Anda di halaman 1dari 11

Bab I

Pendahuluan

Anestesi regional semakin berkembang dan meluas pemakaiannya, mengingat


berbagai
keuntungan yang ditawarkan, diantaranya relatif lebih murah, pengaruh sistemik yang
minimal,
menghasilkan analgesi yang adekuat dan kemampuan mencegah respon stress secara lebih
sempurna. Namun demikian bukan berarti bahwa tindakan anestesi lokal tidak ada
bahayanya.
Hasil yang baik akan dicapai apabila selain persiapan yang optimal seperti halnya anestesi
umum
juga disertai pengetahuan tentang farmakologi obat anestesi lokal.
Obat anestesi lokal yang lazim dipakai di negara kita untuk golongan ester adalah
prokain,
sedangkan golongan amide adalah lidokain dan bupivakain. Maka dari itu penting untuk lebih
mendalami obat-obat tersebut dalam kegiatan medik sebagai dokter hewan. Untuk
penggunaan
obat lidokain sudah sangat luas di Indonesia dan sangat penting untuk mempelajari
mekanisme
kerja dari lidokain ini serta bagaimana pengaplikasiannya. Peper ini lebih lanjut akan
menjelaskan
lidokain tersebut di atas dengan sederhana berdasarkan dari beberapa sumber jurnal.

Tujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja dari obat anestesi lokal lidokain
dan tetrakain.
2. Untuk mengenal berbagai faktor yang mempengaruhi kerja anestetik lokal.
3. Untuk mengetahui efek samping dari penggunaan obat anestesi lokal lidokain dan
tetrakain.

Manfaat :
1. Melalui laporan ini diharapkan mahasiswa farmasi Institut Sains dan Teknologi
Nasional memiliki wawasan lebih mengenai mekanisme kerja obat anestesi lokal
lidokain dan tetrakain, efek samping dan bagaimana mengatasi reaksi alergi yang
ditimbulkan.
Bab II

Tinjauan Pustaka

Anestetik lokal ialah obat yang menghambat konduksi saraf bila dikenakn secara
lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Termasuk dalam golongan anestetik lokal
seperti kokain dan ester-ester asam para amino benzoat (PABA), contoh tertrakain dan
lidokain. Anestetik lokal permukaan tercapai ketika anestetik lokal ditempatkan didaerah
yang ingin di anestesi. Anestetik lokal diberikan dengan berbagai teknik pemberian, seperti
anestesi permukaan, anestesi spinal, dan anestesi mukosa.

Obat anestesi lokal pertama yang ditemukan adalah kokain. Kokain yang ditemukan
secara tidak sengaja pada akhir abad ke-19
ternyata memiliki kemampuan sebagai anestesi yang baik. Kokain diperoleh dari ekstrak
daun coca (Erythroxylon coca). Selama berabad-abad bangsa Andean mengunyah ekstrak
daun ini untuk mendapatkan efek stimulasi dan euforia. Kokain pertama kali diisolasi pada
tahun 1860 oleh Albert Niemann. Layaknya ahli kimia lainnya beliau mencicipi sendiri
penemuannya dan merasakan efek mati rasa di lidah. Sigmund Freud meneliti efek fisiologi
kokain dan pada tahun 1884 Carl Koller memperkenalkan pemakaian kokain dalam praktek
klinis sebagai anestesi topikal untuk operasi mata. Halstead mempopulerkan penggunaan cara
infiltrasi dan blok saraf. Penggunaan obat anestesi lokal secara luas saat ini berdasarkan hasil
observasi dan temuan di atas.

Anestetik lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara
permanen. Kebanyakan anetetik lokal memenuhi syarat ini. Batas keamanan harus lebar,
sebab anestetik lokal akan diserap dari tempat suntikan. Mula kerja harus sesingkat mungkin,
sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan
operasi, tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat anestetik
lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami
perubahan.

Kimia dan Hubungan Struktur Aktivitas

Struktur dan sifat fisiokimia sangat berpengaruh terhadap aktivitas anestesi lokal.
Sifat hidrofobik anestesi lokal akan meningkatkan potensi dan lama kerjanya karena suasana
hidrofobik akan meningkatkan jumlah partikel di tempat kerjanya dan menurunkan kecepatan
metabolisme yang diperantarai oleh esterase plasma dan enzim hati.

Secara umum anestesi lokal mempunyai rumus dasar yang terdiri dari 3 bagian: gugus
amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu aromatik lipofilik melalui suatu gugus
antara. Gugus amin selalu berupa amin tersier atau amin sekunder. Gugus antara dan gugus
aromatik dihubungkan dengan ikatan amid atau ikatan ester. Maka secara kimia, anestesi
lokal digolongkan atas senyawa ester dan senyawa amid. Adanya ikatan ester sangat
menentukan sifat anestetik lokal sebab pada gugus degradasi dan inaktivasi di dalam bagian,
gugus tersebut akan di hidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan
mudah mengalami metabolisme dibandingkan dengan golongan amid. Anestetik lokal yang
tergolong dalam senyawa ester ialah tetrakain, benzokain, dan prokain dengan prokain
sebagai prototip. Sedangkan yang tergolong dalam senyawa amid ialah dibukain, lidokain,
bupivakain, mapivakain, dan prilokain.
Mekanisme Kerja

Anestetik lokal mencegah pembentukan dari konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya
terutama di membran sel, efeknya pada aksoplasma hanya sedikit saja.

Sebagaimana diketahui, potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat
permeabilitas membrane terhadap ion Na+ akibat depolarisasi ringan pada membrane. Proses
fundamental inilah yang dihambat oleh anestetik lokal; hal ini terjadi akibat adanya interaksi
langsung antara zat anestetik lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan
voltase muatan listrik. Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal di dalam saraf,
maka ambang rangsang membran akan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan
potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor pengaman konduksi saraf juga
berkurang. Faktor- faktor ini akan mengakibatkan penuruan menjalarnya potensial aksi dan
dengan demikian mengakibatkan kegagalan saraf.

Anestetik lokal juga menghambat permeabilitas membran bagi K+ dan Na+ dalan
keadaan istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak perubahan pada
potensial istirahat. Hasil penelitian membuktikan bahwa anestesi lokal menghambat hantaran
saraf tanpa menimbulkan depolarisasi saraf, bahkan ditemukan hiperpolarisasi ringan.
Pengurangan permeabilitas membran dan anesetik lokal juga timbul pada otot rangka, baik
waktu istirahat maupun waktu terjadinya potensial aksi.

Potensial berbagai zat anestetik lokal sejajar dengan kemampuannya untuk


meninggikan tegangan permukaan selaput lipid monomolecular. Mungkin sekali anestetik
lokal meninggikan tegangan permukaan lapisan lipid yang merupakan membran sel saraf,
dengan demikian menutup pori dalam membran sehingga menghambat gerak ion melalui
membran. Hal ini menyebabkan penuruan permeabilitas membran dalam keadaan istirahat
sehingga akan membatasi peningkatan permeabilitas Na+. Dapat dikatakan bahwa cara kerja
utama obat anestetik lokal ialah bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal
Na, sehingga mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut, dan hal ini akan
mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membran.

Lidokain sebagai Bagian dari Anestesi Lokal Sintetik

Farmakodinamik

Lidokain (xilokain) adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian
topical dan suntikan. Anesthesia terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif
daripada yang ditimbulkan prokain pada konsentrasi yang sebanding. Lidokain merupakan
aminoetilamid dan merupakan prototip dari anestetik lokal golongan amida. Larutan lidokain
0,5 % digunakan untuk anesthesia infiltrasi, sedangkan lauran 1,0-2% untuk anesthesia blok
dan topikal. Anestetik ini efektif bila digunakan tanpa vasokonstriksor, tetapi kecepatan
absorpsi dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek. Lidokain merupakan
obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap anestetik lokal golongan ester. Lidokain
dapat menimbulkan kantuk.
Farmakokinetik

Lidokain cepat diserap dari tempat suntikan, saluran cerna dan saluran pernapasan serta dapat
melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai 60% kadar dalam
darah ibu. Dalam hati, lidokain mengalami dealkilasi oleh enzim oksidase, fungsi ganda
membentuk monoetilglisin dan xilidid maupun glisin xilidid, yang kemudian dapat
dimetabolisme lebih lanjut menjadi monoetilglisin dan xilidid. Kedua metabolit
monoetilglisin xilidid maupun glisin xilidid ternyata masih memiliki efek anestetik lokal.
Pada manusia, 75% dari xilidid akan diekskresi bersama urin dalam bentuk metabolit akhir, 4
hidroksi-2-6 dimetil-anilin.

Efek samping

Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya
mengantuk, pusing, parestesia, kedutan otot, gangguan mental, koma, dan bangkitan.
Mungkin sekali metabolit lidokain yaitu monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid ikut berperan
dalam timbulnya efek samping ini.

Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau oleh
henti jantung.

Indikasi

Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anesthesia infiltrasi, blokade saraf,
anesthesia spinal, anesthesia epidural ataupun anesthesia kaudal, dan secara setempat untuk
anesthesia selaput lendir. Pada anesthesia infiltrasi biasanya digunakan larutan 0,25-0,50%
dengan atau tanpa epinefrin. Tanpa epinefrin dosis total tidak boleh melebihi 200 mg dalam
waktu 24 jam, dan dengan epinefrin tidak boleh melebihi 500 mg untuk jangka waktu yang
sama. Dalam bidang kedokteran gigi, biasanya digunakan larutan 1-2% dengan epinefrin;
untuk anesthesia infiltrasi dengan mula kerja 5 menit dan masa kerja kira- kira 1 jam
dibutuhkan dosis 0,5-1,0 mL. Untuk blockade saraf digunakan 1-2 mL.

Lidokain dapat pula digunakan unutuk anesthesia permukaan. Untuk anesthesia rongga
mulut, kerongkongan dan saluran cerna bagian atas digunakan larutan 1-4% dengan dosis
maksimal 1 gram sehari dibagi dalam beberapa dosis. Pruritus di daerah anogenital atau rasa
sakit yang menyertai wasir dapat dihilangkan dengan supositoria atau bentuk salep dan krim
5%. Untuk anesthesia sebelum dilakukan tindakan sistoskopi atau kateterisasi uretra
digunakan lidokain gel 2% dan sebelum dilakukan bronkoskopi atau pemasangan pipa
endotrakeal biasanya digunakan  semprotan dengan kadar 2-4%

Aritmia Jantung

Lidokain juga dapat menurunkan iritabilitas jantung, karena itu juga digunakan sebagai
aritmia.

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
juga nosiceptorr, secara anatomis reseptor nyeri (nosiceptor) ada yang bermielien dan ada
juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosieptor dapat
dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam
(deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri
yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosiceptor kutaneus berasal dari kulit dan
sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan
didefinisikan.
Secara kimia anestetik lokal dapat di bagi sebagai berikut :

Senyawa ester

Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan
inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester
umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan amida.
Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai prototip.
1. Senyawa amida
Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain.
2. Lainnya
Contohnya fenol, benzilalkohol, etilklorida, cryofluoran.

2.2. Macam-macam Teknik Anestetika Lokal


 Anestesi permukaan. Anestetika local digunakan pada mukosa atau permukaan luka
dan dari sana berdifusi ke organ akhir sensorik dan ke percabangan saraf terminal.
Pada epidermis yang utuh (tidak terluka) maka anestetika local hampir tidak bekhasiat
karena tidak mampu menembus lapisan tanduk.
 Anestesi Infiltrasi.Anestetika local disuntikkan ke dalam jaringan, termasuk juga
diisikan ke dalam jaringan. Dengan demikian selain organ ujung sensorik, juga
batang-batang saraf kecil dihambat.
 Anestesi Konduksi . Anestetika local disuntikkan di sekitar saraf tertentu yang dituju
dan hantaran rangsang pada tempat ini diputuskan. Bentuk khusus dari anestesi
konduksi ini adalah anestesi spinal, anestesi peridural, dan anestesi paravertebral.
 Anestesi Regional Intravena dalam daerah anggota badan Sebelum penyuntikan
anestetika local, aliran darah ke dalam dan ke luar dihentikan dengan mengikat
dengan ban pengukur tekanan darah dan selanjutnya anestetika local yang disuntikkan
berdifusi ke luar dari vena dan menuju ke jaringan di sekitarnya dan dalam waktu 10-
15 menit menimbulkan anestesi.
Bab III

Metodologi dan Hasil Pengamatan

Alat :

 Gunting

 Pipet tetes

 Aplikator

Bahan :

 Larutam tetrakain Hcl 2% dosis 0,5 ml

 Larutan

 lidokain Hcl 2% 1-2 tetes

 Kelinci dewasa dan sehat

Prosedur Kerja :

1. Gunting bulu mata kelinci.

2. Teteskan ke dalam kantong konjungtiva larutan anestetik lokal lidokain 0,5


ml pada mata kanan dan tetrakain Hcl pada mata kiri.

3. Tutup masing-masing kelopak mata selama 1 menit.

4. Catat ada atau tidaknya refleks mata setiap 5 menit dengan menggunakan
aplikator tiap kali pada permukaan kornea.
Hasil Pengamatan :

Lidokain (mata Tetrakain (mata


  kanan) kiri)
  Pengamatan refleks mata pada .... Menit
0 (-) (-)
5 (-) (-)
10 (-) (-)
15 (+) (+)
20 (+) (+)
25 (+) (+)
30 (+) (+)
35 (+) (+)
40 (+) (+)
45 (+) (+)
50 (+) (+)
55 (+) (+)
60 (+) (+)

Pembahasan

Praktikum kali ini kami melakukan pengujian mengenai obat yang berkhasiat
sebagai “Anestetika Lokal” dengan menggunakan kelinci sebagai hewan uji yang
masing-masing diberi perlakuan yang sama (mata kiri kelinci digunakan pengujian
tetrakain dengan dosis 2% dan mata kanan kelinci digunakan pengujian lidokain
dengan dosis 2%). Metode yang digunakan pada kali ini yaitu Anestesi Lokal Metode
Permukaan. Hasil pada percobaan kali ini ternyata lidokain dan tetrakain mengasilkan
efek yang sama seharusnya berbeda.

Kemungkinan hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti :

- Cara pemberian yang kurang tepat

- Penetesan obat yang tidak tepat kedalam konjungtiva matakelinci, karena


kondisi fisiologis kelinci yang telah digunakan pada praktikum sebelumnya.
sehingga kelinci mengalami resisten.
- Kurang memperhatikan waktu
Pertanyaan
1. Jelaskan kokain sebagai anestetik lokal ! jawab : Obat anestesi lokal pertama yang
ditemukan adalah kokain. Kokain yang ditemukan secara tidak sengaja pada akhir
abad ke-19
Ternyata memiliki kemampuan sebagai anestesi yang baik. Kokain diperoleh dari
ekstrak daun coca (Erythroxylon coca). Selama berabad-abad bangsa Andean
mengunyah ekstrak daun ini untuk mendapatkan efek stimulasi dan euforia. Kokain
pertama kali diisolasi pada tahun 1860 oleh Albert Niemann. Layaknya ahli kimia
lainnya beliau mencicipi sendiri penemuannya dan merasakan efek mati rasa di lidah.
Sigmund Freud meneliti efek fisiologi kokain dan pada tahun 1884 Carl Koller
memperkenalkan pemakaian kokain dalam praktek klinis sebagai anestesi topikal
untuk operasi mata. Halstead mempopulerkan penggunaan cara infiltrasi dan blok
saraf. Penggunaan obat anestesi lokal secara luas saat ini berdasarkan hasil observasi
dan temuan di atas.

2. Jelaskan penggolongan kimia dari anestetik lokal ! jawab : Anestetika lokal dapat di
golongkan secara kimiawi dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
a.Senyawa-ester/(PABA):
Kokain,prokain,benzokain,oksibuprokain,dan tetrakain.

b.Senyawa-amida:
Lidokain dan prilokain. Mevikain dan buvipakaina, chinchokain, artikain, dan
pramokain.

c.Lainnya:Fenol,Benzilalkohol, cryofluoran, dan etilklorida.


Semua obat tersebut di atas adalah sintetis, kecuali kokain yang alamiah.

3. Sebutkan anestesi lokal yang dapat digunakan sebagai anestesi permukaan!

4. Keburukan apa yang terjadi bila permukaan kornea di anstesi untuk periode waktu
yang lama ?
Bab IV
Kesimpulan

- Anestetika lokal atau zat penghilang rasa setempat adalah obat yang pada
penggunaan lokal merintangi secara reversible penerusan impuls saraf
ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri,
gatal-gatal, rasa panas atau dingin.
- Metode yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Metode Regnier.
- Prinsip pengujian ini refleks baru muncul setelah berkali-kali kornea
disentuh, sebanding dengan kekuatan kerja anestetika tidak adanya
refleks okuler setelah kornea disentuh 100kali dianggap sebagai tanda adanya
anestesi lokal.
- Kelinci diperiksa refleks okulernya menggunakan misai (bulu mata kelinci)
yang disentuhkan pda kornea hewan uji.
- Hasil pengamatan yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kemungkinan hal ini terjadi dipengaruhi oleh beberapafaktor seperti :
Penetesan obat yang tidak tepat kedalam konjungtiva mata kelinci,
kondisi fisiologis kelinci yang telah digunakan pada praktikum sebelumnya,
dosis yang diberikan masih belum tepat untuk menimbulkan efek
anestetika lokal pada hewan uji,pengamatan praktikan yang tidak tepat
atau waktu pengamatan juga mempengaruhi hasil pengamatan tersebut.
Daftar Pustaka

1. Sunaryo. Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik. Dalam : ed. Ganiswarna SG. Farmakologi dan
Terapi. Jakarta: Gaya Baru, 1995: 234-47
2. Farmakologi. Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Drajat, M.T.(1986). Kumpulan
Kuliah Anestesiologi. Jakarta: Aksara Medisina,

3. Rochmawati, Anis. 2009. Makalah Tugas Farmakologi


Sari, Irma P. S. 2009. Anestetika Lokal. 

Anda mungkin juga menyukai