Disusun oleh :
Achmad Fairuz Zabadi : 2019.06.02.0.0023
PAMEKASAN
2020
1. Tujuan Praktikum
2. Dasar Teori
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang
sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Badan POM Indonesia
menyebutkan bahwa obat ini merupakan analgesik antiinflamasi pilihan pertama (Cartika,
2017). Prosedur penetapan kadar asetosal yang tertera dalam Farmakope Indonesia,
menunjukkan bahwa asetosal dapat ditentukan kadarnya dengan metode asidi-alkalimetri.
Metode analisis ini merupakan metode titrasi tidak langsung, yang dilakukan dengan
mereaksikan asetosal dengan larutan baku natrium hidroksida berlebih.
Pemerian bahan
NaOH (Kemenkes RI,2020:1224)
Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pelet kecil,
serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh dan menunjukkan pecahan
hablur. Jika terpapar di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Alat :
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Buret 50 ml
3. Labu ukur 500 ml
4. Gelas ukur
5. Gelas kimia 100 ml
6. Neraca analitik
7. Pipet tetes
8. Corong
9. Mortir dan stemper
Bahan :
1. Sampel tablet asetosal
2. Natrium hidroksida 0,1 N
3. Asam klorida 0,1 N
4. Indikator fenolftalein
5. Etanol 95%
4. Prosedur Kerja
1 0,24
2 0,22
3 0,23
Rata2 0,23
o Blanko
Setelah dilakukan titrasi pada larutan blanko NaOH, larutan titrat berubah dari
warna merah keunguan menjadi bening membutuhkan 10,20 ml NaOH.
Percobaan ke 2 :
Kadar Asetosal (mg/tablet)
Mgrek HCl = Mgrek NaOH (Mgrek asetosal)
(MHCl x VHCl (blanko)) – (MHCl x VHCl (sampel)) = Massa Asetosal / BE Asetosal
MHCl (VHCl (blanko)) – VHCl (sampel)) = Massa Asetosal / BE Asetosal
0,1 (10,2 – 4,4) = m. Asetosal /90
0,1 x 5,8 = m. Asetosal / 90
0,58 x 90 = m. Asetosal
m. Asetosal = 52,2 gram
6. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu menetapkan kadar asetosal dengan metode asidi-alkalimetri,
praktikum kali ini jelas berbeda dari praktikum sebelumnya karena larutan titratnya
menggunakan senyawa yang bersifat asam bukan basa. Pertama adalah menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan dengan mencucinya lalu dikeringkan. Kemudian melakukan prosedur
yang pertama yaitu menimbang tablet lalu dihitung rata-rata dari ketiga tablet tersebut kemudian
digerus lalu diambil sebanyak rata-rata, selanjutnya adalah masukkan sampel obat ke dalam
beaker glass kemudian ditambah NaOH, dan etanol 95%, kemudian panaskan selama kurang
lebih 10 menit, lalu diamkan hingga dingin. Setelah dingin larutan diambil sesuai intruksi dan
ditambahkan indikator, kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,1 N dengan dua
kali pengulangan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Selanjutnya adalah melangkah pada
prosedur kerja yang kedua yaitu pengecekan blanko berupa larutan NaOH tanpa sampel yang
dititrasi dengan HCl 0,1 N juga. Setelah dilakukan langkah-langkah tersebut, dilakukan
perhitungan dan didapatkan hasil kadar asam asetilsalisilat atau asetosal sebanyak 21,5% sampai
22,7 % per tabletnya.
7. Kesimpulan
a. Hasil pengecekan blanko adalah positif karena setelah dititrasi berubah menjadi
warna bening
b. Hasil dari penentuan kadar asam asetilsalisilat adalah sebanyak 21,5% sampai
22,7 %
8. Daftar Pustaka
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Anonim, 2020. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Cartika, Harpolia. 2017. Kimia Farmasi II. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Dokumentasi :