Nama Mahasiswa
NIM
: 22010116210121
Bagian
Judul kasus
Pembimbing
: dr. Robby
dr. Robby
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai
tindakan meliputi pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita yang
mengalami pembedahan, pemberian bantuan hidup dasar, pengobatan intensif pasien
gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun. Pada prinsipnya dalam
penatalaksanaan anestesi pada suatu operasi terdapat beberapa tahap yang harus
dilaksanakan yaitu praanestesi yang terdiri dari persiapan mental dan fisik pasien
perencanaan anestesi menentukan prognosis dan persiapan pada hari operasi.
Sedangkan tahap penatalaksanaan anestesi terdiri dari premedikasi, masa
anestesi dan pemeliharaan, tahap pemulihan serta perawatan pasca anestesi.Pada
operasi-operasi besar yang membutuhkan ketelitian, ketepatan dan waktu lama,
pasien umumnya mendapat anestesi umum untuk menghilangkan kesadaran dan rasa
sakit. Dalam bidang kedokteran, selain dipakai untuk tindakan operatif, anestesi
umum juga dipakai untuk mempermudah tindakan diagnostik maupn terapeutik
khususnya yang menimbulkan rasa nyeri.
Anestesia umum merupakan suatu tindakan yang meniadakan nyeri secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversibel).
Keadaaan anestesi biasanya disebut anestesi umum, ditandai oleh tahap tidak sadar
diinduksi, yang selama itu rangsang operasi hanya menimbulkan respon reflek
autonom. Keadaan anestesi berbeda dengan keadaan analgesia, yang didefinisikan
sebagai tidak adanya nyeri yang ditimbulkan oleh agen narkotika yang dapat
menghilangkan nyeri sampai pasien sama sekali tidak sadar.
Pada contoh laporan kasus ini, pasien wanita usia 47 tahun dengan diagnosis
paraparesis inferior et causa lesi medulla spinalis Vertebra Th X, tindakan bedah:
laminektomi, fusi dan PSRS, maka teknik anestesi yang dipilih adalah anestesi umum
atau anestesi general.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANESTESI UMUM
Anestesi adalah istilah yang diturunkan dari dua kata Yunani yaitu an dan
esthesia, dan bersama-sama berarti hilangnya rasa sakit atau hilangnya sensasi.
Para ahli saraf memberikan makna pada istilah tersebut sebagai kehilangan rasa
secara patologis pada bagian tubuh tertentu. Istilah anestesi dikemukakan pertama
kali Oliver Wendell Holmes (1809-1894) untuk proses eterisasi Morton (1846), untuk
menggambarkan keadaan pengurangan nyeri sewaktu pembedahan.1
Anestesia umum adalah tindakan menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh secara
sentral disertai hilangnya kesadaran yang meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversibel).
Komponen anesthesia yang ideal terdiri:
1. sedasi (tidur)
2. analgesia (tidak nyeri)
3. relaksasi otot (pelemasan otot)
Macam macam Anestesi Umum
A. Melalui Inhalasi
Agen inhalasi : N2O, halotan, enflurance, isoflurance, sevoflurance, ether,
methoxiflurance, trilene.
Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan
aktivitas neuron berbagai area di dalam otak. Sebagai anestesi inhalasi
digunakan gas dan cairan terbang yang masing-masing sangat berbeda dalam
kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot maupun menghilangkan
rasa sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat-cepatnya, obat ini pada
permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudian diturunkan
sampai hanya sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian dan
pengeluaran. Keuntungan anestesi inhalasi dibandingkan dengan anestesi
intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman
anestesi dengan mengurangi konsentrasi dari gas / uap yang diinhalasi.
B. Melalui Parental
Intravena
penthotal,
ketamin,
proporfol,
etomidat
dan
golongan
benzodiazepine
Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol mempunyai
mula kerja anestetis yang lebih cepat dibandingkan terhadap senyawa gas
inhalasi yang terbaru, misalnya desflurane dan sevoflurane. Senyawa
intravena ini umumnya digunakan untuk induksi anestesi. Kecepatan
pemulihan pada sebagian besar senyawa intravena juga sangat cepat.
Intramuskuler : ketamin
C. Melalui Rektal
Etomidat (dilakukan untuk induksi anak )
Tahapan Anestesi Umum
1. Stadium 1 (analgesia)
Kesadaran berkurang
2. Stadium II (delirium/eksitasi)
Midriasis, hipertensi
Gerakan mata dan refleks mata hilang / gerakan bola mata tidak
menurut kehendak
Otot
kiri dengan bebas; lengan diangkat lalu dilepaskan akan jatuh bebas
tanpa ditahan
4
Efek Kardiovaskuler
Efek respirasi
Efek cerebral
Efek Neuromuskuler
Efek Renal
Efek Hepar
Bioransformasi
: di hepar
6
Kontra indikasi
Enfluran
Merupakan obat anestesi inhalasi volatil
Efek Kardiovaskuler
Efek cerebral
meningkatkan
aliran
darah
dan
tekanan
intrakranial.
Efek Neuromuskuler
Efek Renal
Efek Hepar
Kontraindikasi
Isofluran (Forane)
Obat anestesi isomer dari enfluran
Efek Kardiovaskuler
Efek Respirasi
Efek cerebral
Efek hati
Metabolisme
Kontra indikasi
Desfluran
Obat anestesi volatile.
Dosis untuk bayi 1 tahun : KAM 10 %. usia 18-30 tahun : KAM 7,2 %
Efek cerebral
Efek ke hati
Biotransformasi
Kontra Indikasi
Sevofluran
Merupakan obat anestesi inhalasi
Kelarutan yang rendah dalam darah menyebakan penurunan cepat konsentrasi
alveolar anestesi menimbulkan
Waktu pulih sadar antara 5-7 menit seteelah anestesi menggunakan 2-3
KAM sevofluran selama 1 jam.
Efek Kardiovaskuler
Efek respirasi
Efek cerebral
Efek hati
Biotransformasi
b. Anestesi gas
1. Potensi ringan
2. Sukar larut dalam darah
3. N2O
gas tidak berwarna, tidak berbau, tidak berwarna lebih berat daripada udara,
dikombinasi dengan O2 , tdk meledak dan tdk mudah terbakar, dapat
mempercepat pembakaran spt oksigen.
Kontra
indikasi:
pneumothorax,
obstruksi intestinal
akut,
operasi
penthotal
cepat
masuk
kedalam jaringan
otak dan
Dewasa : 2-4ml lar 2,5% scr intermitten tiap 30-60 detikk ada capaian
Indikasi :
- Untuk induksi anestesi sebelum diguakan obat anestesi yang lain.
- Sebagai obat anestesi untuk tindakan / operasi yang waktunya
pendek.
11
Ketamin
dikemas
dalam
cairan
bening
dengan
kepekatan
1%
Onsetnya cepat
Mekanisme kerja :
Kelebihan lainnya pasien merasa lebih nyaman pada periode paska bedah
dibanding anestesi intravena lainnya. Mual dan muntah paska bedah lebih
jarang karena propofol mempunyai efek anti muntah.
Golongan benzodiazepine
Midazolam
Dosis :
12
Indikasi :
Antikonvulsi
Untuk premedikasi.
13
Sama- sama efektif dengan morfin untuk pasien nyeri ringan sampai sedang.
Kontraindikasi :
-
Fentanyl
Merupakan analgesik opioid sintetik yang poten, memiliki onset kerja yang cepat,
dan durasi aksi yang pendek. Fentanyl merupakan agonis kuat dari reseptor -opioid.
Analgesik ini sering digunakan untuk menghilangkan nyeri dan dikombinasikan
dengan obat golongan benzodiazepin.
Fentanyl ini jauh lebih poten sekitar 80 100 kali dibandingkan dengan
morfin. Fentanyl yang diinjeksikan melalui intravena sering digunakan sebagai
anestesia dan analgesia. Selama anestesi berlangsung sering penggunaannya
14
digunakan bersamaan dengan propofol dan dapat juga sebagai salah satu campuran
yang digunakan dalam anestesi epidural maupun spinal.
Efek merugikan dari fentanyl ini yaitu dapat terjadi diare, mual, konstipasi,
mulut yang kering, bingung, kelemahan dan berkeringat, nyeri perut, sakit kepala,
cemas, dan halusinasi dapat terjadi. Fentanyl juga sering menyebabkan depresi
pernafasan daripada analgesik opioid yang lain.
-
Onset
Durasi
Waktu paruh
Metabolisme
Ekskresi
: 5 menit
: 30 40 menit
: 10 20 menit pada injeksi intravena
: Hepar melalui CYP3A4
: Ginjal (60% sebagai metabolit & <10 % tidak berubah)
Golongan antiserotonergenik
Ondansentron
Merupakan suatu antagonis 5-HT3 yang sangat selektif dan dapat menekan
mual muntah.
Kontraindikasi :
-
Ketorolac
Dosis :
Dosis pasien dewasa <65 tahun : 30 mg
Dosis pasien dewasa >65 tahun : 15 mg
Indikasi :
Untuk penatalaksanaan nyeri akut sedang sampai berat.
Kontraindikasi :
-
d. Klasifikasi ASA
Klasifikasi ASA (American Society of Anesthesiologist) merupakan deskripsi
yang mudah menunjukkan status fisik pasien yang berhubungan dengan
indikasi apakah tindakan bedah harus dilakukan segera/cito atau elektif.
Klasifikasi ini sangat berguna dan harus diaplikasikan pada pasien yang akan
dilakukan tindakan pembedahan, meskipun banyak faktor lain yang
berpengaruh
terhadap
hasil
keluaran
setelah
tindakan
pembedahan.
Angka
Deskripsi Pasien
ASA
Kelas I
Kelas II
Kematian (%)
0,1
0,2
Kelas III
1,8
hingga
Kelas IV
berat
yang
menyebabkan
keterbatasan fungsi
Pasien dengan penyakit sistemik berat yang
mengancam
hidup
dan
keterbatasan fungsi
16
menyebabkan
7,8
II.
Kelas V
Kelas E
9,4
LAMINEKTOMI
Laminektomi adalah prosedur pembedahan untuk membebaskan
tekanan pada tulang belakang atau akar saraf tulang belakang yang
disebabkan oleh stenosis tulang belakang. Stenosis tulang belakang adalah
penyempitan kanal tulang belakang yang menekan pada urat tulang belakang
yang berisi saraf. Ini menyebabkan rasa nyeri, mati rasa, atau lemas pada
kaki, punggung, leher dan lengan Anda.
Prosedurnya melibatkan pembedahan di punggung untuk mengangkat
tulang dan/atau jaringan yang menyebabkan tekanan pada tulang belakang.
Laminektomi juga dapat digunakan untuk merawat cedera tulang belakang,
herniated disc (umumnya dikenal sebagai slipped disc) dan tumor tulang
belakang.
Laminektomi
pada
umumnya
dilakukan
hanya
ketika
teknik
Selain
itu
gejala
sulit
berjalan
atau
berdiri
dan juga
17
Berubahnya
dapat
8. Dekubitus Deformitas
9. ISK
10. Ileus paralitik
Penatalaksanaan
Bila tidak ada keluhan neurologik:
1. Istirahat di tempat tidur: terlentang dengan dasar keras, posisi defleksi 3-4
minggu
2. Beri analgetik bila nyeri
3. Pada fraktur stabil, setelah 3-4 minggu kalau tidak merasa sakit lagi, latih
otot-otot punggung 1-2 minggu, kemudian mobilisasi, belajar duduk jalan dan
bila tidak ada apa-apa klien boleh pulang. Pada fraktur yang tidak stabil
ditunggu 6-8 minggu. Bila kelainan neurologik didapatkan:
Jika dalam observasi membaik, tergantung dari stabil/tidak, tindakan seperti pada
fraktur tanpa kelainan neurologik. Jika dalam observasi keadaan memburuk, maka
harus segera dilakukan operasi dekompresi, sama halnya bila kelainan karena
kompresi fraktur.
Kemudian dibantu dari luar misalnya dengan gips broek, gips korset, jaket minerva,
tergantung dari tempat fraktur. Pada pemasangan gips korset: harus meliputi sampai
manubrium sterni, simpisis daerah fraktur dan di bawah ujung skapula.
19
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. S
Umur
: 47 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Ruang/ Kelas
: R2A/ III
No.CM
: C613066
Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini. Riwayat keluarga alergi (-),
kencing manis (-), hipertensi (-), sakit jantung (-)
2. Pemeriksaan Fisik:
-
Keadaan Umum
Tanda Vital
: HR
: 88x/menit
RR
20x/menit
TD
: 120/80
: 36oC
BB
: 50 kg
Kepala
: Mesosefal
Mata
Telinga
: Discharge (-)
Hidung
Mulut
Tenggorok
Leher
Dada
: Pulmo : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
21
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Superior
Inferior
Oedem
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
<2/<2
<2/<2
Superior
Inferior
+/+
555/555
001/100
Tonus
n/n
n/n
Trofi
e/e
a/a
RP
-/-
+/+
RF
++/++
Capp. Refill
- Motorik
Gerak
Kekuatan
Klonus
+++/+++
-/-
-/-
3. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (tanggal 17 Desember 2016)
Hb
: 11,3 gr%
Ht
: 34,9 %
Eritrosit
: 37,7 x 106/uL
MCH
: 30 pg
MCV
: 92,6 fL
MCHC
: 32,4 g/dL
Leukosit
: 8 x 103/uL
Trombosit
: 219 x 103/uL
RDW
: 15,3%
MPV
: 9 Fl
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu
: 100 mg/dL
Albumin
: 3,2 g/dL
22
Ureum
: 43 mg/dL
Kreatinin
: 0,7 mg/dL
Elektrolit
Natrium
: 140 mmol/L
Kalium
: 4,1 mmol/L
Chlorida
: 108 mmol/L
KOAGULASI
Plasma Prothrombin Time (PTT)
Waktu Prothrombin
9,8 detik
PPT Kontrol
10,7 detik
31,7 detik
APTT Kontrol
33,1 detik
6. Status Preoperatif
: ASA II
: Midazolam 3 g.
2. Anestesi
Dilakukan secara
: General Anestesi
23
Tehnik anestesi
Induksi
mesin
Obat-obat yang diberikan Induksi
: Propofol, Rocuronium
Maintenance
Mulai Anestesi
: 09.45
Selesai Anestesi
: 13.30
Lama Anestesi
: 210 menit
3. Terapi Cairan
BB
: 50 kg
EBV
: 65 cc/kg BB x 50 kg = 3250 cc
Jumlah perdarahan
: + 650 cc (minimal)
: 100 cc/jam
: 300 cc/jam
Perdarahan minimal
: 650 cc
Total
: 1350 cc
Jam II : M+SO+25%DP
Maintenance
: 100 cc/jam
: 300 cc/jam
Total
: 550 cc
24
: 100 cc/jam
: 300 cc/jam
Total
: 550 cc
Jam IV : M+SO+25%DP
Maintenance
: 100 cc/jam
: 300 cc/jam
Total
: 400 cc
1500 cc
NaCl
250 cc
Koloid
500 cc
Program Cairan
: Infus RL 20 tpm
Program analgetik
Program khusus
:-
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien seorang wanita usia 47 tahun dengan paraparesis
inferior dilakukan operasi laminektomi + fusi + PSRS, dilakukan dengan
menggunakan anestesi general. Anestesi general dipilih selain karena jenis
operasinya juga karena mengingat lokasi daerah yang dioperasi yaitu di bagian
punggung sehingga posisi pasien saat operasi adalah tengkurap. Dengan
digunakannya anastesi general maka proses operasi dapat berjalan secara lebih aman.
Premedikasi pada pasien diberikan midazolam agar pasien tidak cemas saat akan
dilakukan prosedur operasi. Selain itu juga memberikan efek amnesia anterograd
selama operasi berlangsung.
Obat anestesi yang diberikan adalah dengan agen inhalasi sevofluran, N2O, O2
sebagai maintenance agar pasien lebih rileks dan memudahkan operator melakukan
prosedur operasi. Induksi dilakukan dengan oksigenasi, propofol sebagai agen sedasi
dan rocuronium sebagai muscle relaxant.
Pemberian terapi cairan disesuaikan berdasar kebutuhan cairan dan
kehilangan cairan pada waktu puasa, pembedahan, dan perdarahan. Proses
pembedahan pada kasus ini tergolong operasi sedang. Jumlah cairan yang dibutuhkan
pada operasi yang berlangsung selama kurang lebih 210 menit sebesar 3250 cc
dengan jumlah perdarahan 650 cc (20% dari EBV). Terapi cairan yang diberikan
adalah RL 1500 cc, NaCl 250 cc dan koloid 500 cc.
Setelah anestesi selesai dan keadaan umum serta tanda vital baik, pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan. Di ruang pemulihan pasien dimonitor tanda-tanda
vital yaitu tekanan darah, heart rate, respiratory rate, dan saturasi oksigen.
26
Kemudian dilakukan penilaian Aldrete score yaitu salah satu indikator pemulihan
pasca anestesi. Jika score adalah lebih dari sama dengan 8 pasien boleh keluar dari
ruang pemulihan dan pindah ruangan.
BAB V
KESIMPULAN
Pada kasus ini pasien merupakan pasien dewasa dengan paraparesis inferior
dengan tindakan operasi laminektomi, fusi dan PSRS dimana pasien menggunakan
anestesi umum. Premedikasi pada kasus ini diberikan midalzolam, pasien puasa 6
jam sebelum operasi, sudah di informed consent. Induksi menggunakan oksigenasi,
propofol sebagai agen sedasi dan rocuronium sebagai muscle relaxant.
Program operasi laminektomi merupakan tindakan operasi yang cukup
kompleks karena daerah operasi di punggung sehingga pasien dalam posisi tengkurap
durante operasi, sehingga perlu dilakukannya anestesi general untuk memudahkan
prosedur. Anestesi umum yang dilakukan dengan jalur inhalasi menggunakan
sevofluran 0,25. Sevofluran merupakan agen inhalasi yang cairan jernih, tidak
berwarna, berbau enak dan tidak iritatif. Operasi berlangsung selama 3 jam 30 menit
(210 menit), pasien di intubasi menggunakan et ukuran 7,0.
27
DAFTAR PUSTAKA
28