Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

DIURETIK
Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Farmakologi

Tim Dosen :

Yardi, PhD, Apt.

Marvel, M.Farm., Apt.

Suci Ahda Novitri, M.Farm, Apt.

Dimas Agung Wakito W, S.Far.,MM

Via Rifkia, M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok 2 A

Cindy Ramdhani S. 11171020000002


Ade Nurhikmah 11171020000003
Ilmi Nurul A 11171020000008
Audina Nurjannah 11171020000012
Putri Kurniasih 11171020000013
Feby Dita Aprilia 11171020000019

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha kuasa, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat,
serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
tentang Analgetika dan Hubungan Dosis-Respon ini.

Laporan ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan dapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekukurangan baik dari


etika penulisan sampai isi konten yang masih kurang bahasannya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki laporan ini.

Akhir kata kami berharap semoga laporan tentang pembahasan Analgetika


dan Hubungan Dosis-Respon ini dapat memberikan sedikit informasi mengenai
materi tersebut serta manfaatnya dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Ciputat, 29 April 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengeluaran urin atau diuresis dapat diartikan sebagai penambahan


produksi volume urin yang dikeluarkan dan pengeluaran jumlah zat zat
terlarut dalam air.Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan
meningkatnya aliran urine disebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan
penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lain
seperti Cl+ memasuki urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan
dalam keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif
untuk mempertahankan keseimbangan osmotic. Perubahan Osmotik
dimana dalam tubulus menjadi meningkat karena Natrium lebih banyak
dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus ginjal. Dan
produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic
meningkatkan volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi
ion didalam urine dan darah.
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan
pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama
menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang
kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, secara umum diuretik dapat
dibagi menjadi dua golongan besar yaitu diuretik osmotik yaitu yang
bekerja dengan cara menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau
absorbsi ion dalam ginjal dan penghambat mekanisme transport elektrolit
di dalam tubuli ginjal, seperti diuretik tiazid (menghambat reabsorbsi
natrium dan klorida pada ansa Henle pars ascendens), Loop diuretik (lebih
poten daripada tiazid dan dapat menyebabkan hipokalemia), diuretik
hemat kalium (meningkatkan ekskresi natrium sambil menahan kalium).
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem
yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga
volume cairan ekstrasel menjadi normal. Proses diuresis dimulai dengan
mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler) yang terletak di
bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai
saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam dan glukosa.
Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta
elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti
corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini
terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat
penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+.
Zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi
tubuli.sisanya yang tak berguna seperti ”sampah” perombakan
metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali.
Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul
(ductus coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali.
Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.

A. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
1. Mengenal suatu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental
efek diuretik suatu obat.
2. Mamapu merumuskan beberapa criteria diuretik dan pendekatan
yang baik untuk mengatas diuretik

B. MANFAAT
Adapun manfaat yang didapatkan mahasiswa setelah menyelesaikan
praktikum, yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengevaluasi efek diuretik
secara eksperimental
2. Mahasiswa dapat mengetahui criteria diuretik dan pendekatan yang
baik untuk mengatasi diuretik.
BAB II

LANDASAN TEORI

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan


urin.Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya
penambahan volume urin yang diproduksidan yang kedua menujjukan jumlah
pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dalam air.Fungsi utama diuretik adalah
untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan
sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembal imenjadi normal
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007).

Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT


(hydrochlorothiazide) dan Spironolakton. Efek samping dari penggunaan jangka
panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium 0rendah dalam darah), dan
hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah). Penggunaan diuretik
harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes)
atau pada penderita kolesterol. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007).
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan
tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu
diuretik. Secara umum diuretik dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu
(Ganiswara, 2007) :

1. Diuretik osmotik
2. Penghambat mekanisme transport elektrolit
Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport elektrolit di
tubuli ginjal terdiri atas (Ganiswara, 2007):
1. Penghambat karbonik anhidrase.
2. Benzotiadiazid
3. Diuretik hemat kalium
4. Diuretik kuat
Sebagian besar diuretika bekerja pada segmen anatomis tunggal dari nefron ginjal.
Karena segmen ini punya fungsi- fungsi transport yang khusus. Kerja dari setiap
diuretik paling dapat dimengerti dengan baik dalam hubungan antara titik tangkap
kerjanya pada nefron dan fisiologi normal dari segmen tersebut (Katzung, 2001).
Pada umumnya diuretik dibagi dalam beberapa kelompok, yakni (Tjay, 2002) :
1. Diuretik lengkungsn : Furosemid, bumetanida, dan etakrinat
2. Diuretik penghemat kalium : Antagonis aldosteron, spironolakton,
amilorida, dan triamteren.
3. Diuretik Osmotik : Mannitol dan Sorbitol
4. Penghamabat anhidrasi karbonat : Asetazolamid
5. Diuretik Tiazid : HCT, Klortalidon, mefrusida, indapamida.
BAB III
METODOLOGI KERJA

A. Alat dan Bahan


 Tikus 2 ekor
 Obat : Furosemida injeksi
 Timbangan hewan
 Alat suntik
 Alat untuk pengujian
 Gelas ukur

B. Prosedur
 Timbang masing-masing mencit, beri nomor dan catat.
 Suntikan secara intraperitoneal kepada masing-maisng mencit obat
dengan dosis yang telah dikonversikan ke dosis mencit.
 Pengamatan dilakukan pada menit ke 10, 20, 40 dan 80 setelah
pemberian obat.
 Catat jumlah volume urin yang dihasilkan pada menit di atas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
a) Kelompok 1A
Kontrol negatif

Menit Ke 15 – 30 Menit Ke 30 - 45 Menit ke 45 – 60


Frekuensi Volume Frekuensi Volume Frekuensi Volume
4 Kali 0,2 ml 10 Kali 0,5 ml 10 Kali 1,3 ml

b) Kelompok 2A
Dosis manusia Furosemid 20 mg
Konsentrasi sediaan Furosemid 10 mg/ml
Berat Tikus : 82 g
Dosis : 20 mg
Konsentrasi : 10 mg/ml
HED = dosis hewan x [ (km hewan) : (km manusia) ]
20 mg / 60 kg = dosis hewan x 6 / 37
0,33 mg/kg = dosis hewan x 0,162
Dosis hewan = 0,33 mg/kg / 0,162
= 2,057 mg/kg
VAO
VAO = berat (kg) x dosis hewan / konsentrasi
= 0,082 kg x 2,057 mg/kg / 10 mg/mg
= 0,0168 ml

Menit Ke 15 – 30 Menit Ke 30 - 45 Menit ke 45 – 60


Frekuensi Volume Frekuensi Volume Frekuensi Volume
34 Kali 0,25 ml 29 Kali 0,75 ml 29 Kali 0,25 ml

c) Kelompok 3A
Dosis manusia Furosemid 40 mg
Konsentrasi sediaan Furosemid 10 mg/ml
Berat Tikus : 65 g
Dosis : 40 mg
Konsentrasi : 10 mg/ml
HED
HED = dosis hewan x [ (km hewan) : (km manusia)
40 mg / 60 kg = dosis hewan x 6 / 37
0,67 mg/kg = dosis hewan x 0,162
Dosis hewan = 0,67 mg/kg / 0,162
= 4,135 mg/kg
VAO
VAO = berat (kg) x dosis hewan / konsentrasi
= 0,065 kg x 4,135 mg/kg / 10 mg/ml
= 0,0268 ml

Menit Ke 15 – 30 Menit Ke 30 - 45 Menit ke 45 – 60


Frekuensi Volume Frekuensi Volume Frekuensi Volume
40 Kali 1 ml 38 Kali 2 ml 47 Kali 3 ml

d) Kelompok 4A
Dosis pada tikus Furosemid 80 mg
Konsentrasi sediaan Furosemid 10 mg/ml
Berat Tikus : 63 g
Dosis : 80 mg
Konsentrasi : 10 mg/ml
HED
HED = dosis hewan x [ (km hewan) : (km manusia) ]
80 mg / 60 kg = dosis hewan x 6 / 37
1,33 mg/kg = dosis hewan x 0,162
Dosis hewan = 1,33 mg/kg / 0,162
= 8,209 mg/kg
VAO
VAO = berat (kg) x dosis hewan / konsentrasi
= 0,063 kg x 8,209 mg/kg / 10 mg/ml
= 0,0517 ml

Menit Ke 15 - 30 Menit Ke 30 - 45 Menit ke 45 - 60


Frekuensi Volume Frekuensi Volume Frekuensi Volume
37 Kali 2 ml 46 Kali 2 ml 15 Kali 2 ml
B. Pembahasan

Praktikum kali ini merupakan pengujian obat yang berfungsi sebagai


diuretik. Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pmbentukan urin
sehingga mempercepat pengeluaran urine dari dalam tubuh. Fungsi utama diuretik
adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal.
Obat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah furosemid. Furosemid
merupakan obat golongan Loop Diuretic atau obat diuretik kuat dengan
mekanisme kerja menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada
pars asendens ansa henle. Karena itu, reabsorpsi Na+, K+, Cl- menurun (Mycel,
2011). Pemberian furosemid dapat memebrikan efek meningkatkan ekskresi K+
dan kadar asam urat plasma, ekskresi Ca++ dan Mg++ juga ditingkatkan
sebanding dengan peninggian ekskresi Na+. Furosemid berkhasiat kuat dan pesat
tetapi agak singkat dan mudah diserap dalam saluran pencernaan dengan
bioavailabilitas 65% , masa kerja obat yang relatif singkat yaitu 1 sampai 4 jam,
dalam intravena hanya beberapa menit sampai 2,5 jam, reabsorpsi dari usus
kurang lebih 50% (Ganiswana, 1995).
Proses pengerjaan praktikum ini adalah dengan hewan uji tikus dengan
bobot badan yang berbeda yang diinjeksikan secara intraperitoneal menggunakan
furosemid dengan dosis yang berbeda. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol,
tikus hanya diberi air hangat secara oral sebanyak 5 ml. Kelompok 2 diberi
furosemid dengan dosis 0,0168 ml (20 mg). Sedangkan kelompok 3 diberi
furosemid dosis 0,0268 ml (40 mg), dan kelompok 4 diberi furosemid 0,0517 ml
(80 mg). Sebelum diberi obat, tikus terlebih dahulu diberi air hangat sebanyak 5
ml menggunakan sonde yang bertujuan untuk membantu mempercepat atau
memperbanyak urin yang dikeluarkan.
Berdasarkan hasil pengamatan tikus yang diberi furosemid, dibandingkan
hasil antara tikus yang diberikan furosemide dan tikus yang tidak diberikan
furosemide, hasilnya menunjukkan bahwa frekuensi dan volume urin jauh berbeda
pada tikus yang tidak diberikan obat dan tikus yang diberikan obat. Pada tikus
yang tidak diberi obat hanya mengeluarkan urin sebanyak 10 kali dengan volume
2 ml selama pengamatan, sedangkan tikus yang diberi furosemide 0,0517 ml (80
mg) mengeluarkan urin sampai 6 ml.
Menurut literatur (PIONAS), dosis normal furosemide adalah 20-40 mg. Namun
pada dosis yang diberikan sebanyak 0,0168 ml (20 mg), menunjukkan tikus hanya
mengeluarkan urin sebanyak 1,25 ml yakni lebih sedikit daripada volume urin
yang dikeluarkan oleh tikus kelompok kontrol. Namun frekuensinya lebih banyak
dibanding tikus kontrol. Hal itu kurangnya kemampuan praktikan untuk
mengamati jumlah urin.
Volume urin yang dihasilkan oleh tikus 3 dan tikus 4, tidak ada perbedaan dalam
volume totalnya, yaitu 6 ml dan total frekuensinya lebih banyak pada tikus 3 yaitu
125 kali dan tikus 4 yaitu 98 kali. Namun pada tikus 3, semakin lama waktu
pengamatan maka semakin besar volumenya. Sedangkan pada tikus 4 setiapwaktu
pengamatan volumenya sama. Seharusnya dengan bertambahnya dosis, efeknya
pun akan bertambah. Frekuensi dan volume urin yang keluar lebih besar. Namun
hal yang terjadi adalah sebaliknya. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan
untuk mengamati jumlah urin yang keluar. Furosemid adalah diuretik kuat yang
digunakan untuk menghilangkan air dan garam dari tubuh sehingga
mengakibatkan cairan-cairan atau bahkan edema pada jaringan tikus tersebut
keluar seluruhnya sehingga urin keluar lebih banyak. Dan juga dosis yang biasa
digunakan untuk pengobatan adalah 20-40 mg, untuk pemberian dosis 80 mg
dianjurkan jika tidak menunjukkan respon yang diharapkan. Maka dosis 80 mg
adalah dosis untuk pasien akut.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, sebagai
berikut:
1. Obat diuretik yang digunakan adalah furosemide.
2. Rute pemberian yang diberikan intraperitonial lebih cepat
memberikan efek terapi dibandingkan intravena.
3. Volume urin yang dikeluarkan tergantung dosis yang diberikan,
sehingga dengan bertambahnya dosis, efeknya pun akan bertambah.

B. Saran
Dengan hasil praktikum yang telah didapatkan, diharapkan
praktikan lebih teliti dalam mengaplikasikan teori farmakologi dan lebih
memperhatikan prosedur praktikum dengan baik untuk kedepannya lagi
DAFTAR PUSTAKA

Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta:
Widya Medika; 200:405-415

Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-288 dan 800-810,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015.
FUROSEMID. [Internet] (http://pionas.pom.go.id/monografi/furosemid)

Tim Penyusun Praktikum Farmakologi. 2019. Penuntun Praktikum Farmakologi.


Tangerang Selatan. Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah

Anda mungkin juga menyukai