosal/Aspirin/Asam Asetil Salisilat pada


sediaan tablet dengan Metode Asidi-Alkalimetri

II. Dasar Teori

Asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal dengan aspirin merupakan salah satu
turunan dari asam salisilat. Asam asetil salisilat adalah obat yang paling sering digunakan
untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang yang sebabnyaberagam, tetapi tidak efektif
untuk menghilangkan nyeri organ dalam (visceralpain), seperti infarktus miokardiumatau
kolik batu ginjal atau empedu (Darsono,2002).

Praktikum kali yaitu Penetapan Kadar Asetosal/Aspirin/Asam Asetil Salisilat pada


sediaan tablet dengan Metode Asidi-Alkalimetri. Asidi-alkalimetri merupakan salah satu
metode kimia analisa kuantitatif yang didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-
alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa
volumetri. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersi!at netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara
donor proton (asam) dengan penerima proton (basa) (Wood kleinfelter, 1980).

Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator.
Menurut W. Ostwal, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam
atau dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang
berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi
H+ tertentu atau pada pH tertentu (W. Charles, 1991).

 Pemerian bahan
• NaOH (Kemenkes RI,2020:1224)
Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pelet kecil,
serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh dan menunjukkan pecahan
hablur. Jika terpapar di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol.

• Asam Klorida (Kemenkes RI,2014:156)


Pemerian : Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan
dengan 2 bagian volume air, asap hilang. Bobot jenis lebih kurang 1,8.
• Asam Asetilsalisilat (Kemenkes RI,2014:144)
Pemerian : Hablur; umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk
hablur; putih; tidak berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di dalam
udara lembab secara bertahap terhidrolisamenjadi asam salisilat dan asam asetat

• Fenolftalein (Kemenkes RI,2020:595)


Pemerian : Serbuk hablur; putih atau putih kekuningan lemah; tidak berbau; stabil
di udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam etanol; agak sukar larut
dalam eter.

• Etanol (Kemenkes RI,2020:537)


Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78º, mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut
organic.

III. Alat dan Bahan

 Alat :
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Buret 50 ml
3. Labu ukur 500 ml
4. Gelas ukur
5. Gelas kimia 100 ml
6. Neraca analitik
7. Pipet tetes
8. Corong
9. Mortir dan stemper

 Bahan :
1. Sampel tablet asetosal
2. Natrium hidroksida 0,1 N
3. Asam klorida 0,1 N
5. Indikator fenolftalein
6. Etanol 95%
IV. Prosedur Praktikum

- Preparasi
1. Diambil 3 biji tablet aspirin
2. Ditimbang masing-masing tablet
3. Digerus hingga halus
4. Diambil sebanyak rata-rata penimbangan (1)

- Penentuan Kadar Asetosal


1. Diambil sebanyak data (1)
2. Dimasukan dalam beaker glass
3. Ditambah 25 mL NaOH 0,1 N
4. Ditambahkan 5 mL etanol 95%
5. Dipanaskan kurang lebih 10 menit
6. Didinginkan
7. Diambil 10 mL larutan sampel ke dalam Erlenmeyer
8. Ditambah 3 tetes indicator pp
9. Dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga mengalami perubahan warna pink ke orange
(warna awal)
10. Dicatat volume HCl
11. Dilakukan duplo

- Pembuatan Larutan Blangko


1. Diambil NaOH 0,1 N sebanyak 25 mL
2. Ditambahkan 5 mL etanol 95%
3. Diambil dari larutan tersebut sebanyak 10 mL
4. Ditambahkan 3 tetes indicator pp
5. Ditirasi dengan HCl 0,1 N
6. Diamati perubahannya
7. Dcatat volume HCl

V. Data Hasil praktikum

 Berat rata-rata tablet

Tablet ke- Berat tablet (g)


1 0,22
2 0,23
3 0,24
Rata-rata 0,23
 Penetapan Kadar Asetosal dalam tablet

Vol HCl 0,1 N Vol HCl 0,1 N


BE
NO yang dibutuhkan yang dibutuhkan Kadar Asetosal
Asetosal
(sampel) (sampel)
Kadar asetosal :
1. 1,75 mL 90 = 0,06255 x 100% / 0,23
= 27,2%
8,7
Kadar asetosal :
2. 1,7 mL 90 = 0,063 x 100% / 0,23
= 27,4%

Percobaan ke 1 :
Kadar Asetosal (mg/tablet)
Mgrek HCl = Mgrek NaOH (Mgrek asetosal)
(MHCl x VHCl (blanko)) – (MHCl x VHCl (sampel)) = Massa Asetosal / BE Asetosal
MHCl (VHCl (blanko)) – VHCl (sampel)) = Massa Asetosal / BE Asetosal
0,1 (8,7 – 1,75) = m. Asetosal /90
0,1 x 6,95 = m. Asetosal / 90
0,695 x 90 = m. Asetosal
m. Asetosal = 62,55 mg

Percobaan ke 2 :
Kadar Asetosal (mg/tablet)
Mgrek HCl = Mgrek NaOH (Mgrek asetosal)
(MHCl x VHCl (blanko)) – (MHCl x VHCl (sampel)) = Massa Asetosal / BE Asetosal
MHCl (VHCl (blanko)) – VHCl (sampel)) = Massa Asetosal / BE Asetosal
0,1 (8,7 – 1,7) = m. Asetosal /90
0,1 x 7 = m. Asetosal / 90
0,7 x 90 = m. Asetosal
m. Asetosal = 63 gram

 Larutan Blangko
Setelah dilakukan titrasi pada larutan blanko NaOH, larutan titrat berubah dari warna
merah keunguan menjadi bening membutuhkan 8,7 mL NaOH.
VI. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, menentukan “Penetapan Kadar Asetosal/Aspirin/Asam Asetil


Salisilat pada sediaan tablet dengan Metode Asidi-Alkalimetri”. Titrasi adalah analisa kimia
kuantitatif berdasarkan pengukuran jumlah reagen yang konsentrasinya diketahui yang
diperlukan untuk bereaksi dengan analit. Metode titrasi yang sering dilakukan adalah metode
asidimeti dan alkalimetri. Penggunaan indikator pada metode titrasi ini bertujuan untuk
mengamati titik akhir dari suatu titrasi. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat mulai terjadi
perubahan warna. Selain dari itu, terdapat juga titik ekivalen, yaitu titik dalam suatu titrasi di
mana jumlah ekuivalen titrasi sama dengan jumlah ekuivalen analit. Titik akhir titrasi tidak
selalu sama dengan titik ekivalen, tetapi biasanya titik akhir titrasi bisa sedekat mungkin
dengan titik ekivalen. Pada metode alkalimetri yang digunakan adalah indikator PP.

Pertama melakukan prosedur yang pertama yaitu menghitung rata-rata 3 tablet dan
didapatkan hasil 0,23 gram. Lalu, ketiga tablet tersebut digerus dan diambil sebanyak rata-
rata (0,23 gram), selanjutnya adalah memasukkan sampel obat ke dalam beaker glass
kemudian ditambah 25 mL NaOH dan 5 mL etanol 95%, kemudian panaskan selama kurang
lebih 10 menit, lalu diamkan hingga dingin. Setelah dingin larutan diambil 10 mL dan
ditambahkan indicator pp, kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,1 N
dengan dua kali pengulangan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Selanjutnya adalah
melakukan prosedur yang kedua yaitu pengecekan blanko berupa larutan NaOH tanpa
sampel yang dititrasi dengan HCl 0,1 N juga. Setelah dilakukan langkah-langkah tersebut,
dilakukan perhitungan dan didapatkan hasil kadar asam asetilsalisilat atau asetosal sebanyak
27,2% sampai 27,4% per tabletnya.,

VII. Kesimpulan

a. Hasil dari rata-rata sebanyak 3 tablet aspirin yaitu 0,23 gram.


b. Hasil dari penentuan kadar asam asetilsalisilat adalah sebanyak 21,5% sampai
22,7 %
c. Hasil pengecekan blanko adalah positif karena setelah dititrasi berubah menjadi
warna bening dan didapatkan hasil 8,7 mL.
VIII. Daftar Pustaka

Anonim, 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta : Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.
Anonim, 2020. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H., 1980, Ilmu Kimia Untuk
Universitas, Jilid I, Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta.
Keenan, Charles W. dkk., 1991, Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid I, Erlangga,
Jakarta.
Lusiana, Darsono. (2002). Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan
Parasemol. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
 Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai