Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anestesi berasal dari kata yunanian yang An berarti tidak atau tanpa, sedangkan
Aesthētos yang berarti persepsi atau kemampuan untuk merasa. Secara umum berarti suatu
tindakan yang menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Penggunaan istilah anestesi
untuk pertama kali digunakan oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1948 yang
menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena anestesi adalah
pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.
Anestesi lokal merupakan salah satu tindakan medis yang sering dilakukan
dalam kedokteran gigi. Anestesi lokal dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri secara
lokal pada daerah yang diberikan anestetikum untuk periode yang singkat. Menurut
Malamed SF, anestesi lokal dapat mengkontrol rasa nyeri dalam bidang kedokteran gigi.
Penggunaan bahan anestesi lokal yang spesifik diharapkan dapat memberikan kenyamanan
selama pasien menjalani perawatan dalam bidang kedokteran gigi.

Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade
channel natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi
sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestetik lokal setelah
keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa
diikuti oleh kerusakan struktur saraf. Semua obat anestetik lokal baru adalah sebagai
rekayasa obat lama yang dianggap masih mempunyai kekurangan-kekurangan. Kokain
adalah obat anestetik pertama yang dibuat dari daun koka dan dibuat pertama kali pada
1884. Penggunaan kokain aman hanya untuk anestesia topikal. Penggunaan secara sistemik
akan menyebabkan dampak samping keracunan sistem saraf, sistem kardiosirkulasi
sehingga dibatasi pembuatannya hanya untuk topikal mata, hidung dan tenggorokan.
Anestesi terbagi dua yaitu, anestesi umum dan anestesi lokal. Bila mempengaruhi seluruh
tubuh, digunakan istilah `analgesia umum` atau `anestesi umum`. Bila hanya sebagian dari
tubuh yang terpengaruh, maka istilah yang digunakan adalah anestesi lokal. Anestesi lokal
merupakan anestesi yang sering digunakan pada pencabutan gigi geligi. Bahan anestesi
lokal merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi,
bahkan menjadi bahan yang mutlak digunakan dalam praktik dokter gigi sehari-hari. Bahan
anestesi lokal digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat prosedur
kedokteran gigi yang dilakukan. Bahan anestesi lokal terbagi atas dua golongan yaitu ester
dan amida.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anestesi Lokal
Bahan anestesi lokal pertama yang ditemukan adalah kokain. Kokain yang ditemukan
secara tidak sengaja pada akhir abad ke-19 ternyata memiliki kemampuan sebagai anestesi yang
baik. Kokain diperoleh dari ekstrak daun coca (Erythroxylon coca). Selama berabad-abad bangsa
Andean mengunyah ekstrak daun ini untuk mendapatkan efek stimulasi dan euforia. Kokain
pertama kali diisolasi pada tahun 1860 oleh Albert Niemann.
Layaknya ahli kimia lainnya beliau mencicipi sendiri penemuannya dan merasakan efek
mati rasa di lidah. Sigmund Freud meneliti efek fisiologi kokain dan pada tahun 1884. Carl Koller
memperkenalkan pemakaian kokain dalam praktek klinis sebagai anestesi topikal untuk operasi
mata. Halstead mempopulerkan penggunaan cara infiltrasi dan blok saraf. Penggunaan bahan
anestesi lokal secara luas saat ini berdasarkan hasil observasi dan temuan di atas.
1. Definisi Bahan Anestesi Lokal

Bahan anestesi lokal adalah substansi atau bahan yang dapat menimbulkan matirasa
setempat atau terbatas dengan cara memblokir konduksi impuls. Anestesi lokal bekerja
dengan menghalangi masuknya ion natrium ke dalam saluran saraf, sehingga mencegah
peningkatan sementara permeabilitas membran saraf untuk natrium yang diperlukan untuk
potensial aksi terjadi .
2. Sifat Ideal Bahan Anestesi Lokal
Bahan anestesi lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf.Tempat
kerjanya terutama di selaput lendir.Disamping itu, bahan anestesi lokal mengganggu fungsi
semua organ dimana terjadi konduksi atau transmisi dari beberapa impuls.Artinya, bahan
anestesi lokal mempunyai efek yang penting terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-
cabang neuromuskular dan semua jaringan otot.Bahan anestesi lokal yang ideal yaitu:
• Memiliki mula kerja yang cepat.
• Durasi kerja yang cukup panjang.
• Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen.
• Batas keamanan harus lebar, karena anestetik lokal akan diserap dari tempat suntikan.
• Zat anestetik lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat
disterilkan tanpa mengalami perubahan.
3. Mekanisme Kerja Obat Anestesi Lokal

Potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat dari permeabelitas
membran terhadap ion Na+ akibat depolarisasi ringan pada membran. Proses inilah yang
dihambat oleh bahan anestetik lokal; hal ini terjadi akibat adanya interaksi langsung antara
bahan anestetik lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan voltase
muatan listrik. Dengan semakin bertambahMekanisme Kerja Obat Anestesi Lokal
Potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat dari permeabelitas membran
terhadap ion Na+ akibat depolarisasi ringan pada membran. Proses inilah yang dihambat
oleh bahan anestetik lokal; hal ini terjadi akibat adanya interaksi langsung antara bahan
anestetik lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan voltase muatan
listrik. Dengan semakin bertambahnya efek bahan anestesi lokal didalam saraf, maka
ambang rangsang membranakan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan
potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor pengaman konduksi saraf
juga berkurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan penurunan potensial aksi dan
dengan demikian mengakibatkan kegagalan konduksi sarafnya efek bahan anestesi lokal
didalam saraf, maka ambang rangsang membranakan meningkat secara bertahap,
kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor
pengaman konduksi saraf juga berkurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan
penurunan potensial aksi dan dengan demikian mengakibatkan kegagalan konduksi saraf.
Obat anestesi local mencegah transmisi impuls saraf (blokade konduksi) dengan
menghambat pengiriman ion natrium melalui gerbang ion natrium selektif pada membrane
saraf (Butterworth dan Strichartz, 1990). Gerbang natrium sendiri adalah reseptor spesifik
molekul obat anestesi local. Penyumbaatn gerbang ion yang terbuka dengan molekul obat
anestesi local berkontribusi sedikit sampai hampir keseluruhan dalam inhibisi
permeabilitas natrium. Kegagalan permeabilitas gerbang ion natrium untuk meningkatkan
perlambatan kecepatan depolarisasi seperti ambang batas potensial tidak tercapai sehingga
potensial aksi tidak disebarkan. Obat anestesi local tidak mengubah potensial istirahat
transmembran atau ambang batas potensial.
Lokal anestesi juga memblok kanal kalsium dan potasium dan reseptor Nmethyl-
D-aspartat (NMDA) dengan derajat yang berbeda-beda. Beberapa golongan obat lain,
seperti antidepresan trisiklik (amytriptiline), meperidine, anestesi inhalasi, dan ketamin
juga memiliki efek memblok kanal sodium. Tidak semua serat saraf dipengaruhi sama oleh
obat anestesi lokal. Sensitivitas terhadap blokade ditentukan dari diameter aksonal, derajat
mielinisasi, dan berbagai faktor anatomi dan fisiologi lain. Diameter yang kecil dan
banyaknya myelin meningkatkan sensitivitas terhadap anestesi lokal. Dengan demikian,
sensitivitas saraf spinalis terhadap anestesi lokal: autonom > sensorik > motoric

4. Golongan Bahan Anestesi lokal

Bahan anestesi lokal merupakan gabungan dari garam laut dalam air dan alkaloid
larut dalam lemak dan terdiri dari bagian kepala cincin aromatik tak jenuh bersifat lipofilik,
bagian badan sebagai penghubung terdiri dari cincin hidrokarbon dan bagian ekor yang
terdiri dari amino tersier bersifat hidrofilik. Bahan anestesi lokal dibagi menjadi dua
golongan:
a. Golongan ester (-COOC-)
Bahan-bahan dimetabolisme melalui proses hidrolisis. Yang termasuk kedalam
golongan ester, yakni: Kokain, Benzokain, ametocaine, prokain, piperoain, tetrakain,
kloroprokain.
Bahan anastesi lokal ini dihidrolisis di dalam plasma oleh enzim
pseudocholinesterase. Kadar hidrolisis akan berdampak pada potensi toksisitas dari
anastesi obat. Reaksi alergi bisa terjadi akibat respon dari obat anastesi golongan ester
yang biasanya tidak berhubungan dengan PABA, yang sebagian besar produk dari
metabolisme anastesi lokal golongan ester.
1) Kokain
Saat ini pemakaian klinis kokain umumnya terbatas pada anestesi topikal
untuk tindakan telinga, hidung dan tenggorokan, kokain memiliki efek
vasokonstriktor yang kuat sehingga berfungsi mengurangi perdarahan.
Pemakaiannya semakin berkurang karena digantikan oleh bahan anestesi lain yang
dikombinasikan dengan vasokonstriktor karenaakandapat menyebabkan toksisitas
secara sistemik.
2) Prokain
Prokain disintesis dan diperkenalkan tahun 1905 dengan nama dagang
novokain. Selama lebih dari 50tahun, bahan ini merupakan obat terpilih untuk
anestesi lokal, namun kegunaannya digantikan oleh bahan anestesi lain, yaitu
lidokain yang lebih kuat dan lebih aman berbanding prokain.
Sebagai bahan anestesi lokal, prokain pernah digunakan untuk anestesi
infiltrasi, anestesi blok saraf, anestesi spinal, anestesi epidural dan anestesi kaudal.
Namun karena potensinya rendah, mula kerja lambat serta masa kerjanya pendek,
maka penggunaannya sekarang ini hanya terbatas untuk anestesi infiltrasi dan
kadang-kadang untuk anestesiblok saraf. Didalam tubuh, prokain akan dihidrolisis
menjadi PABA, yang dapat menghambat kerja sulfonamide.
Efek samping yang serius adalah hipersensitasi,yang kadang-kadang pada
dosis rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian.Efek samping yang
harus dipertimbangkan pula adalah reaksi alergi terhadap kombinasi prokain
penisilin. Berlainan dengan kokain, zat ini tidak mengakibatkan adiksi.
3) Benzokain
Benzokain merupakan turunan dari prokain di mana bahan ini tidak dapat
larutsempurna dalam cairan encer , benzokain cenderung tetap di lokasi aplikasi
dan tidak mudah diserap ke dalam sirkulasi sistemik dan memiliki efek toksisitas
rendah, benzokain sangat berguna untuk anestesi pada area permukaan besar dalam
rongga mulut .Efek samping penggunaan benzokain adalah warna kebiruan pada
kuku, bibir, kulit atau telapak tangan

b. Golongan amida (-NHCO-)


Bahan-bahan ini termetabolisme melalui oksidasi di dalam hati. Yang termasuk
kedalam golongan amida, yakni: lidokain, mepivakain, prilokain, bupivakain,
etidokain, dibukain, ropivakain, levobupivakain.
Kecuali kokain, maka semua bahan anestesi lokal bersifat vasodilator
(melebarkan pembuluh darah).Sifat ini membuat bahan anestesi lokal cepat diserap,
sehingga toksisitasnya meningkat dan lama kerjanya jadi singkat karena bahan ini cepat
masuk ke dalam sirkulasi.Untuk memperpanjang kerja serta memperkecil toksisitas
sering ditambahkan vasokonstriktor. Vasokonstriktor merupakan kontraindikasi pada
kondisi sebagai berikut:
 Anestesi pada telinga dan jari.
 Infiltrasi, blok saraf pada persalinan spontan.
 Penderita usia lanjut.
 Penderita hipertensi.
 Penderita dengan penyakit-penyakit kardiovaskuler.
 Penderita diabetes mellitus.
 Penderita tirotoksikosis.
1) Amida
Ikatan amida dari bahan anestesi lokal amida dihidrolisis oleh enzim
mikrosomal hati.Kecepatan metabolisme senyawa amida di dalam hati ini
bervariasi bagi setiap individu, perkiraan urutannya adalah Prilokain (tercepat) >
etidokain > lidokain > mepivakain > bupivakain (terlambat). Akibatnya, toksisitas
dari anestesi lokal tipe amida ini akan meningkat pada pasien dengan gangguan
fungsi hati. Sebagai contoh, waktu paruh lidokain rerata akan memanjang dari 1,8
jam pada pasien normal menjadi lebih dari 6 jam pada pasien dengan penyakit hati
yang berat.
2) Artikain
Artikain mulai digunakan di Amerika Serikat sebagai bahan anestesi lokal
pada gigi sejak April 2000, dari berbagai anestetikum amino-amida karena
memiliki suatu tiofen, dan bukan cincin benzene.12Saat ini jenis artikain
direkomendasikan untuk infiltrasi saja. Ini memiliki onset yang cepat(< 2 menit )
dengan kemampuan menembus kepadatan tulang kortikal mandibula. Dosis
maksimum yang aman untuk orang dewasa 7 mg/kgBB 1.13,14Kontraindikasi dari
jenis ini adalah memiliki riwayat apabila pasien alergi atau hipersensitivitas dengan
sulfat.
3) Prilokain
Prilokain di antara bahan anestesi amoni-amida yang dapat menurunkan
toksisitas sistemik.Biasanya bahan ini digunakan untuk blok dan infiltrasi yang
membutuhkan waktu analgesia yang lebih dari 90 menit. Dosis maksimum 400 mg
sekalinya, 600 mg bersama vasokonstriktor. Efek sampingnya berupa
methemoglobinemia dan sianosis, terutama pada dosis besar, yang disebabkan oleh
metabolit o-toluidin.
4) Mepivakain
Bahan anestesi lokal golongan amida ini sifat farmakologiknya mirip
lidokain. Mepivakain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blokade saraf regional
dan anestesi spinal. Sediaan untuk suntikan merupakan larutan 1,0; 1,5 dan 2%.
Kecepatan timbulnya efek, durasi aksi, potensi, dan toksisitasnya mirip dengan
lidokain. Mepivakain tidak mempunyai sifat alergenik terhadap agen anestesi lokal
tipe ester.
Agen ini dipasarkan sebagai garam hidroklorida dan dapat digunakan untuk
anestesi infiltrasi atau regional namun kurang efektif bila digunakan untuk anestesi
topikal. Mepivakain dapat menimbulkan vasokonstriksi lebih ringan daripada
lidokain tetapi biasanya mepivakain digunakan dalam bentuk larutan dengan
penambahan adrenalin 1: 80.000. maksimal 5 mg/kg berat tubuh. Satu buah
cartridge biasanya sudah cukup untuk anestesi infiltrasi atau regional.
5) Lidokain
Lidokain adalah bahan anestesi lokal yang kuat dan dapat digunakan secara
luas dengan pemberian topikal maupun suntikan.Anestesi terjadi lebih cepat, lebih
kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain.
Lidokain merupakan aminoetilamid.
Pada larutan 0,5% toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2% lebih toksik
daripada prokain. Larutan lidokain 0,5% digunakan untuk anestesi infiltrasi,
sedangkan larutan 1,0-2% untuk anestesi blok dan topikal. Bahan anestesi ini
efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorbs dan
toksisitasnya bertambah serta masa kerjanya lebih pendek.
Lidokain terutama bersifat toksik pada susunan saraf pusat.Efek samping
yang terjadi akibat toksisitas dapat berupa kejang, agitasi, disorientasi, euforia,
pandangan kabur, dan mengantuk. Kejang berlangsung singkat dan berespon baik
dengan pemberian diazepam. Secara umum bila kadar dalam plasma tidak
mencapai 9 mg/ml, maka lidokain dapat ditoleransi dengan baik.
B. Inflikasi local
Anestesi infiltrasi adalah anestesi yang bertujuan untuk menimbulkan anestesi ujung saraf
melalui injeksi pada atau sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan
hilangnya rasa dikulit dan jaringan yang terletak lebih dalam misalnya daerah kecil dikulit
atau gusi (pencabutan gigi).
Anasstesi ini sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah.
Mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak cukup
dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.
1. Indikasi dan Kontra Indikasi dari Anastesi Infiltrasi
a. Indikasi Anastesi Infiltrasi

Neonatal tooth : gigi erupsi setelah 1 bulan lahir dan biasanya gigi:

1) Mobiliti
2) Dapat mengiritasi : menyebabkan ulserasi pada lidah
3) Mengganggu untuk menyusui
1. Gigi dengan karies luas, karies mencapai bifurkasi dan tidak dapat
direstorasi sebaiknya dilakukan pencabutan. Kemudian dibuatkan space
maintainer.
2. Infeksi di periapikal atau di interradikular dan tidak dapat disembuhkan
kecuali dengan pencabutan.
3. Gigi yang sudah waktunya tanggal dengan catatan bahwa penggantinya
sudah mau erupsi.
4. Gigi sulung yang persistensi
5. Gigi sulung yang mengalami impacted, karena dapat menghalangi
pertumbuhan gigi tetap.
6. Gigi yang mengalami ulkus dekubitus
7. Untuk perawatan ortodonsi
8. Supernumerary tooth.
9. Gigi penyebab abses dentoalveolar
b. Kontra Indikasi Anastesi Infiltrasi

Ada beberapa kasus dimanana penggunaan anestesi infiltrasi tidak di


perbolehkan, kasus-kasus ini perlu diketahui sehingga gejala-gejala yang tidak
menyenangkan dan akibat yan tidak diinginkan bisa dihindari. Kontra indikasi
antara lain :

1) Anak yang sedang menderita infeksi akut di mulutnya. Misalnya akut infektions
stomatitis, herpetik stomatitis. Infeksi ini disembuhkan dahulu baru dilakukan
pencabutan.
2) Blood dyscrasia atau kelainan darah, kondisi ini mengakibatkan terjadinya
perdarahan dan infeksi setelah pencabutan.
3) Pada penderita penyakit jantung.
Misalnya : Congenital heart disease, rheumatic heart disease yang akut.kronis,
penyakit ginjal/kidney disease.

1) Pada penyakit sistemik yang akut pada saat tersebut resistensi tubuh lebih
rendah dan dapat menyebabkan infeksi sekunder.
2) Adanya tumor yang ganas, karena dengan pencabutan tersebut dapat
menyebabkan metastase.
3) Pada penderita Diabetes Mellitus (DM), tidaklah mutlak kontra indikasi.
4) Kurangnya kerjasama atau tidak adanya persetujuan dari pihak pender
2. Alat dan Bahan Anastesi Infiltrasi
Alat dan bahan yang digunakan untuk anestesi infiltrasi pada gigi sulung saat
pencabutan antara lain :
a. Syringe
Adalah peralatan anestesi lokal yang paling sering digunakan pada praktek gigi.
Terdiri dari kotak logam dan plugger yang disatukan melalui mekanisme hinge
spring.
b. Cartridge
Biasanya terbuat dari kaca bebas alkali dan pirogen untuk mengindari pecah dan
kontaminasi dari larutan. Sebagaian besar cartridge mengandung 2,2 ml atau 1,8 ml
larutan anestesi lokal. Cartridge dengan kedua ukuran tersebut dapat dipasang pada
syringe standart namun umumnya larutan anestesi sebesar 1,8 ml sudah cukup
untuk prosedur perawatan gigi rutin.
c. Jarum
Pemilihan jarum harus disesuaikan dengan kedalaman anastesi yang akan
dilakukan. Jarum suntik pada kedokteran gigi tersedia dalam 3 ukuran (sesuai
standar American Dental Association = ADA) ; panjang (32 mm), pendek (20
mm, dan superpendek (10 mm).

Jarum suntik yang pendek yang digunakan untuk anestesi infiltrasi biasanya
mempunyai panjang 2 atau 2,5 cm. Jarum yang digunakan harus dapat melakukan
penetrasi dengan kedalaman yang diperlukan sebelum seluruh jarum dimasukan
ke dalam jaringan. Tindakan pengamanan ini akan membuat jarum tidak masuk
ke jaringan, sehingga bila terjadi fraktur pada hub, potongan jarum dapat ditarik
keluar dengan tang atau sonde.

Petunjuk:

1. Dalam pelaksanaan anastesi lokal pada gigi, dokter gigi harus menggunakan
syringe sesuai standar ADA.
2. Jarum pendek dapat digunakan untuk beberapa injeksi pada jaringan lunak
yang tipis, jarum panjang digunakan untuk injeksi yang lebih dalam.
3. Jarum cenderung tidak dipenetrasikan lebih dalam untuk mencegah patahnya
jarum.
4. Jarum yang digunakan harus tajam dan lurus dengan bevel yang relatif
pendek, dipasangkan pada syringe. Gunakan jarum sekali pakai (disposable)
untuk menjamin ketajaman dan sterilisasinya. Penggunaan jarum berulang
dapat sebagai transfer penyakit.
d. Lidocain
Sejak diperkenalkan pada tahun 1949 derivat amida dari xylidide ini sudah menjadi
agen anestesi lokal yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi bahkan
menggantikan prokain sebagai prototipe anestesi lokal yang umumnya digunakan
sebagai pedoman bagi semua agen anestesi lainnya. Lidokain dapat menimbulkan
anestesi lebih cepat dari pada procain dan dapat tersebar dengan cepat diseluruh
jaringan, menghasilkan anestesi yang lebih dalam dengan durasi yang cukup lama.
Obat ini biasanya digunakan dalam kombinasi dengan adrenalin (1:80.000 atau 1:
100.000). Pengunaan lidocain kontraindikasi pada penderita penyakit hati yang
parah.
e. Mepivacain
Derivat amida dari xilidide ini cukup populer yang diperkenalkan untuk tujuan
klinis pada akhir tahun 1990an. Kecepatan timbulnya efek,durasi aksi, potensi dan
toksisitasnya mirip dengan lidocain. Mepivacain tidak mempunyai sifat alergenik
terhadap anestesi lokal tipe ester. Agen ini dipasarkan sebagai garam hidroklorida
dan dapat digunakan anestesi infiltrasi / regional. Bila mepivacain dalam darah
sudah mencapai tingkatan tertentu , akan terjadi eksitasi sistem saraf sentral bukan
depresi, dan eksitasi ini dapat berakhir berupa konvulsi dan depresi respirasi.
f. Prilocain
Merupakan derivat toluidin dengan tipe amida pada dasarnya mempunyai formula
kimiawi dan farmakologi yang mirip dengan lidocain dan mepivacaine. Prolocain
biasanya menimbulkan aksi yang lebih cepat daripada lidocain namun anestesi
yang ditimbulkan tidak terlalu dalam. Prolocain juga kurang mempunyai efek
vasodilator bila dibandingkan dengan lidocain dan bisanya termetabolisme lebih
cepat. Obat ini kurang toksis dibanding dengan lidocaine tapi dosis total yang
dipergunakan sebaiknya tidak lebih dari 400mg.
g. Vasokonstriktor
Penambahan sejumlah kecil agen vasokonstriktor pada larutan anestesi lokal dapat
memberi keuntungan berikut ini:

1. mengurangi efek toksik melalui efek menghambat absorpsi konstituen.


2. Membatasi agen anestesi hanya pada daerah yang terlokalisir sehingga dapat
meningkatkan kedalaman dan durasi anastesi.
3. Menimbulkan daerah kerja yang kering (bebas bercak darah) untuk prosedur
operasi.
Vasokonstriktor yang biasa digunakan adalah:
1. Adrenalin (epinephrine), suatu alkaloid sintetik yang hampir mirip dengan
sekresi medula adrenalin alami.
2. Felypressin (octapressin), suatu polipeptida sintetik yang mirip dengan sekresi
glandula pituutari posterior manusia. Mempunyai sifat vasokonstriktor yang
dapat diperkuat dengan penambahan prilokain.
3. Teknik Anastesi Infiltrasi
Pada anak-anak bidang alveolar labio-bukal yang tipis umumnya banyak terperforasi oleh
saluran vaskuler. Untuk alasan inilah, maka teknik infiltrasi dapat digunakan dengan efektif
untuk mendapat efek anastesi pada gigi-gigi susu atas tanpa perlu mendepositkan lebih dari
1 ml larutan secara perlahan-lahan dijaringan.
Pada anak yang masih muda, rasa tidak enak dari suntikan palatum yang digunakan untuk
prosedur pencabutan gigi atau pemasangan matriks, dapat dihindari dengan cara sebagai
berikut.
Setelah efek suntikan supraperiosteal pada sulkus labiobukal diperoleh, jarum diinsersikan
dari aspek labio-bukal, melaluiruang interproksimal, setinggi jaringan gingiva yang
melekat pada periosteum dibawahnya. Ujung jarum harus tetap berada pada papila dan
tidak boleh menyentuh tulang. Sejumlah kecil larutan anastesi local didepositkan perlahan
sampai mukoperiosteum palatal atau lingal memucat. Sejumlah kecil larutan anastesi yang
didepositkan dengan cara ini akan memberikan efek anastesi yang memadai pada jaringan
palatum. Teknik ini dikenal sebagai suntikan interpapila dan sering digunakan oleh para
ahli pedodonti. Para ahli lainnya umumya lebih suka menggunakan suntikan jet atau
suntikan intraligamental.
a. Prosedur Anastesi Infiltrasi
1) Daerah bukal/labial/RA/RB
Masuknya jarum ke dalam mukosa ± 2 – 3 mm, ujung jarum berada pada apeks dari
gigi yang dicabut. Sebelum mendeponir anastetikum, lakukan aspirasi untuk
melihat apakah pembuluh darah tertusuk. Bila sewaktu dilakukan aspirasi dan
terlihat darah masuk ke dalam karpul, tarik karpul. Buang darah yang berada di
karpul dan lakukan penyuntikan pada lokasi lain yang berdekatan. Masukkan obat
dengan perlahan dan tidak boleh mendadak sebanyak ± 0,60 ml (1/3 karpul).
2) Daerah palatal/lingual.
Masukkan jarum sampai menyentuh tulang. Masukkan obat perlahan dan tidak
boleh mendadak sebanyak ± 0,2 – 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut
putih/pucat.
3) Daerah Interdental Papil
Masukkan jarum pada daerah papila interdental, masukkan obatnya sebanyak ± 0,2
– 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut memucat.
4) Anastesi Intraligamen
Suntikan intraligamen dilakukan ke dalam periodontal ligamen. Suntikan ini
menjadi populer belakangan ini setelah adanya syringe khusus untuk tujuan
tersebut. Suntikan intraligamen dapat dilakukan dengan jarum dan syringe
konvensional tetapi lebih baik dengan syringe khusus karena lebih mudah
memberikan tekanan yang diperlukan untuk menyuntikan ke dalam periodontal
ligamen.
b. Langkah-langkah Anastesi Infiltrasi
1) Hilangkan semua kalkulus dari tempat penyuntikan, bersihkan sulkus gingiva
dengan rubber cup dan pasta profilaksis dan berikan desinfektan dengan
menggunakan cotton pellet kecil.
2) Masukkan jarum ke dalam sulkus gingiva pada bagian mesial distal gigi dengan
bevel jarum menjauhi gigi.
3) Tekan beberapa tetes larutan ke dalam sulkus gingiva untuk anastesi jaringan di
depan jarum Injeksi intra ligamen pada anak.
4) Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar biasanya
kira-kira 2 mm.
5) Tekan perlahan-lahan. Jika jarum ditempatkan dengan benar harus ada hambatan
pada penyuntikan dan jaringan di sekitar jarum memutih. Jika tahanan tidak
dirasakan, jarum mungkin tidak benar posisinya dan larutan yang disuntikkan akan
mengalir ke dalam mulut.
6) Suntikan perlahan-lahan, banyaknya 0,2 ml.
7) Untuk gigi posterior, berikan suntikan di sekitar tiap akar.
8) Dapat pula diberikan penyuntikan di bagian mesial dan distal akar tetapi dianjurkan
bahwa tidak lebih dari 0,4 ml larutan disuntikan ke tiap akar.
9) Cartridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien yang lain,
walaupun sedikit sekali larutan yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai