Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

RUMAH SAKIT SULTAN SYARIF MUHAMMAD ALKADRIE


PERIODE 01 FEBRUARI – 16 FEBRUARI 2023

Disusun Oleh :
Atika Saputri 209632
Bella Sapira 209635
Cristiany Agnesia Venny 209638
Fikri 209653
Hairunnisa 209656
Hendra Saputra 209659
Ika Adelia Putri 209662
Indri Astuti 209665
Laras Hati Syaputri 209674
Lisa Halijah 209677
Maysaroh Lubis 209680

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya yang telah memberikan banyak kesempatan, sehingga praktikan

dapat menyelesaikan laporan PKL ini.

Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan PKL (Praktek Kerja Lapangan) bagi mahasiswa Akademi Farmasi

Yarsi Pontianak, Program Studi DIII Farmasi untuk meningkatkan peran serta

mahasiswa dalam dunia kerja.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa

selesainya laporan PKL ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta

bimbingan dari berbagai pihak, baik bersifat moril maupun materil, oleh karena-

Nya, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya,

antara lain kepada :

1. apt. Adhisty Kharisma Justicia, M.Sc selaku Direktur Akademi Farmasi

Yarsi Pontianak.

2. apt. Martini selaku pembimbing di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie.

3. apt. Weni Puspita, M.Farm selaku pembimbing di Akademi Farmasi Yarsi

Pontianak.

4. Kepada seluruh staf di Puskesmas Perumnas 1 yang telah membimbing

dan membantu dalam Praktek Kerja Lapangan ini.

Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini disusun dengan sebaik-

baiknya, namun masih terdapat kekurangan di dalam penyusunan laporan PKL

ini, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak
sangat diharapkan, tidak lupa harapan kami semoga laporan Praktek Kerja

Lapangan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah ilmu

pengetahuan bagi kami.

Pontianak, Februari 2023

Pratikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan Kefarmasian di Rumah

Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan

Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau

bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik (Permenkes,

2016).

Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009 menyatakan bahwa rumah

sakit harus memenuhi persyaratan dalam hal lokasi, bangunan, infrastruktur, staf,

apotek, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin tersedianya

produk farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai medis yang bermutu tinggi,

bermanfaat, aman dan terjangkau.

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus memenuhi standar pelayanan

kefarmasian yang juga harus diatur dengan Keputusan Menteri

Kesehatan. Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut dan

perkembangan konsep pelayanan medik, maka perlu ditetapkan standar pelayanan

medik melalui Keputusan Menteri Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan

No. 58 Tahun 2014 tentang Kefarmasian. standar pelayanan rumah sakit

sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun


2016 tentang perubahan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014

tentang standar pelayanan farmasi rumah sakit (Permenkes, 2016).

Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu kegiatan yang harus

dilaksanakan oleh mahasiswa Akfar Yarsi Pontianak sebagai salah satu syarat

yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan DIII Farmasi Yarsi

Pontianak, merupakan kegiatan untuk menerapkan teori-teori yang telah diterima

saat proses pembelajaran perkuliahan ke dalam dunia kerja yang sebenarnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka beberapa teori-teori dan kegiatan

praktikum yang dipelajari selama perkuliahan dapat secara langsung dipraktikkan

di tempat pelaksanaan praktik kerja lapangan. Praktik kerja lapangan merupakan

pengenalan peluang kerja bagi mahasiswa. Partisipasi dalam praktik kerja

lapangan merupakan orientasi bagi mahasiswa dan dapat digunakan sebagai

sarana menginformasikan kepada mereka tentang dunia pendidikan kesehatan,

sehingga institusi kedokteran dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

1.2 Tujuan Praktek Kerja L,apangan

1. Meningkatkan memperluas dan memantapkan keterampilan yang

membentuk kemampuan mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki

lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan

yang ditetapkan.

2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan

pengalaman kerja yang nyata dan langsung secara terpadu, dalam

melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.


3. Memberikan pemahaman peran dan tugas sebagai Asisten Apoteker, serta

mengetahui pelayanan pengolahan obat serta pembekalan farmasi lainnya

di rumah sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Rumah Sakit
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), rumah sakit bagian integral

dari organisasi sosial dan kesehatan berdasarkan misinya menawarkan layanan

yang komprehensif. Menyembuhkan penyakit (kuratif) dan mencegah penyakit

(preventif) bagi masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan

Petugas kesehatan dan pusat penelitian medis. 

Menurut UU No. 44/2009 Rumah sakit adalah sebuah institusi palayanan

kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan individu yang menyediakan layanan

perawatan di rumah sakit, di ambulans dan di ruang gawat darurat sesuai dengan

peraturan kementerian kesehatan republik Indonesia N0 340/MENKES/PER/I/2010

rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan

staf yang menyediakan layanan rumah sakit dalam rawat jalan dan dalam situasi darurat.

2.2 Jenis Rumah Sakit

Menurut UU RI Tahun 2009 untuk rumah sakit nomor 44 jenis palayanan rumah

sakit diklasifikasikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit

umum menyediakan layanan kesehatan untuk semua orang bidang dan jenis penyakit.

Rumah sakit khusus memberikan pelayanan hanya pada satu bidang atau satu jenis

penyakit tertentu berdasarkan jenis penyakit, organ, atau kekhususan yang lain.
2.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut UU RI tentang Rumah Sakit No.44 Tahun 2009, klasifikasi rumah sakit

umum terdiri atas:

a. Rumah sakit umum kela A mempunyaì fasilitas dan pelayanan medik paling

sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua

belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.

b. Rumah sakit umum kelas B mempunyai fasilitas dan pelayanan medik paling

sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, (delapan)

spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar medik.

c. Rumah sakit umum kelas C mempunyai fasilitas dan pelayanan medik paling

sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang

d. Rumah sakit umum kelas D mempunyai fasilitas dan pelayanan medik paling

sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

2.3 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit

Adapun tugas rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan yang

bermutu dan bertanggung jawab kepada masyarakat, khususnya di area supply.

Sedangkan fungsi rumah sakit menyelenggarakan pelayanan spesialistik atau medik

sekunder dan pelayanan subspesialistik atau medik tersier. Oleh karena itu produk utama

(core product) rumah sakit adalah pelayanan medic (Sari, Irine Diana, 2010).

Rumah sakit juga memiliki fungsi dalam pelaksanaannya, Fungsi Rumah sakit

dilihat dari UU No 44/2009. memiliki fungsi Untuk menjalankan tugas yaitu:


a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan

standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan.

c. Pemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan penyelenggaraan

penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam.

d. Rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu

pengetahuan bidang

2.3 Tujuan Rumah Sakit

Tujuan manajemen rumah sakit tidak lepas dari kebutuhan itu masyarakat

memiliki hak atas kesehatan, sebagaimana ketentuan undang-undang tersebut salah

satunya tertuang dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Pada

saat yang sama, pemerintah memiliki tanggung jawab mencapai derajat kesehatan yang

setinggi-tinggi nya, termasuk untuk memberikan pelayanan kesehatan bila diperlukan dan

salah satunya kesehatan adalah rumah sakit.

Tujuan pengorganisasian rumah sakit dirumuskan dalam pasal 3 UU kesehatan,

yang menyatakan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kewaspadaan kemempuan untuk hidup sehat sehingga setiap

orang memahami tingkat kesehatan masyarakat unggul, investasi dalam pengembangan

sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan dalam pasal

3 undang-undang No. 44 tahun 2009 penyelenggaraan rumah sakit bertujuan :

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan


b. Melindungi keselamatan pasien, publik, lingkungan rumah sakit dan staf rumah

sakit

c. Meningkatkan mutu dan pemeliharaan standar pelayanan rumah sakit.

d. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan sumber daya.

2.4 Definisi Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap,

kemampuan dan keterampilan vang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah.

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan diberbagai instansi akan sangat berguna bagi

mahasiswa untuk dapat menimba ilmu pengetahuaan, keterampilan dan pengalaman.

Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu svarat untuk menvelesaikan

rendidikan Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta melalui Praktek Kerja Lapangan

in mahasiswa akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir,

menambah ide-ide yang berguna dan dapat menambah pengetahuaan mahasiswa

sehingga dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab mahasiswa terhadap

apa yang ditugaskan kepadanya (Fitriana, 2009).


BAB III

GAMBARAN UMUM PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Sejarah Rumah Sakit

RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie merupakan rumah sakit umum daerah

yang di bangun oleh pemerintah kota pontianak pada tahun 2010, rumah sakit ini

diresmikan pada tanggal 24 oktober 2012 dan mulai beroperasional pada tanggal 1

november 2012. RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie didirikan di atas tanah

seluas 3,9 hektar dengan luas bangunan ± 20.940 m2 dan rumah sakit ini berlokasi di

kelurahan Sungai Beliung Kecamatan Pontianak Barat Jalan Komodor Yos Sudarso

Pontianak. Sebagai satu-satunya rumah sakit yang menjadi kebanggaan warga kota

pontianak. RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie dilengkapi dengan peralatan

medis terkini serta memiliki berbagai layanan unggulan, antar lain stroke center,

klinik diabetes melitus, general health check up yang komprehensif, lengkap dan

berada di satu tempat, serta unit kegawat daruratan yang modern, lengkap dan luas

yang mampu memberikan pelayanan pasien gawat darurat dengan cepat dan bermutu.

Selain itu juga tersedia sarana, prasarana dan pelayanan diagnostik lainnya seperti

hemodialisa, laboratorium, radiology dan imagingtersedia untuk mendukung

pelayanan kesehatan yang prima dan paripurna. RSUD Sultan Syarif Mohamad

Alkadrie juga telah memperoleh pengakuan jaminan mutu layanan kesehatan

akreditasi dari komisi akreditasi rumah sakit dengan predikat “PARIPURNA”

(Bintang 5). RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie dalam memberikan pelayanan

kesehatan senantiasa mengedepankan kepentingan dan kepuasan pasien dengan


menyediakan pelayanan perawatan kesehatan terbaik, aman dan bermutu tinggi

dengan biaya efisien dan terjangkau dengan moto “KEPUASAN ANDA PRIORITAS

KAMI”.

3.2 Visi dan Misi RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie

a. Visi

Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu, efisien dan terjangkau serta

tidak membedakan kelas.

b. Misi

1. Mewujudkan kualitas pelayanan rumah sakit yang berorientasi pada kepuasan

pelanggan.

2. Mewujudkan pemenuhan standar pelayanan rumah sakit sesuai peraturan

perundang undangan yang berlaku.

3. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang profesional dan berintegritas

tinggi dengan dukungan saran dan prasarana kesehatan yang memadai.

4. Mewujudkan tertib pelayanan administrasi akuntabilitas kinerja dan keuangan.

3.3 Struktur dan Personalia RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie

a. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis RSUD Sultan Syarif Mohamad

Alkadrie

Direktur Dewan
Dr. eva nurfarihah, Sp. THT-KL M.Kes Pengawas

Komite-Komite Kepala Bagian Umum


Satuan pengaqwas Surhaini, SKM
internal

Kelompok Jabatan
Fungsional Kepala Sub Bagian Kepala Sub Bagian Kepala sub Bagian
Tertentu Umum dan Aparatur Perencanaan Keuangan
DRA, Sjarifah Feny Widiyarsih,
Fakhrurrazi,
Idhayati Idrus
SKM SKM
Alkadrie
Kepala bidang pengembangan,
pengendalian mutu,
Kepala bidang Pelayanan Kepala Bidang Pelayanan pemasaran, hubungan
Medik dan Keperawatan Penunjang Medik dan Non Medik masyarakat
Wahyudi, Sri Murtini, SKM, Suriati, S.Si.T, M.P.H.
SSi,Apt,MKM M.Kes

Kepala Seksi pengenbangan Kepala Seksi Pemasaran dan


dan pengendalian mutu Hubungan Masyarakat
Ria Novita, SKM Diah Radiana, SKM
Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi
Pelayanan Medik Palayanan Kepala Seksi Pelayanan
Dr. Joseph Keperawatan dan Pelayanan Penunjang Non
kebidanan Penunjang Medik Medik
b. Struktur Instalasi Farmasi RSUD Sultan Syarif Mohamad
Nugroho
Halomoan Trisna Safriana, Jamono, A.Md.KL Alkadrie
INSTALASI RitaHafizah,
S.Si.T.,M.Kes
Simarmata S.Kep.Ners

3.4 Lokasi RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie

Alamat : Jl. Komodor Yos Sudarso No. 1, Sungai Beliuang, Kota Pontianak, Kalimantan

Barat

Nomor Telepon : (0561) 6783450

Kode Pos : 78244

3.5 Cakupan Layanan Farmasi RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie

a. Rawat Jalan

1. Poli Anak

Penanggung Jawab : dr. Rista Lestari Sp.A

Memberikan pelayanan / pemeriksaan :

• Visite pasien rawat inap

• Visite pasien rawat ICU

• Menerima konsultasi dari dokter IGD dan Dokter jaga ruangan

• Pemeriksaan klinis penyakit anak

• Melayani pemeriksaan tumbuh dan kembang anak

• Melayani imunisasi
2. Poli Penyakit Dalam

Penanggung Jawab : dr. I Ketut Sudjana, Sp.PD

Memberikan pelayanan/pemeriksaan :

• Visite pasien rawat inap

• Visite pasien rawat ICU

• Menerima konsultasi dari dokter IGD dan Dokter jaga ruangan

• Pemeriksaan klinis penyakit dalam

Pelayanan Tindakan :

• EKG

• Fungsi Pleura

• Fungsi Asites

• Fungsi Sendi

3. Poli Kandungan dan Kebidanan

Penanggung Jawab : dr. Vidya Sari, Sp.OG

Memberikan pelayanan/tindakan:

• Visite pasien rawat inap

• Visite pasien rawat ICU

• Menerima konsultasi dari dokter IGD dan Dokter jaga ruangan

• Pemeriksaan klinis kandungan dan kebidanan

4. Poli Bedah

Penanggung Jawab : dr. Roy Simamora, Sp.B

• Visite pasien rawat inap

• Visite pasien rawat ICU

• Menerima konsultasi dari dokter IGD dan Dokter jaga ruangan

• Pemeriksaan klinis bedah

5. Poli Mata
Penanggung Jawab : dr. Sri Yuliani Elida, Sp.M

Memberikan pelayanan pemeriksaan/tindakan:

• Visite pasien rawat inap

• Visite pasien rawat ICU

• Menerima konsultasi dari dokter IGD dan Dokter jaga ruangan

• Pemeriksaan klinis mata

Fasilitas Pelayanan :

• Trial Lens

• Auto Refracto Keratometri

• Slit Lamp

• Tonometri non Kontak

• Buku Ischihara

• Indirect Ophthalmoscope

• Ophthalmoscope

6. Poli Gigi dan Mulut

Penanggung Jawab : drg. Putra Qadri Fath. S.p.K.G.

Memberikan pelayanan/pemeriksaan :

• Visite pasien rawat inap

• Visite pasien rawat ICU

• Menerima konsultasi dari dokter IGD dan Dokter jaga ruangan

• Pemeriksaan klinis gigi dan mulut

Pelayanan Tindakan :

• Perawatan sel akar (endodontic) untuk umur 13 tahun ke atas

• Pulp capping

• Restorasi GIC

• Restorasi komposit (estetik)


• Direct Veneer (komposit estetik)

• Drainase abses

• Pencabutan gigi susu dan gigi tetap

• Scalling & polishing

• Occlusal adjustment

• Diastema Classure (estetik)

• Gingivektomi (ringan)

• Ph + Fissure Sealant

• Alveolectomy (ringan)

• Kuretase

7. Poli THT

Penanggung Jawab : dr. Eva Nurfarihah, M.Kes, Sp.THT

Memberikan Pelayanan/Pemeriksaan :

• Visite pasien rawat inap

• Visite pasien rawat ICU

• Menerima konsultasi dari dokter IGD dan Dokter jaga ruangan

• Pemeriksaan klinis THT

8. Poli Saraf

Penanggung Jawab : dr. Jhonson, Sp.S

Memberikan pelayanan/pemeriksaan :

• Visite pasien rawat inap

• Visite pasien rawat ICU

• Menerima konsultasi dari dokter IGD dan Dokter jaga ruangan

• Pemeriksaan klinis saraf

9. Poli Bedah Saraf

Penanggung Jawab : dr. Jhonson, Sp.S

Memberikan pelayanan/pemeriksaan :
• Visite pasien rawat inap

• Visite pasien rawat ICU

• Menerima konsultasi dari dokter IGD dan Dokter jaga ruangan

• Pemeriksaan klinis saraf

10. Poli Psikologi

Penanggung Jawab : Maria Nafaola, S.Psi, M.Psi

Memberikan pelayanan/pemeriksaan :

• Pelayanan tes psikologi, meliputi: tes IQ (inteligensi), tes minat-bakat,

tes seleksi karyawan, tes kepribadian

• Pemeriksaan perkembangan anak

• Terapi psikologi untuk berbagai masalah mental

• Konsultasi keluarga

• Konsultasi untuk pasangan

• Pemeriksaan kejiwaan bagi korban dan pelaku kekerasan

• Pemeriksaan kesehatan terkait penyakit yang tidak dapat ditemukan

meski sudah melakukan berbagai macam pemeriksaan laboratorium

Pelayanan Tindakan :

• Konseling psikologi, meliputi konseling humanistic, direct – undirect

conseling, dll

• Forensic psikologi

• Terapi psikologi, meliputi: EFT, CBT, Hipnotis, dll

• Tes psikologi

11. Poli Fisioterapi

Memberikan pelayanan atau pemeriksaan :

• Visite pasien rawat inao

• Visite pasien rawat ICU

• Menerima konsultasi dari dokter IGD dan dokter jaga ruangan


• Pemeriksaan klinis fisioterapi

Pelayanan Tindakan :

• Latihan fisik : Bobath, PNF, Neuro Senso, William Flexi Exercise, dan

lain lain.

• Manipulation therapy

• Infra merah (infrared)

• TENS

• Electrical Stimulation

• Muscle Training

• Latihan berjalan (Gait Training)

• Traksi Cervical dan Lumbal.

• Parafin bath

• SWD dab MWD (Diathermy)

• Spirometer

12. Poli Penyakit Kulit dan Kelamin

Penanggung Jawab : dr. Herni, Sp.KK

Memberikan pelayanan/pemeriksaa:

• Visite pasien rawat inap

• Visite pasien rawat ICU

• Menerima konsultasi dari dokter IGD dan Dokter jaga ruangan

• Pemeriksaan klinis penyakit kulit dan kelamin

13. Poli Paru

Penanggung Jawab : dr Nur Annisa, Sp.P

• Visite pasien rawat inap

• Visite pasien rawat ICU

• Menerima konsultasi dari dokter IGD dan Dokter jaga ruangan

• Pemeriksaan klinis paru


b. Rawat Inap

Pelayanan dengan 134 Tempat Tidur, terdiri dari:

• Unit Penyakit Dalam : 33 TT

• Unit Saraf : 10 TT

• Unit Bedah : 24 TT

• Unit Anak : 24 TT

• Unit Nifas : 15 TT

• Unit ICU : 5 TT

• Unit NICU : 2 TT

• Unit Isolasi : 12 TT

• Unit Sturk Center : 9 TT

Pelayanan Tindakan :

Melakukan pelayanan Rawat Inap sesuai dengan Rincian Kewenangan Klinis

(RKK) dari Dokter Spesialis yang ada di Rumah Sakit.

3.6 Pengelolaan Obat

a. Distribusi Obat Dari Gudang Farmasi ke Instalasi Farmasi

Obat yang sudah diterima oleh instalasi farmasi dari PBF akan diperiksa

jumlah dan bentuk sediaan sediaannya oleh petugas digudang. Dimana

petugas akan menyesuaikan jumlah obat yang diterima dari PBF dengan

jumlah yang telah dicatat pada kolom pemberian LPLPO untuk

pengeluaran obat ke Instalasi Farmasi (Apotek), maka dari pihak apotek

membuat daftar permintaan (Amprah) ke gudang rumah sakit, kemudian

sebelum mengeluarkan obat-obatan sesuai permintaan petugas gudang

membuat Surat Pemerintah Pengeluaran Materil (SPPM) dan Bukti

Pengeluaran/Pengiriman (BPP) yang ditanda tangani oleh kepala rumah

sakit. Pemantauan persediaan obat dilakukan digudang dan dikamar obat


dengan cara melihat secara langsung jumlah obat yang ada di rak atau

lemari atau dengan melihat kartu stok.

b. Gudang Obat

Pemesanan obat dibuat langsung oleh kepala Instalasi Farmasi kepada

PBF. Barang yang datang disesuaikan dengan faktur, obat disusun

berdasarkan abjad, bentuk sediaan, suhu dan jenis pelayanan kesehatan

dengan metode FIFO dan FEFO. Kemudian dilakukan pencatatan dalam

kartu stok disesuaikan dengan jumlah obat yang ada. Kemudian setiap

obat yang keluar dari gudang dicatat dalam buku mutasi obat dan kartu

stok. Untuk obat yang mendekati ED dipisahkan dan disimpan ke gudang

untuk di musnahkan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil dari praktek kerja lapangan dirumah sakit dapat disimpulkan bahwa

mahasiswa dapat meningkatkan, memeperluas dan memantapkan keterampilan untuk

persiapan dalam dunia kerja, mengetahui secara umum kegiatan penyelenggaraan

program kesehatan masyarakat secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi,

teknis maupun social budaya, mendapatkan pengalaman kerja yang nyata pada kegiatan

pelayanan kefarmasian dirumah sakit dan penyuluhan obat kepada masyarakat dan

memberikan kesempatan bagi kami untuk memantapkan sikap etis, profesionalisme dan

nasionalisme berdasarkan bidang kefrmasian serta memberikan peluang untuk masuk

pada penempatan kerja.

5.2 Saran

Sebagai lembaga kesehatan khususnya pencetak Ali Madya Farmasi, Akademi

Farmasi Yarsi Pontianak diharapkan agar kesempatan yang bersifat aplikasi dilapangan

lebih diperhatikan. Karena dengan demikian sumber daya manusia yang benar-benar siap

akan mudah tercipta dan dapat dimanfaatkan sebagai mestinya.


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 340/MenKes/Per/lIl/2010 tentang klasifikasi rumah

sakit

PerMenKes No.159 B/Menes/Per/11/1998 tentang rumah sakit.

Undang-Undang Kesehatan RI No.23 Tahun 1992, tentang Kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.


LAMPIRAN

Lampiran 1. Sop Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan Medis Habis

Pakai Di Rumah Sakit.

STANDAR SOP PENGADAAN SEDIAAN FARMASI


PROSEDUR ALAT KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS
OPERASIONAL DI HABIS PAKAl
RUMAH SAKIT
Pengertian Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian ke

distributor farmasi.

Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan kegiatan pengadaan sediaan

farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

Referensi Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahum 2014 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Prosedur 1. Kepala instalasi farmasi merencanakan kebutuhan obat dan

alat kesehatan setiap bulan dibantu oleh apoteker

pendamping.

2. Rencana kebutuhan disusun dalam DPBB (Daftar

Pembelian Barang dan Bahan).

3.DPBB (Daftar Pembelian Barang dan Bahan) di

persentasikan kepada direktur utama rumah sakit, direktur

operasional, kepala bidang keuangan, kepala bidang

pelayanan, kepala seksi penunjang medis untuk didiskusikan


dan di setujui.

4.Bila DPBB disetujui, disusun permintaan penawaran lokal

(PPL) yang akan diberikan pada distributor yang memiliki

izin resmi.

5. PPL diserahkan admin finasil ke distributor. PPL

dimaksudkan untuk Memperoleh kesepakatan pihak rumah

sakit dengan distributor baik dari jumlah maupun harga.

6. PPL yang telah disetujui kedukedua belah pihak disusun

dalam OPL (Order Pembelian Lokal) ditanda tangani kepala

instalasi. Kepala bidang keuangan (Diparaf terlebih dahulu

oleh kepala seksi keuangan) Direktur utama ( diparaf terlebih

dahulu oleh direktur operasional

7.OPL dan surat pesanan diberikan kepada distributor untuk

dilakukan pengiriman obat dan alat kesehatan

8. Obat dan alat kesehatan diterima oleh tenaga farmasi

dengan

memeriksa kesesuaian pesanan, faktur, dan barang yang

diterima (jumlah.pengiriman sesuai kestabilitas barang, dan

tanggal expired min 2 tahun kecuali untuk sediaan farmasi,

alat kesehatan dan bahan medis habis pakai contoh: Vaksin,

Regensia).

9. Bila obat dan alat kesehatan yang diterima sesuai dengan

pesanan, petugas gudang melakukan pencatatan dan

dimasukan kedalam kartu stok.

10. Khusus untuk narkotika dan psikotropika surat pesanan

dibuat dengan menggunakan form khusus.


Unit Terkait 1. Apoteker

2. Tenaga Teknis Kefarmasian

3. Instalasi kefarmasian

4. Gudang obat

Lampiran 2. Sop Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan Medis Habis

Pakai Di Rs

STANDAR PENERIMAAN SEDIAAN FARMASI. ALAT


PROSEDUR KESEHATAN DAN BAHAN HABIS PAKAI
OPERASIONAL DI
RUMAH SAKIT
Pengertian Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis

habis pakai adalah proses penerimaan dari distributor yang

sudah ditentukan.

Tujuan 1. Menjamin kesesusaian barang yang diterima dengan surat

pesanan (SP).

2. Menjamin barang yang diterima dengan mutu yang baik.

3. Agar petugas farmasi memahami tata cara penerimaan

sediaan farmasi, alat Kesehatan dan bahan medis habis pakai.

Referensi Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit

Prosedur 1.Barang yang obat diantarkan kurir distributor harus

dipastikan dalam kondisi baik.

2. Pastikan keaslian faktur dengan melakukan pemeriksaan

Nama Distibutor, Alamat Distributor dan Stempel Bash

Distributor.

3. Periksa kesesuaian jenis dan jumlah sediaan farmasi, alat


Kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dikirimkan

dengan surat pesanan dan faktur

4. Lakukan pemeriksaan fisik sediaan farmasi, alat Kesehatan

dan bahan medis habis pakai yang dikirim meliputi kemasan

sekunder dan primer.

5.Jika sediaan farmasi, alat Kesehatan dan bahan medis habis

pakai yang diterima sesuai dengan poin 1 sampai 4 maka

segera disimpan sesuai dengan kaidah penyimpanan

6. Jika tidak ada kesesuaian jenis dan jumlah yang ada dalam

surat pesanan dengan faktur harus segera dikembalikan

(retur) ke distributor.

7. Jika kondisi fisik (kemasan sekunder dan kemasan primer)

sediaan farmasi, alat Kesehatan dan bahan medis habis pakai

rusak maka harus dikembalikan ke distributor.

8. Membuat berita acara penerimaan barang yang

ditandatangani oleh petugas Gudang farmasi dan kurir

distributor sebanyak 2 rangkap.

9. Mengirimkan berita acara penerimaan sediaan farmasi, alat

Kesehatan dan bahan medis habis pakai ke pihak distributor.

Unit Terkait 1. Instalasi Farmasi

2. Gudang Obat
Lampiran 3. Sop penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai di rumah sakit

STANDAR PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DAN


PROSEDUR BAHAN HABIS PAKAI
OPERASIONAL DI
RUMAH SAKIT
Pengertian Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengaturan terhadap

obat yang diterima agar aman, tidak hilang terhindar dari

kerusakan fisik dan mutunya tetap terjamin sesuai dengan

pesyaratan yang ditetapkan.

Tujuan Agar mutu obat yang tersedia di rumah sakit dapat

dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

Referensi Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar

pelayanan Kefarmasian di rumah sakit

Prosedur Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan:

1. Kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis sediaan farmasi,

alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

2. Sediaan farmasi disusun secara alfabetis dengan

menerapkan prinsip FIFO dan FEFO disertai sistem

informasi manejemen.

3. Penyimpanan sediaan farmasi alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai yang penampilan dan penamaannya yang


mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan

berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk

mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.

4. Rumah sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan

bat emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempt

penyimpanan harus mudah diakses dan terhinar dari

penyalahgunaan dan pencurian.

Komponen yang harus diperhatikan antara lain:

1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk

mempersiapkan obat diberi label secara jelas terbaca memuat

nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa

dan peringatan khusus.

2. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit

perawatan kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting

3. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan pada unit

perawatan pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi

label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat

untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati- hati.

4. Sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan bahan medis habis

pakai yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus

dan dapat diidentifikasi Tempat penyimpanan bat tidak

dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang

menyebabkan kontaminasi.

Unit Terkait Instalasi farmasi unit UGD

Intalasi rawat inap


Lampiran 4 SOP sistem pelaporan psikotropika di rumah sakit

STANDAR PELAPORAN BAT GOLONGAN


PROSEDUR NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
OPERASIONAL DI
RUMAH SAKIT
Pengertian Adalah kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dan asisten

apoteker untuk memisahkan resep obat narkotika dan

psikotropika dan membuat laporan jumlah pemakaian tiap

bulannya yang di cek dan ditandatangani apoteker kemudian

dikirim ke BPOM

Tujuan Untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran obat narkotika

dan psikotropika agar tidak disalahgunakan.

Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 3 Tahun

201 5 tentang Peredaran, Penyimpanan,

Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan

Prekursor Farmasi

Prosedur 1. Faktur pembelian untuk obat-obatan narkotika dan

psikotropika dipisahkan dan diarsipkan secara terpisah

2. Pemasukan bat golongan narkotikan dan psikotropika

dicatat di buku laporan

3. Resep narkotikan dan psikotropika yang telah dilayani

diberi garis merah dan garis biru untuk resep psikotropika

Resep narkotikan psikotropika dikumpulkan dan dicatat di


buku laporan sebagai pengeluaran

5. Laporan dilakukan setiap bulannya pada bulan berikutnya

oleh Instalasi Farmasi dengan ditandatangani oleh Kepala

Instalasi Farmasi dan diketahui oleh Direktur

6. Pelaporan dilakukan menggunakan aplikasi SIPNAP

7. Laporan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten dengan tembusan kepada:

a. Kepala Balai Pengawas Obat dan

Makanan Wilayah Provinsi

b. Arsip

8. Salian laporan disimpan sebagai arsip

Unit Terkait 1. Isntalasi farmasi.

2. Apoteker

3. BPOM

4. Dikes kabupaten
Lampiran 5. SOP pengarsipan resep di rumah sakit

STANDAR Pengarsipan resep adalah penyimpanan resep asli dan copy


PROSEDUR resep yang telah dilayani di IFS Rumah Sakit.
OPERASIONAL DI
RUMAH SAKIT
Pengertian Pengarsipan resep adalah penyimpanan resep asli dan copy

resep yang telah dilayani di IFS Rumah Sakit.

Tujuan Sebagai acuan agar resep dan copy resep tersimpan dengan

rapi dan memudahkan pencarian kembali data

resep dan copy resep bila sewaktu waktu dibutuhkan.

Referensi 1. Keputusan menteri kesehatan RI Nomor

1197/Menkes/SK/X?2004 tentang pelayanan farmasi

dirumah sakit

2. Peraturan menteri kesehatan Nomor

159b/Menkes//PER/11/1986 tentang rumah sakit

Prosedur PETUGAS KAMAR OBAT

1. Melakukan pemilihan resep setiap akhir shift berdasarkan:

Jens transaksi=tunai/kredit/gratis

Unit pelayanan = UGD, Rawat Jalan dan Rawat Inap

Jenis Obat = Narkotika dan psikotropika

2. Membandel resep, satu bandel resep merupakan kumpulan


resep selama 1 bulan

3. Menyimpan bandel resep pada kardus yang diberi label

bulan dan tahun ( satu kardus berisi kumpulan resep selama 1

bulan )

4. Resep - resep selama 2 bulan terakhir disimpan di kamar

obat, selain itu disimpan digudang arsip

Unit Terkait 1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2. Gudang Obat
Lampiran 6. SOP pengkajian dan pelayanan resep di rumah sakit

STANDAR PENGKAJIAN DAN PELAYANAN RESEP


PROSEDUR
OPERASIONAL DI
RUMAH SAKIT
Pengertian Suatu proses pelayanan terhadap permintaan tertulis dokter,

dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker

untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien

sesuia peraturan perundang-undangan yang berlaku

Tujuan Untuk menjamin ketepatan (tepat diagnosis, tepat pemilihan

obat, tepat indikasi, tepat pasien, tepat

dosis, tepat cara dan lama pemberian, tepat harga, tepat

informasi dan waspada terhadap efek samping obat)

Referensi Permenkes No.58 Tahum 2014 tentang standar pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit

Prosedur 1. Skrining resep (pengkajian resep)

a. Petugas (apoteker/TTK/petugas lain) melakukan

pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama

dokter, nomor izin praktek, alamat, tanggal penulisan resep,

tanda tangan atau paraf dokter serta nama, alamat, umur,

jenis kelain dan berat badan pasien

b. Petugas melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik

yaitu bentuk
sediaan, dosis, frekuensi, kekuatan,

stabilitas, inkompatibilitas, cara dan

lama pemberian obat

c. Mengkaji aspek klinis dengan cara melakukan penilaian

pasien yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi,

kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi khusus

lainnya), keluahan pasien dan hal lain yang terkait dengan

kajian aspek klinis

d. Menetapkan ada tidaknya masalah

terkait obat (drug related problem/DRP). dan membuata

keputusan profesi (komunikasai dengan dokter merujuk

pasien ke sarana Kesehatan terkait dan sebagainya)

e. Mengkomunikasikan ke dokter tentang masalah resep

apabila diperlukan

f. Petugas yang melakukan pengkajian resep memberikan

tanda pada resep

g. Petugas membuat dokumen pencatatan pengobatan pasien

2. Petugas melakukan penyiapan penyerahan obat dan bahan

medis habis pakai ke pasien

3. Apoteker menyerahkan obat dan memberikan informasi

yang dibutuhkan terkait obat atau PIO

Unit Terkait Instalasi farmasi

Apoteker

Tenaga teknis kefarmasian


Lampiran 7. SOP pelayanan informasi obat (PIO) di rumah sakit

STANDAR SOP PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)


PROSEDUR
OPERASIONAL DI
RUMAH SAKIT
Pengertian 1. Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan

objektif, diuraikan secara ilmiah dan

terdokumentasi mencakup Farmakologi, toksilogi,

dan farmakoterapi obat.

2. PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian

informasi, rekomendasi obat yang independen,

akurat, komprehensif dan terkini oleh apoteker

kepada pasien dan masyarakat yang

membutuhkan.

Tujuan Sebagai pedoman PIO kepada pasien.

Referensi Permenkes Nomor 72 Tahun 2014 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit

Prosedur 1. Memberikan informasi kepada pasien berdasarkan

resep, rekam medik atau kondisi kesehatan pasien

baik lisan maupun tulisan.

2. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan,

secara sistematis untuk memberikan informasi.

3. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan

mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana


baik secara lisan maupun tertulis

4. Informasi yang perl disampaikan kepaa pasien:

a. Jumlah, jenis dan kegunaan masing-masing

obat

b. Bagaimana cara pemakaian masing-masing

bat yang meliputi: bagaimana cara memakai

obat, kapan harus mengkonsumsi / memakai

obat, seberapa banyak /dosis waktu sebelum

atau sesudah makan, frekuensi

c. penggunaan

dikonsumsi sebelumnya, obat / rentang jam.

Penggunaan

d. Bagaimana cara menggunakan peralatan

kesehatan

e. Peringatan tau efek samping

f. Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah

efek samping obat

g. Tata cara penyimpanan obat

h. Pentingnya kepatuhan penggunaan obat

5. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet dan

lain-lain)

6. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan

informasi

Unit Terkait 1. Instalasi farmasi

2. Apotek

3. Apoteker
4. Tenaga teknis kefarmasian

Lampiran 8. SOP one dayly dose (ODD) di rumah sakit

STANDAR SOP one dayly dose (ODD)


PROSEDUR
OPERASIONAL DI
RUMAH SAKIT
Pengertian Adalah sistem distribusi dimana order atau resep ditulis oleh

dokter untuk tiap pasien. Obat yang diberikan sesuai dengan

resep diberikan untuk sehari sesuai dengan dosisnya

Tujuan Untuk mendukung proses pendistribusian kepada pasien

secara cepat, tepan dan aman

Referensi SK Memkes RI No.1197/Menkes/SK/X/2004 standar

Pelayanan Farmasi di RS Depkes RI

Prosedur 1. Tugas menerima resep yang diserahakan oleh pasien atau

keluarganya.

2. Petugas menyerahkan kepada apoteker untuk melakukan

penelaahan resep.

3. Resep yang tidak sesuai akan dikonsulkan kepada dokter

penulis resep Petugas apotik menyiapkan resep untuk dosis

sehari sesuai kebutuhan pasien dan dicek oleh

apoteker

5. Petugas mendistribusikan ke perawat ruangan dan dicek

ulang oleh perawat ruangan Petugas mendistribusikan ke


pasien

Unit Terkait Apotik instalasi farmasi

Instalasi rawat inap

Anda mungkin juga menyukai