Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PRAKTIKUM DIAGNOSTIK KLINIK HIPERURISEMIA

Nama : Desi Puspita Sari


NRP : 2443020065

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2020 – 2021
BAB I
PENDAHULUAN
Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal yang merupakan produk akhir dari
metabolisme atau pembentukan purin (bentuk turunan nukleopretein), yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel tubuh. Secara alamiah purin terdapat
dalam tubuh dan dijumpai pada makanan dari sel hidup.Setiap orang memiliki asam urat
dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme menhasailkan asam urat.
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat serum
di atas normal. Pada sebagian besar penelitian epidemiologi, disebut sebagai
hiperurisemia jika kadar asam urat serum orang dewasa lebih dari 7,0 mg/dl dan lebih dari
6,0 mg/dl pada perempuan. Hal ini bisa terjadi karena peningkatan pembentukan asam
urat, penurunan pengeluaran asam urat urin, ataupun keduanya. Bila keadaan
hiperurisemia ini berkepanjangan dapat menyebabkan gout atau pirai.

Gout adalah sejenis sakit sendi atau arthritis yang ditandai dengan pembengkakan
pada sendi akibat kadar asam urat berlebih dalam tubuh. Meski penyakit ini dapat
menyerang sendi mana saja, umumnya Gout menyerang jempol kaki. Kondisi ini sering
menyebabkan pembengkakan besar dan menimbulkan rasa sakit yang menyiksa, dan
terkadang bahkan tidak tertahankan. Namun tidak semua gout atau pirai adalah
peradangan akibat adanya penumpukan kristal monosodium urat pada jaringan terutama
sendi, akibat peningkatan kadar asam urat (Tehutaeiory, 2004). Pembentukan tofus
(endapan asam urat) dalam tulang dan tulang rawan (misalnya pada daun telinga) atau
batu kemih. Penumpukan asam urat dalam jaringan kerangka dapat menimbulkan cacat
(deformitas), sedangkan batu kemih bisa mnegakibatkan gagal ginjal.

BAB II
PEMBAHASAN
Asam urat dalam tubuh dihasilkan melalui dua cara. Pertama, sebagai hasil akhir
pemecahan asam amino non-esensial, glutamin dan asam aspartat. Proses ini terjadi
dalam tubuh setiap orang, karena asam urat merupakan komponen yang diperlukan tubuh
dalam jumlah tertentu. Kedua, sebagai hasil akhir proses metabolisme purin yang berasal
dari makanan. Penumpukan asam urat karena sebab pertama jarang terjadi. Yang lebih
sering adalah akibat tingginya konsumsi makanan yang banyak mengandung purin,
disertai pola konsumsi sehari-hari dengan gizi yang kurang seimbang seperti terlalu
banyak makan makanan berlemak dan mengandung kolesterol tinggi.

Hiperurisemia atau peningkatan asam urat terjadi akibat beberapa hal, yaitu
peningkatan produksi asam urat, penurunan eksresi asam urat, dan gabungan keduanya.
Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat peningkatan kecepatan biosintesa purin dari
asam amino untuk membentuk inti sel DNA dan RNA. Peningkatan produksi asam urat
juga bisa disebabkan asupan makanan kaya protein dan purin atau asam nukleat
berlebihan. Asam urat akan meningkatkan dalam darah jika eksresi atau pembuangannya
terganggu. Sekitar 90 % penderita hiperurisemia mengalami gangguan ginjal dalam
pembuangan asam urat ini. Dalam kondisi normal, tubuh mampu mengeluarkan 2/3 asam
urat melalui urin (sekitar 300 sampai dengan 600 mg per hari). Sedangkan sisanya
dieksresikan melalui saluran gastrointestinal (Soeroso dan Algristian, 2011).
Hiperurisemia di sebabkan oleh dua faktor utama yaitu meningkatnya produksi
asam urat dalam tubuh, hal ini di sebabkan karena sintesis atau pembentukan asam urat
yang berlebihan. Produksi asam urat yang berlebihan dapat di sebabkan karena leukimia
atau kanker darah yang mendapat terapi sitostatika. Faktor yang kedua adalah
pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal), gout renal primer di sebabkan
karena ekskresi asam urat di tubuli distal ginjal yang sehat, dan gout renal sekunder di
sebabkan ginjal yang rusak, misalnya pada glomerulonefritis kronis, kerusakan ginjal
kronis (chronic renal failure).
Tahapan gout ada 4 fase yaitu:
a. Tanpa gejala Pada tahap ini terjadi kelebihan asam urat tetapi tidak
menimbulkan gejala klinik. Penderitan hiperurisemia ini harus di upayakan untuk
menurunkan kelebihan urat tersebut dengan mengubah pola makan atau gaya hidup.
b. Gout akut Pada tahap ini gejalanya muncul tiba– tiba dan biasanya menyerang
satu atau beberapa persendian. Sakit yang di rasakan penderita sering di mulai di malam
hari, dan rasanya berdenyut-denyut atau nyeri seperti di tusuk jarum. Persendian yang
terserang meradang, merah, terasa panas dan bengkak. Rasa sakit pada persendian
tersebut mungkin dapat berkurang dalam beberapa hari, tapi bisa muncul kembali pada
interval yang tidak menentu. Serangan susulan biasanya berlangsung lebih lama, pada
beberapa penderita berlanjut menjadi artritis gout yang kronis, sedang di lain pihak banyak
pula yang tidak akan mengalaminya lagi.
c. Interkritikal Pada tahap ini penderita mengalami serangan asam urat yang
berulang–ulang tapi waktunya tidak menentu.
d. Kronis. Pada tahap ini masa kristal asam urat (tofi) menumpuk di berbagai
wilayah jaringan lunak tubuh penderitanya. Penumpukan asam urat yang berakibat
peradangan sendi tersebut bisa juga di cetuskan oleh cidera ringan akibat memakai
sepatu yang tidak sesuai ukuran kaki, selain terlalu banyak makan yang mengandung
senyawa purin (misal jeroan), konsumsi alkohol, tekanan batin (stress), karena infeksi atau
efek samping penggunaan obat–obat tertentu (diuretik).

BAB III
KESIMPULAN
Gout (pirai) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan penyakit
yang berkaitan dengan hiperurisemia, sedangkan Hiperurisemia didefinisikan
sebagai kadar Asam Urat serum lebih dari 7 mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 6
mg/dL pada wanita.

DAFTAR PUSTAKA
1. Soeroso, Joewono dan Hafid Algristian. 2011. Asam Urat. Jakarta : Penebar
Plus.
2. Tehutaeiory, E., 2004. Arthritis Pirai (Arthritis Gout). Suyono, S.(Ed), Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Volume 2, Penerbit F.K. UI, Jakarta, 85- 88.

Anda mungkin juga menyukai