202206050397 Progsus Semester 5 Alih Jenjang S1 Farmasi 1. a. Etiologi yang mendasari gejala • Ketidakseimbangan Produksi dan Ekskresi Asam Urat Penurunan ekskresi asam urat dapat terjadi pada keadaan insufisiensi renal, nefropati, dehidrasi, maupun konsumsi alkohol dalam jangka waktu lama. Peningkatan produksi asam urat dapat terjadi pada Sindroma Lesch- Nyhan, defisiensi glukosa-6-fosfat, dan saperaktivitas phosphoribosyl pyrophosphate synthetase. Peningkatan asam urat ini akan menimbulkan pembentukan kristal monosodium urat yang terdeposit pada sendi dan saluran kemih. • Peran genetik Sebuah studi di Jepang menunjukkan peran variasi genetik ABCG2 dalam terjadinya gout. Selain itu, studi di Irak melaporkan bahwa penyakit gout berhubungan dengan disfungsi SCIA29 yang meningkatkan ekspresi SNP. SNP pada exon 8 berhubungan dengan peningkatan kadar asam urat. • Faktor Risiko Faktor risiko gout antara lain usia tua, asupan senyawa tinggi purin, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, serta penggunaan diuretik b. Patofisiologi gout dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu : • Fase 1: Hiperurisemia Hiperurisemia dapat terjadi akibat konsumsi bahan makanan tinggi purin sebagai sumber purin eksogen. Secara klinis pasien dalam fase hiperurisemia asimtomatik ketika kadar asam urat darah 6,8 mg/dl tetapi tanpa gejala klinis Fase ini dapat berlangsung bertahun-tahun dan masuk ke fase gout bila sudah terjadi serangan akut. • Fase 2 : Gout Akut (Acute Flare) Ketika kadar asam urat dalam serum sudah terlalu jenuh (lebih dari 6,8 mg/dL), mulai terbentuk deposisi monosodium urat yang dapat terakumulasi menjadi kristal asam urat. Penderita sudah memasuki fase arthritis gout akut (acute flare) ketika penderita mulai memiliki keluhan nyeri sendi akut dan kemerahan di salah satu sendinya. Pada pemeriksaan fisik terdapat pembengkakan sendi, kemerahan, nyeri tekan, teraba hangat pada sendi monoartikular, terutama pada sendi metatarsofalangeal I, pergelangan kaki, serta sering disertai febris. Gejala akut ini dapat hilang sendiri dalam beberapa hari. • Fase 3 : Stadium Interkritikal (Interval) Ketika serangan akut mereda setelah pemberian analgesik atau kolkisin, penderita memasuki fase remisi. Fase ini bersifat asimtomatik, namun kadar asam urat penderita masih tinggi. Jika pasien belum diberi terapi penurun asam urat, fase ini dapat dihentikan oleh serangan akut baru yang mungkin akan terjadi semakin sering. Fase ini dapat berlangsung bertahun-tahun hingga diakhiri dengan pembentukan tophus yang menandai fase kronis. • Fase 4 : Stadium Kronis dengan Pembentukan Tophus (Chronic Topaseous Gouthy Arthropathy/ CTGA) Hiperurisemia berkepanjangan yang sudah mengalami serangan akut sebelumnya, bila tidak diberikan terapi penurun asam urat akan terus melangsungkan proses inflamasi sistemik. Proses inflamasi sistemik ini termasuk merusak semakin banyak sendi, sehingga semakin banyak sendi yang mengalami peradangan (poliartritis). 2. Data laboratorium merupakan data penunjang dari patogenesis penyakit. Dalam data hasil laboratorium menunjukkan kadar sehingga bisa menentukan penyakit dan dosis obatnya. 3. Tujuan pengobatan pada penderita artritis gout adalah untuk mengurangi rasa nyeri, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah terjadinya kelumpuhan. • Na diklofenak termasuk dalam obat antiradang nonsteroid (OAINS). Obat ini bekerja dengan cara menghentikan produksi senyawa yang menyebabkan rasa nyeri. Na diklofenak topikal meredakan rasa nyeri akibat arthritis yang umumnya terjadi pada lutut, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan. Na diklofenak oral digunakan untuk membantu meredakan gejala arthritis, serta mengobati radang sendi yang menyerang sendi tulang belakang atau ankylosing spondylitis. • Kolsikin bekerja dengan cara menghentikan pembentukan protein khusus, sehingga bisa mencegah aktivasi dan pergerakan sel darah putih jenis neutrofil ke area peradangan. Dengan begitu, keluhan bengkak dan nyeri sendi akibat serangan penyakit asam urat akan mereda • Allopurinol adalah obat generik yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. Obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim xanthine oksidase sehingga menghambat pembentukan asam urat dan juga dapat menghambat sintesis purin. 4. Ketika tubuh kekurangan oksigen, purin akan lebih cepat dipecah menjadi asam urat. Hal inilah yang menyebabkan asam urat sering kambuh di malam hari. 5. a. Na menghambat produksi prostaglandin b. Voltaren Retard adalah obat yang mengandung Natrium Diklofenak digunakan untuk mengatasi nyeri dan pembengkakan akibat rheumatoid arthritis, gout arthritis serta ketika pasien juga mengalami peradangan, dan mengurangi gangguan inflamasi (peradangan) secara umum. c. Terapi obat untuk mengatasi asam urat adalah obat urikosurik dan penghambat xantin oksidase. Obat urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon memiliki mekanisme kerja menigkatkan klirens ginjal untuk asam urat dengan cara mengurangi reabsorbsi dari asam urat pada tubulus piroksimal, sedangkan obat penghambat xantin oksidase seperti allopurinol bekerja dengan cara menghambat perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Dilihat dari mekanisme kerjanya obat allopurinol dan obat probenesid sering dipakai untuk menurunkan kadar asam urat darah, dimana obat allopurinol menurunkan produksi asam urat dan obat probenesd meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin d. Obat ini juga dapat memperbanyak jumlah serangan gout pada masa awal penggunaannya. 6. merupakan obat golongan diuretik yang kerap digunakan pada penderita hipertensi, terutama yang mengalami bengkak-bengkak tubuh. Bisa juga, obat ini diresepkan pada penderita edema, misalnya karena gagal jantung kongestif sirosis, penyakit ginjal, dan sebagainya. Tentu, bengkak tubuh akibat kondisi-kondisi ini berbeda dengan bengkak yang dialami oleh penderita hiperuricemia. Memang benar, furosemide bisa membantu mengurangi bengkak, namun bukan bengkak yang disebabkan oleh hiperuricemia. Furosemide sendiri tidak bisa menurunkan kadar asam urat yang tinggi, melainkan justru bisa meningkatkannya. 7. Tata laksana asam urat didukung dengan modifikasi gaya hidup dengan mengatur pola makan, menurunkan berat badan, dan mengendalikan komorbid bila ada. Pasien mengatur asupan dengan membatasi konsumsi purin, membatasi minuman dan makanan kalengan pemanis buatan, minuman bersoda, dan minuman beralkohol.