DIURETIK
Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Farmakologi
Tim Dosen :
Disusun Oleh :
Kelompok 2 A
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha kuasa, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat,
serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
tentang Analgetika dan Hubungan Dosis-Respon ini.
Laporan ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan dapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
1. Mengenal suatu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental
efek diuretik suatu obat.
2. Mamapu merumuskan beberapa criteria diuretik dan pendekatan
yang baik untuk mengatas diuretik
B. MANFAAT
Adapun manfaat yang didapatkan mahasiswa setelah menyelesaikan
praktikum, yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengevaluasi efek diuretik
secara eksperimental
2. Mahasiswa dapat mengetahui criteria diuretik dan pendekatan yang
baik untuk mengatasi diuretik.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Diuretik osmotik
2. Penghambat mekanisme transport elektrolit
Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport elektrolit di
tubuli ginjal terdiri atas (Ganiswara, 2007):
1. Penghambat karbonik anhidrase.
2. Benzotiadiazid
3. Diuretik hemat kalium
4. Diuretik kuat
Sebagian besar diuretika bekerja pada segmen anatomis tunggal dari nefron ginjal.
Karena segmen ini punya fungsi- fungsi transport yang khusus. Kerja dari setiap
diuretik paling dapat dimengerti dengan baik dalam hubungan antara titik tangkap
kerjanya pada nefron dan fisiologi normal dari segmen tersebut (Katzung, 2001).
Pada umumnya diuretik dibagi dalam beberapa kelompok, yakni (Tjay, 2002) :
1. Diuretik lengkungsn : Furosemid, bumetanida, dan etakrinat
2. Diuretik penghemat kalium : Antagonis aldosteron, spironolakton,
amilorida, dan triamteren.
3. Diuretik Osmotik : Mannitol dan Sorbitol
4. Penghamabat anhidrasi karbonat : Asetazolamid
5. Diuretik Tiazid : HCT, Klortalidon, mefrusida, indapamida.
BAB III
METODOLOGI KERJA
B. Prosedur
Timbang masing-masing mencit, beri nomor dan catat.
Suntikan secara intraperitoneal kepada masing-maisng mencit obat
dengan dosis yang telah dikonversikan ke dosis mencit.
Pengamatan dilakukan pada menit ke 10, 20, 40 dan 80 setelah
pemberian obat.
Catat jumlah volume urin yang dihasilkan pada menit di atas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
a) Kelompok 1A
Kontrol negatif
b) Kelompok 2A
Dosis manusia Furosemid 20 mg
Konsentrasi sediaan Furosemid 10 mg/ml
Berat Tikus : 82 g
Dosis : 20 mg
Konsentrasi : 10 mg/ml
HED = dosis hewan x [ (km hewan) : (km manusia) ]
20 mg / 60 kg = dosis hewan x 6 / 37
0,33 mg/kg = dosis hewan x 0,162
Dosis hewan = 0,33 mg/kg / 0,162
= 2,057 mg/kg
VAO
VAO = berat (kg) x dosis hewan / konsentrasi
= 0,082 kg x 2,057 mg/kg / 10 mg/mg
= 0,0168 ml
c) Kelompok 3A
Dosis manusia Furosemid 40 mg
Konsentrasi sediaan Furosemid 10 mg/ml
Berat Tikus : 65 g
Dosis : 40 mg
Konsentrasi : 10 mg/ml
HED
HED = dosis hewan x [ (km hewan) : (km manusia)
40 mg / 60 kg = dosis hewan x 6 / 37
0,67 mg/kg = dosis hewan x 0,162
Dosis hewan = 0,67 mg/kg / 0,162
= 4,135 mg/kg
VAO
VAO = berat (kg) x dosis hewan / konsentrasi
= 0,065 kg x 4,135 mg/kg / 10 mg/ml
= 0,0268 ml
d) Kelompok 4A
Dosis pada tikus Furosemid 80 mg
Konsentrasi sediaan Furosemid 10 mg/ml
Berat Tikus : 63 g
Dosis : 80 mg
Konsentrasi : 10 mg/ml
HED
HED = dosis hewan x [ (km hewan) : (km manusia) ]
80 mg / 60 kg = dosis hewan x 6 / 37
1,33 mg/kg = dosis hewan x 0,162
Dosis hewan = 1,33 mg/kg / 0,162
= 8,209 mg/kg
VAO
VAO = berat (kg) x dosis hewan / konsentrasi
= 0,063 kg x 8,209 mg/kg / 10 mg/ml
= 0,0517 ml
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, sebagai
berikut:
1. Obat diuretik yang digunakan adalah furosemide.
2. Rute pemberian yang diberikan intraperitonial lebih cepat
memberikan efek terapi dibandingkan intravena.
3. Volume urin yang dikeluarkan tergantung dosis yang diberikan,
sehingga dengan bertambahnya dosis, efeknya pun akan bertambah.
B. Saran
Dengan hasil praktikum yang telah didapatkan, diharapkan
praktikan lebih teliti dalam mengaplikasikan teori farmakologi dan lebih
memperhatikan prosedur praktikum dengan baik untuk kedepannya lagi
DAFTAR PUSTAKA
Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta:
Widya Medika; 200:405-415
Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-288 dan 800-810,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015.
FUROSEMID. [Internet] (http://pionas.pom.go.id/monografi/furosemid)