Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asam Urat


Asam urat merupakan produk sisa dari metabolisme purin  yang berasal
dari protein yang banyak dikosumsi dari makanan seperti danging, jeroan, ikan
dan sarden. Seperti yang diketahui bahwa asam urat disintesis dihati kemudian
mengalir melalui darah keginjal untuk difiltrasi dan direabsorbsi sebagian dan
diekresikan melalui urine. Asam urat direabsorsi sebagian dimaksudkan untuk
diuraikan atau diubah menjadi zat yang lebih sederhana yang dapat dimanfaatkan
oleh tubuh.
Asam urat kurang larut dalam air dan konsentasi urat yang tinggi dalam
urine menyebabkan pengendapan kristal asam urat yang dapat menyebabkan batu
ginjal. Kadar asam urat darah yang tinggi sering menyebabkan pengendapan
kristal urat yang disebut gout dengan gejalautamanya berupa radang sendi atau
arthritis gout di bedakan  dari ada  tidaknya  penyebab yang di ketahui sebelum
serangannya terjadi yaitu gout primer tanpa penyebab jelas  (90%), gout sekunder
dengan penyebab jelas  (10%).
Asam urat sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai
antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel. Setiap peremajaan sel, kita
membutuhkan asam urat. Jika tubuh kekurangan asam urat sebagai antioksidan
maka akan banyak oksidasi atau radikal bebas yang bisa membunuh sel-sel kita.
Metabolisme tubuh secara alami menghasilkan asam urat. Makanan yang
dikonsumsi juga menghasilkan asam urat. Asam urat menjadi masalah ketika
kadar di dalam tubuh melewati batas normal.
2.2 Metabolisme Asam Urat
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang terdiri dari
komponen karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen dengan rumus molekul
C5H4N4O3. Pada pH alkali kuat, asam urat membentuk ion urat dua kali lebih
banyak daripada pH asam. Purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat
dalam diet diubah menjadi asam urat secara lansung. Pemecahan nukleotida purin
terjadi di semua sel, tetapi asam urat hanya dihasilkan oleh jaringan yang
mengandung xhantine oxidaseterutama di hepar dan usus kecil. Rerata sintesis
asam urat endogen setiap harinya adalah 300-600 mg per hari, dari diet 600 mg
per hari lalu dieksresikan ke urin rerata 600 mg per hari dan ke usus sekitar 200
mg per hari.
Dua pertiga total urat tubuh berasal dari pemecahan purin endogen, hanya
sepertiga yang berasal dari diet yang mengandung purin. Pada pH netral asam urat
dalam bentuk ion asam urat (kebanyakan dalam bentuk monosodium urat),
banyak terdapat di dalam darah. Konsentrasi normal kurang dari 420 μmol/L (7,0
md/dL). Kadar urat tergantung jenis kelamin, umur, berat badan, tekanan darah,
fungsi ginjal, status peminum alkohol dan kebiasaan memakan makanan yang
mengandung diet purin yang tinggi. Kadar Asam Urat mulai meninggi selama
pubertas pada laki-laki tetapi wanita tetap rendah sampai menopause akibat efek
urikosurik estrogen. Dalam tubuh manusia terdapat enzim asam urat oksidase atau
urikase yang akan mengoksidasi asam urat menjadi alantoin.
Defisiensi urikase pada manusia akan mengakibatkan tingginya kadar
asam urat dalam serum. Urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus
gastrointestinal (30%). Kadar asam urat di darah tergantung pada keseimbangan
produksi dan ekskresinya.15 Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa
purin dari gugus ribosa, yaitu 5-phosphoribosyl-1- pirophosphat (PRPP) yang
didapat dari ribose 5fosfat yang disintesis dengan ATP (Adenosinetriphosphate)
dan merupakan sumber gugus ribosa.
Reaksi pertama, PRPP bereaksi dengan glutamin membentuk
fosforibosilamin yang mempunyai sembilan cincin purin. Reaksi ini dikatalisis
oleh PRPP glutamil amidotranferase, suatu enzim yang dihambat oleh produk
nukleotida inosinemonophosphat (IMP), adenine monophosphat (AMP) dan
guanine monophosphat (GMP). Ketiga nukleotida ini juga menghambat sintesis
PRPP sehingga memperlambat produksi nukleotida purin dengan menurunkan
kadar substrat PRPP. Inosine monophosphat (IMP) merupakan nukleotida purin
pertama yang dibentuk dari gugus glisin dan mengandung basa hipoxanthine.
Inosinemonophosphat berfungsi sebagai titik cabang dari nukleotida adenin dan
guanin. Adenosinemonophospat (AMP) berasal dari IMP melalui penambahan
sebuah gugus amino aspartat ke karbon enam cincin purin dalam reaksi yang
memerlukan GTP (Guanosine triphosphate). Guanosinemonophosphat (GMP)
berasal dari IMP melalui pemindahan satu gugus amino dari amino glutamin ke
karbon dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP.
Adenosine monophosphate mengalami deaminasi menjadi inosin,
kemudian IMP dan GMP mengalami defosforilasi menjadi inosin dan guanosin.
Basa hipoxanthine terbentuk dari IMP yang mengalami defosforilasi dan diubah
oleh xhantine oxsidase menjadi xhantine serta guanin akan mengalami deaminasi
untuk menghasilkan xhantine juga. Xhantine akan diubah oleh xhantine oxsidase
menjadi asam urat.
2.3 Definisi Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat
darah di atas normal. Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan metabolisme
asam urat, penurunan pengeluaran asam urat urin atau gabungan keduanya.
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat serum
di atas normal. Pada sebagian besar penelitian epidemiologi, disebut sebagai
hiperurisemia jika kadar asam urat serum orang dewasa lebih dari 7,0 mg/dl dan
lebih dari 6,0 mg/dl pada perempuan. Hiperurisemia yang lama dapat merusak
sendi, jaringan lunak dan ginjal. Hiperurisemia bisa juga tidak menampakkan
gejala klinis/ asimptomatis. Dua pertiga dari hiperurisemia tidak menampakkan
gejala klinis. Hiperurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat karena
diet tinggi purin atau penurunan ekskresi karena pemecahaan asam nukleat yang
berlebihan atau sering merupakan kombinasi keduanya.
2.4 Penyebab Hiperurisemia
Hiperurisemia di sebabkan oleh dua faktor utama yaitu meningkatnya
produksi asam urat dalam tubuh, hal ini di sebabkan karena sintesis atau
pembentukan asam urat yang berlebihan. Produksi asam urat yang berlebihan
dapat di sebabkan karena leukimia atau kanker darah yang mendapat terapi
sitostatika. Faktor yang kedua adalah pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang
(gout renal), gout renal primer di sebabkan karena ekskresi asam urat di tubuli
distal ginjal yang sehat, dan gout renal sekunder di sebabkan ginjal yang rusak,
misalnya pada glomerulonefritis kronis, kerusakan ginjal kronis (chronic renal
failure).
Tahapan gout ada 4 fase yaitu:

a. Hiperurisemia asimtomatik
Pada tahap ini terjadi kelebihan asam urat tetapi tidak menimbulkan gejala

klinik. hiperurisemia yang tidak terkontrol bisa menyebabkan

pembentukan kristal urat sehingga akan terjadi kerusakan yang


tersembunyi. Sepertiga hiperurisemia asimtomatik akan berkembang
menjadi arthritis gout selama >10-15 tahun. Penderita hiperurisemia ini
harus di upayakan untuk menurunkan kelebihan urat tersebut dengan
mengubah pola makan atau gaya hidup.
b. Gout akut
Pada tahap ini gejalanya muncul tiba– tiba dan biasanya menyerang satu
atau beberapa persendian. Timbulnya gejala awal akibat kristal urat di
persendian karena dikeluarkannya mediator inflamasi. Hal ini terjadi pada
saat kristal asam urat berinteraksi dengan monosit yang aktif dan
merupakan awal tanda inflamasi. Sakit yang di rasakan penderita sering di
mulai di malam hari, dan rasanya berdenyut-denyut atau nyeri seperti di
tusuk jarum. Persendian yang terserang meradang, merah, terasa panas dan
bengkak. Rasa sakit pada persendian tersebut mungkin dapat berkurang
dalam beberapa hari, tapi bisa muncul kembali pada interval yang tidak
menentu. Serangan susulan biasanya berlangsung lebih lama, pada
beberapa penderita berlanjut menjadi artritis gout yang kronis, sedang di
lain pihak banyak pula yang tidak akan mengalaminya lagi. Serangan
pertama gout biasanya pada ekstremitas bawah dan bersifat monoartikuler.
Gout akut dengan episode berulang memberikan tanda sistemik berupa
panas, leukositosis dan peningkatan laju endap darah (LED). Berlangsung
3-10 hari dan berangsur-angsur gejalanya berkurang tanpa terapi.
c. Gout Intercritical
Pada tahap ini penderita mengalami serangan asam urat yang berulang–
ulang tapi waktunya tidak menentu. Stadium yang tenang, masih
hiperurisemia dan penyakit akan berlanjut jika kenaikan asam urat tidak
diterapi. Indikator pada hiperurisemia yang tidak terkontrol didapatkan
kristal urat pada persendian meskipun tanpa gejala. Kejadian beberapa
minggu sampai beberapa tahun.
d. Gout Cronic Tophaceous
Pada tahap ini masa kristal asam urat (tophi) menumpuk di berbagai
wilayah jaringan lunak tubuh penderitanya. Ditandai dengan
berkembangnya gout di sendi dan sekelilingnya yang bisa mengakibatkan
kerusakan pada sendi. Tophi bisa ditemukan pada jaringan lunak termasuk
tendon dan lemak subcutaneus. Tophi adalah timbunan kristal
monosodium urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi,
sinovial, bursa atau tendon. Tophi bisa juga ditemukan di jaringan lunak
dan otot jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal tenggorokan.
Pada stadium ini bisa mengenai poliartikular dan mencapai ekstremitas
atas.
Penumpukan asam urat yang berakibat peradangan sendi tersebut bisa juga
di cetuskan oleh cidera ringan akibat memakai sepatu yang tidak sesuai ukuran
kaki, selain terlalu banyak makan yang mengandung senyawa purin (misal
jeroan), konsumsi alkohol, tekanan batin (stress), karena infeksi atau efek
samping penggunaan obat–obat tertentu (diuretik).
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hiperurisemia
a. Nutrisi
Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam
nukleat atau asam inti dari sel dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur
pembentuk protein. Makanan dengan kadar purin tinggi (150 – 180 mg/100 gram)
antara lain jeroan, daging baik daging sapi, babi, kambing atau makanan dari hasil
laut (sea food), kacangkacangan, bayam, jamur, kembang kol, sarden, kerang,
minuman beralkohol. Pada pria yang memakan daging baik daging sapi atau
kambing bisa meningkatkan risiko asam urat 21%. Namun makanan tinggi purin
dari sumber nabati seperti asparagus, polong– polongan, kembang kol dan bayam
tidak meningkatkan faktor risiko.
b. Obat- obatan
Obat-obatan diuretika (furosemid dan hidroklorotiazida), obat kanker,
vitamin B12 dapat meningkatkan absorbsi asam urat di ginjal sebaliknya dapat
menurunkan ekskresi asam urat urin.
c. Obesitas

Kelebihan berat badan (IMT ≥ 25kg/m²) dapat meningkatkan kadar asam urat
dan juga memberikan beban menahan yang berat pada penopang sendi tubuh.
Sebaiknya berpuasa dengan memilih makanan rendah kalori tanpa mengurangi
konsumsi daging (tetap memakan daging berlemak) juga dapat menaikkan kadar
asam urat. Diet makanan rendah kalori dapat menyebabka kelaparan sehingga
menyebabkan hiperurisemia.

e. Usia
Meskipun kejadian hiperurisemia bisa terjadi pada semua tingkat usianamun
kejadian ini meningkat pada laki – laki dewasa berusia ≥ 30 tahun dan wanita
setelah menopause atau berusia ≥ 50 tahun, karena pada usia ini wanita
mengalami gangguan produksi hormon estrogen.

2.6 Manifestasi Klinis Hiperurisemia


1. Nyeri  pada satu atau beberapa sendi dimalam hari, makin lama makin
memburuk
2. Pada sendi yang bengkak, kulit kemerahan hingga keunguan, licin dan
hangat
3. Demam, menggigil, tidak enak badan, pada beberapa penderita terjadi
peningkatan denyut jantung
4. Bila benjolan kristal di sendi pecah akan keluar massa seperti kapur
5. Kadar asam urat dalam darah tinggi
Gambar II.1 Sendi yang berpotensi terserang asam urat

Nyeri sendi merupakan indikator utama gout, sendi merupakan bagian yang
paling mudah dihinggapi kristal-kristal asam urat selain juga pada bagian kulit
dan ginjal yang merupakan akibat dari penambahan kadar asam urat dalam darah.
Kristal-kristal tersebut akan menyebar ke dalam rongga-rongga sendi sehingga
terjadilah peradangan akut atau terjadi gout. Jika terjadi selama bertahun-tahun,
deposit kristal asam urat dalam sendi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan
sendi secara permanen. Gejala muncul karena zat purin di dalam sendi sudah
terlalu banyak, sehingga bisa menyebabkan sendi membengkak. Selain bengkak,
akan muncul rasa sakit, nyeri bahkan panas pada sendi. Sendi juga akan kaku
sehingga lebih sulit di gerakan dengan bebas. Maka dari itu efek dari penyakit
asam urat menyebabkan penderitanya sulit untuk menggerakan tubuhnya dengan
baik.
2.7 Diagnosis
Kriteria diagnosis gout berdasarkan Asosiasi Rematik Amerika 1997 adalah
sebagai berikut :
1. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi
2. Adanya tophi yang berisi kristal urat
3. Di dapatkan kristal urat yang khas dalam cairan sendi atau tophi berdasarkan
pemeriksaan kimiawi, dan mikroskopik dengan sinarterpolarisasi, kriteria di
bawah ini :
a. Lebih dari sekali mengalami serangan akut artritis.
b. Inflamasi maksimal terjadi pada hari pertama
c. Terjadi peradangan secara maksimal dalam sehari.
d. Oligoartritis (jumlah sendi yang meradang 2 -4)
e. Kemerahan pada sendi yang meradang.
f. Sendi metatarsopalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak.
g. Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsopalangealpertam.
h. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).
i. Tophi (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartigokartikular
(tulang rawan) dan kapsula sendi.
j. Hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl).
k. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).
l. Serangan artritis akut berhenti secara menyeluruh.
2.8 Komplikasi Hiperurisemia
2.9 Pemeriksaan Asam Urat

2.10 Penatalaksanaan
Terapi untuk serangan gout yaitu:
1. Kolkisin Dosis : 0,5 – 0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal dan
diikuti 0,5 – 0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau mulai timbul
gejala saluran cerna, misalnya muntah dan diare. Dapat diberikan dosis
maksimum sampai 7 – 8 mg tetapi tidak melebihi 7,5 mg dalam waktu 24 jam.
Untuk profilaksis diberikan 0,5 – 1,0 mg sehari.
2. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) Contohnya: indometasin,
fenilbutazon
3. Obat urikosurik/ anti hiperurisemia Contohnya: alopurinol, probenesid,
sulfinpirazon, dan febuxostat
4. Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan gejala gout akut dan
akan mengontrol serangan. Kortikosteroid ini sangat berguna bagi pasien yang
dikontraindikasikan terhadap golongan NSAID. Jika goutnya monarticular,
pemberian antraarticular yang paling efektif. Contohnmya: dexametason,
hidrokortison, prednisone.
2.11 Diet Penderita Hiperurisemia

1. Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan asam
urat harus melakukan diet bebas purin. Yang harus dilakukan adalah
membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet normal
biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari).
2. Memenuhi kalori sesuai kebutuhan
Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang
kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap
memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit
juga bisa meningkatkan kadar asam urat.
3. Konsumsi Makanan Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam darah. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan
asam urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat
badan/hari. Sumber protein yang disarankan adalah protein nabati yang
berasal dari susu, keju dan telur.
4. Konsumsi Makanan Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari.
Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15% dari total kalori.
5. Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui
urin. Karena itu, anda disarankan untuk menghabiskan minum minimal
sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air putih
masak, teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui
buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang
disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan
jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh
dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-
buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya
mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Dianati Nur Amalina,2015. Gout dan Hiperurisemia. Universitas Negeri
Lampung. J MAJORITY . Volume 4 Nomor 3

Effendy Maulidya Filda,2017. Peningkatan Kadar Asam Urat Pada Pasien Yang
Mengkonsumsi Makanan Tinggi Purin Di Rsud Moh. Saleh Probolinggo. SMK
Kesehatan BIM Probolinggo

Anda mungkin juga menyukai