Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Biology Science & Education 2015 surati

ABSTRAK

BAHAYA ZAT ADITIF RHODAMIN B PADA MAKANAN

Surati, Dosen Prodi Pendidikan Biologi IAIN, Ambon,


081231226671, E-mail: qmia7068@gmail.com

Penggunaan zat aditif menjadikan makanan bebas dari kehidupan mikroba


baik yang bersifat patogen maupun non pathogen yang dapat
menyebabkan kerusakan bahan makanan seperti pembusukan. Dalam
makanan yang kita konsumsi, kita tidak mengetahui apakah di dalam
makanan tersebut terdapat zat pewarna sintetis yang dilarang atau tidak,
khususnya Rhodamin B merupakan zat aditif yang sangat berbahaya bila
dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Makanan yang
mengandung zat pewarna Rhodamin B memiliki warna makanan yang
terang mencolok. Selain itu, memiliki rasa agak pahit. Apabila kita ingin
melakukan pewarnaan makanan yang murah namun dengan tidak
melibatkan zat-zat kimia yang dapat merusak kesehatan, kita dapat
menggunakan daun jambu atau daun jati (warna merah). Analisis untuk
zat aditif Rhodamin B yaitu menggunakan reaksi warna metode gravimetri
(kualitatif) dan metode spektrofotometri (kuantitatif).

Kata kunci; zat aditif, rhodamin B

ABSTRACT

ANALYSIS SUBSTANCE ADDITIVES RHODAMIN B ON FOOD

Use a food additive substance-free good life of a microbial pathogens and


non-pathogens that can cause damage such as decaying food. In the food
we consume, we do not know whether there is food in the synthetic dye
substances which are prohibited or not, especially Rhodamin B is a
substance that is very dangerous additives when consumed in long time.
Foods containing coloring Rhodamin B has a striking bright color food. In
addition, a slightly bitter taste. When we want to eat cheap food coloring
but with not involve chemical substances that can damage health, we can
use guava leaves or teak leaves (red). Analysis for nutrient additives
Rhodamin B that is using the color reaction gravimetric method
(qualitative) and spectrophotometric methods (quantitative)

Keywords: nutrient additives, rhodamin B

BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 22


Jurnal Biology Science & Education 2015 surati

Makanan merupakan elemen penting bagi dipandang perlu untuk meningkatkan


tubuh manusia. Hal ini disebabkan karena mutu suatu produk sehingga mampu
makanan memberikan energi dan tenaga bersaing di pasaran. Bahan tambahan
bagi tubuh untuk melakukan bekerja. tersebut diantaranya: pewarna, penyedap
Mengkonsumsi makanan yang sehat rasa dan aroma, antioksidan, pengawet,
menjadi harapan setiap manusia karena pemanis, dan pengental
asupan gizi yang cukup, memberikan Secara umum bahan aditif ini
energi yang maksimal bagi tubuh. Jadi, dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1)
jika kita harus mendisiplinkan diri untuk aditif sengaja yaitu aditif yang secara
hidup sehat dan mangatur pola makan sengaja ditambahkan untuk meningkatkan
yang baik untuk kesehatan tubuh kita. konsistensi, citarasa, mengendalikan
Dewasa ini, banyak sekali kasus keasaman/kebasaan, dan memantapkan
keracunan makanan mewarnai media bentuk dan rupa; (2) aditif tidak sengaja
cetak maupun televisi. Ada juga kasus yaitu aditif yang memang telah ada dalam
kematian yang merupakan akibat dari makanan (walaupun sedikit) sebagai
keracunan makanan. Kasus keracunan akibat dari proses pengolahan. Begitu juga
makanan yang dilaporkan tidak hanya halnya, bahan pengawet yang ada dalam
bersumber pada ketidak higienisan makanan adalah untuk membuat makanan
makanan. Namun, adanya fenomena tampak lebih berkualitas, tahan lama,
penggunaan bahan-bahan kimia yang menarik, serta rasa dan teksturnya lebih
dilarang dalam makanan juga turut sempurna.
mendominasi. Penggunaan bahan pengawet dapat
Penggunaan bahan tambahan atau menjadikan bahan makanan bebas dari
zat aditif pada makanan semakin kehidupan mikroba baik yang bersifat
meningkat, terutama setelah adanya patogen maupun non pathogen yang dapat
penemuan termasuk keberhasilan dalam menyebabkan kerusakan bahan makanan
mensintesis bahan kimia baru yang lebih seperti pembusukan. Apabila pemakaian
praktis, lebih murah, dan lebih mudah bahan pengawet tidak diatur dan diawasi,
diperoleh. Penambahan bahan zat aditif ke kemungkinan besar akan menimbulkan
dalam makanan merupakan hal yang suatu permasalahan terutama bagi

BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 23


Jurnal Biology Science & Education 2015 surati

konsumen. Bahan pengawet yang lapangan untuk makanan, rhodamin B


diijinkan hanya bahan yang bersifat (warna merah) dan Metanil Yellow
menghambat, bukan mematikan (kuning) sering dipakai mewarnai
organisme-organisme pencemar. Oleh kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang
karena itu, sangat penting diperhatikan gula, sirup, biskuit, sosis, makaroni
bahwa penanganan dan pengolahan bahan goreng, minuman ringan, cendol, manisan,
pangan dilakukan secara higinies. gipang, dan ikan asap.
Salah satu contoh bahan kimia
PEMBAHASAN
berbahaya yang digunakan produsen
Preparasi Sampel
makanan yang perlu diwaspadai
Preparasi sampel adalah proses
konsumen adalah zat pewarna merah
yang dilakukan untuk menyiapkan sampel
Rhodamin B. Beberapa hasil penelitian
sehingga siap untuk dianalisis
banyak ditemukan zat pewarna Rhodamin
menggunakan instrumentasi yang sesuai.
B pada produk industri rumah tangga.
Alat: Spektrofotometer yang mampu
Rhodamin B adalah bahan kimia yang
mengukur secara akurat terhadap larutan
digunakan untuk pewarna merah pada
pada daerah 400-750 nm dengan
industri tekstil plastik dan kain. Kelebihan
simpangan ≤ 10 nm. Reagen: Reagen
dosis Rhodamin B bisa menyebabkan
adalah bahan yang digunakan dalam
kanker, keracunan, iritasi paru-paru, mata,
reaksi kimia. Penentuan sampel standar
tenggorokan, hidung, dan usus. Masih
murni yaitu sampel standar harus
adanya penggunaan zat berbahaya pada
dipreparasi secara hati-hati agar
makanan karena efek yang ditimbulkan
kemurnian yang tinggi dapat dicapai.
dari mengkonsumsi makanan tercemar
Pelarut: Pelarut yang digunakan bebas dari
tersebut tidak langsung seketika terasa.
bahan tersuspensi (campuran heterogen
Penyakit akan timbul setelah beberapa
dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan
tahun kemudian akibat residu yang
dalam zat cair tersebut)
mengendap dalam tubuh. Berbeda saat
Uji Kualitatif
keracunan makanan karena kurang
Prosedur kerja yang dilakukan uji
higienitas bisa terasa setelah
kualitatif adalah: Jika sampel tak larut
mengkonsumsi suatu makanan. Di
dalam air gunakan air panas, aseton,

BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 24


Jurnal Biology Science & Education 2015 surati

alkohol, xilena, atau larutan alkali. Berikut 3. Keringkan selama 3 jam pada suhu
prosedur kerja analisa sampel dalam air 100-105 0C dan timbang. Laporkan
panas : peningkatan berat sebagai bahan tak
1. Larutkan 2 gram sampel dalam 200 larut dalam pelarut yang disebutkan.
mL air panas dan dinginkan pada suhu 4. Bila tidak larut dalam semua pelarut di
ruang. atas, gunakan larutan karbon
2. Selanjutnya saring endapan yang tetraklorida, toluena, atau benzena.
terbentuk dengan corong gelas. Dengan prosedur kerja yang sama
Kemudian, panaskan pada suhu 135 dengan pelarut aseton.
0
C dan timbang. Uji Kuantitatif
3. Setelah itu, cuci dengan air dingin 1. Standarisasi
hingga tak terbentuk warna. Prosedur kerja yang dilakukan
4. Keringkan pada suhu 135 0C selama 3 sebagai berikut :
jam, dinginkan dalam desikator, dan a. Siapkan beberapa larutan yang sudah
timbang. diketahui konsentrasi sampel
5. Laporkan peningkatan berat sebagai standarnya dan tentukan absorbansi
bahan tak larut dalam air. larutan.
Sedangkan untuk pelarut aseton, b. Koreksi absorbansi pelarut dan sel
alkohol, xilena, atau larutan alkali, pada panjang gelombang yang sesuai
prosedur kerja yang dilakukan sebagai (panjang gelombang pada saat
berikut : absorbansi maksimum).
1. Campurkan 0,2-0,5 gram sampel c. Atur konsentrasi larutan untuk
dengan 100 mL masing-masing memberikan nilai absorbansi dari 0,4-
pelarut dalam gelas beker 250 mL, 1,0 dengan instrumen dan sel yang
stirer, dan panaskan pada titik didih digunakan. Kemudian, plotkan data
pelarut. yang diperoleh.
2. Saring larutan panas dan pindahkan 2. Penentuan
residu ke dalam gelas beker untuk Prosedur kerja yang dilakukan
menyaring. Cuci dengan 10 mL sebagai berikut :
pelarut hingga tak berwarna.

BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 25


Jurnal Biology Science & Education 2015 surati

a. Siapkan larutan sampel dalam pelarut yang diberi Rhodamin B adalah warna
yang sama (pada saat standarisasi). makanan yang terang mencolok. Biasanya
Kemudian, tentukan absorbansi makanan yang diberi pewarna untuk
larutan pada kondisi yang sama pada makanan warnanya tidak begitu merah
saat standarisasi. terang mencolok.
b. Selanjutnya, hitung kandungan zat Bahaya utama terhadap kesehatan
aditif (Rhodamin B) sampel dari yaitu pemakaian dalam waktu lama
absorbansi larutan sampel dan (kronis) dapat menyebabkan radang kulit
absorbansi larutan standar. alergi, dan gangguan fungsi hati/kanker
Bahan Tambahan Pangan adalan hati. Tanda-tanda dan gejala akut bila
bahan atau campuran bahan yang secara terpapar Rhodamin B:
alami bukan merupakan bagian dari bahan 1. Jika terhirup dapat menimbulkan
baku pangan, tetapi diambahkan kedalam iritasi pada saluran pernafasan.
pangan untuk mempengaruhi sifat atau 2. Jika terkena kulit dapat menimbulkan
bentuk pangan, salah satunya adalah zat iritasi pada kulit.
pewarna Rhodamin B. Rhodamin B 3. Jika terkena mata dapat menimbulkan
adalah pewarna sintetis yang berasal dari iritasi pada mata, mata kemerahan, dan
metanlinilat dan difenilalanin yang udem pada kelopak mata.
berbentuk serbuk kristal berwarna 4. Jika tertelan dapat menimbulkan
kehijauan, berwarna merah keunguan gejala keracunan dan air seni berwarna
dalam bentuk terlarut pada konsentrasi merah atau merah muda.
tinggi dan berwarna merah terang pada Kita dapat mengenali ciri makanan
konsentrasi rendah. yang menggunakan Rhodamin B, yaitu
Zat pewarna Rhodamin B biasanya makanan yang diberi zat
merupakan zat warna sintetis, berwarna pewarna ini lebih terang atau mencolok
merah keunguan, yang digunakan sebagai warnanya dan memiliki rasa agak pahit.
zat warna untuk kertas dan tekstil. Sering Disamping itu, apabila kita ingin
disalah gunakan untuk pewarna pangan melakukan pewarnaan makanan yang
dan kosmetik. Misalnya: sirup, terasi, murah namun dengan tidak melibatkan
kerupuk, lipstik, dll. Ciri-ciri makanan zat-zat kimia yang dapat merusak

BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 26


Jurnal Biology Science & Education 2015 surati

kesehatan, kita dapat menggunakan daun khususnya Rhodamin B merupakan zat


jambu atau daun jati (warna merah). aditif yang sangat berbahaya bila
Analisis zat aditif Rhodamin B dikonsumsi dalam jangka waktu yang
dapat diidentifikasi bahan volatilnya pada panjang. Berdasarkan pembahasan, dapat
0
suhu 135 C dan bahan tak larut di disimpulkan bahwa makanan yang
dalamnya dengan metode gravimetri, serta mengandung zat pewarna Rhodamin B
warna total dalam pelarut air dengan memiliki warna makanan yang terang
metode spektrofotometri. Uji kualitatif mencolok. Selain itu, memiliki rasa agak
dilakukan dengan cara sampel yang tak pahit. Apabila kita ingin melakukan
larut dalam air, digunakan pelarut air pewarnaan makanan yang murah namun
panas, aseton, alkohol, xilena, atau larutan dengan tidak melibatkan zat-zat kimia
alkali. Prosedur kerja yang dilakukan yang dapat merusak kesehatan, kita dapat
sebenarnya adalah metode gravimetri (uji menggunakan daun jambu atau daun jati
kuantitatif) tetapi metode ini merupakan (warna merah). Analisis untuk zat aditif
metode awal (uji pendahuluan) terhadap Rhodamin B yaitu menggunakan reaksi
sampel yang mengandung Rhodamin B. warna metode gravimetri (kualitatif) dan
Selebihnya bisa dilakukan uji kuantitatif, metode spektrofotometri (kuantitatif).
yaitu penimbangan. Selain uji kuantitatif
SARAN
dengan metode gravimetri, dapat juga
Bagi masyarakat, perlu adanya
digunakan metode spektrofotometri.
pengetahuan dan informasi yang cukup
Dalam metode ini dilakukan penbuatan
tentang zat-zat kimia yang terkandung
standarisasi sampel sebagai koreksi atau
dalam makanan (Rhodamin B) pada
kalibrator. Selanjutnya, dapat ditentukan
masyarakat serta pengawasan keluar-
kandungan zat aditif (Rhodamin B) dalam
masuknya (perdagangan) zat kimia sangat
sampel menggunakan rumus.
penting untuk meminimalkan
KESIMPULAN penyalahgunaan zat-zat kimia tersebut.
Dalam makanan yang kita Oleh sebab itu, respon dan tindakan dari
konsumsi, kita tidak mengetahui apakah di pemerintah sangatlah diharapkan.
dalam makanan tersebut terdapat zat
pewarna sintetis yang dilarang atau tidak,

BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 27


Jurnal Biology Science & Education 2015 surati

DAFTAR PUSTAKA Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan


AOAC. 1970. Analysis Method Second Gizi. Gramedia. Jakarta
Edition. Association of Official
Agriculture Chemists. United State
of America.
Anonim. 2013. Penjelasan Zat Aditif
Pada Makanan.
http://diam2belajar.blogspot.com
Bellardo Kenny. 2009. Bahan Tambahan
Pangan. Program Studi Teknologi
Industri Pangan D4 Jurusan
Teknik Kimia Politeknik Negeri
Ujung Pandang
Buckle, K. A., Edward R. A., Fleet G.
H.,Souness R., and Wotton M.,
1985, Ilmu Pangan, a.b. Hari
Purnomo dan Adiono, UI-Press,
Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 2003.
Keputusan menteri kesehatan RI
Tentang Persyaratan Hygiene
Sanitasi Jasa Boga. Depkes RI.
Jakarta
Ervina. 2011. Bahaya Makanan yang
Menggunakan Zat.
http://ervinanana.blogspot.com/,
diakses pada 30September 2014
Hamdani, S. 2012. Rhodamin B.
http://catatankimia.com/, diakses
pada 30 September 2014
Pedoman Pertolongan Keracunan untuk
Puskesmas, Buku IV Bahan
Tambahan Pangan Sentra
Informasi Keracunan, Pusat
Informasi Obat dan Makanan.
Badan POM RI. 2005.
Tranggono, Z.N., Wibowo D., Murdjiati
G., dan Mary A. 1990. Kimia
Nutrisi Pangan. PAU Pangan dan
Gizi. UGM. Jogjakarta.
Undang-undang RI tahun 1996 nomor 7
Tentang Pangan.

BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 28

Anda mungkin juga menyukai