Angiotensin receptor blocker (ARB) merupakan salah satu obat antihipertensi yang
bekerja dengan cara menurunkan tekanan darah melalui sistem renin-angiotensinaldosteron. ARB mampu menghambat angiotensin II berikatan dengan reseptornya,
sehingga secara langsung akan menyebabkan vasodilatasi, penurunan produksi
vasopresin, dan mengurangi sekresi aldosteron. Ketiga efek ini secara bersama-sama
akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
Angiostensinogen
adalah suatu
globulin
yang
disintesis
dalam hati dan beredar dalam darah. Renin
angiostensinogen
menjadi
angiotensin
berfungsi
mengubah
(AngI),
yang
merupakan
hormone
yang belum
aktif.
diubah
Selanjutnya
AngI
akan
oleh
15% hingga 40% dengan metabolisme terjadi di dinding intestinal untuk candesartan
sileksil, dan dihepar untuk candesartan yang dikatalisasi enzim sitokrom. Waktu
paruh candesartan adalah 5,1 sampai 10,5 jam, dan kemudian diekskresikan 33%
melalui renal dan 67% melalui feses.
diindikasikan untuk pasien dengan gagal jantung kongestif, candesartan juga dapat
dikombinasikan dengan ACE inhibitor untuk memperbaiki morbiditas dan mortalitas
penderita gagal jantung.
Efek samping : vertigo, sakit kepala; sangat jarang mual, hepatitis, kerusakan darah,
hiponatremia, nyeri punggung, sakit sendi, nyeri otot, ruam, urtikaria, rasa gatal.
Interaksi obat :
4. Ibesartan
Interaksi obat : obat diuretika dan antihipertensi lain, suplemen kalium dan diuretika
hemat kalium, AINS. Pemberian bersamaan litium dengan angiotensin converting
enzyme inhibitor dapat meningkatkan serum litium yang reversible dan toksisitasnya.
Obat-obatan yang dapat mempengaruhi kalium: kaliuretik diuretika lain, laksatif,
amfotericin, karbenoksolon, penisilin G natrium, derivat asam salisilat. Obat-obatan
yang dipengaruhi oleh gangguan serum kalium: glikosida digitalis dan antiaritmia.
Kombinasi dengan HCT (keterangan lihat HCT).
Efek samping : mual, muntah, lelah, nyeri pada otot; tidak terlalu sering: diare,
dispepsia, kemerahan, takikardia, batuk, disfungsi seksual; jarang: ruam, urtikaria;
sangat jarang: sakit kepala, mialgia, arthalgia, telinga berdenging, gangguan
pencecap, hepatitis, disfungsi ginjal.
a. Methyldopa
Merupakan prodrug yang dalam SSP menggantikan kedudukan DOPA dalam
sintesis katekolamin dengan hasil akhir -metilnorepinefrin. Metildopa
menrunkan resistensi vascular tanpa banyak mempengaruhi frekuensi curah
jantung.
Efek samping : sedasi, hipotensi postural, pusing, mulut kering, dan sakit kepala.
Penghentian pengobatan secara mendadak dapat menimbulkan fenomena
rebound berupa peningkatan TD mendadak.
Interaksi : pemberian bersama preparat besi dapat mengurangi absorpsi metildopa
sampai 70% tapi sekaligus mengurangi eliminasi dan menyebabkan akumulasi
metabolit sulfat.
b. Klonidin
Klonidin terutama bekerja pada reseptor 2 di susunan saraf pusat denga efek
kerja penurunan sympathetic outflow. Efek hipotensi klonidin terjadi karena
penurunan resistensi perifer dan curah jantung. Penurunan tonus simpatis
menyebabkan penurunan kontraktilitas miokard dan frekuensi denyut jantung.
Efek samping : mulut kering dn sedasi terjadi 50% psien yang berkurang setelah
beberapa minggu pengobatan. Gejala ortostatik kadang-kadang terjadi terutama
bila ada deplesi cairan. Efek sentral berupa mimpi buruk, insomnia, cemas dan
depresi. Retensi cairan dan toleransi semu terutama terjadi bila klonidin
digunakan sebagai obat tunggal.
c. Guanfansin & guanabenz
Sifat-sifat farmakologik dan efek sampingnya mirip dengan klonidin. Efek
antihipertensi guanabenz mencapai maksimal setelah 2-4 jam setelah pemberian
oral dan menghilang 10 jam kemudian.
Guanfansin mempunyai waktu paruh relative panjang (14-18 jam). Obat ini
terutama dieliminasi di ginjal dalam bentuk urin dan metabolik.