Farmakologi Kebidanan
Dinda Ayu Deliana, M.Si, Apt
Anestetik dibagi dalam dua golongan, yaitu anestetik umum yang meniadakan rasa,
tetapi juga meniadakan kesadaran dan anestetik lokal atau zat-zat penghilang rasa
setempat.
1. Anestetik Umum
Tindakan anestesia telah dikenal sejak lama sebagai upaya untuk mempermudah orang
melakukan tindakan operasi. Orang Mesir menggunakan narkotik, sementara orang China
menggunakan Cannabis indica (ganja) untuk menghilangkan kesadaran sehingga si pasien
tidak merasakan nyerinya.
Anestetik umum menekan sistem saraf pusat, mengurangi nyeri, dan menyebabkan
hilangnya kesadaran. Anestetik yang pertama dikenal adalah N2O (1776), gas ini masih
merupakan anestetik yang efektif dan kini seringkali dipakai untuk pembedahan gigi.
Kemudian ditemukan dietil-eter, cairan yang menguap dan sangat mudah terbakar,
mempunyai bau tajam dan dapat menimbulkan rasa mual serta muntah setelah pemakaian.
Kloroform adalah anestetik berikutnya yang ternyata hepatotoksik, dapat menimbulkan
aritmia jantung dan depresi napas. Dalam upaya memperoleh zat yang lebih aman maka
dikembangkanlah berbagai anestetik lain, seperti yang kita kenal sekarang.
Akhir-akhir ini opiate kalsium dan NO diduga berperanan dalam mekanisme kerja
anestetik. Pada akhir 1970-an berkembang teori opiate yang menyatakan bahwa
anestetik inhalasi bekerja melalui reseptor opiate. Teori ini didukung data klinis dan
eksperimental yang memperlihatkan bahwa narkotik sintetis dapat menurunkan
kebutuhan akan anestetik inhalasi. Selain itu, ternyata anestetik inhalasi ternyata
merangsang dilepaskannya opiate endogen di SSP. Hal ini dibuktikan oleh penelitian
yang memperlihatkan bahwa N2O meningkatkan peptide opioid di cairan otak
kanan.
Kalsium dikenal sebagai neuroregulator karena ada bukti yang menunjukkan bahwa
anestetik inhalasi dapat mengubah kadar Ca intrasel dan ini memengaruhi
keterangsangan (exitability) neuron, sedangkan NO kini dikenal sebagai
neuromodulator yang diduga berperanan dalam mengatur tingkat kesadaran. Akhir-
akhir ini terbukti bahwa sasaran kerja anestetik inhalasi maupun anestetik intravena
adalah GABAA receptor-chloride channel, suatu komponen membrane neuron yang
berperanan dalam transmisi sinaps penghambat (inhibitory synaptic transmission).
Berdasarkan cara penggunaannya anestetik umum dibagi dalam dua kelompok, yaitu
anestetik inhalasi dan anestetik intravena.
c. Anestetik Inhalasi
Selama tahap 3, anestetik inhalasi (gas atau cairan menguap yang diberikan sebagai
gas) dipakai untuk menimbulkan anestesi umum. Gas-gas tertentu, seperti nitro-
oksida dan siklopropan cepat diabsorpsi, bekerja dengan cepat dan dieliminasi
dengan cepat pula. Siklopropan karena mudah terbakar sekarang lebih digantikan
oleh halothan, metoksifluran, enfluran, dan isofluran yang merupakan pilihan karena
tidak mudah terbakar.
d. Anestetik intravena
Anestetik intravena dapat dipakai untuk anestesi umum atau untuk tahap induksi
dari
anestesi. Merupakan pilihan anestesi bagi pasien berobat jalan untuk pembedahan
jangka waktu singkat. Anestetik intravena mempunyai mula kerja yang cepat dan
masa kerja yang singkat. Tabel 4.1.6 menjelaskan anestetik inhalasi dan intravena
yang dipakai untuk anestesi umum.
2. Anestesi Lokal
Anestetik lokal menghilangkan rasa sakit pada tempat di mana obat diberikan, dan
kesadaran tetap dipertahankan. Pemakaian anestetik lokal mencakup prosedur gigi,
menjahit laserasi kulit, pembedahan (minor) jangka pendek pada daerah tertentu,
anestesi spinal dengan menghambat impuls saraf (nerve block) yang terletak di
bawah tempat dimasukkannya anestetik dan untuk prosedur diagnostic, seperti
fungsi lumbal dan torasentesis.
Anestetik lokal pertama adalah kokain kemudian prokain. Lidokain menggantikan
prokain kecuali untuk prosedur gigi. Lidokain mempunyai mula kerja yang cepat dan
masa kerjanya lama, lebih stabil dalam larutan dan lebih sedikit menimbulkan reaksi
hipersensitivitas daripada prokain. Bupivakain dan dibukain dipakai untuk anestesi
spinal karena mempunyai masa kerja yang lebih panjang.
Anestetik local sering kali digunakan secara parenteral pada pembedahan (agak)
kecil,
di mana anestesi umum tidak perlu atau tidak diinginkan. Jenis anestesi lokal dalam
bentuk parenteral yang paling sering digunakan adalah anestesi spinal.
Kokain. Dahulu digunakan sebagai anestesi permukaan untuk bedah hidung,
tenggorok, telinga, mata. ES: cacat kornea, midriasis, angina pektoris, nekrosis
jaringan karena efek vasokonstriksi, menyebabkan adiksi, maka tidak digunakan lagi
di klinik.
b. Prokain
1) Resorpsi kulit buruk maka diberikan sebagai injeksi dan sering kali
bersamaan
dengan adrenalin untuk memperpanjang kerjanya.
2) Dihidrolisa menjadi oleh kolinesterase dietilaminoetanol dan PABA (asam
para amino benzoate) yang mengantagonir daya kerja sulfaonamida.
3) ES: hipersensitasi kadang-kadang pada dosis rendah sudah dapat
mengakibatkan kolaps dankematian.
4) Injeksi (Dolo-neurobion, Cardioplegia).
5) Dosis: anestesi infiltrasi 0,25-0,5%, blockade saraf 1-2%.
c. Lidokain
1) Sediaan topikal: selaput lendir dankulit yang nyeri, rasa terbakar, gatal.
2) Sistemik: infark jantung, anti-aritmia.
3) ES overdosis: ngantuk, pusing, sukar bicara, hipotensi, konvulsi.
4) Lozenges (Lemocin) Injeksi (Bioneuron), supositoria (Borraginol S), salep
(Liposin), larutan semprot (Xylocain Spray dan Jelly), tetes telinga
(Otopain), salep wasir (Haemocain).
d. Prilokain
1) Toksisitas lebih rendah dari lidokain kombinasi lidokain.
2) ES: methemoglobinemia dansianosis.
5) Cream (Emla, Topsy).
e. Bupivakain
1) Anestesi daerah luas, long-acting (5-8 jam).
2) Aman untuk ibu hamil
3) Injeksi (Bucain, Buvanest, Marcain).
e. Cinchokain
1) Supositoria anti wasir
3) Efek setelah 15 menit selama 2-4 jam.
4) Supositoria/salep (Faktu).
5) Fenol
1) Anestetis, anti gatal, bakterisida dan fungisida, pengawet injeksi.
2) Larutan air >2% merusak kulit karena bersifat membakar.