Anda di halaman 1dari 43

FARMAKOLOGI

OBAT ANESTESI

Oleh :
Hadi Kurniawan, S.Farm., M.Sc., Apt.
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

TAHUN 2018
Anastesi

Anastesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani an-


“tidak, tanpa”, dan aesthetos, “persepsi, kemampuan
untuk merasa”

Anastesi = suatu tindakan menghilangkan rasa sakit


ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Obat anastesi = obat yang digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit dalam bermacam-macam
tindakan operasi.
Anastesi = pengurangan / penghilangan sensasi untuk
sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang
menyakitkan dapat dilakukan.
Anastetik
Dikemukakan pertama kali oleh
O.W holmes yang artinya tidak
ada rasa sakit.
.
 Obat-obat anestesi lokal dikembangkan dari KOKAIN
yang digunakan untuk pertama kalinya dalam
kedokteran gigi dan ofalmologi pada abad ke-19. Kini
kokain sudah digantikan dengan LIGNOCAIN
(LIDOCAIN), BUPIVACAIN (Marcain®), PRILOCAIN
(terutama dlm preparat topikal) dan ROPIVACAIN.
 Obat Anestesi dibagi menjadi 2 golongan :
1. Anestesi Lokal
2. Anestesi Umum
Dibagi mjd 2 klompok :

1.Anastetik Local (menghilangkan rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran)

2.Anasteik Umum (hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran)


.
a. Definisi
adalah obat yang dapat menghambat hantaran saraf bila diberikan scr
1. Tidak mengiritasi jaringan,
2. Toksisitas sistemik rendah,
3. Cukup efektif baik pada pemberian injeksi atau
topikal,
4. Waktu kerjanya cepat,
5. Larut dalam air, stabil dlm larutan dan dapat
disterilkan tanpa mengalami perubahan.
.

Penerusan impuls di membran sel dihambat dgn


cara mencegah kenaikkan permeabilitas membran
sel thd ion – ion Na+ yg diperlu bagi fgs saraf akibat
depolarisasi sehingga ambang rangsang membrane
meningkat.
.

1. Senyawa – senyawa ester ex : prokain,


tetrakain
2. Senyawa – senyawa amida ex : lidokain,
3. Lain – lain ex : kokain, benzilalkohol
.
1. Prokain (Preg. Cat. Parenteral C)
♥ KI :
Gangguan fgs ginjal
♥ ES :
Hipersensitasi, dapat mengakibat
kan kematian jika diberikan dgn dosis yang berlebihan krn dpt
menekan pernapasan.
Analgesia kurang kuat karena cenderung tersebar ke seluruh jaringan.

Dosis : diatur sesuai dengan situs pembedahan dan respons pasien. Melalui
injeksi, hingga 1 g (200 ml dari larutan 0,5% atau 100 ml dari 1%) dengan
.
2. LIDOKAIN atau LIGNOKAIN (Preg. Cat. Intradermal, Parenteral sbg anestesi
lokal & obat jantung, Topikal B)
Lignokain dimetabolisme di dlm hati ibu hamil, janin/neonatus menjadi metabolit
metabolit aktif. Meskipun durasi & t1/2 relatif singkat (82 menit pd ibu hamil, dan
dan 95 menit pd neonatus), namun metabolitnya tetap diekskresikan oleh neonatus
neonatus selama 36-48 jam sesudah kelahirannya.
I : Anestesi lokal/regional dg teknik infiltrasi & blok epidural
♥ ES :
Mengantuk, pusing, gguan mental dan koma jika diberikan dgn dosis yg
3. BUPIVAKAIN HCl (Marcain®) Preg. Cat. Parenteral C
I : Anestesi spinal
Durasi kerja tdk lebih lama daripada
lignokain (2-3 jam via epidural; 8 jam jika
diberikan sbg penyekat/blok saraf). Oleh
karena itu, bupivakain byk digunakan utk
analgesia epidural dalam persalinan.
T1/2 8 jam pd ibu hamil, 18 jam pd
neonatus. Terus diekskresikan neonatus
selama 36 jam sesudah kelahirannya.
4. ROPIVACAIN HCl (Marcain®) Preg. Cat. Parenteral B
Obat anestesi lokal ini dikembangkan utk
menghasilkan anestesi lokal yg berlangsung
lama tanpa menimbulkan toksisitas
bupivakain.

I : Anestesi pd prosedur op, spt blok


epidural termasuk bedah sesar, blok saraf
perifer (tepi) & anestesi infiltrasi.
.
5. Kokain (Dahulu sering digunakan, kini sering digunakan
lidokain)
♥ ES :
Gejala keracunan, gelisah, byk bicara, cemas,
EFEK SAMPING Obat Anestesi Lokal
 Eksitasi dan Inhibisi SSP serta depresi
 Hipotensi
 Depresi otot polos
 Blok neuromuskuler (ggn sensibilitas dan
kontrol motorik dan kegagalan resoirasi)
 Reaksi hipersensitivitas (dermatitis, asma,
anafilaksis, methemoglobinemia)
 Efek pada neonataus : neurobehavior,
hipoglikemia, takipnea, ggn metabolisme
lipid
KEWASPADAAN & KONTRAINDIKASI
Obat Anestesi Lokal
 Pasien dg riwayat alergi thd obat anestesi.
 Hipovelemia harus dikoreksi dahulu sblm
pemberian obat anestesi intraspinal.
 Tidak dianjurkan jika ibu hamil/pasien
baru saja mengalami perdarahan krn
respon kardiovaskuler thd kehilangan
darah tsb akan terganggu.
 Harus diberikan hati-hati sekali jika
terpaksa harus diberikan di daerah yang
mengalami inflamasi.
INTERAKSI Obat Anestesi Lokal
 Efek obat anestesi lokal yg tdk diinginkan dpt ditingkatkan oleh
penggunaan Antagonis H2 (simetidin), obat-obat anti-
aritmia dan preparat depresin SSP lainnya (alkohol serta
proklorperazin)
 Alkohol: resiko kegagalan terapetik meningkat,
 Penyekat beta, simetidin dan ranitidin : akan mengganggu
klirens bupivakain oleh hati sehingga meningkatkan resiko
intoksikasi.
 Benzodiazepin : mempengaruhi klirens olab anestesi lokal.
Peningkatan konsentrasi bupivakasin (ttp bukan
lignokain/lidokain).
 Antidepresan trisiklik dan fenotiazin (ex: proklorperazin)
: meningkatkan resiko blok jantung, khususnya jika digunakan
epinefrin/adrenalin.
 Penyekat saluran kalsium (CCB: ex. Nifedifin, verapamil)
: akan meningkatkan efek kardiotoksisitas yg dimiliki
bupivakain.
.
1. Anestesi permukaan (ex. gel ametokain (tetrakain) dioleskan pd permukaan kulit
30-45 menit sebelum pemasangan kateter vena. Pengolesan pd membran mukosa,
mukosa, daerah luka atau bag. Tubuh yg mengalami dermatitis atopik harus
dihindari)
2. Anestesi infiltrasi ke dlm jaringan (ex. Injeksi subkutan/intradermal)
3. Anestesi penyekat/pemblokan saraf (ex. Larutan obat anestesi lokal disuntikan ke
dalam saraf).
Lignokain/lidokain Bupivikain
ONSET 3 menit 15 menit
DURASI 2-3 jam 5-7 jam

Dapat dilakukan sebelum dilakukan prosedur yg singkat spt tindakan melahirkan bayi dg
bayi dg alat, penjahitan luka atau pengeluaran plasenta scr manual.
4. Anestesi intraspinal/intratekal, epidural, gabungan spinal-epidural
.
a. Definisi
yaitu obat – obat yg dapat menimbul
kan suatu keadaan depresi dr pusat-pusat
saraf ttt yg bersifat reversibel dimana seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan.
ANASTETIK UMUM :
ADALAH SUATU KEADAAN TIDAK TERDAPATNYA SENSASI
YANG BERHUBUNGAN DENGAN HILANGNYA KESADARAN
YANG REVERSIBEL

OBAT ANASTETIK UMUM


ADALAH OBAT YANG MENEKAN SSP (SECARA REVERSIBEL)
SEHINGGA MENYEBABKAN HILANGNYA KESADARAN
.

1. Berbau enak & tidak merangsang selaput lendir,


2. Mula kerja cepat tanpa ES,
3. Sadar kembali cpt tanpa kerja samping,
4. Berkhasiat analgetik baik dgn melemaskan otot-
otot seluruhnya,
5. Tidak menambah perdarahan kapiler selama
waktu pembedahan.
.

1. Stadium 1 : analgesia
2. Stadium 2 : eksitasi/delirium
3. Stadium 3 : anestesi
4. Stadium 4 : pelumpuhan sum – sum
meduler

Berdasarkan teori lemak dari mayer overton.


MK : MENEKAN / MENGHAMBAT SSP DG CARA YG BLM JELAS

TP ADA 3 TEORY YG DIPAKAI :

1.PENURUNAN TRANSMISI SINAPS


2.PENURUNAN KONSUMSI OKSIGEN
3.PENURUNAN AKTIVITAS LISTRIK SSP
MENURUT PENGGUNAANNYA ADA2:

ANASTESI INJEKSI

ANASTESI INHALASI
Contoh obat :

Inhalasi Intravena
 Dinitro oksida /
Dinitrogen monoksida
 Barbiturat :
(N20) 1. Tiopental
 Halotan
 Isofluran
Enfluran

 Desfluran
 Non-barbiturat
 Sevofluran :
Methoxyfluran,

 Eter (di negara – negara
1. Propofol
maju, eter kloroform 2. Etomidat
sudah tidak digunakan
lagi). 3. ketamin
.
1. ANESTESI INHALASI
a. Dinitrogen monoksida (N2O)
☻ Indikasi
Digunakan untuk maintenance pada anestesi
pembedahan serta biasanya diberikan bersama obat
anestesi lain (halotan, tiopental)
☻K I :
Obstruksi intestinal, penyakit kronis sal.pernapasan
☻ ES :
Nausea, vomitus, over dosis resiko teratogenik
☻Dosis :
Campuran dgn oksigen kadar 25 – 30 % untuk
pemeliharaan anestesi ringan.
Analgesik campuran dgn oksigen 50 % sesuai kebutuhan
pasien.
.
b. Halotan (Preg. Cat. Inhalasi C)
I : Anestesi inhalasi umum
☻KI :
Riwayat keluarga berupa hipertermia
dan peningkatan cairan serebrospinal.
☻ES :
Kerusakan hati, demam dpt tjd 2-3x
sehari setelah anestesi diikuti dgn
anoreksia, nausea, vomitus.
.
2. ANESTESI INJEKSI
a. Thiopental (Preg. Cat. Parenteral & Topikal C)
☻Indikasi :
Induksi anestesi umum, anestesi jangka
waktu singkat
☻KI :
Tidak boleh diberikan pada penderita alergi,
hipotensi, disfungsi hepatik
☻ES :
Pemberian injeksi yg tll cpt dpt menyebabkan
hipotensi berat, batuk,
bersin
☻Dosis :
3 – 5 mg/kg BB
.
b. Eter
☻Indikasi :
Digunakan untuk induksi dan anestesi selama
pembedahan
☻KI :
Penyakit hati yg berat, pada anak yg demam dpt
meningkatkan resiko terjadinya kejang yg fatal
☻ES :
Nausea berat, vomitus, dpt tjd paska operasi,
memburuknya fs hati
.
c. Ketamin/Ketalar (Preg. Cat. Parenteral B)
Indikasi :
Induksi dan pemeliharaan anestesi
KI :
Hipertensi berat, gagal jantung
TRIAS ANASTESI
 Efek Hipnotik
 Efek Analgesia
 Efek Relaksasi / pelemas otot
Tahap-tahap narkosa :
1. Analgesia : kesadaran dan rasa nyeri berkurang, analgesia dimulai dengan
Keadaan sadar dan diakhiri dengan hilangnya kesadaran. Sulit untuk bicara; indra
Penciuman dan rasa nyeri hilang. Mimpi serta halusinasi pendengaran dan penglihatan
Mungkin terjadi. Tahap ini dikenal juga sebagai tahap induksi.

2. Eksitasi/delirium: kesadaran hilang seluruhnya dan terjadi kegelisahan. Terjadi


Kehilangan kesadaran akibat penekanan korteks serebri. Kekacauan mental, eksitasi,
Atau delirium dapat terjadi. Waktu induksi singkat.

Surgical prosedur pembedahan biasanya dilakukan pada tahap ini.


TAHAP INDUKSI (AMNESIA)

3. Anastesia : refleks mata hilang, mulai bernafas otomatis teratur seperti


tidur, otot” lemas (relaksasi)

4.Pelumpuhan sumsum tulang : kerja jantung dan pernafasan berhenti.


(Paralisis medular, tahap toksik dari anestesi, pernapasan hilang dan terjadi kolaps
Sirkular. Perlu diberikan bantuan ventilasi.

1-3 = penting bagi narkosa umum


4 = berbahaya / harus dihindarkan

reflek kembali (recovery) dalam urutan terbalik


sebelum narkosa (premedikasi) : sedativ (CPZ,morfin, petidin) utk
menghilangkan kegelisahan.&
parasimpatolitik (atropine) menekan
sekresi berlebih

selama narkosa : relaksasi otot (tubokurarin,galamin,Hiosin)

setelah narkose (post medikasi) : analgetik,sedative (CPZ), anti emetic


Efek samping yg tidak diinginkan :

- sekresi ludah dan riak yg berlebihan,


ketakutan/kejang
( taraf induksi )

- muntah-muntah & gelisah


( masa recovery )
TAHAP PEMBERIAN ANESTETIKA UMUM

Tahap pemberian anestetika umum, pada


pembedahan dilakukan dengan 3 ( tiga )
tahapan, yaitu :

1. Premedikasi : tindakan yang dilakukan


sebelum dilakukan anestetika, dgn tujuan
a. menimbulkan rasa nyaman bagi pasien
b. memudahkan / memperlancar induksi
Cth : hipnotik, sedatif, dan anti ansietas, drying
agent
40
2. Induksi, tahap dimana pasien dibuat tidak
sadar dengan memberikan loading dose dari
obat-obat anestetika yang dpt menimbulkan
efek hipnotika, analgetika, dan pelemas otot
Tujuan: pada saat pembedahan pasien dalam keadaan
tertidur, tdk merasakan sakit dan relaks.
Cth : analgesik opioid, relaksan otot, anestetika

2. Maintenance, tahap yang dilakukan agar


pasien tetap dalam keadaan tertidur
(teranestesi), tdk merasakan sakit dan tetap
relaks.
Cth : anestetika inhalasi, analgetika, pelemas otot
41
Semoga diberi
kemudahan
dan
Sukses
BUKU Basic
Pharmacology
& Drug Notes
Hal. 326, dst

Anda mungkin juga menyukai