Anda di halaman 1dari 8

DIURETIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seluruh sel-sel tubuh terendam dalam suatu cairan yang disebut cairan intestinal, yang
bertindak sebagai lingkungan dalam dari sel-sel. Oleh sebab itu volume dan komposisi
cairan intestial harus tetap dalam berad batas-batas yang tertentu agar sel-sel dapat
berfungsi dengan normal. Perubahan dari volume dan komposisi cairan nintestial dapat
menimbulkan kelainan fungsi tubuh. Kelainan volume cairan vaskuler akan menganggu
fungsi kardiovaskuler, sedang perubahan komposisi cairan intestitial akan menganggu
fungsi.
Terdapat banyak keadaan – keadaan yang dapat mengganggu volume dan komposisi
cairan tubuh tersebut, antara lain ingesti (pemasukan) air atau defripasi (hilangnya) air,
ingesti atau defrivasi elektrolit, kelebihan asam atau alkali, produk metabolisme atau
pemberian bahan-bahan toksik.
Jadi jelas harus terdapat suatu regulasi aktif untuk mempetahankan lingkungan agar
tetap konstan, terutama dalam menghadapi faktor yang dapat mengganggu kestabilan
volume dan komposisi cairan interistitial.

1.2 tujuan praktikum

1. Memahami kerja farmakologik dari berbagai kelompok diuretika.


2. Memperoleh gambaran tentang cara evaluasi efek diuretika.
3. Mengertahui satu cara untuk memperkirakan dosis efektif lima puluh (DE 50).
4.
1.3 Prinsip Percobaan

Penentuan efek farmakologi dari obat – obat diuretik yaitu furosemid terhadap tikus
yang setelah diberikan air per oral, berupa pengamatan terhadap frekwensi urinasi dan
volume urinasi setiap interval waktu 20 menit selama 3 jam.
BAB II

DASAR TEORI

Diuretika adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang lebih banyak. Jika
pada peningkatan ekskresi garam-garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau
natriuretika (diuretika dalam arti sempit). (Mutschler,1991)

Walaupun kerja nya pada ginjal,diuretika bukan ‘obat ginjal’,artinya senyawa ini tidak dapat
memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal,demikian juga pada pasien insufisiensi
ginjal jika diperlukan dialysis,tidak dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini.
Beberapa diuertika pada awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urin
dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus sehingga memperburuk insufisiensi ginjal.
(Mutschler,1991)

Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak kemih (diuresis) melalui kerja langsung
terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal
secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat
kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi
sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol).

Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan semua
zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah dimana semuanya melintasi saringan ginjal
kecuali zat putih telur dan sel-sel darah.

Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh. Ginjal merupakan
organ terpenting pada pengaturan homeostasis, yakni keseimbangan dinamis antara cairan
intra dan ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstrasel. Hal ini
terutama tergantung dari jumlah ion Na+, yang untuk sebagian besar terdapat di luar sel, di
cairan antarsel, dan di plasma darah.

MEKANISME KERJA OBAT DIURETIK

Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorbsi natrium, sehingga


pengeluaranya lewat kemih- dan demikian juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini bekerja
khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni di :

a. Tubuli proksimal, ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang disini


direabsorbsi secara aktif untuk kurang lebih 70%, antara lain ion-Na+ dan air, begitu pula
glukosa dan ureum. Karena reabsorbsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat
tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmosis (manitol, sorbitol)
bekerja di sini dengan merintangi reabsorbsi air dan juga natrium.

b. Lengkungan henle. Dibagian menaik dari Henle’s loop ini k,l. 25% bsorbsi pasif dari
Na+ dan K+ tetapi tanpa hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan seperti
furosemida, bumetamida dan etakrinat, bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor
Cl- dan demikian reabsorbsi Na+. pengeluaran K+dan air juga diperbanyak.
c. Tubuli distal. Dibagian pertama segmen ini, Na+ direabsorbsi secara aktif pula tanpa
air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis.sentawa thiazidadan klortalidon
bekerja di tempat ini dengan memperbanyak eksreksi Na+ dan Cl –sebesar 5-10%. Dibagian
kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K + atau –NH4+; proses ini dikendalikan
oleh hormon anak-ginjal aldosteron antagonis aldosteron (spirolacton) dan zat-zat penghemat
kalium (amilorida, triateren) bertitik kerja disini dengan mengekibatkan ekskresi Na+ (5%)
dan retensi- K+.

d. Saluran pengumpul. Hormon antidiuretika ADH (vasoprin) dari hipofisis bertitik kerja
disini dengan jalan memengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.(mariska syafri
; 2011

PENGGOLONGAN OBAT DIURETIK

Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :

1. Diuretik osmotik
Tempat Dan Cara Kerja : Tubuli Proksimal penghambatan reabsorbsi natrium dan air
melalui daya osmotiknya. Ansa Henle penghambatan reasorbsi natrium dan air oleh
karena hiperosmolaritas daerah medula menurun. Penghambatan reasorbsi natrium
dan air akibat adanya kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan
isosorbid.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi bikarbonat.Yang termasuk golongan diuretik ini adalah
asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
3. Diuretik golongan tiazid
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Obat-obat diuretik yang termsuk
golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid,
bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon,
kuinetazon, dan indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal
dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium
dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara
langsung (triamteren dan amilorida).Yang tergolong dalam kelompok ini adalah:
antagonis aldosteron. triamterenc. amilorid.

5. Diuretik kuat
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden
pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium,
kalium, dan klorida. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid
dan bumetamid.
6. Xantin
Xantin ternyata juga mempunyai efek diuresis. Efek stimulansianya paa fungsi
jantung, menimbulkan dugaan bahwa diuresis sebagian disebabkan oleh
meningkatnya aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus. Namun semua derivat
xantin ini rupanya juga berefek langsung pada tubuli ginjal, yaitu menyebabkan
peningkatan ekskresi Na+ dan Cl- tanpa disertai perubahan yang nyata pada
perubahan urin. Efek diuresis ini hanya sedikit dipengaruhi oleh keseimbangan asam-
basa, tetapi mengalami potensiasi bila diberikan bersama penghambat karbonik
anhidrase.Diantara kelompok xantin, theofilin memperlihatkan efek diuresis yang
paling kuat.

BAB III
PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan :

 Tikus putih jantan 6 ekor


 Lar. Na.Furosemid dalam Air
 Lar. NaCl Fisiologik
 Rute pemberian : SC
 Timbangan Tikus
 Spuite
 Pipa lambung
 Kandang khusus untuk pengamatan
 Tabung berskala untuk penampungan urine
 Kertas indicator universal

3.2 Prosedur :

 Timbang masing-masing tikus


 Kelompokkan tikus terdiri dari 3 ekor untuk furosemide, dan 3 tikus lainnya untuk
NaCl
 Hitung dosis untuk masing-masing tikus

0,018 x 10 mg = 0,18 mg

Furosemide

Tikus 1 :

(198 g)/(200 g) x 0,18 mg = 0,1782 mg

Sediaan :

(0,1782 mg)/(10 mg) x 1 ml = 0,017 ml

Tikus 2 :

(121 g)/(200 g) x 0,18 mg = 0,1089 mg

Sediaan :

(0,1089 mg)/(10 mg) x 1 ml = 0,0189 ml

Tikus 3 :
(164 g)/(200 g) x 0,18 mg = 0,1476 mg

Sediaan :

(0,1476 mg)/(10 mg) x 1 ml = 0,014 ml

NaCl

Tikus 4 :

(107 g)/(200 g) x 0,18 mg = 0,0963 mg

Sediaan :

(0,0963 mg)/(10 mg) x 1 ml = 0,00963 ml

Tikus 5 :

(138 g)/(200 g) x 0,18 mg = 0,1242 mg

Sediaan :

(0,1242 mg)/(10 mg ) x 1 ml = 0,01242 ml

Tikus 6 :

(129 g)/(200 g) x 0,18 mg = 0,1161 mg

Sediaan :

(0,1161 mg)/(10 mg) x 1 ml = 0,01161 ml

 Semua tikus diberikan air per oral sebanyak 6-9 ml sesuai dengan bobot masing-
masing tikus.
 Masing-masing kelompok tikus diberikan furosemide sesuai dosis dan Nacl
Fisiologis.
 Segera setelah pemberian obat, tempatkan tikus ke dalam kandang khusus yang
didesian untuk mengumpulkan urine tanpa kontaminasi feses.

PENGAMATAN :
 Kumpulkan urine dan catat pengeluaran urine setiap 20 menit. (urine 20 menit
pertama dibuang, tidak selalu tergantung mula kerja obat).
 Tabelkan data-data yang di peroleh mulai muncul efek; frekuensi urinasi; volume
urinasi kulatif.
 Hitung persentase volume kumulatif urine yang diekskresikan sebagai :

(volume urine yang diekskresikan dalam waktu tiga jam) : (volume air yang diberi per

oral x 100% = ……… %

(1,67 x 3)x 3 jam)/(10 ml x 3) x 100 % = 50 %

 Gunakan kriteria efek positif jika persentase ini melebihi 75 % dari volume air yang
diberikan.
 Hitung dosis efektif lima puluh untuk furosemide dari hasil percobaan dengan
menggunakan metoda Reed Muench (Miya T.S. etal., Laboratory Guide in
Pharmacology, Burgess Publishing Co., 3 ed. Minneapolis, USA., 1964.

HASIL

(volume urine yang diekskresikan dalam waktu tiga jam) : (volume air yang diberi per
oral ) x 100% = ……… %

(1,67 x 3)x 3 jam)/(10 ml x 3) x 100 % = 50 %

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami melakukan percobaan diuretic dengan menggunakan obat
Furosemid dan tikus sebagai hewan ujinya. Diuretik sendiri berfungsi sebagai obat yang
dapat menambah kecepatan pembentukan urien. Dengan kata lain adalah berfungsi membuat
pruduksi urine meningkat. Hal ini dilakukan dengan maksud mencuci atau membilas ginjal
dari dari zat zat berbahaya.

Sebelum dilakukan percobaan tikus terlebih dahulu dipuasakan selama 16 jam tetapi tetap di
beri minum ini untuk mencegah sebelum diberikan obat untuk menghilangkan factor
makanan. Namun walaupun demikian faktor variasi biologis dari hewan tidak dapat di
hilangkan sehingga factor ini relative dapat mempengaruhi hasil.

Sebelum diberi obat, tikus terlebih dahulu diberi air hangat menggunakan sonde. Tujuan nya
adalah untuk membantu mempercepat atau memperbanyak urin yang dikeluarkan. Setelah
masing- masing tikus disuntikkan, tikus langsung dimasukkan ke sebuah tempat yaitu
kandang metabolisme. Masing – masing tikus diletakkan pada kandang yang berbeda.
Kemudian urine tersebut di tampung menggunakan gelas ukur. Setelah itu urin yang telah
ditambung menggunakan gelas ukur tersebut diukur dan dicatat berapa banyak keluarnya.
Masing – masing urin tikus diukur dengan selang waktu 20 menit selama 3 jam.

Dari hasil data pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa tikus yang diberi furosemid urin
yang dieksresikan lebih tinggi dari pada tikus yang diberikan NaCl.

KESIMPULAN

 Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.. Diuretik
dapat di golongkan menjadi beberapa golongan : diuretik kuat, diuretik hemat kalium,
diuretik golongan tiazid, golongan penghambat enzim karbonik anhidrase, diuretik
osmotic. Furosemid, adalah sebuah obat yang digunakan untuk meningkatkan
produksi urin. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang
berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel kembali menjadi normal.
 tikus yang diberi furosemid urin yang dieksresikan lebih tinggi dari pada tikus yang
diberikan NaCl.

DAFTAR ISI

Buku panduan praktikum farmakologi 2008

http://kerjanya.net/faq/5205-diuretik.html

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Diuretik

Anda mungkin juga menyukai