Anda di halaman 1dari 13

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup, dari

dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002, hlm. 180).

Persalinan adalah pengeluaran produk konsepsi yang dapat hidup melalui jalan

lahir biasa (Mochtar, 1998, hlm. 94).

2. Jenis Persalinan

Menurut Mochtar, 1998, jenis persalinan terbagi :

a. Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan : 1) Persalinan normal (spontan)

adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK) dengan tenaga

ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang

umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih

dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin. 2) Persalinan

buatan adalah proses persalinan dengan bantuan dari tenaga luar. 3)

Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.


b. Menurut usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan : 1) Abortus

(keguguran) adalah berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum

kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu

untuk hidup di luar kandungan. 2) Persalinan prematur adalah

persalinan dengan usia kehamilan 28-36 minggu dengan berat janin kurang

dari 2499 gram. 3) Persalinan matur adalah persalinan dengan usia kehamilan

37-42 minggu dan berat janin di atas 2500 gram.

3. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan : a) Penurunan kadar progesteron adalah

progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen

meningkatkan kontraksi otot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan

antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah tetapi pada akhir kehamilan

kadar progesteron menurun sehingga timbul his. b) Teori oksitosin adalah pada

akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-

otot rahim. c) Peregangan otot-otot adalah dengan majunya kehamilan, maka

makin tereganglah otot-otot rahim sehingga timbulah kontraksi untuk

mengeluarkan janin. d) Pengaruh janin adalah hipofise dan kadar suprarenal janin

rupanya memegang peranan penting, oleh karena itu pada anchepalus kelahiran

sering lebih lama. e) Teori prostaglandin adalah kadar prostaglandin dalam

kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm terutama saat persalinan yang

menyebabkan kontraksi miometrium.

4. Tahapan Persalinan

a. Kala I

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat

(frekuensi dan kekuatannya), hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala

18
19

I terbagi atas dua fase, yaitu: 1) Fase laten : dimulai sejak awal kontraksi,

yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm dan berlangsung hampir atau

hingga 8 jam. 2) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase, yaitu: a) Fase akselerasi,

dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. b) Fase dilatasi

maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung sangat cepat,

dari 4 cm menjadi 9 cm. 3) Fase deselerasi, pembukaan serviks menjadi

lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm (lengkap).

b. Kala II

Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm), dan berakhir

dengan lahirnya bayi. Tanda pasti kala II ( kala pengeluaran bayi), ditentukan

dengan pemeriksaan dalam.

c. Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta serta

selaput ketuban yang berlagsung tidak lebih dari 30 menit.

d. Kala IV

Dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum (Prawirohardjo,

2002, hlm. 182)

5. Tanda-Tanda Persalinan

Menurut Prawirohardjo, 2002, tanda-tanda persalinan adalah a) Terjadinya his

persalinan yang mempunyai tanda-tanda seperti, pinggang terasa sakit, yang

menjalar ke depan,sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya

makin besar. b) Pengeluaran lendir bercampur darah melalui vagina (Bloody


20

Show). Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan

pendataran dan pembukaan, lendir pada kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh

darah pecah, yang menjadikan perdarahan sedikit. c) Pengeluaran cairan, keluar

banyaknya cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput

ketuban robek. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan

lengkap tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil. Dengan

pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan adalah a) Tenaga (power)

adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan ini meliputi his,

kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan

kerjasama yang baik dan sempurna. b) Janin (Passanger) yang meliputi

sikap janin, letak, presentasi, bagian terbawah dan posisi janin. c) Jalan lahir

(Passage) yaitu panggul, yang meliputi tulang-tulang panggul (rangka panggul),

otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen yang terdapat di panggul. d)

Psikologis ibu, keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu

bersalin yang didampingi oleh suami dan orang-orang yang dicintainya cenderung

mengalami proses persalinan yang lebih lancar dibandingkan dengan ibu bersalin

yang tanpa didampingi suami atau orang-orang yang dicintainya. Ini

menunjukkan bahawa dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis

ibu, yang berpengaruh pada kelancaran proses persalinan. e) Penolong,

kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar

proses persalinan dan mencegah kematian maternal neonatal. Dengan


21

pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan kesalahan dan malpraktek

dalam memberikan asuhan tidak terjadi (Mochtar, 1998, hlm. 65).

7. Mekanisme Persalinan Normal

Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul pada primigravida sudah

terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi

pada permulaan persalinan. Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul

biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan.

Apabila sutura sagitalis berada ditengah-tengah jalan lahir, tepat diantara

symphysis dan promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan

synclitismus. Pada sinclitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya.

Jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati symphysis atau agak kebelakang

mendekati promontorium, maka dikatakan asynclitismus.

Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk kedalam

rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya

majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan.

Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu fleksi,

putaran paksi dalam dan ekstensi. Penyebab majunya kepala antara lain adalah

tekanan cairan intra uterin, tekanan langsung oleh fundus pada bokong, kekuatan

mengejan dan melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim.

Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun

kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Fleksi ini disebabkan karena anak

didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul,

serviks dan dasar panggul.


22

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa

sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah

symphisis. Hal ini mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena merupakan suatu

usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya

bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. putaran paksi dalam bersamaan

dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge III,

kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul.

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul,

terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu

jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala

harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Setelah suboksiput tertahan pada

pinggir bawah symphisis akan maju karena kekuatan tersebut diatas bagian yang

berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas

perinium, ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan

gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut

hypomoclion.

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali kearah

punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran

paksi dalam. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan

dengan tuber ischiadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi

luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri

dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Setelah putaran paksi

luar bahu depan sampai di bawah symphisis dan menjadi hypomoclion untuk
23

kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya

seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir (Prawirohardjo, 2002).

B. Peran Suami

1. Pengertian

Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005, hlm. 854).

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga

menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah

melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk

mendeteksi dini adanya komplikasi, di samping itu bersama keluarga

memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Saifuddin, 2006,

hlm.100).

Peran suami adalah kepedulian dan tanggung jawab suami kepada istri

dalam menjalani kehamilan dan persalinannya (Suharsono, 2003, hlm. 101).

Ayah sebagai pendamping istri ikut memainkan peranan penting dalam

mengikuti seluruh proses ini (Dagun, 2002, hlm. 30).

2. Proses Terbentuknya Peran Suami

Penafsiran kembali peranan ayah dalam seluruh kehidupan keluarga

merupakan pembaruan yang revolusioner yang antara lain bertujuan untuk

meningkatkan keterlibatan suami dalam proses kelahiran. Pada masa sekarang

keterlibatan suami dalam proses kelahiran cenderung meningkat, meski masih


24

banyak terbatas dalam tahap percobaan dan hanya menyangkut unsur-unsur yang

begitu mendasar (Dagun, 2002, hlm. 34).

Suami juga berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan

pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya (Effendi, 1998,

hlm. 34).

Saat istri hamil, tugas seorang suami dapat dikatakan bertambah. Hal ini

dikarenakan perhatian yang dibutuhkan istri dari suami menjadi lebih dari saat ia

tidak hamil, yang antara lain disebabkan kondisi fisik istri yang lemah. Begitu

juga kesiapan suami menyediakan makanan dengan kandungan gizi memadai

yang dibutuhkan ibu hamil dan kesigapan untuk mengingatkan serta memotivasi

istri untuk mengonsumsi nutrisi yang memadai merupakan tugas tambahan yang

perlu dilakukan agar ibu hamil dan bayinya tetap sehat. Suami juga perlu

bersiaga mempersiapkan dana ekstra yang tidak sedikit, baik untuk keperluan

selama kehamilan, maupun saat melahirkan, terlebih apabila kelak dibutuhkan

tindakan operasi. Karenanya, sejak mengetahui istrinya hamil, suami harus

segera menyisihkan dana khusus untuk keperluan ini. Sehingga saat melahirkan,

telah tersedia dana yang dibutuhkan (Musbikin, 2005).

Persalinan adalah suatu peristiwa di mana ibu masih bisa memilih untuk

ditemani oleh seseorang yang sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-

harinya,yang dikenalnya dengan baik dan yang sepenuhnya mendukung ibu

(Nolan, 2004, hlm. 142). Pendamping persalinan hendaknya orang yang sudah

terlibat sejak dalam kelas-kelas antenatal. Mereka dapat membuat laporan


25

tentang kemajuan ibu dan secara terus menerus memonitor kemajuan persalinan

(Yanti, 2010, hlm. 48).

3. Peran Suami pada Proses Persalinan Istrinya

Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin bertujuan untuk

mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi

bagi ibu dan bayinya dengan memperhatikan asuhan sayang ibu. Prinsip asuhan

sayang ibu antara lain saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan

sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikutsertakan

suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi (Depkes RI,

2008).

Lingkungan sosial di mana bayi dilahirkan, dan pengaruhnya pada

wanita, sekarang semakin menjadi pertimbangan penting. Banyak wanita

menginginkan suami atau orang lain yang mendukung selama kelahiran.

Kehadiran pasangan selama kelahiran memberikan dukungan kekeluargaan dan

pribadi yang mengurangi lingkungan lebih klinis dari proses kelahiran. Ini

mengurangi kecemasan seorang wanita dan memungkinkannya menghadapi

proses kelahiran secara lebih efisien (Llewellyn, 2005, hlm. 234).

Dukungan suami saat melahirkan sangat dibutuhkan. Melahirkan adalah

perjuangan yang membutuhkan dukungan suami. Suami dapat memberikan

dukungan jauh sebelum saat kelahiran tiba, misalnya dengan mendampingi istri

mengikuti senam hamil atau pelatihan persiapan melahirkan sehingga suami juga

mengetahui apa yang dapat dilakukannya saat istrinya menjalani proses

melahirkan. Mendampingi istri saat melahirkan juga akan membuat suami


26

semakin menghargai istri dan mengeratkan hubungan batin di antara suami istri

serta bayi yang baru lahir (Musbikin, 2005, hlm. 48).

Hal yang paling efektif dalam membantu seorang calon ibu untuk

menghadapi persalinannya adalah dukungan yang baik dari bidan dan orang

yang dikasihinya seperti suami. Para ayah diharapkan hadir pada kelahiran bayi

mereka. Bayak pria yang menikmati peranannya selama persalinan. Dengan

melakukan sesuatu, mereka dapat melupakan kekhawatirannya kalau-kalau

persalinan tidak berjalan normal dan membantu mereka menghadapi nyeri yang

sedang dialami pasangannya (Nolan, 2004).

Besar artinya kehadiran seorang pendamping persalinan karena dapat

berbuat banyak untuk membantu ibu saat persalinan. Pendamping tersebut akan

menghitung kontraksi sehingga ibu mengetahui kemajuan persalinan, memberi

dorongan dan keyakinan pada ibu selama persalinan, membantu menciptakan

suasana nyaman dalam ruang bersalin, membantu mengawasi pintu dan

melindungi privasi ibu, melaporkan gejala-gejala atau sakit pada perawat atau

dokter, dan membantu ibu mengatasi rasa tidak nyaman fisik (Danuatmaja,

2008).

Suami hadir dalam persalinan dengan dua pertimbangan. Pertama

memberikan pernyataan pada istri bahwa proses persalinan merupakan sebuah

pengalaman yang positif. Alasan kedua bahwa dengan kehadiran suami dalam

persalinan, maka suami dapat merasakan gambaran dari proses persalinan

tersebut (Yanti, 2010, hlm. 84).


27

Suami sebagai pendamping istri ikut memegang peranan penting dalam

mengikuti seluruh proses ini. Berbagai cara yang dilakukan suami saat istrinya

melahirkan antara lain : mengukur lamanya waktu kontraksi, bernafas seirama

dengan istrinya, membantu menopang istrinya pada detik-detik kontraksi,

memijit-mijit punggung istrinya, menyuguhkan minuman, menyampaikan pesan

istrinya kepada perawat atau dokter, memberikan perhatian yang terus menerus

dan mendorong semangat (Yanti, 2010).

Kehadiran suami menjelang saat melahirkan akan membuat istri lebih

tenang. Apabila memungkinkan, suami sebaiknya mendampinngi istri di ruang

bersalin. Kehadiran suami, sentuhan tangannya, doa dan kata-kata penuh

motivasi yang diucapkannya akan membuat istri merasa lebih kuat dan tabah

menghadapi rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan bayinya (Musbikin, 2005).

Seorang pendukung kelahiran bisa mempengaruhi peristiwa persalinan itu

sendiri dan perasaan seorang ibu terhadap persalinannya. Penelitian

menunjukkan bahwa para wanita yang mendapat dukungan selama persalinan

akan lebih sedikit memerlukan pereda nyeri, mengalami lebih sedikit campur

tangan medis, dan melahirkan bayi-bayi yang lebih kuat. Setelah kelahiran

bayinya, para wanita ini juga akan merasa lebih baik tentang dirinya sendiri,

persalinannya dan bayinya (Nolan, 2004, hlm. 142).


28

4. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Peran

Adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya peran dalam diri seseorang adalah :

a. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyidikan

epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun angka kematian didalam hampir

semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Persoalan yang dihadapi

adalah umur yang tepat, apakah panjang intervalnya didalam pengelompokan

cukup untuk menyembuyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian,

apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan pada

penelitian orang lain.

b. Pekerjaan

Pekerjaan akan menimbulkan reaksi fisiologi bagi yang melakukan pekerjaan

itu, reaksi ini dapat bersifat positif misalnya senang, bergairah, ataupun reaksi

yang bersifat negatif misalnya bosan, acuh tak acuh, tidak serius, dan sebagainya.

Melakukan pekerjaan secara efisien tidak hanya bergantung kepada

kemampuan atau keterampilan tetapi juga dipengaruhi oleh penguasaan prosedur

kerja, uraian kerja, peralatan kerja yang tepat atau sesuai dengan lingkungan

kerja, dan lain-lain.

c. Pendidikan

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam

pendidikan ini terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah

yang lebih matang pada diri individu, kelompok, dan masyarakat. Konsep ini

berangkat dari asumsi manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan untuk
29

mencapai nilai-nilai hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan

orang lain. Yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih

mampu, lebih tahu, dan sebagainya) dalam mencapai tujuan seorang individu,

kelompok, dan masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar (Notoadmojo,

2003).

Anda mungkin juga menyukai