ABSTRAK
ABSTRACT
alkohol, xilena, atau larutan alkali. Berikut 3. Keringkan selama 3 jam pada suhu
prosedur kerja analisa sampel dalam air 100-105 0C dan timbang. Laporkan
panas : peningkatan berat sebagai bahan tak
1. Larutkan 2 gram sampel dalam 200 larut dalam pelarut yang disebutkan.
mL air panas dan dinginkan pada suhu 4. Bila tidak larut dalam semua pelarut di
ruang. atas, gunakan larutan karbon
2. Selanjutnya saring endapan yang tetraklorida, toluena, atau benzena.
terbentuk dengan corong gelas. Dengan prosedur kerja yang sama
Kemudian, panaskan pada suhu 135 dengan pelarut aseton.
0
C dan timbang. Uji Kuantitatif
3. Setelah itu, cuci dengan air dingin 1. Standarisasi
hingga tak terbentuk warna. Prosedur kerja yang dilakukan
4. Keringkan pada suhu 135 0C selama 3 sebagai berikut :
jam, dinginkan dalam desikator, dan a. Siapkan beberapa larutan yang sudah
timbang. diketahui konsentrasi sampel
5. Laporkan peningkatan berat sebagai standarnya dan tentukan absorbansi
bahan tak larut dalam air. larutan.
Sedangkan untuk pelarut aseton, b. Koreksi absorbansi pelarut dan sel
alkohol, xilena, atau larutan alkali, pada panjang gelombang yang sesuai
prosedur kerja yang dilakukan sebagai (panjang gelombang pada saat
berikut : absorbansi maksimum).
1. Campurkan 0,2-0,5 gram sampel c. Atur konsentrasi larutan untuk
dengan 100 mL masing-masing memberikan nilai absorbansi dari 0,4-
pelarut dalam gelas beker 250 mL, 1,0 dengan instrumen dan sel yang
stirer, dan panaskan pada titik didih digunakan. Kemudian, plotkan data
pelarut. yang diperoleh.
2. Saring larutan panas dan pindahkan 2. Penentuan
residu ke dalam gelas beker untuk Prosedur kerja yang dilakukan
menyaring. Cuci dengan 10 mL sebagai berikut :
pelarut hingga tak berwarna.
a. Siapkan larutan sampel dalam pelarut yang diberi Rhodamin B adalah warna
yang sama (pada saat standarisasi). makanan yang terang mencolok. Biasanya
Kemudian, tentukan absorbansi makanan yang diberi pewarna untuk
larutan pada kondisi yang sama pada makanan warnanya tidak begitu merah
saat standarisasi. terang mencolok.
b. Selanjutnya, hitung kandungan zat Bahaya utama terhadap kesehatan
aditif (Rhodamin B) sampel dari yaitu pemakaian dalam waktu lama
absorbansi larutan sampel dan (kronis) dapat menyebabkan radang kulit
absorbansi larutan standar. alergi, dan gangguan fungsi hati/kanker
Bahan Tambahan Pangan adalan hati. Tanda-tanda dan gejala akut bila
bahan atau campuran bahan yang secara terpapar Rhodamin B:
alami bukan merupakan bagian dari bahan 1. Jika terhirup dapat menimbulkan
baku pangan, tetapi diambahkan kedalam iritasi pada saluran pernafasan.
pangan untuk mempengaruhi sifat atau 2. Jika terkena kulit dapat menimbulkan
bentuk pangan, salah satunya adalah zat iritasi pada kulit.
pewarna Rhodamin B. Rhodamin B 3. Jika terkena mata dapat menimbulkan
adalah pewarna sintetis yang berasal dari iritasi pada mata, mata kemerahan, dan
metanlinilat dan difenilalanin yang udem pada kelopak mata.
berbentuk serbuk kristal berwarna 4. Jika tertelan dapat menimbulkan
kehijauan, berwarna merah keunguan gejala keracunan dan air seni berwarna
dalam bentuk terlarut pada konsentrasi merah atau merah muda.
tinggi dan berwarna merah terang pada Kita dapat mengenali ciri makanan
konsentrasi rendah. yang menggunakan Rhodamin B, yaitu
Zat pewarna Rhodamin B biasanya makanan yang diberi zat
merupakan zat warna sintetis, berwarna pewarna ini lebih terang atau mencolok
merah keunguan, yang digunakan sebagai warnanya dan memiliki rasa agak pahit.
zat warna untuk kertas dan tekstil. Sering Disamping itu, apabila kita ingin
disalah gunakan untuk pewarna pangan melakukan pewarnaan makanan yang
dan kosmetik. Misalnya: sirup, terasi, murah namun dengan tidak melibatkan
kerupuk, lipstik, dll. Ciri-ciri makanan zat-zat kimia yang dapat merusak