Anda di halaman 1dari 8

Manfaat Fungsi DNA Forensik

Standard
Bagaimana DNA Forensik Digunakan? Forensik adalah proses
penerapan konsep-konsep ilmiah dalam konteks hukum. Aplikasi yang
paling umum digunakan dalam DNA forensik adalah dalam analisis TKP.
Namun, proses ini juga digunakan dalam proses hukum sipil. Seringkali,
analis forensik diminta untuk mencoba menyelesaikan paternitas seorang
anak. Hal ini diperlukan untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab
secara hukum untuk pembayaran tunjangan anak.

Aplikasi yang paling umum digunakan dalam DNA forensik adalah dalam analisis
TKP

Fungsi DNA Forensik


Untuk melakukan analisis DNA, sampel harus dikumpulkan dan
dibandingkan. Sampel dapat berasal dari berbagai macam bahan,
termasuk darah, air liur, kulit, kuku jari atau air mani. Dalam investigasi
kriminal, urutan DNA yang unik, yang disebut penanda, dibandingkan
dengan penanda dalam sampel DNA dikumpulkan dari tersangka atau
informasi yang terkandung dalam database DNA yang disebut Combined
DNA Indeks System (CODIS). Dalam kasus perdata, misalnya penetapan
paternitas, penanda DNA dibandingkan antara anak dan orang yang
diyakini ayah.
Identifikasi DNA Forensik
Identifikasi DNA terdiri dari menganalisis sampel untuk mengisolasi satu
set unik penanda DNA. Seorang analis kemudian membandingkan profil
DNA untuk memastikan apakah sampel DNA seseorang adalah cocok
dengan bukti yang diperoleh dari TKP atau dari hubungan keluarga.
Karena penanda tunggal tidak cukup untuk menentukan kecocokan, 13
daerah DNA yang diperiksa. Jika ada empat atau lima wilayah sampel DNA
ditetapkan menjadi serupa, itu dianggap cocok.
Jenis DNA Forensik
MA analysisultiple types of DN digunakan dalam forensik, termasuk
Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP), Polymerase Chain
Reaction (PCR), Short Tandem Repeat (STR) dan Analisis DNA

mitokondria. RFLP jarang digunakan karena memerlukan ukuran sampel


yang lebih besar daripada teknik lainnya. Metode PCR membutuhkan
sampel yang sangat kecil. Hal ini dapat digunakan untuk membuat jutaan
salinan dari sampel DNA. Kelemahan dari PCR adalah bahwa hal itu dapat
dengan mudah terkontaminasi.
STR, yang merupakan metode yang paling umum dari analisis DNA,
memeriksa 13 lokus atau wilayah di dalam DNA dan pada dasarnya
tampak untuk pencocokan dalam tiga atau empat lokus. Analisis DNA
Mitokondria biasanya digunakan ketika tanggal tanggal atau STR dan RFLP
tidak dapat digunakan.
Manfaat DNA Forensik
DNA yang digunakan dalam forensik telah menghasilkan manfaat dalam
banyak cara. Sebagai contoh, telah digunakan untuk membangun rekor
individu anggota keluarga yang hilang sebagai akibat dari Holocaust.
Perbandingan DNA telah dilakukan untuk membantu mengidentifikasi
korban tak dikenal dimakamkan di kuburan di seluruh benua Eropa.
Analisis DNA mitokondria telah digunakan untuk tidak hanya
mendokumentasikan migrasi populasi manusia di seluruh dunia, tetapi
juga untuk mengidentifikasi hubungan leluhur. Banyak Afrika-Amerika
yang keturunan dari budak Afrika telah menggunakan proses ini untuk
mempersempit wilayah benua Afrika yang merupakan tempat kelahiran
nenek moyang mereka.

METODE FORENSIK
Metode Identifikasi Forensik Kali ini saya tertarik untuk menulis mengenai metode
identifikasi forensik mengingat banyaknya kasus yang terjadi baru-baru ini yang
membutuhkan identifikasi forensik. Identifikasi adalah penentuan atau pemastian
identitas orang yang hidup maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada
orang tersebut.

Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang


ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan. Peran ilmu
kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah
yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelakaan massal, bencana
alam atau huru-hara yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh
manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai
kasus lain seperti penculikan anak, bayi yang tertukar atau diragukannya orang
tuanya.

Tujuan Identifikasi Forensik Adapun tujuan dari identifikasi forensik adalah:

a. Kebutuhan etis dan kemanusiaan.

b. Pemastian kematian seseorang secara resmi dan yuridis.

c. Pencatatan identitas untuk keperluan administratif dan pemakaman.

d. Pengurusan klaim di bidang hukum publik dan perdata.

e. Pembuktian klaim asuransi, pensiun dan lain-lain.

f. Upaya awal dalam suatu penyelidikan kriminal.

Peran Identifikasi Forensik Peran identifikasi forensik adalah:

a. Pada orang hidup : - Semua kasus medikolegal. - Orang yang didakwa pelaku
pembunuhan. - Orang yang didakwa pelaku pemerkosaan. - Identitas bayi baru lahir
yang tertukar, untuk menentukan siapa orang tuanya. - Anak hilang.

b. Pada jenazah, dilakukan pada keadaan: - Kasus peledakan. - Kasus kebakaran. Kecelakaan kereta api atau pesawat terbang. - Banjir. - Kasus kematian yang dicurigai
melanggar hukum. a. Identifikasi primer Merupakan identifikasi yang dapat berdiri
sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria identifikasi lain. Teknik identifikasi primer
yaitu :

Pemeriksaan DNA

Pemeriksaan sidik jari

Pemeriksaan gigi Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan


dilakukan dua sampai tiga metode pemeriksaan dengan hasil positif.

b. Identifikasi sekunder Pemeriksaan dengan menggunakan data identifikasi sekunder


tidak dapat berdiri sendiri dan perlu didukung kriteria identifikasi yang lain.
Identifikasi sekunder terdiri atas cara sederhana dan cara ilmiah. Cara sederhana yaitu
melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan, pakaian dan kartu

identitas yang ditemukan. Identifikasi forensik pada dasarnya terdiri dari 2 (dua)
metode utama, yaitu :

Identifikasi komparatif, yaitu apabila tersedia data post-mortem (pemeriksaan


jenazah) dan ante-mortem (data sebelum meninggal, mengenai ciri-ciri fisik, pakaian,
identitas khusus berupa tahi lalat, bekas luka/operasi, dll), dalam suatu komunitas
yang terbatas.

Identifikasi rekonstruktif, yaitu apabila tidak tersedia data ante-mortem dan dalam
komunitas yang tidak terbatas/plural. Identitas seseorang dapat dipastikan apabila
paling sedikit 2 (dua) metode yang digunakan memberikan hasil yang positif (tidak
meragukan), dari 9 (sembilan) metode yang akan dijelaskan satu per satu berikut ini.

1. Metode Identifikasi Visual; Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan


jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya.
Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk sehingga masih
memungkinkan untuk dikenali wajahnya dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu
orang. Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang
turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah
tersebut.

2. Metode Identifikasi Dokumen; Dokumen seperti kartu identitas/KITAS, baik berupa


SIM, KTP, paspor, dsb. yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan
jenazah akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut. Namun demikian, perlu
diingat bahwa pada kasus-kasus kecelakaan massal gempa Padang 2009 contohnya
dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada di dekat jenazah belum
tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan. Oleh sebab itu, tim SAR ataupun tim
pencari jenazah lainnya hendaknya berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan,
karena di lapangan umumnya masyarakat langsung bertanya perihal identitas jenazah
yang ditemukan. Dalam kasus-kasus bencana massal, kita hendaknya mengikuti
prosedur DVI (Disaster Victim Identification) yang berlaku secara internasional, yang
mana hal ini diterapkan pada kasus Bom Bali I dan II.

3. Metode Identifikasi Properti; Properti berupa pakaian dan perhiasan yang dikenakan
jenazah mungkin dapat diketahui merk atau nama pembuat, ukuran, inisial nama
pemilik, badge, ataupun hal lainnya, yang dapat membantu identifikasi walaupun telah
terjadi pembusukan pada jenazah tersebut. Khusus anggota TNI, masalah identifikasi
dipermudah dengan adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam yang
dipakainya. Data mengenai properti ini juga hendaknya digali dari pihak keluarga yang
merasa kehilangan anggota keluarganya yang lain pada kasus-kasus bencana massal,
sehingga nantinya proses identifikasi komparatif dapat

4. Metode Identifikasi Medik; Metode ini menggunakan parameter berupa tinggi badan,
berat badan, warna rambut, warna mata, cacat/kelainan khusus, tato/rajah, dll. Secara

singkat, bisa dikatakan bahwa ciri-ciri fisik korban yang diperhatikan. Metode ini
mempunyai nilai yang tinggi, karena selain dilakukan oleh tenaga ahli dengan
menggunakan berbagai cara atau modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar X,
USG, CT-scan, laparoskopi, dll. bila diperlukan), sehingga ketepatannya cukup tinggi.
Bahkan pada kasus penemuan tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode
identifikasi ini. Melalui metode ini, dapat diperoleh data tentang jenis kelamin, ras,
perkiraan umur, tinggi badan, kelainan pada tulang, dan data-data lainnya dari korban
yang ditemukan.

5. Metode Identifikasi Serologik; Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan


golongan darah jenazah. Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah
membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku, dan tulang.

6. Metode Identifikasi Gigi; Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi


(odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
secara manual, sinar X, dan pencetakan gigi serta rahang. Odontogram tersebut
memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa (gigi palsu), dan lain
sebagainya. Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan
gigi yang khas. Dengan demikian, dapat dilakukan identifikasi komparatif dengan cara
membandingkan data temuan post-mortem dengan data ante-mortem korban. Akan
tetapi, di Indonesia, hal ini belum sepenuhnya dapat diterapkan, karena data gigi antemortem hanya bisa diperoleh dari dokter gigi yang pernah menangani korban semasa
hidup saja, belum ada sistim pencatatan wajib secara nasional bagi setiap warga
negaranya pada periode tertentu.

7. Metode Identifikasi Sidik Jari; Metode ini membandingkan gambaran sidik jari
jenazah dengan data sidik jari ante-mortem orang tersebut. Pemeriksaan sidik jari
merupakan salah satu dari 3 (tiga) metode primer identifikasi forensik, di samping
metode identifikasi DNA dan gigi. Oleh sebab itu, penanganan terhadap jari-jari tangan
jenazah harus dilakukan sebaik dan sehati-hati mungkin, misalnya dengan melakukan
pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik. Sistim sidik jari yang
sekarang dipakai dikenal dengan sistim Henry. Menurut Henry, pada tiap jari terdapat
suatu gambar sentral yang terbagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu busur (arc), tented
arc, gelung (loop), ikal (whorl), serta bisa pula merupakan campuran/majemuk
(composite). Selanjutnya, garis-garis tersebut dapat membentuk berbagai maxam
konfigurasi (ciri), seperti delta, tripod, kait, anastomose, dll. Identifikasi sidik jari
dinyatakan positif bila terdapat minimal 16 (enam belas) ciri yang sama, di mana
secara matematis untuk memperoleh sidik jari yang persis sama (dengan 16 ciri yang
sama tersebut) kemungkinannya adalah 1:64.000.000.000 (satu berbanding enam
puluh empat milyar).

8. Metode Identifikasi DNA; Metode ini merupakan salah satu dari 3 metode primer
identifikasi forensik. Metode ini menjadi semakin luas dikenal dan semakin banyak
digunakan akhir-akhir ini, khususnya pada beberapa kasus bencana alam dan kasuskasus terorisme di Indonesia, misalnya kasus Bom Bali I dan II, Bom JW Marriott, Bom
Kuningan, kasus tenggelamnya KMP Levina, dll. Kasus bom bunuh diri di GBIS Solo pun

menggunakan metode ini. Pemeriksaan sidik DNA diperkenalkan pertama kali oleh
Jeffreys pada tahun 1985. Metode ini umumnya membutuhkan sampel darah dari
korban yang hendak diperiksa, namun demikian dalam keadaan tertentu di mana
sampel darah tidak dapat diambil, maka dapat pula diambil dari tulang, kuku, dan
rambut meskipun jumlah DNA-nya tidak sebanyak jumlah DNA dari sampel darah. DNA
dapat ditemukan pada inti sel tubuh (DNA inti) ataupun pada mitokondria (organ dalam
sel yang berperan untuk pernafasan sel-sel tubuh) yang biasa disebut DNA mitokondria.
Untuk penentuan identitas seseorang berdasarkan DNA inti, dibutuhkan sampel dari
keluarga terdekatnya. Misalnya, pada kasus Bom GBIS Solo baru-baru ini, sampel DNA
yang didapat dari korban tersangka pelaku bom bunuh diri akan dicocokkan dengan
sampel DNA yang didapat dari istri dan anaknya. DNA inti anak pasti berasal setengah
dari ayah dan setengah dari ibunya. Namun demikian, pada kasus-kasus tertentu, bila
tidak dijumpai anak-istri korban, maka dicari sampel dari orang tua korban. Bila tidak
ada juga, dicari saudara kandung seibu, dan diperiksakan DNA mitokondrialnya karena
DNA mitokondrial diturunkan secara maternalistik (garis ibu).

9. Metode Eksklusi; Metode ini digunakan pada kasus kecelakaan massal yang
melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang
pesawat udara, kapal laut, kereta api, dll. Bila sebagian besar korban telah dapat
dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode-metode tersebut di atas,
sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan, maka sisa korban diidentifikasi
menurut daftar penumpang.

Metode Identifikasi Forensik Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua
metode yang digunakan memberikan hasil positip (tidak meragukan). Secara garis besar
ada dua metode pemeriksaan, yaitu: a. Identifikasi primer Merupakan identifikasi yang
dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria identifikasi lain. Teknik
identifikasi primer yaitu :

Pemeriksaan DNA

Pemeriksaan sidik jari

Pemeriksaan gigi Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan


dilakukan dua sampai tiga metode pemeriksaan dengan hasil positif. b. Identifikasi
sekunder Pemeriksaan dengan menggunakan data identifikasi sekunder tidak dapat
berdiri sendiri dan perlu didukung kriteria identifikasi yang lain. Identifikasi sekunder
terdiri atas cara sederhana dan cara ilmiah. Cara sederhana yaitu melihat langsung ciri
seseorang dengan memperhatikan perhiasan, pakaian dan kartu identitas yang
ditemukan. Cara ilmiah yaitu melalui teknik keilmuan tertentu seperti pemeriksaan
medis. Ada beberapa cara identifikasi yang biasa dilakukan, yaitu:

1) Pemeriksaan sidik jari Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah
dengan data sidik jari antemortem. Pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan

yang diakui paling tinggi akurasinya dalam penentuan identitas seseorang, oleh karena
tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama.

2) Metode visual Metode ini dilakukan dengan cara keluarga/rekan memperhatikan


korban (terutama wajah). Oleh karena metode ini hanya efektif pada jenazah yang
masih utuh (belum membusuk), maka tingkat akurasi dari pemeriksaan ini kurang baik.

3) Pemeriksaan dokumen Metode ini dilakukan dengan dokumen seperti kartu identitas
(KTP, SIM, kartu golongan darah, paspor dan lain-lain) yang kebetulan dijumpai dalam
saku pakaian yang dikenakan. Namun perlu diingat bahwa dalam kecelakaan massal,
dokumen yang terdapat dalam saku, tas atau dompet pada jenazah belum tentu milik
jenazah yang bersangkutan.

4) Pengamatan pakaian dan perhiasan Metode ini dilakukan dengan memeriksa pakaian
dan perhiasan yang dikenakan jenzah. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui merek,
ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat membantu identifikasi
walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah. Untuk kepentingan lebih lanjut,
pakaian atau perhiasan yang telah diperiksa, sebaiknya disimpan dan didokumentsikan
dalam bentuk foto.

5) Identifikasi medik Metode ini dilakukan dengan menggunakan data pemeriksaan fisik
secara keseluruhan, meliputi tinggi dan berat badan, jenis kelamin, warna rambut,
warna tirai mata, adanya luka bekas operasi, tato, cacat atau kelainan khusus dan
sebagainya. Metode ini memiliki akurasi yang tinggi, oleh karena dilakukan oleh
seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara atau modifikasi.

6) Pemeriksaan Gigi Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar x, cetakan gigi serta
rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa
gigi dan sebagainya. Bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus dari seseorang,
sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik
pada dua orang yang berbeda, bahkan kembar identik sekalipun.

7) Serologi Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan golongan darah yang diambil
baik dari tubuh korban atau pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat
kejadian perkara. Ada dua tipe orang dalam menentukan golongan darah, yaitu:
Sekretor : golongan darah dapat ditentukan dari pemeriksaan darah, air mani dan
cairan tubuh. Non-sekretor : golongan darah hanya dari dapat ditentukan dari
pemeriksaan darah.

8) Metode ekslusi Metode ini digunakan pada identifikasi kecelakaan massal yang
melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya. Bila sebagian besar

korban telah dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode identifikasi lain,


sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode tersebut di
atas, maka sisa diidentifikasi menurut daftar penumpang.

9) Identifikasi kasus mutilasi Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah


potongan berasal dari manusia atau binatang. Bila berasal dari manusia ditentukan
apakah potongan tersebut berasal dari satu tubuh. Untuk memastikan apakah potongan
tubuh berasal dari manusia dilakukan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan
jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa reaksi
antigen-antibodi.

10) Identifikasi kerangka Identifikasi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka
tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan,
ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi
wajah. Kemudian dicari pula tanda kekerasan pada tulang serta keadaan kekeringan
tulang untuk memperkirakan saat kematian.

11) Forensik molekuler Pemeriksaan ini memanfaatkan pengetahuan kedokteran dan


biologi pada tingkatan molekul dan DNA. Pemeriksaan ini biasa dilakukan untuk
melengkapi dan menyempurnakan berbagai pemeriksaan identifikasi personal pada
kasus mayat tak dikenal, kasus pembunuhan, perkosaan serta berbagai kasus ragu ayah
(paternitas)

Anda mungkin juga menyukai