Assalamualaikum,wr.wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Ekstraksi
Suhu Ekstraksi”Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan dalam
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu
Athiah Masykuroh S.Si, M.Sc dan Ibu Meri Ropiqa, S.Farm, Apt selaku dosen
pembimbing serta Ibu Dian Kartikasari, M. Farm Apt selaku dosen penguji yang telah
1. Orang tua tercinta atas seluruh dukungan baik moril maupun materil.
2. Almarhumah Ibu Dra. Hj. Dewi Sutresna TN., Apt. atas jasa-jasanya terhadap
3. Ibu Adhisty Kharisma Justicia, M. Sc., Apt. selaku Direktur Akademi Farmasi
Yarsi Pontianak.
i
Akhir kata semoga Karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan keterbatasan dalam Karya Tulis Ilmiah dapat ditingkatkan peneliti selanjutnya
Wassalamualaikum,wr.wb
Penulis
ii
ABSTRAK
Selama ini sumber utama gelatin yang banyak diteliti dan dimanfaatkan berasal dari
kulit dan tulang sapi atau babi namun dirasa tidak menguntungkan mengingat
mayoritas di Indonesia beragam Islam. Ekstraksi kolagen menjadi gelatin dilakukan
dengan merendamkan tulang dalam asam sehingga tulang akan berubah menjadi
lunak (ossein).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi dan
suhu yang paling baik untuk pembuatan gelatin.Pada penelitian ini gelatin dibuat dari
tulang ikan tongkol dengan menggunakan larutan HCl dengan suhu ekstraksi 60°C -
100°C. Uji yang dilakukan adalah uji kekuatan gel, uji visikositas, uji kadar air, uji
kadar abu dan uji pH. Berdasarkan hasil penelitian , gelatin yang terbaik diperoleh
dari tulang yang menggunakan suhu ekstraksi 70°C dengan rendemen 4,85%,
kekuatan gel 194,5g/bloom, visikositas 4,3cPs, kadar air 8,98%, kadar abu 1,69% dan
pH 5,2.
iii
ABSTRACT
The main source of gelatin was mostly extracted from bovime or pig’s skins and
bones but seemed not profitable because most of Indonesian peoples were people.
Extraction of collagen becomes gelatin done with bone in acid so that Submerse the
bones will turn into soft (ossein). This research aims to know the influence of
extraction temperature and temperature that is best for the manufacture of gelatine.
Study on gelatin made from the bones of the mackerel using a solution of HCl
extraction with temperature 60°C - 100°C. The test does is test strength gel,
visikositas test, test, test the moisture levels of ash and pH test. Based on the research
results, the gelatin is best obtained from the bone using the extraction temperature 70
°C with yield 4,85% strength gel, 194, 5 g/bloom, visikositas 4, 3cPs, 8,98% moisture
content, ash levels 1.69% and 5.2 pH.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBARvii
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR TABEL ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
v
3.4 Prosedur Penelitian 18
3.4.1 Determinasi Penelitian 19
3.4.2 Pengumpulan Sampel 19
3.4.3. Penyiapan Sampel 20
3.5 Uji Kualitas Gelatin 21
3.5.1 Rendemen 21
3.5.2 Uji Kekuatan Gel 21
3.5.3 Uji Visikositas 22
3.5.4 Uji Kadar Air 22
3.5.5 Uji Kadar Abu 23
3.5.6 Uji pH 23
3.6 Analisis Data 23
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Selama ini tulang ikan sebagai limbah belum termanfaatkan secara optimal,
yaitu hanya digunakan untuk bahan pembuatan pakan atau pupuk sehingga nilai
ekonomisnya sangat kecil. Selain itu, pemanfaatan tulang ikan sebagai bahan
Selama ini sumber utama gelatin yang banyak diteliti dan dimanfaatkan
berasal dari kulit dan tulang sapi atau babi namun dirasa tidak menguntungkan
gelatin dilakukan dengan merendam tulang dalam asam sehingga tulang akan
berubah menjadi lunak (ossein). Tulang lunak ini akan lebih mudah diekstraksi
sisik, sirip, kulit dan tulang.Jumlah bagian yang dapat dimakan (edible flesh) dari
ikan adalah 65%, berarti limbah dari ikan tersebut adalah 35% (Irawan, 1995),
2002).Kandungan kolagen pada tulang ikan keras (teleostei) berkisar 15% - 17%,
sedangkan pada ikan tulang rawan berkisar 22% - 24% (Maria, 2005). Kolagen
yang terdapat di kulit dan tulang ikan tersebut dapat diekstraksi untuk menjadi
1
2
Penelitian tentang ekstraksi gelatin dari limbah tulang ikan telah banyak
dilakukan, namun sifat fisiko-kimia gelatin yang dihasilkan masih lebih rendah
dibandingkan dengan gelatin yang diproduksi dari tulang dan kulit babi maupun
sapi. Obyek utama yang akan diteliti kali ini adalah mengekstrak gelatin dari
waktu perendaman, penelitian marsaid dan atmaja pengaruh variasi larutan asam
untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi terhadap kualitas gelatin tulang ikan
tongkol.
tongkol ?
yang baik ?
1.3. Tujuan
tulang tongkol
gelatin
2. Bagi masyarakat, dapat mengetahui bahwa gelatin dapat diekstrak dari tulang
ikan
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Percomorphi
Family : Scombridae
Genus : Euthynnus
Ikan tongkol menurut Beufort dan Jamasuta (1992) dalam Atmaja (2009),
termasuk family Scombridae, family tersebut terdiri dari tiga genus yaitu genus
Thunus, Euthynnus, dan genus Auxis.Daging ikan tongkol dibagi menjadi daging
merah atau gelap dan daging putih atau terang (Hafludin, 2011). Dibawah ini
4
5
punggung pertama berjari-jari keras 15, sedang yang kedua berjari-jari lemah 13,
diikuti 8-10 jari-jari sirip tambahan (fin ilet). Ukuran asli ikan tongkol cukup
besar, bisa mencapai 1 meter dengan berat 13,6 kg. Rata-rata, ikan ini berukuran
kulit yang licin berwarna abu-abu, dagingnya tebal, dan warna dagingnya merah
Komponen kimia utama daging ikan adalah air, protein dan lemak yaitu
nilai nutrisi, sifat fungsi, kualitas sensori dan stabilitas penyimpanan daging.
berkisar 2 % yang berperan pada proses biokimia di dalam jaringan ikan mati.
2.4. Kolagen
(whiteconnective tissue) yang meliputi hampir 30 persen dari total protein pada
terdapat di kulit,tendon, tulang rawan dan jaringan ikat. Demikian juga pada
burung dan ikan,sedangkan pada avertebrata kolagen terdapat pada dinding sel
NH dari residu glisinpada rantai yang satu demean group CO pada rantai lainnya.
polipeptida dan memperkuat triplehelix (Wong, 1989 dalam junianto dkk. 2006).
seperti asam, basa, urea, dan potassium permanganat. Selain itu, serabut kolagen
panjang.Pemecahan struktur tersebut menjadi lilitan acak yang larut dalam air
dkk (2006), kolagen kulit ikan lebihmudah hancur daripada kolagen kulit hewan,
dimana kedua jenis kolagen ini akanhancur oleh proses pemanasan dan aktivitas
enzim.
2.5. Gelatin
adalah protein yang diperoleh dari hidrolisis persial kolagen dari kulit, jaringan
ikat putih dan tulang hewan.Gelatin menyerap air 5-10 kali beratnya. Gelatin
larut dalam air panas dan jika didinginkan akan membentuk gel. Sifat yang
7
Gelatin memiliki sifat dapat berubah secara reversible dari bentuk sol ke gel,
Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen
kulit, tulang atau ligament (jaringan ikat) hewan yang diproses dengan larutan
asam atau basa kuat sehingga ikatan kolagen terputus dan menghasilkan
(terutama yang cair), lipstik, cat kuku,busa cukur, krim pelindung sinar
matahari(Hermanianto 2004).
8
Gambar 2.2 struktur kimia gelatin (Grobben dkk., 2004 dalam Ramadani,
2014).
pengolahannya, yaitu tipe A dan tipe B. Dalam pembuatan gelatin tipe A, bahan
baku diberi perlakuan perendaman dalam larutan asam sehingga proses ini
dikenal dengan sebutan proses asam. Sedangkan dalam pembuatan gelatin tipe B,
perlakuan yang diaplikasikan adalah perlakuan basa. Proses ini disebut proses
alkali (Utama, 1997). Bahan baku yang biasanya digunakan pada proses asam
adalah tulang dan kulit babi, sedangkan bahan baku yang biasa digunakan pada
proses basa adalah tulang dan kulit jangat sapi. Menurut Wiyono (2001), gelatin
ikan dikatagorikan sebagai gelatin tipe A. Secara ekonomis, proses asam lebih
disukai dibandingkan proses basa. Hal ini karena perendaman yang dilakukan
dalam proses asam relative lebih singkat dibandingkan proses basa (Hariyanto
dan Sambudi,2010).
Proses basa maupun asam memiliki prinsip yang sama yaitu perubahan
pemutusan atau pengacau sejumlah ikatan samping antar rantai, dan perubahan
Hal ini menyebabkan pada waktu yang sama jumlah kolagen yang dihidrolisis
oleh larutan asam lebih banyak daripada larutan basa. Karena itu perendaman
dalam larutan basa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghidrolisis
kolagen (ward dan court, 1997 dalam Al Jofri, 2015). Perbedaan karakteristik
sifat dari gelatin berdasarkan tipe asam dan tipe basa dapat dilihat dalam tabel
2.1
Menurut King dalam Glisman (1969) seperti yang dapat dilihat pada tabel
2.1 kadar air gelatin tipe A tidak berbeda dengan gelatin tipe B. begitu pula
dengan kekuatan gel dan visikositasnya, tidak terlalu jauh berbeda. Gelatin tipe A
memiliki pH yang lebih rendah dari pada gelatin B. Tetapi titik isoelektrik gelatin
tipe A lebih tinggi dari titik isoelektrik gelatin tipe B. Serta kadar abu gelatin tipe
A lebih rendah dari kadar abu gelatin tipe B ( dalam Al Jofri, 2015).
10
Pada prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu proses asam dan proses basa. Perbedaan kedua proses ini terletak pada
jenis bahanyang diekstrak, maka penerapan jenis asam maupun basa organik dan
(Gilsenan,et.al, 2000 dalam Junianto, dkk. 2006). Protein kolagen ini secara
C102H149N31O38+H2O C102H151N31O39
Kolagen Gelatin
pada air mendidih selama 1 –2 menit (Pelu, dkk.,1998 dalam Junianto dkk.
Proses ini secara total akan membuang semua lemak yang melekat dan tertinggal
kalsium dan garamlainnya dalam tulang, sehingga diperoleh tulang yang sudah
lumer disebut ossein(Utama, 1997). Menurut Wiyono (1992), asam yang biasa
sebaiknya dilakukan dalam wadahtahan asam selama beberpa hari sampai dua
kolagenmenjadi gelatin (Surono, et al., 1994). Pada tahap ini perendaman dapat
askorbat, malat,suksinat, tartarat dan asam lainnya yang aman dan tidak menusuk
hidroklorat, fosfat, dan sulfat.Jenis pelarut alkali yang umum digunakan adalah
hidroksida (Choi dan Regestein, 2000 dalam Junianto dkk. 2006). Proses
12
Menurut Ward dan Court (1977) dalam Junianto dkk (2006) asam mampu
pada waktu yang sama jumlahkolagen yang dihidrolisis oleh larutan asam lebih
Utama (1997) dalam Junianto dkk. 2006, tahapan ini harus dilakukandengan
tepat (waktu dan konsentrasinya) jika tidak tepat akan terjadi kelarutankolagen
Hasil penelitian Surono dkk., (1994) dalam Junianto dkk, 2006, dalam
(2006), dalam pembuatan gelatin dari tulang domba menggunakan larutan HCl 5
2000 dalam Junianto dkk. 2006) hingga suhu100oC (Viro, 1992 dalam Junianto
dkk. 2006). Ekstraksi kolagen tulang dilakukan dalam suasana asam pada pH 4 –
13
(Hinterwaldner, 1997 dalam Junianto dkk. 2006). Apabila pH lebih rendah perlu
dalam oven pada suhu 40 -50oC (Choi dan Regenstein, 2000 dalam Junianto dkk.
2006) atau 60 – 70oC (Pelu dkk., 1994 dalam Junianto dkk. 2006).
yang dihasilkanlebih reaktif dan lebih mudah digunakan (Utama, 1997 dalam
proksimatgelatin meliputi kadar lemak, kadar abu, kadar air, kadar garam, dan
karakteristik dan syarat, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2 :
Parameter Standar
Kadar Air (%) 14%
kekuatan gel (bloom) 140-240 g/bloom
visikositas (cP) 3,2-4,7 cPs
kadar abu (%) 1-2%
pH 5,5-5,7
Sumber : (Peranginangin dkk., 2005 dalam Junianto dkk, 2006)
Fungsi pengujian kadar air untuk gelatin yaitu untuk melihat kadar air yang
ada di dalam gelatin. Air yang terkandung dalam bahan dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur, cita rasa, dan masa simpannya (Junianto dkk. 2006).Pada
uji kekuatan gel dilakukan karena salah satu sifat penting gelatin mampu
mengubah cairan menjadi padatan atau mengubah sol menjadi gel yang
mengalir.Pada gelatin untuk menentukan mutu dan penggunaan gelatin. Pada uji
kadar abu dilakukan untuk melihat keberadaan mineral dalam gelatin. Uji pH
2.8. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya
15
campuran etanol dan air dilakukan dengan maserasi atau perkolasi. Penyarian
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III dikenal tiga macam ekstrak yaitu:
1. Ekstrak cair (extracta liquida), yaitu ektrak yang diperoleh dari hasil
2. Ekstrak kental (extracta spissa), yaitu ekstrak yang telah mengalami proses
3. Ekstrak kering (extracta sicca), yaitu ekstrak yang telah mengalami proses
a. Maserasi
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena
dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.
16
antara larutan diluar sel dan di dalam sel (Depkes RI, 1986 dalam
Marna 2016).
zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat
b. Perkolasi
a. Refluks
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat
b. Soxhlet
c. Digesti
d. Infus
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30°C) dan
METODOLOGI PENELITIAN
digital, oven, neraca analitik, gelas ukur, gelas beaker, hot plate, penetrometer,
pipet tetes.
Pontianak(POLNEP)
Barat.
18
19
a. Tahap Degreasing
dalam air panas suhu ± 90°C selama 30 menit sambil diaduk-aduk dan
b. Tahap Demineralisasi
c. Tahap Ekstraksi
pada suhu 60,70, 80, 90, 100oC masing – masing selama 5 jam.
d. Tahap Drying
untuk dikeringkan dalam oven pada suhu 70°C selama 48 jam dan
dianalisis
3.5.1. Rendemen
Berat gelatin
Rendemen gelatin = X 100%
Berat tulang ikan tongkol
dipanaskan pada hot plate dengan suhu 40°C dan diaduk dengan stirer
penetrasi.
21
2014).
B1-B2
Kadar air = X 100%
B
Keterangan :
B = Berat sampel (g)
B1 = Berat (sampel+cawan) sebelum dikeringkan (g)
B2 = Berat (sampel+cawan) setelah dikeringkan (g)
(Anang and Nurwanto, 2004)
22
Berat abu
Kadar abu gelatin(%) = X 100%
Berat gelatin
(AOAC, 1995)
3.5.6. Uji pH
magnetic stirrer, setelah itu diukur derajat keasamannya pada suhu kamar
2008).
Analisis data penelitian ini adalah mengamati standar gelatin untuk keperluan
affinis yang berasal dari suku Scombridae. Determinasi ini bertujuan untuk
mengetahui kebenaran identitas ikan, apakah ikan tersebut benar-benar ikan yang
diinginkan, agar kesalahan dalam pengumpulan bahan yang akan diteliti dapat
dihindari.
Pada penelitian ini digunakan tulang ikan tongkol sebagai bahan dasar
pada tulang dengan kehilangan kolagen yang minum. Ekstraksi dilakukan pada
suhu 60°C, 70°C, 80°C, 90°C, dan 100°C di water bath dimana perbandingan
Nilai rendemen merupakan salah satu parameter dan sifat penting dalam
pembuatan gelatin. Nilai rendemen yang dihasilkan sangat efesien dan efektif
tidaknya proses ekstraksi bahan baku dalam pembuatan gelatin (fahrul, 2005
dalam rhiday ahmad, 2016). Rendemen dihitung berdasarkan berat gelatin per
23
24
berat tulang ikan tongkol yang telah didegreasing. Nilai rata-rata rendemen
gelatin dari tulang ikan tongkol pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1
pada suhu 70 °C dan rendemen terendah terdapat pada suhu 100 °C. Hal inisama
dengan pendapat saputra (2010) dan wulandari dkk (2013), bahwa hal ini terjadi
karena suhu ekstraksi yang tinggi akan menyebabkan nilai rendemen gelatin
yang dihasilkan akan semakin menurun. Hal ini diduga suhu yang tinggi
kolagen menjadi gelatin dipengaruhi oleh suhu, waktu pemanasan dan pH.
kualitas dan penggunaan gelatin. Kekuatan gel merupakan sifat fisik gelatin yang
pembentukan gel (Rusli, 2004 dalam Dewi Ramadani, 2014). Karena salah satu
sifat penting gelatin yaitu mengubah cairan menjadi padatan atau mengubah
solusio menjadi gel. Terbentuknya gel merupakan hasil dari interaksi antara
ikatan hidrogen gelatin dengan molekul air (Dewi Ramadani, 2014). Hasil
25
pengukuran kekuatan gel gelatin hasil ekstraksi dari variasi suhu ekstraksi
suhu 70°C dan yang paling rendah yaitu pada suhu 100°C.Kisaran nilai kekuatan
gel hasil percobaan tersebut memenuhi standar gelatin untuk keperluan farmasi
menyatakan bahwa nilai kekuatan gel gelatin kulit ikan akan semakin menurun
seiring dengan meningkatnya suhu ekstraksi, namun suhu ekstraksi tersebut tidak
berpengaruh terhadap nilai kekuatan gel gelatin tulang ikan. Menurut Astawan
dan Aviana (2002) dalam Wulandari dkk (2013) kekuatan gel berkaitan dengan
panjang rantai asam amino dimana rantai asam amino yang panjang akan
menghasilkan kekuatan gel yang besar pula. Hidrolisis yang optimal akan
menghasilkan rantai asam amino yang panjang pada saat konversi kolagen
menjadi gelatin sehingga dihasilkan kekuatan gel yang tinggi pula. Kemungkinan
suhu 70°C mengalami hidrolisis yang optimal dan menghasilkan rantai asam
amino yang panjang. Hal ini didukung dengan hasil rendemen yang didapat suhu
70°C lebih besar dibandingkan suhu lainnya, karena rendemen yang didapat
26
lebih tinggi dari hasil rendemen lainnya yang menandakan hidrolisis pada suhu
70°C optimal, yang akan menghasilkan rantai asam amino yang panjang.
mengalir.Makin kental suatu cairan maka besar pula kekuatan yang diperlukan
untuk digunakan supaya cairan tersebut dapat mengalir dengan laju tertentu
panjang rantai asam amino gelatin maka nilai visikositas gelatin akan semakin
besar. Ward dan courts (1997) dalam sompie dkk (2015) menyatakn bahwa suhu
ekstraksi diatas 50°C menyebabkan kemampuan membentuk gel dan sifat fisik
27
gelatin menurun, hal ini disebabkan oleh putusnya ikatan hydrogen dan gugus
Pada penelitian ini nilai visikositas gelatin pada suhu 60°C samapai 80°C
sesuai dengan standar gelatin untuk keperluan farmasi sedangkan pada suhu
90°C dan 100°C tidak memenuhi syarat untuk keperluan farmasi yaitu 3,2-4,7
cPs.
penampakan, tekstur, cita rasa, dan masa simpannya. Kadar air gelatin akan
enzim, aktivitas mikroba dan aktivitas kimiawi, yaitu terjadinya ketengikan dan
organoleptic dan nilai mutunya (Rachmania dkk, 2013).Hasil analisis kadar air
60 °C 9,68
70 °C 8,98
80 °C 7,42
90 °C 6,69
100°C 5,57
28
Pada tabel diatas dapat disimpulkan semakin tinggi suhu ekstraksi maka
semakin rendah nilaikadar airnya. Menurunnya kadar air gelatin akibat suhu
ekstraksi yang tinggi, disebabkkan karena proses denaturasi yang akan terjadi
mengakibatkan perubahan molekul dan jumlah air terikat menjadi lebih lemah
terbuka dan lemah menghasilkan gelatin dengan struktur yang lemah sehingga
daya mengikat air pada gelatin kurang kuat. Daya ikat air yang lemah akan
membuat air mudah menguap pada saat pengeringan gelatin dan kadar air gelatin
kering menjadi lebih rendah (Astawan dkk, 2002 dalam sompie, 2015). Pada
penelitian ini nilai kadar air gelatin memenuhi standar gelatin untuk keperluan
dari tulang terdiri dari kalsium, natrium, klor, fosfor, magnesium, dan
Junianto dkk, 2006). Hasil pengukuran kadar abu gelatin terdapat pada tabel 5.5
kadar abu suatu bahan maka semakin tinggi kemurniannya. Tinggi rendahnya
kadar abu suatu bahan antara lain disebabkan oleh kandungan mineral yang
berbeda pada sumber bahan baku dan juga dapat dipengaruhi oleh proses
demineralisasi pada saat pembuatan. Semkain banyak kalsium yang larut pada
Pada penelitian ini didapat nilai kadar abu tertinggi pada suhu 100 °C
yaitu sebesar 2,38 % dan nilai kadar abu terendah terdapat pada suhu 70 °C yaitu
sebesar 1,69 %. Nilai kadar abu pada suhu 60°C dan 70°C sudah memenuhi
standar gelatin untuk keperluan farmasi yaitu 1-2% sedangkan pada suhu
80°C,90°C dan 100°C tidak memenuhi syarat untuk keperluan farmasi tetapi
nilai kadar abu tersebut masih memenuhi standar mutu gelatin menurut SNI (06-
4.6 Uji pH
kekuatan gel, dan berpengaruh juga terhadap aplikasi gelatin dalam produk. Hasil
Nilai pH gelatin dalam percobaan ini rendah dan tidak masuk kedalam
range standar gelatin untuk keperluan farmasi yaitu 5,5-5,7. Rendahnya nilai Ph
perendaman, banyak sisa HCl yang tidak bereaksi terserap dalam kolagen yang
dinetralkan pada saat pencucian yang akhirnya ikut terhidrolisis pada proses
2000 dalam Junianto dkk, 2006). Tetapi nilai pH ini masih memenuhi standar
Pada tabel 5.7 rendemen yang paling tinggi yaitu pada suhu 70°C dan
rendemen paling rendah ada pada suhu 100°C. Hal ini sama dengan pendapat
saputra (2010) dan wulandari dkk (2013), bahwa hal ini terjadi karena suhu
ekstraksi yang tinggi akan menyebabkan nilai rendemen gelatin yang dihasilkan
akan semakin menurun. Hal ini diduga suhu yang tinggi menimbulkan adanya
turunnya jumlah rendemen gelatin. Pada suhu 60°C didapat rendemen lebih
rendah dari rendemen 70°C hal ini diduga serabut kolagen belum terpecah
31
suhu 70°C dan yang paling rendah yaitu pada suhu 100°C.Kisaran nilai kekuatan
gel hasil percobaan tersebut memenuhi standar gelatin untuk keperluan farmasi
dkk (2013) kekuatan gel berkaitan dengan panjang rantai asam amino dimana
rantai asam amino yang panjang akan menghasilkan kekuatan gel yang besar
pula. Hidrolisis yang optimal akan menghasilkan rantai asam amino yang
panjang pada saat konversi kolagen menjadi gelatin sehingga dihasilkan kekuatan
gel yang tinggi pula. Kemungkinan suhu 70°C mengalami hidrolisis yang
optimal dan menghasilkan rantai asam amino yang panjang. Hal ini didukung
dengan hasil rendemen yang didapat suhu 70°C lebih besar dibandingkan suhu
lainnya, karena rendemen yang didapat lebih tinggi dari hasil rendemen lainnya
yang menandakan hidrolisis pada suhu 70°C optimal, yang akan menghasilkan
menjadi rendah. Menurut stansby (1977) dalam wulandari dkk (2013) semakin
panjang rantai asam amino gelatin maka nilai visikositas gelatin akan semakin
besar.
32
BAB V
5.1 Kesimpulan
tulang ikan tongkol. Terutama terhadap rendemen, visikositas dan kadar air.
5.2 Saran
33
DAFTARA PUSTAKA
Al Jofri, Rifki. 2015. Uji Kualitas Fisik Dan Kimia Gelatin Tipe Adari Tulang Rusuk
Sapi Dengan Lama Perendaman Yang Berbeda.Skripsi Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
Anonim, 1979, Materia Medika Indonesia, jilid III, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
34
35
Hasil Determinasi
36
Lampiran 2
1. Tahap degreasing
Tulang Ikan
Tongkol Bersih
2. Tahap Demineralisasi
Ossein
37
3. Tahap Ekstraksi
Ossein
Cairan
Gelatin pekat
4. Tahap Drying
Cairan Gelatin
Gelatin serbuk
38
Lampiran 3
Serbuk gelatin
Kekuatan gel
(bloom)
2. Uji visikositas
Serbuk gelatin
Visikositas
gelatin (cP)
39
3. Uji kadar air
Serbuk gelatin
% kadar air
Serbuk gelatin
% kadar abu
40
5. Uji pH
Serbuk gelatin
pH gelatin
41
Lampiran 4.
Perhitungan
1. Pengenceran HCl
V1 X N1 = V 2 X N2
V1 X 36%= 990 X 5%
990 X 5%
V1 =
36%
V1= 137,5 ml
2. Perhitungan Rendemen
- Suhu 60°C
Berat gelatin
% rendemen gelatin = X 100%
Berat tulang ikan tongkol
15,86
=X 100% = 4,80%
330
- Suhu 70°C
Berat gelatin
% rendemen gelatin = X 100%
Berat tulang ikan tongkol
16,02
= X 100% = 4,85%
330
42
- Suhu 80°C
Berat gelatin
% rendemen gelatin = X 100%
Berat tulang ikan tongkol
15,64
= X 100% = 4,74%
330
- Suhu 90°C
Berat gelatin
% rendemen gelatin = X 100%
Berat tulang ikan tongkol
15,59
= X 100% = 4,72%
330
- Suhu 100°C
Berat gelatin
% rendemen gelatin = X 100%
Berat tulang ikan tongkol
15,56
= X 100% = 4,71%
330
- Suhu 60°C
Berat cawan kosong = 21,7250 g
43
2. 22,6398 g
B 1−B 2
%Kadar air= ×100 %
B
22,7378−22,6398
¿ × 100 %
1,0128
¿ 9,68 %
- Suhu 70°C
2. 22,0953 g
B 1−B 2
%Kadar air= ×100 %
B
22,1894−22,0953
¿ ×100 %
1,0757
¿ 8,98 %
- Suhu 80°C
2. 21,4799 g
44
B 1−B 2
%Kadar air= ×100 %
B
21,5541−21,4799
¿ ×100 %
1,0197
¿ 7,42 %
- Suhu 90°C
2. 22,5102 g
B 1−B 2
%Kadar air= ×100 %
B
22,5771−22,5102
¿ ×100 %
1,0141
¿ 6,69 %
- Suhu 100°C
2. 22,4832 g
45
B 1−B 2
%Kadar air= ×100 %
B
22,5389−22,4832
¿ ×100 %
1,0317
¿ 5,57 %
4. Kadar Abu
- Suhu 60°C
2. 21,9146 g
Berat abu
%Kadar abu= × 100 %
Berat gelatin
21,9146−21,8957
¿ ×100 %
1,0317
¿ 5,57 %
- Suhu 70°C
2. 22,0817 g
46
Berat abu
%Kadar abu= × 100 %
Berat gelatin
22,0817−22,0640
¿ ×100 %
1,0489
¿ 1,69 %
- Suhu 80°C
2. 22,5913 g
Berat abu
%Kadar abu= × 100 %
Berat gelatin
22,5913−22,5678
¿ × 100 %
1,0294
¿ 2,28 %
- Suhu 90°C
2. 21,7675 g
47
Berat abu
%Kadar abu= × 100 %
Berat gelatin
21,7675−21,7473
¿ × 100 %
1,0024
¿ 2,37 %
- Suhu 100°C
2. 22,3394 g
Berat abu
%Kadar abu= × 100 %
Berat gelatin
22,3394−22,3144
¿ ×100 %
1,0503
¿ 2,38 %
48
Lampiran 5.
1. Pengumpulan Sampel
2. Tahap Degreasing
49
3. Tahap Demineralisasi
4. Tahap Ekstraksi
50
5. Tahap Pengeringan
6. Rendemen
51
8. Uji Visikositas
52
10. Uji Kadar Abu
11. Uji pH
53
54