Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

OBJEK IX

‘’ANTI DIURETIK ‘’

Oleh :

Kelompok III ( 2019 C )

1. Siti Harina 19011147


2. Dwi Suci Julianti 19011135
3. Hanaya Fathiha Rakhmil 19011158
4. Arya Trinuansa 19011159
5. Putri Handayani 19011149
6. Putri Rahdatul Zahra 19011134
7. Ella rusmita 19011134

Nama Dosen : Ifora, M.Farm. Apt

Fitratul Wahyuni, M.Farm. Apt

Nama Asisten Dosen : - Ahmad Syukur - Amelia Gusti Sandra

- Seprika Prameshwari - Annisa Rahmidasari

- Nurayni

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG


2021

‘’ANTI DIURETIK’’

I. Tujuan

- Memahami kerja farmakologi dari berbagai kelompok diuretika

- Memperoleh gambaran tentang cara evaluasi potensi diuretika

II. Teori

Pengeluaran urin atau diuresis dapat diartikan sebagai penambahan produksi volume urin
yang dikeluarkan dan pengeluaran jumlah zat zat terlarut dalam air.Obat-obatan yang
menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut Diuretik. Obat-obat ini
merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti
Cl+ memasuki urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal
bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan
osmotic. ( Mycek,2020 )

Perubahan Osmotik dimana dalam tubulus menjadi meningkat karena Natrium lebih
banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus ginjal. Dan produksi
urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic meningkatkan volume urine dan
sering mengubah PH-nya serta komposisi ion didalam urine dan darah.

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang
diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua
golongan besar yaitu diuretik osmotik yaitu yang bekerja dengan cara menarik air ke urin,
tanpa mengganggu sekresi atau absorbsi ion dalam ginjal dan penghambat mekanisme
transport elektrolit di dalam tubuli ginjal, seperti diuretik tiazid (menghambat reabsorbsi
natrium dan klorida pada ansa Henle pars ascendens), Loop diuretik (lebih poten daripada
tiazid dan dapat menyebabkan hipokalemia), diuretik hemat kalium (meningkatkan ekskresi
natrium sambil menahan kalium).

Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal.
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler)
yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai
saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang
diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang
mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke
pipa kecil.

Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat
penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat ini
dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang tak berguna
seperti ”sampah” perombakan metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar tidak
diserap kembali. Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul
(ductus coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir
disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.Istilah


diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksidan yang kedua menujjukan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut
dalam air.Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembal
imenjadi normal (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2017).

Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlorothiazide)


dan Spironolakton. Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi
(kadar kalium 0rendah dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam
darah). Penggunaan diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing
manis (diabetes) atau pada penderita kolesterol. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik,
2017).
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan
tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik.
Secara umum diuretik dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu (Ganiswara, 2019) :

1. Diuretik osmotik

2. Penghambat mekanisme transport elektrolit

Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal
terdiri atas (Ganiswara, 2019):

1. Penghambat karbonik anhidrase.

2. Benzotiadiazid

3. Diuretik hemat kalium

4. Diuretik kuat

Sebagian besar diuretika bekerja pada segmen anatomis tunggal dari nefron ginjal.
Karena segmen ini punya fungsi- fungsi transport yang khusus. Kerja dari setiap diuretik
paling dapat dimengerti dengan baik dalam hubungan antara titik tangkap kerjanya pada
nefron dan fisiologi normal dari segmen tersebut (Katzung, 2018).

Pada umumnya diuretik dibagi dalam beberapa kelompok, yakni (Tjay, 2019) :

1. Diuretik lengkungsn : Furosemid, bumetanida, dan etakrinat

2. Diuretik penghemat kalium : Antagonis aldosteron, spironolakton, amilorida, dan


triamteren.

3. Diuretik Osmotik : Mannitol dan Sorbitol

4. Penghamabat anhidrasi karbonat : Asetazolamid

5. Diuretik Tiazid : HCT, Klortalidon, mefrusida, indapamida.


III. Alat dan Bahan

3.1 ALAT

1. Batang pengaduk

2. Beaker glass

3. Gelas ukur

4. Kandang Urinasi/ Metabolic cage

5. Spoit 1 ml

6. Spoit oral

7. Timbangan berat badan Bahan yang digunakan

3.2 BAHAN

1.Alkohol 70%

2.Aqua destilat,

3.Kertas Saring

4.Na. CMC 0,5%

5.Tablet Furosemidg atau 40g/70kg BB manusia PO

6.Spironolakton 100 mg/ 70 kgBB manusia secara PO

7.Air hangat 50 ml/ kgBB tikus


Vl. CARA KERJA

1. Puasakan tikus selama 12-16 jam, tetapi tetap diberikan air minum.

2. Sebelum pemberian obat, berikan air hangat per oral sebanyak 50 ml/ kg BB tikus.

3. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 2 ekor
mencit dengan perbedaan dosis obat yang diberikan:

Kelompok I : CMC Na 1% secara PO

Kelompok II : Furosemide 20 mg/ 70 kgBB manusia secara PO

Kelompok III : Furosemidg/70kg BB manusia PO

Kelompok IV : Spironolakton 100 mg/ 70 kgBB manusia PO

4.Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit.

5.Berikan larutan obat sesuai kelompok masing-masing.

6.Tempatkan tikus ke dalam kandang urinasi/Metabolic cage.

7.Kumpulkan urine selama 2 jam, catat frekuensi pengeluaran urine dan jumlah urine setiap
kali diekskresikan.

8.Catat dan tabelkan pengamatan.

9.Hitung persentase volume kumulatif urine yang diekskresikan:

(volume urine yang diekskresikan dalam waktu 2 jam )/(volume air yang diberikan per oral )
x 100%

Efek diuretika positif jika persentase volume kumulatif urine yang diekskresika >75% dari
volume air yang diberikan.
V. Hasil

Data yang dikumpulkan berupa volume urine kumulatif pada jam ke-2 di ukur
menggunakan gelas ukur.

Bahan Hewan Uji Volume Volume Urine


Pemberian (Air (kumulatif 2jam)
Hangat)
Kode BB
Kelompok 1
Kelompok 2 1 170 10 ml 5ml
Kelompok 3

volume urine yang dieksresikan dalam waktu 2 jam


% Volume urine yang di eksresikan = x
volume air yang l diberikanper oral
100%

= 3/10 ml x 100% = 50%


VI. Pembahasan

Pembahasan Praktikum kali ini merupakan pengujian obat yang berfungsi sebagai
diuretik. Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pmbentukan urin sehingga
mempercepat pengeluaran urine dari dalam tubuh. Fungsi utama diuretik adalah untuk
memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa
sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal. Obat yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah furosemid. Furosemid merupakan obat golongan Loop Diuretic atau
obat diuretik kuat dengan mekanisme kerja menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari
membran lumen pada pars asendens ansa henle. Karena itu, reabsorpsi Na+, K+, Cl- menurun
(Mycel, 2011). Pemberian furosemid dapat memebrikan efek meningkatkan ekskresi K+ dan
kadar asam urat plasma, ekskresi Ca++ dan Mg++ juga ditingkatkan sebanding dengan
peninggian ekskresi Na+. Furosemid berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat dan mudah
diserap dalam saluran pencernaan dengan bioavailabilitas 65% , masa kerja obat yang relatif
singkat yaitu 1 sampai 4 jam, dalam intravena hanya beberapa menit sampai 2,5 jam,
reabsorpsi dari usus kurang lebih 50% (Ganiswana, 1995). Proses pengerjaan praktikum ini
adalah dengan hewan uji tikus dengan bobot badan yang berbeda yang diinjeksikan secara
intraperitoneal menggunakan furosemid dengan dosis yang berbeda. Kelompok 1 sebagai
kelompok kontrol, tikus hanya diberi air hangat secara oral sebanyak 5 ml. Kelompok 2
diberi furosemid dengan dosis 0,0168 ml (20 mg). Sedangkan kelompok 3 diberi furosemid
dosis 0,0268 ml (40 mg), dan kelompok 4 diberi furosemid 0,0517 ml (80 mg). Sebelum
diberi obat, tikus terlebih dahulu diberi air hangat sebanyak 5 ml menggunakan sonde yang
bertujuan untuk membantu mempercepat atau memperbanyak urin yang dikeluarkan.
Berdasarkan hasil pengamatan tikus yang diberi furosemid, dibandingkan hasil antara tikus
yang diberikan furosemide dan tikus yang tidak diberikan furosemide, hasilnya menunjukkan
bahwa frekuensi dan volume urin jauh berbeda pada tikus yang tarkan urin sebanyak 10 kali
dengan volume 2 ml selama pengamatan, sedangkan tikus yang diberi furosemide 0,0517 ml
(80 mg) mengeluarkan urin sampai 6 ml. Menurut literatur (PIONAS), dosis normal
furosemide adalah 20-40 mg. Namun pada dosis yang diberikan sebanyak 0,0168 ml (20 mg),
menunjukkan tikus hanya mengeluarkan urin sebanyak 1,25 ml yakni lebih sedikit daripada
volume urin yang dikeluarkan oleh tikus kelompok kontrol. atau bahan Namun frekuensinya
lebih banyak dibanding tikus kontrol. Hal itu kurangnya kemampuan praktikan untuk
mengamati jumlah urin.

Volume urin yang dihasilkan oleh tikus 3 dan tikus 4, tidak ada perbedaan dalam volume
totalnya, yaitu 6 ml dan total frekuensinya lebih banyak pada tikus 3 yaitu 125 kali dan tikus
4 yaitu 98 kali. Namun pada tikus 3, semakin lama waktu pengamatan maka semakin besar
volumenya. Sedangkan pada tikus 4 setiapwaktu pengamatan volumenya sama. Seharusnya
dengan bertambahnya dosis, efeknya pun akan bertambah. Frekuensi dan volume urin yang
keluar lebih besar. Namun hal yang terjadi adalah sebaliknya. Hal ini dikarenakan kurangnya
kemampuan untuk mengamati jumlah urin yang keluar. Furosemid adalah diuretik kuat yang
digunakan untuk menghilangkan air dan garam dari tubuh sehingga mengakibatkan cairan-
cairan kan edema pada jaringan tikus tersebut keluar lebih besar. Namun hal yang terjadi
adalah sebaliknya. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan untuk mengamati jumlah urin
yang keluar. Furosemid adalah diuretik kuat yang digunakan untuk menghilangkan air dan
garam dari tubuh sehingga mengakibatkan cairan-cairan atau bahkan edema pada jaringan
tikus tersebut keluar seluruhnya sehingga urin keluar lebih banyak. Dan juga dosis yang biasa
digunakan untuk pengobatan adalah 20-40 mg, untuk pemberian dosis 80 mg dianjurkan jika
tidak menunjukkan respon yang diharapkan. Maka dosis 80 mg adalah dosis untuk pasien
akut.

Alat dan Bahan yang digunakan Tikus 2 ekor Obat : Furosemida injeksi  Timbangan
hewan , Alat suntik ,Alat untuk pengujian , Gelas ukur ,Prosedur  Timbang masing-masing
mencit, beri nomor dan catat. Suntikan secara intraperitoneal kepada masing-maisng mencit
obat dengan dosis yang telah dikonversikan ke dosis mencit. ,Pengamatan dilakukan pada
menit ke 10, 20, 40 dan 80 setelah pemberian obat. Catat jumlah volume urin yang dihasilkan
pada menit di atas.
VII. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makala ini yaitu sebagai berikut :

1.Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin (diuresis). Fungsi
utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi
normal.

2.Penggolongan Obat Diuretik dibagi menjadi :

>Diuretik osmotik

>Diuretik thiazid

>Diuretik kuat

>Diuretik hemat kalium

>Diuretik penghambat enzim karbonik anhidrase

3.Antidiuretik adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu kondisi, sifat atau
penyebab turunnya laju urinasi

Antidiuretik memiliki khasiat yaitu mencegah ekskresi air berlebihan oleh ginjal dengan
jalan meningkatkan resorpsi kembalinya oleh tubuli ginjal. Penggunaannya untuk menguji
fungsi hipofisis berdasarkan daya kerjanya menstimulir eksresi ACTH
Lampiran

Penimbangan berat tikus


Penampungan urine tikus
Lampiran diskusi kelompok

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswarna, S., ( 2019 ) ''Farmakologi dan Terapi, edisi IV'' 271-288 dan 800-810,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Jakarta : Universitas Indonesia

Katzung. ( 2018 ) . ''Farmakologi Antidiuretik''. Jakarta : UI Press

Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. ( 2020 ) ''Farmakologi Ulasan Bergambar''. Jakarta:
Widya Medika; 200:405-415

Tim Penyusun Praktikum Farmakologi. ( 2017). ''Penuntun Praktikum Farmakologi.


Tangerang Selatan''. Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan : UIN
Syarif Hidayatullah

Tjay . ( 2019 ). ''Obat-obat Antidiuretik''. Bandung : Universitas Padjajaran

Anda mungkin juga menyukai