Anda di halaman 1dari 18

Pengenalan Obat Analgesic,Antipiretik, dan Analgesic Opioid

Dosen Pengampu : Nurul Aryastuti, S.ST.,M.KM

Disusun Oleh :

Friska Novira Maya Dewi (19410003)

Aulyya Rahmah (19410006)

Deni Ardiansyah (19410009)

Eka Yuliana (19410014)

Novita Sari (19410023)

Sri Wulandari (19410031)

Yolandha Adinda Pratiwi (19410033)

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karunianya
kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Makalah ini
kami beri judul “Pengenalan Obat Analgesic, Antipiretik, dan Analgesic Opioid”.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Farmakologi
Sosial dan Pengelolaan Obat” dari Dosen pengampu berikan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para
pembaca.

Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurul
Aryastuti, S.ST.,M.KM selaku Dosen Farmakologi Sosial dan Pengelolaan Obat. Tidak
lupa bagi pihak-pihak lain yang telah mendukung penulisan makalah ini kami juga
mengucapkan terima kasih.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar
kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penulis.

Penulis

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
Latar Belakang Masalah.........................................................................................................4
Rumusan Masalah..................................................................................................................4
Tujuan Masalah......................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 ANALGESIC...................................................................................................................5
2.1.1 Fungsi dan Manfaat Obat Analgesik.........................................................................5
2.1.2 Jenis-Jenis Obat Analgesik........................................................................................5
2.1.3 Cara Pakai Obat Analgesik........................................................................................6
2.1.4 Berapa Dosis Obat Analgesik...................................................................................7
2.1.5 Apa Efek Samping Obat Analgesik ?........................................................................8
2.1.6 Obat Antiinflamasi Non Steroid (NSAID)................................................................8
2.2 ANTIPIRETIK..........................................................................................................10
2.2.3 Jenis-Jenis Obat Antipiretik.....................................................................................10
2.2.2 Dosis Antipiretik......................................................................................................10
2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Antipiretik..................................................................11
2.2.4 Efek Samping Antipiretik........................................................................................12
2.3 ANALGESIC OPIOID...................................................................................................12
2.3.1 Efek Samping Analgesik Opioid............................................................................12
2.3.2 Jenis-Jenis Obat-Obatan Analgesik Opioid............................................................12
2.3.3 Analgesik Non-Opioid.............................................................................................14
2.3.4 Jenis-Jenis Obat Analgesik Non-Opiod...............................................................14
2.3.5 Mekanisme Kerja Analgesic Opioid Dan Analgesic Non-Opioid...........................16
BAB III.....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................17
3.2 Saran...............................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Obat Antipiretik dan Analgesic merupakan obat yang sudah di kenal luas seperti obat
asetaminofen. Bayak dijual sebagai kemasan tunggal maupun kemasan kombinasi dengan
bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai obat bebas sehingga mudah ditemukan di apotik
toko obat maupun warung pinggr jalan. Karena mudah didapatkan resiko untuk terjadi
penyalahgunaan obat ini semakin besar. Di Amerika Serikat di laporkan lebih dari 100.000
kasus per tahun yang menghubungi pusat informasi keracunan, 56.000 kasus datang ke unit
gawat darurat, 26.000 kasus memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Bagi para pengguna
mungkin memerlukan bantuan dalam mengkonsumsi obat yang sesuai dengan dosisi-dosis
obat. Penggunaan Obat Analgetik Narkotik atau Obat Analgesik  ini mampu menghilangkan
atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan
hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik atau Analgesik ini tidak
mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Obat Analgesic, Antipiretik, dan Analgesic Opioid ?
2. Apa saja contoh-contoh obat dari golongan Analgesic, Antipiretik, dan Analgesic
Opioid ?
3. Bagaimana mekanisme kerja Analgetika Opiod dan Non Opiod ?
4. Apa Indikasi, Kontradiksi, serta efek samping obat-obatan golongan Analgesic Non
Opioid ?

Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari Obat Analgesic, Antipiretik, dan Analgesic


Opioid.
2. Untuk mengetahui contoh-contoh obat yang termasuk dalam golongan Obat
Analgesic, Antipiretik, dan Analgesic Opioid.
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja Analgetika Opiod dan Non Opiod.
4. Untuk mengetahui Indikasi, Kontradiksi, serta efek samping obat-obatan golongan
Analgesic Non Opioid.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANALGESIC

Analgesik adalah golongan obat yang dirancang untuk meredakan nyeri tanpa
menyebabkan hilangnya kesadaran. Obat ini dapat diresepkan atau dijual bebas di apotek.
Meskipun demikian, obat analgesik tak boleh dikonsumsi sembarangan.Seperti yang sudah
diketahui bahwa obat analgesik adalah obat-obatan yang digunakan untuk meredakan nyeri.
Golongan obat ini juga dikenal sebagai obat penghilang rasa sakit atau pereda nyeri. Secara
teknis, istilah analgesik mengacu pada obat yang dapat meredakan nyeri tanpa kamu tertidur
atau membuatmu kehilangan kesadaran. Hal itu dikarenakan obat analgesik meredakan nyeri
secara selektif tanpa menghalangi konduksi impuls saraf, yang secara nyata mengubah
persepsi sensorik atau memengaruhi kesadaran.

2.1.1 Fungsi dan Manfaat Obat Analgesik

Yaitu analgesik memiliki manfaat untuk meredakan nyeri atau rasa sakit yang dapat
disebabkan oleh suatu kondisi medis tertentu. Beberapa penyakit yang dapat diatasi dengan
obat analgesik termasuk :
 Apendistis (radang usus buntu).
 Kanker.
 Fibromyalgia (nyeri dan rasa sensitif pada otot).
 Gangguan gastrointestinal.
 Sakit kepala.
 Infeksi.
 Kerusakan saraf.
 Oseteoarthritis (penyakit degeneratif sendi).
 Sakit gigi.
 Rheumatoid arthritis.

2.1.2 Jenis-Jenis Obat Analgesik

Banyak jenis obat yang berbeda memiliki sifat pereda nyeri. Dua jenis obat analgesik yang
paling umum adalah Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID) dan Opioid (narkotika).
Berikut adalah penjelasan masing-masing dari jenis obat analgesik beserta dengan cara
kerjanya.

1. Opioid (narkotika)
Opioid atau yang kadang-kadang disebut sebagai narkotika adalah obat yang hanya
diresepkan oleh dokter untuk mengobati nyeri yang terus menerus terjadi atau berlangsung
parah. Obat ini illegal jika dikonsumsi sembarangan. Opioid bekerja dengan cara menempel
pada protein yang disebut sebagai reseptor opioid pada sel saraf di otak, sumsum tulang
belakang, usus, dan bagian tubuh lainnya. Ketika hal ini terjadi, opioid memblokir pesan
yang dikirim dari tubuh melalui sumsum tulang belakang ke otak. Meskipun dapat
meredakan nyeri secara efektif, opioid memiliki beberapa risiko dan dapat menyebabkan

5
ketagihan. Risiko kecanduan pun sangat tinggi jika opioid digunakan untuk mengatasi nyeri
kronis dalam jangka waktu yang lama. Beberapa jenis opioid di antaranya adalah morfin,
oxycodone, metadon, hydromorphone, meperidine, fenatil, kodein.
2. Acetaminophen
Acetaminophen atau paracetamol termasuk dalam golongan obat yang disebut
analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (pereda demam). Acetaminophen dapat mengurangi
prostaglandin di otak. Prostaglandin sendiri merupakan bahan kimia yang menyebabkan
peradangan serta pembengkakan. Acetaminophen bekerja dengan cara mengurangi rasa sakit
dengan meningkatkan ambang rasa sakit, yaitu dengan membutuhkan rasa sakit yang lebih
besar untuk berkembang sebelum seseorang merasakannya. Tak hanya itu, acetaminophen
juga dapat mengurangi demam melalui aksinya di pusat pengatur panas otak, yang secara
khusus memberitahu pusat untuk menurunkan suhu tubuh.
3. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)
Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)  adalah obat yang banyak digunakan untuk
meredakan nyeri, mengurangi peradangan, dan menurunkan suhu tinggi. Mereka sering
digunakan untuk mengobati sakit kepala, nyeri menstruasi, keseleo dan tegang, pilek dan flu,
radang sendi, dan nyeri jangka panjang lainnya. Prostaglandin adalah bahan kimia yang
mirip hormon dalam tubuh yang bekrontribusi pada peradangan, nyeri, serta demam dengan
menaikan suhu tubuh dan melebarkan pembuluh darah, yang mana hal tersebut menyebabkan
pembengkakan dan kemerahan di area tertentu.
NSAID bekerja dengan cara memblokir enzim yang disebut cyclooxygenase (COX)
yang digunakan tubuh untuk membuat prostaglandin. Nah, dengan mengurangi produksi
prostaglandin, NSAID ini membantu meredakan ketidaknyamanan, mengurangi peradangan
serta nyeri terkait. NSAID yang paling terkenal di antaranya adalah ibuprofen, naproxen, dan
celecoxib.
4. Aspirin
Aspirin adalah salah satu obat yang dijual bebas paling umum untuk mengobati nyeri
ringan akibat sakit kepala, nyeri otot, sakit gigi, dan kram menstruasi. Kamu juga dapat
mengonsumsinya untuk menurunkan demam sementara. Aspirin sendiri termasuk obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan merupakan obat analgesik yang banyak digunakan.
Sama seperti NSAID pada umumnya, aspirin juga bekerja dengan cara memblokir produksi
prostaglandin yang mana hal ini dapat membantu mencegah dan meredakan nyeri.

2.1.3 Cara Pakai Obat Analgesik

Cara penggunaan obat analgesik disesuaikan dengan bentuk obat yang digunakan.
Untuk lebih jelasnya, simak bagaimana cara menggunakan obat analgesik berikut ini.
 Obat Analgesik Oral
Analgesik oral dikonsumsi dengan menggunakan air mineral. Hindari berbaring
setidaknya 10 menit setelah kamu mengonsumsi obat ini. Jika sakit perut terjadi saat kamu
meminum obat ini, kamu bisa mengonsumsinya menggunakan makanan. Telanlah tablet
secara utuh dan jangan meghancurkan atau mengunyahnya. Melakukan hal ini dapat
meningkatkan sakit perut. Jika kondisi yang kamu alami terus berlanjut atau semakin
memburuk, atau jika kamu memiliki masalah medis baru, segeralah hubungi dokter untuk
mendapatkan penanganan yang tepat.

 Obat Analgesik Topikal


Analgesik juga tersedia dalam bentu topikal, seperti krim. Untuk menggunakannya,
ikutilah petunjuk dalam kemasan produk, atau jika petunjuk dirasa masih kurang jelas,
bertanyalah pada apoteker atau dokter. Obat ini hanya digunakan untuk kulit. Jangan oleskan

6
obat di dekat mata, hidung, atau alat kelamin, kecuali atas anjuran dokter.Oleskan obat secara
tipis ke area yang terinfeksi tidak lebih dari 3 hingga 4 hari sekali.

2.1.4 Berapa Dosis Obat Analgesik

Masing-masing jenis analgesik memiliki dosis yang berbeda. Dosis sangat bergantung
pada usia, kondisi medis yang akan diobati, serta reaksi pertama setelah mengonsumsi obat.
Berikut adalah beberapa contoh dosis dari obat jenis analgesik yang perlu kamu tahu.
1. Dosis Obat Analgesik Untuk Dewasa
A. Ibuprofen
 Untuk bentuk sediaan oral (tablet dan suspensi).
 Untuk kram menstruasi : 400 mg yang dikosnumsi setiap 4 jam atau sesuai dengan
kebutuhan.
 Untuk nyeri ringan hingga sedang : 400 mg yang dikonsumsi setiap 4 hingga 6 jam
atau sesuai dengan kebutuhan.
 Untuk osteoarthritis dan rheumatoid arthritis : 1200 mg hingga 3200 mg per hari
dibagi menjadi tiga atau empat dosis yang sama.
B. Aspirin
 Untuk bentuk sediaan oral (kapsul rilis).
 Untuk mengurangi risiko serangan jantung dan stroke : 162,5 mg (satu kapsul)
sehari sekali.
C. Acetaminophen
 Untuk sediaan obat oral dan rektal.
 Untuk nyeri atau demam : 650 hingga 1000 mg setiap 4 hingga 6 jam sesuai dengan
kebutuhan. Dosis didasarkan pada bentuk dan kekuatan obat. Ikuti instruksi label
dengan hati-hati untuk dosis maksimum per hari.
 Untuk informasi selengkapnya, sebaiknya bacalah label produk untuk mengetahui
rekomendasi mengenai berapa banyak tablet, kapsul, maupun suspensi yang dapat
dikonsumsi dalam periode 24 jam.
 Untuk mengetahui dosis yang tepat, akan lebih baik jika kamu berkonsultasi terlebih
dahulu pada dokter.

2. Dosis Obat Analgesik Untuk Anak-Anak


A. Ibuprofen
 Untuk bentuk sediaan oral (tablet dan suspensi).
 Untuk demam.
 Anak-anak usia di atas 2 tahun : Penggunaan dosis pada anak-anak yang berusia di atas
2 tahun, harus ditentukan sendiri oleh dokter.
 Anak-anak berusia 6 bulan hingga 2 tahun : Dosis didasarkan pada berat badan dan
suhu tubuh, serta harus ditentukan sendiri oleh dokter. Untuk demam yang lebih rendah
dari 39,2 ° Celcius, dosisnya biasanya 5 mg per kg berat badan. Obat dapat diberikan
setiap 6 hingga 8 jam sesuai dengan kebutuhan.
 Bayi di bawah usia 6 bulan : Penggunaan dosis harus ditentukan oleh dokter.
 Untuk nyeri ringan hingga sedang.
 Anak-anak di atas udia 6 bulan : Dosis didasarkan pada berat badan dan harus
ditentukan oleh dokter. Dosis biaasanya 10 mg per kg berat badan setiap 6 hingga 8 jam,
yang disesuaikan dengan kebutuhan.

7
 Bayi di bawah usia 6 bulan : Penggunaan dosis harus ditentukan oleh dokter.
 Untuk osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.
 Anak-anak : Dosis didasarkan pada berat badan dan harus ditentukan oleh dokter.
Perharinya, dosis biasanya 30 mg  sampai 40 mg per kg berat badan yang dibagi
menjadi 3 atau 4 dosis.
 Bayi di bawah usia 6 bulan : Penggunaan dosis harus ditentukan oleh dokter.
B. Aspirin
 Anak-anak dianjurkan tidak mengonsumsi aspirin karena dapat menimbulkan
kondisi serius yang disebut sebagai sindrom Reye.
C. Acetaminophen
 Untuk sediaan obat oral dan rektal.
 Penggunaan acetaminophen pada anak-anak tidak boleh sembarangan. Dosis harus
didasarkan pada berat badan dan usia. Maka dari itu, sebaiknya berkonsultasilah
terlebih dahulu pada dokter.

2.1.5 Apa Efek Samping Obat Analgesik ?

Sama seperti obat pada umumnya, Analgesik juga memiliki beberapa efek samping yang
mungkin saja dapat ditimbulkan.
A. Analgesik (narkotika) memiliki banyak efek samping, beberapa efek samping yang
sering ditimbulkan termasuk :
 Mengantuk.
 Pusing.
B. NSAID juga dapat menimbulkan efek samping, terutama jika dikonsumsi dalam dosis
yang lebih tinggi dan jangka waktu yang lebih lama, efek samping ini dapat termasuk
 Kembung.
 Diare.
 Sembelit.
 Iritasi pada selaput lambung.
 Mual atau muntah.
 Memengaruhi fungsi ginjal.

2.1.6 Obat Antiinflamasi Non Steroid (NSAID)

NSAID adalah singkatan dari nonsteroidal anti-inflamatory drugs dan merupakan sebuah
golongan obat-obatan yang biasanya digunakan untuk bantu meredakan peradangan atau rasa
nyeri. Dalam bahasa Indonesia, golongan obat ini disebut juga sebagai obat antiinflamasi
nonsteroid atau OAINS. Ada puluhan jenis obat yang masuk sebagai golongan NSAID dan
semuanya bekerja dengan mekanisme yang sama. Contoh obat NSAID yang paling sering
digunakan antara lain adalah ibuprofen, aspirin, diklofenak, dan asam mefenamat. Obat-
obatan tersebut dapat dikonsumsi untuk meredakan gejala atau penyakit yang menimbulkan
gejala berupa nyeri serta peradangan, seperti sakit gigi, sakit kepala, nyeri sendi, hingga
migrain.

8
A. Jenis-jenis obat golongan NSAID
Dari sekian banyak obat golongan NSAID, ada beberapa yang penggunaannya cukup
umum di Indonesia, antara lain :
1) Ibuprofen
Contoh merek dagang : Bodrex, Proris, Paramex Nyeri Otot, Procold Obat Sakit
Kepala, Pamol, Neo Rheumacyl, Moris, Oskadon Ekstra.
2) Natrium Diklofenak
Contoh merek dagang : Cataflam, Dicloflam, Kaflam, Voltaren, Voltadex, Proflam,
Nadifen.
3) Asam Mefenamat
Contoh merek dagang : Mefinal, Ponstan, Dentacid, Licostan, Pondex, Cetalmic.
4) Aspirin
Contoh merek dagang : Bodrexin, Inzana, Minigrip, Poldan Mig, Paramex Migren,
Puyer sakit kepala cap kapak, Remasal.
5) Piroxicam
Contoh merek dagang : Counterpain Pxm, Lexicam, Bitrafarm, Pirogel, Rexil,
FeldeneSelain kelima obat di atas, masih ada jenis obat lain yang masuk sebagai
golongan NSAID, yaitu : Ketorolac, Ketoprofen, Naproxen, Dll .
B. Efek Samping Menggunakan Obat Golongan NSAID
Sama seperti obat-obatan lainnya, obat golongan NSAID juga punya efek samping yang
mungkin muncul apabila konsumsinya kurang tepat, atau apabila pengguna memiliki kondisi
tubuh tertentu. Efek samping juga lebih mungkin muncul apabila Anda menggunakan obat ini
dalam jangka panjang dan dengan dosis yang tinggi. Beberapa efek samping yang mungkin
muncul antara lain : Gangguan pencernaan, Tukak lambung, Sakit kepala, Rasa kantuk,
Alergi.
C. Contoh Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (OAINS) Yang Disalahgunakan
1. Asam Mefenamat
Asam Mefenamat atau Mefenamic Acid adalah obat yang berfungsi untuk
meredakan nyeri, seperti sakit gigi, sakit kepala, dan nyeri haid. Asam
mefenamat tersedia dalam bentuk tablet 250 mg, tablet 500 mg, dan sirup.
2. Natrium Diklofenak
Natrium Diklofenak adalah obat jenis nonsteroidal anti-inflammatory drug
(NSAID) yang digunakan untuk meredakan sakit atau nyeri ringan hingga
menengah. Diklofenak bekerja dengan cara mengurangi zat dalam tubuh yang
menyebabkan rasa sakit dan peradangan.
3. Kalium Diklofenak
Kalium Diklofenak adalah obat anti nyeri golongan OAINS (obat anti inflamasi
non steroid) untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang. Obat ini hanya di gunakan
jangka pendek untuk meringankan nyeri akibat radang sendi, pengapuran tulang, sakit
gigi, kram menstruasi.
4. Piroksikam
Piroksikam atau Piroxicam adalah obat untuk mengatasi peradangan sendi,
misalnya akibat penyakit asam urat. Piroxicam dapat mengurangi gejala-gejala radang
sendi, seperti nyeri dan pembengkakan
5. Aspirin
Acetosal atau Aspirin adalah obat pengencer darah atau obat yang digunakan untuk
mencegah penggumpalan darah. Sebagai pengencer darah, aspirin digunakan pada
penderita penyakit jantung koroner, serangan jantung, penyakit arteri perifer, atau
stroke.

9
2.2 ANTIPIRETIK

Antipiretik adalah jenis obat yang dapat menurukan demam dan mengatasi gejalanya.
Biasanya, penggunaan obat antipiretik dilakukan bersamaan dengan analgesik sehingga
sering dikatakan obat analgetik antipiretik. Semua obat antipiretik memiliki manfaat untuk
meredakan demam. Namun, ada juga manfaat antipiretik lainnya. Beberapa obat antipiretik
tertentu juga bisa meredakan nyeri sehingga obat tersebut bisa dikatakan sebagai obat
analgetik antipiretik. Obat antipiretik memiliki kandungan yang cukup beragam mengingat
ada beberapa golongan obat antipiretik.
Kandungan obat antipiretik bisa berupa asetaminofen (parasetamol), ibuprofen, asetosal,
asam mefenamat, dan lainnya. Obat-obatan antipiretik dapat menurunkan demam dengan cara
menghambat sintesa dan pelepasan prostaglandin E2. Hambatan sintesa dan pelepasan ini
distimulasi oleh pirogen endogen pada hipotalamus. Obat antipiretik tersedia secara oral dan
non-oral. Bentuk sediaan obat antipiretik per oral seperti tablet, kaplet, dan sirup. Ada juga
obat antipiretik yang dalam bentuk kapsul supositoria, yaitu kapsul yang dimasukkan ke
dalam anus.

2.2.3 Jenis-Jenis Obat Antipiretik

Obat-obatan yang termasuk ke dalam jenis Antipiretik ada beberapa jenis. Anda perlu
mengetahui beberapa jenis obat Antipiretik.
Berikut ini adalah beberapa jenis obat Antipiretik :
1. Salisilat (seperti aspirin, salisilamid).
2. Para-aminofenol (misalnya asetaminofen, fenasetin).
3. Obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) – ibuprofen, naproxen, dan ketoprofen.

2.2.2 Dosis Antipiretik

Obat Antipiretik termasuk obat yang harus diperhatikan dalam hal dosis. Ini dikarenakan
obat Antipiretik bersifat toksik bagi tubuh. Oleh karena itu, perhatikanlah dosis Antipiretik
dengan cermat.
Berikut ini adalah beberapa contoh dosis obat antipiretik :
1. Parasetamol
Dosis obat Antipiretik yang mengandung parasetamol
 untuk anak usia 3 bulan–1 tahun adalah 60 mg–120 mg,
 anak 1-5 tahun dosisnya 120–250 mg,
 dan anak 6–12 tahun 250– 500 mg.
 Pada orang dewasa, dosisnya adalah 0,5–1 gram setiap 4–6 jam (maksimal 4 gram per
hari).
2. Ibuprofen
Obat Antipiretik yang mengandung ibuprofen
 memiliki dosis sekitar 200-250 mg sebanyak3-4 kali sehari bagi orang dewasa.
 Pada anak usia 1-2 tahun, dosisnya adalah 50 mg sebanyak 3-4 kali sehari.
 Antipiretik dengan kandungan ibuprofen adalah 100-125 mg sebanyak 3-4 kali sehari
bagi anak usia 3-7 tahun, dan 200-250 mg untuk anak 8-12 tahun dengan frekuensi 3-4
kali sehari.

10
3. Asetosal (asam asetilsalisilat)
Dosis Antipiretik yang mengandung asetosal atau asam asetilsalisilat hanya diperuntukkan
bagi orang dewasa.
 Orang dewasa memerlukan dosis asetosal sebanyak 300-900 mg tiap 4-6 jam tetapi
tidak boleh lebih dari 4 g per hari.
4. Asam mefenamat
Obat Antipiretik yang mengandung asam mefenamat membutuhkan dosis sebanyak 500
mg dengan frekuensi 3 kali sehari. Dosis tersebut sebaiknya diberikan setelah makan.
Jangan menggunakan asam mefenamat lebih dari 7 hari.

2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Antipiretik

A. Indikasi Antiperik
Penggunaan obat Antipiretik pada umumnya harus menunggu demam. Pasien baru
boleh diberikan obat antipiretik bila tubuhnya mengalami demam atau memiliki suhu
tubuh lebih dari 37,5 derajat Celcius. Ada juga yang menyebutkan bahwa Antipiretik baru
boleh dipakai jika suhu tubuh mencapai lebih dari 38,5 derajat Celcius. Apabila suhu
tubuh kurang dari suhu tersebut, maka sebaiknya jangan cepat-cepat diberikan Antipiretik.

B. Kontraindikasi Antipiretik
Obat-obatan Antipiretik memiliki kontraindikasi yang berbeda-beda tergantung pada
jenis obat antipiretik yang digunakan. Anda bisa melihat kontraindikasi dari beberapa
contoh obat Antipiretik di bawah ini :
1. Parasetamol
Obat Antipiretik yang mengandung parasetamol tidak boleh digunakan oleh pasien
yang menderita gangguan fungsi hati berat. Pasien juga tidak bisa menggunakan
parasetamol bila memiliki riwayat alergi terhadap obat yang mengandung parasetamol.
2. Ibuprofen
Ibuprofen adalah kandungan obat yang juga memiliki sifat Antipiretik. Penderita
hipersensitivitas dan ibu hamil trimester akhir tidak bisa menggunakan ibuprofen untuk
meredakan demam. Selain itu, orang-orang yang menderita asma, alergi, urtikaria, dan
ulkus peptikum juga tidak bisa menggunakan ibuprofen.
3. Asetosal (asam asetilsalisilat)
Anak dan remaja yang berusia di bawah 16 tahun tidak bisa menggunakan obat
antipiretik yang mengandung asetosal. Obat Antipiretik yang mengandung asetosal juga
tidak boleh digunakan pada ibu menyusui, penderita hemofilia. Penderita asma, dan
sindrom Reye.
4. Asam Mefenamat
Obat Antipiretik yang mengandung asam mefenamat tidak boleh digunakan
sembarangan karena juga memiliki beberapa kontraindikasi. Pasien yang mengalami
nyeri akibat operasi CABG tidak boleh menggunakan obat Antipiretik yang
mengandung asam mefenamat.

11
2.2.4 Efek Samping Antipiretik

Penggunaan obat-obatan Antipiretik tak luput dari beberapa efek samping. Efek
samping Antipiretik yang sering terjadi adalah tekanan darah rendah dan adanya gangguan
pada fungsi hati dan ginjal. Efek samping Antipiretik yang juga sering terjadi adalah
oliguria dan retensi garam dan air. Di samping itu, penggunaan obat Antipiretik juga bisa
menimbulkan efek samping berupa gangguan saluran cerna. Fungsi hati dan ginjal bisa
terganggu pada beberapa kasus pengguna obat Antipiretik. Inilah salah satu alasan
mengapa orang yang memiliki gangguan fungsi hati dan ginjal tidak bisa menggunakan
obat Antipiretik.
Orang-orang yang memiliki riwayat alergi terhadap kandungan bahan aktif dari obat-
obatan Antipiretik bisa mengalami reaksi alergi. Adapun beberapa tanda reaksi alergi yang
bisa muncul seperti = gatal-gatal, ruam, pusing, mual muntah, sesak napas, dan nyeri ulu
hati. Hentikanlah penggunaan obat Antipiretik jika Anda mengalami efek samping yang
telah disebutkan. Segeralah mencari bantuan medis agar efek samping Antipiretik dapat
diatasi sehingga tidak berkembang menjadi lebih parah.

2.3 ANALGESIC OPIOID

Analgesik Opioid digunakan untuk mengurangi nyeri sedang sampai berat, terutama yang
pada bagian viseral. Penggunaan berulang dapat mengakibatkan ketergantungan dan
toleransi, tapi ini bukan alasan tidak digunakannya dalam mengatasi nyeri pada penyakit
terminal. Penggunaan opioid kuat mungkin sesuai untuk beberapa kasus nyeri kronis non-
keganasa, pengobatan sebaiknya diawasi oleh dokter spesialis dan kondisi pasien sebaiknya
dikaji setiap interval tertentu.

2.3.1 Efek Samping Analgesik Opioid

Berbagai analgesik opioid memiliki banyak efek samping yang sama walaupun ada
perbedaan kualitatif dan kuantitatif. Yang paling sering, diantaranya mual, muntah,
konstipasi, dan rasa mengantuk. Dosis yang lebih besar menimbulkan depresi napas dan
hipotensi. Overdosis, lihat Perawatan Darurat pada Keracunan.

2.3.2 Jenis-Jenis Obat-Obatan Analgesik Opioid

1. Morfin
Morfin tetap merupakan Analgesik Opioid pilihan untuk nyeri berat walaupun sering
mengakibatkan mual dan muntah. Morfin merupakan standar yang digunakan sebagai
pembanding bagi Analgesik Opioid lain. Namun selain menghilangkan nyeri, morfin juga
menimbulkan keadaan euforia dan gangguan mental. Morfin merupakan Opioid pilihan
untuk pengobatan oral nyeri berat pada perawatan paliatif. Obat diberikan tiap 4 jam (atau
tiap 12 atau 24 jam sebagai sediaan lepas lambat).
2. Buprenorfin
Buprenorfin memiliki sifat agonis opioid maupun antagonis dan dapat memperburuk
gejala putus obat, termasuk nyeri, pada pasien yang bergantung pada opioid lain.
Buprenorfin berpotensi untuk disalahgunakan dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Buprenorfin memiliki lama kerja yang jauh lebih panjang dari morfin dan pemberian
secara sublingual merupakan analgesik yang efektif untuk 6-8 jam.

12
Kemungkinan timbulnya muntah dapat menjadi masalah. Tidak seperti kebanyakan
analgesik opioid lainnya; efek buprenorfin hanya dapat dihilangkan secara parsial oleh
nalokson. Kodein efektif untuk mengurangi nyeri ringan hingga sedang, tetapi terlalu
sering menimbulkan konstipasi bila dipakai untuk jangka panjang.
3. Diamorfin (heroin)
Diamorfin (heroin) adalah opioid analgesik yang sangat kuat. Diamorfin dapat
menyebabkan lebih sedikit mual dan hipotensi dibanding morfin. Pada perawatan paliatif
kelarutan diamorfin yang lebih besar memungkinkan dosis efektif disuntikkan dengan
volume yang lebih kecil dan hal ini penting pada pasien yang sangat kurus. Dihidrokodein
memiliki khasiat analgesik mirip kodein. Dosis dihidrokodein per oral biasanya 30 mg tiap
4 jam, menggandakan dosis menjadi 60 mg dapat meningkatkan efek analgesiknya, tetapi
mual dan muntah juga meningkat
4. Alfentanil, fentanil, dan remifentanil
Alfentanil, fentanil, dan remifentanil biasanya digunakan melalui injeksi sebagai
penghilang nyeri dalam intra-operasi; fentanil tersedia dalam sediaan transdermal seperti
plester yang diganti setiap 72 jam. Meptazinol dinyatakan jarang menimbulkan depresi
pernapasan. Lama kerjanya 2-7 jam dan mula kerja 15 menit.
5. Metadon
Metadon kurang menimbulkan sedasi dibanding morfin dengan masa kerja lebih lama.
Pada penggunaan jangka panjang, metadon tidak boleh diberikan lebih dari 2 kali sehari
untuk menghindari risiko akumulasi dan overdosis opioid. Metadon dapat digunakan
sebagai pengganti morfin pada penderita yang mengalami reaksi eksitasi (atau eksaserbasi
rasa nyeri) dengan morfin.
6. Pentazosin
Pentazosin memiliki sifat agonis maupun antagonis dan memicu timbulnya gejala putus
obat; termasuk nyeri pada penderita yang bergantung pada opioid lain. Bila disuntikkan
efek pentazosin lebih kuat dibanding daripada dihidrokodein atau kodein, tetapi dapat
timbul halusinasi dan gangguan pikiran. Tidak dianjurkan, dan khususnya sebaiknya
dihindari oleh penderita pasca infark miokard karena obat ini meningkatkan tekanan darah
aorta dan paru-paru; dan meningkatkan kerja jantung.
7. Petidin
Petidin merupakan analgesik yang cepat tetapi bertahan hanya untuk waktu singkat,
kurang menimbulkan konstipasi dibanding morfin, tetapi kurang kuat sebagai analgesik,
bahkan dalam dosis tinggi. Tidak cocok untuk nyeri hebat yang berkepanjangan.
Digunakan untuk analgesia dalam proses melahirkan, namun demikian, opioid lain seperti
morfin dan diamorfin sering lebih disukai untuk nyeri obstetrik.
8. Tramadol
Tramadol bekerja sebagai analgesia melalui dua mekanisme yaitu efek opioid dan
memacu jalur serotoninergik dan adrenergik. Memiliki efek samping khas opioid yang
lebih sedikit (depresi napas, konstipasi, dan potensi kecanduan yang lebih sedikit). Telah
dilaporkan terjadi reaksi psikiatrik.

13
2.3.3 Analgesik Non-Opioid

Analgesik Non-Opoiod atau Asetosal diindikasikan untuk sakit kepala; nyeri


muskuloskeletal sementara, dismenore; dan demam. Pada peradangan kebanyakan klinisi
lebih menyukai pengobatan antiinflamasi dengan AINS lain yang mungkin lebih dapat
ditoleransi dan lebih nyaman bagi pasien. Asetosal makin banyak dipakai karena kerja
antiplateletnya (lihat 2.9). Tablet asetosal atau tablet terlarut (dispersible) asetosal memadai
untuk sebagian besar penggunaan karena efeknya yang cepat. Iritasi lambung dapat menjadi
masalah namun dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan. Tersedia juga sediaan
salut enterik tetapi mempunyai mula kerja yang lambat dan karena itu tidak sesuai untuk
penggunaan analgesik dosis tunggal (walaupun kerja yang lebih panjang mungkin berguna
untuk nyeri pada malam hari).

2.3.4 Jenis-Jenis Obat Analgesik Non-Opiod

A. ASAM MEFENAMAT
 Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, dismenore
primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot, dan nyeri pasca operasi.
 Peringatan : Risiko kardiovaskular, AINS dapat meningkatkan risiko kejadian
trombotik kardiovaskuler serius, infark miokard, dan stroke, yang dapat fatal. Risiko ini
bertambah dengan lamanya penggunaan. Pasien dengan penyakit kardiovaskuler atau
faktor risiko untuk penyakit kardiovaskuler berada dalam risiko yang lebih tinggi.
Gunakan dengan hati-hati pada pasien lansia, pengobatan jangka lama lakukan tes
darah.
 Kontraindikasi : Pengobatan nyeri peri operatif pada operasi CABG, peradangan usus
besar.
 Efek Samping : Gangguan sistem darah dan limpatik berupa agranulositosis, anemia
aplastika, anemia hemolitika autoimun, hipoplasia sumsum tulang, penurunan
hematokrit, eosinofilia, leukopenia, pansitopenia, dan purpura trombositopenia.Dapat
terjadi reaksi anafilaksis. Pada sistem syaraf dapat mengakibatkan meningitis aseptik,
pandangan kabur; konvulsi, mengantuk. Diare, ruam kulit (hentikan pengobatan),
kejang pada overdosis.
 Dosis : 500 mg 3 kali sehari sebaiknya setelah makan, selama tidak lebih dari 7 hari.

B. ASETOSAL (ASAM ASETILSALISILAT)


 Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, demam.
 Peringatan : Asma, penyakit alergi, gangguan fungsi ginjal, menurunnya fungsi hati
dehidrasi, sebaiknya hindarkan pengunaan pada demam atau infeksi virus pada remaja,
kehamilan, pasien lansia.
 Kontraindikasi : Anak dan remaja di bawah usia 16 tahun dan ibu menyusui (Sindrom
Reye, riwayat maupun sedang menderita tukak saluran cerna, hemofilia, tidak untuk
pengobatan gout. HIPERSENSITIVITAS. Asetosal dan AINS lainnya tidak boleh
diberikan kepada penderita dengan riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau
AINS lain : termasuk mereka yang terserang asma, angioudema, urtikaria atau rinitis
yang ditimbulkan oleh asetosal atau AINS lain. SINDROM REYE. Karena
hubungannya dengan Sindrom Reye, maka sediaan yang mengandung asetosal tidak

14
diberikan pada anak dan remaja di bawah usia 16 tahun, kecuali ada indikasi yang
spesifik misalnya untuk pengobatan Sindrom Kawasaki.
 Efek Samping : Biasanya ringan dan tidak sering, tetapi kejadiannya tinggi untuk
terjadinya iritasi saluran cerna dengan perdarahan ringan yang asimptomatis,
memanjangnya bleeding time, bronkospasm,; dan reaksi kulit pada pasien hipersensitif.
Overdosis : lihat Pengobatan Darurat pada Keracunan.
 Dosis : 300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan, maksimum 4 g per hari. Anak dan
remaja tidak dianjurkan.

C. IBUPROFEN
 Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau
pencabutan gigi, nyeri pasca bedah, sakit kepala, gejala artritis reumatoid, gejala
osteoartritis, gejala juvenile artritis reumatoid, menurunkan demam pada anak.
 Peringatan : Tidak dianjurkan pada lansia, kehamilan, persalinan, menyusui, pasien
dengan perdarahan, ulkus, perforasi pada lambung, gangguan pernafasan, gangguan
fungsi jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, hipertensi tidak
terkontrol, hiperlipidemia, diabetes melitus, gagal jantung kongestif, penyakit jantung
iskemik, penyakit serebrovaskular, penyakit arteri periferal, dehidrasi, meningitis
aseptik.
 Kontraindikasi : Kehamilan trimester akhir, pasien dengan ulkus peptikum (ulkus
duodenum dan lambung), hipersensitivitas, polip pada hidung, angioedema, asma,
rinitis, serta urtikaria ketika menggunakan asam asetilsalisilat atau AINS lainnya.
 Efek Samping : Umum: pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri
abdomen, konstipasi, hematemesis, melena, perdarahan lambung, ruam. Tidak umum:
rinitis, ansietas, insomnia, somnolen, paraestesia, gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, tinnitus, vertigo, asma, dispnea, ulkus mulut, perforasi lambung, ulkus
lambung, gastritis, hepatitis, gangguan fungsi hati, urtikaria, purpura, angioedema,
nefrotoksik, gagal ginjal. Jarang: meningitis aseptik, gangguan hematologi, reaksi
anafilaktik, depresi, kebingungan, neuritis optik, neuropati optik, edema. Sangat jarang:
pankreatitis, gagal hati, reaksi kulit (eritema multiform, sindroma Stevens – Johnson,
nekrolisis epidermal toksik), gagal jantung, infark miokard, hipertensi.
 Dosis : Dewasa, dosis yang dianjurkan 200-250 mg 3-4 kali sehari. Anak 1-2 tahun, 50
mg 3-4 kali sehari. 3-7 tahun, 100-125 mg 3-4 kali sehari. 8-12 tahun, 200-250 mg 3-4
kali sehari. Tidak boleh dipergunakan pada anak dengan berat badan kurang dari 7 kg.
Sebaiknya diminum setelah makan. Osteoartritis, artritis reumatoid. 1200 mg – 1800
mg 3 kali sehari. Eksaserbasi akut. Dosis maksimum 2400 mg/hari, jika kondisi sudah
stabil selanjutnya dosis dikurangi hingga maksimum 1800 mg/hari.

D. PARASETAMOL (ASETAMINOFEN)
 Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi, pireksia.
 Peringatan : Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, ketergantungan alkohol.
 Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati berat, hipersensitivitas.
 Efek Samping : Jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi
hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah (termasuk trombositopenia, leukopenia,
neutropenia), hipotensi juga dilaporkan pada infus, PENTING : Penggunaan jangka
panjang dan dosis berlebihan atau overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati, lihat
pengobatan pada keadaan darurat karena keracunan.
 Dosis : Oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4 gram per hari, anak–anak
umur 2 bulan 60 mg untuk pasca imunisasi pireksia, sebaliknya di bawah umur 3 bulan
(hanya dengan saran dokter) 10 mg/kg bb (5 mg/kg bb jika jaundice), 3 bulan–1 tahun

15
60 mg–120 mg, 1-5 tahun 120–250 mg, 6–12 tahun 250– 500 mg, dosis ini dapat
diulangi setiap 4–6 jam jika diperlukan (maksimum 4 kali dosisdalam 24 jam), infus
intravena lebih dari 15 menit, dewasa dan anak–anak dengan berat badan lebih dari 50
kg, 1 gram setiap 4–6 jam, maksimum 4 gram per hari, dewasa dan anak–anak dengan
berat badan 10 -50 kg, 15 mg/kg bb setiap 4–6 jam, maksimum 60 mg/kg bb per hari.

2.3.5 Mekanisme Kerja Analgesic Opioid Dan Analgesic Non-Opioid

A. Analgesik Non-Opioid
Analgesik Non-Opioid merupakan obat yang dapat mengurangi rasa nyeri dan bekerja
di perifer sehingga tidak mempengaruhi kesadaran serta tidak menimbulkan
ketergantungan. Obat ini dapat mengurangi gejala nyeri ringan sampai nyeri sedang.
Mekanisme kerja obat golongan ini adalah menghambat kerja enzim siklooksigenase
(COX) sehingga proses pembentukan asam arakhidonat menjadi prostaglandin terhambat.
Selain sebagai obat penghilang nyeri, obat ini juga dapat mengurangi peradangan
(inflamasi) dan menurunkan demam (antipiretik) (Tjay dan Rahardja, 2007). Biasanya
obat yang bekerja sebagai analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik digolongan sebagai obat
NSAID (Non Steroid Antiinflamatory Drugs). Contoh obat analgesik NSAID ini antra
lain: ibuprofen, diklofenak, asam mefenamat, indometasin, piroksikam, dan sebagainya
(Tjay dan Rahardja, 2007).

B. Analgesik Opioid
Analgesik Opioid merupakan obat yang bekerja di reseptor opioid pada Sistem Saraf
Pusat (SSP). Obat ini diberikan untuk mengatasi nyeri sedang sampai nyeri berat sesuai
dengan kekuatan dari nyeri yang dirasakan dan kekuatan dari obat tersebut (Ikawati,
2011). Obat ini bekerja pada SSP secara selektif sehingga dapat mempengaruhi kesadaran
dan menimbulkan ketergantungan jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Mekanisme kerja obat ini yaitu mengaktivasi reseptor opioid pada SSP untuk
mengurangi rasa nyeri. Aktivasi dari obat tersebut diperantarai oleh reseptor mu (µ) yang
dapat menghasilkan efek analgesik di SSP dan perifer (Nugroho, 2012). Contoh dari obat
analgesik opioid antara lain : morfin, kodein, fentanil, nalokson, nalorfi, metadon,
tramadol, dan sebagainya.

16
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan
suhu tubuh yang tinggi.
Berdasarkan aksinya, Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu : Analgesik narkotika dan Obat
Analgetik Non-narkotik. Pada obat Antipiretik penggolongan obatnya, yaitu  Benorylate,
Fentanyl, dan Piralozon.
Setiap obat memiliki indikasi,kontradiksi dan efek samping oleh karenanya kita harus
menggunakannya dengan bijak dan sesuai kebutuhan serta resep dari dokter.

3.2 Saran.

Untuk dapat memahami tentang Pengenalan Obat Analgesic, Antipiretik, dan Analgesic
Opioid, selain membaca dan memahami materi-materi dari sumber keilmuan yang ada
(buku, internet, dan lain-lain) kita harus dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan
kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat.
Selain itu, dengan adanya makalah ini diharapkan untuk kedepan agar bisa bermanfaat
untuk referensi pelajaran dan bisa lebih menyempurnakan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.gooddoctor.co.id/tips-kesehatan/obat/obat-analgesik/

 https://www.sehatq.com/artikel/seputar-nsaid-obat-antiinflamasi-untuk-obati-sakit-
gigi-hingga-nyeri-sendi

 http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/14770/6.BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

 https://hellosehat.com/obatan-suplemen/obat/analgesik/#gref

 https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2697489/bahaya-konsumsi-obat-sakit-
kepala-dan-obat-rematik-sembarangan

 http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-4-sistem-saraf-pusat/47-analgesik/471-analgesik-
non-opioid

 http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-4-sistem-saraf-pusat/47-analgesik/472-analgesik-
opioid

 https://doktersehat.com/obat-antipiretik/amp/

18

Anda mungkin juga menyukai