Standard
Bagaimana DNA Forensik Digunakan? Forensik adalah proses
penerapan konsep-konsep ilmiah dalam konteks hukum. Aplikasi yang
paling umum digunakan dalam DNA forensik adalah dalam analisis TKP.
Namun, proses ini juga digunakan dalam proses hukum sipil. Seringkali,
analis forensik diminta untuk mencoba menyelesaikan paternitas seorang
anak. Hal ini diperlukan untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab
secara hukum untuk pembayaran tunjangan anak.
Aplikasi yang paling umum digunakan dalam DNA forensik adalah dalam analisis
TKP
METODE FORENSIK
Metode Identifikasi Forensik Kali ini saya tertarik untuk menulis mengenai metode
identifikasi forensik mengingat banyaknya kasus yang terjadi baru-baru ini yang
membutuhkan identifikasi forensik. Identifikasi adalah penentuan atau pemastian
identitas orang yang hidup maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada
orang tersebut.
a. Pada orang hidup : - Semua kasus medikolegal. - Orang yang didakwa pelaku
pembunuhan. - Orang yang didakwa pelaku pemerkosaan. - Identitas bayi baru lahir
yang tertukar, untuk menentukan siapa orang tuanya. - Anak hilang.
b. Pada jenazah, dilakukan pada keadaan: - Kasus peledakan. - Kasus kebakaran. Kecelakaan kereta api atau pesawat terbang. - Banjir. - Kasus kematian yang dicurigai
melanggar hukum. a. Identifikasi primer Merupakan identifikasi yang dapat berdiri
sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria identifikasi lain. Teknik identifikasi primer
yaitu :
Pemeriksaan DNA
identitas yang ditemukan. Identifikasi forensik pada dasarnya terdiri dari 2 (dua)
metode utama, yaitu :
Identifikasi rekonstruktif, yaitu apabila tidak tersedia data ante-mortem dan dalam
komunitas yang tidak terbatas/plural. Identitas seseorang dapat dipastikan apabila
paling sedikit 2 (dua) metode yang digunakan memberikan hasil yang positif (tidak
meragukan), dari 9 (sembilan) metode yang akan dijelaskan satu per satu berikut ini.
3. Metode Identifikasi Properti; Properti berupa pakaian dan perhiasan yang dikenakan
jenazah mungkin dapat diketahui merk atau nama pembuat, ukuran, inisial nama
pemilik, badge, ataupun hal lainnya, yang dapat membantu identifikasi walaupun telah
terjadi pembusukan pada jenazah tersebut. Khusus anggota TNI, masalah identifikasi
dipermudah dengan adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam yang
dipakainya. Data mengenai properti ini juga hendaknya digali dari pihak keluarga yang
merasa kehilangan anggota keluarganya yang lain pada kasus-kasus bencana massal,
sehingga nantinya proses identifikasi komparatif dapat
4. Metode Identifikasi Medik; Metode ini menggunakan parameter berupa tinggi badan,
berat badan, warna rambut, warna mata, cacat/kelainan khusus, tato/rajah, dll. Secara
singkat, bisa dikatakan bahwa ciri-ciri fisik korban yang diperhatikan. Metode ini
mempunyai nilai yang tinggi, karena selain dilakukan oleh tenaga ahli dengan
menggunakan berbagai cara atau modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar X,
USG, CT-scan, laparoskopi, dll. bila diperlukan), sehingga ketepatannya cukup tinggi.
Bahkan pada kasus penemuan tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode
identifikasi ini. Melalui metode ini, dapat diperoleh data tentang jenis kelamin, ras,
perkiraan umur, tinggi badan, kelainan pada tulang, dan data-data lainnya dari korban
yang ditemukan.
7. Metode Identifikasi Sidik Jari; Metode ini membandingkan gambaran sidik jari
jenazah dengan data sidik jari ante-mortem orang tersebut. Pemeriksaan sidik jari
merupakan salah satu dari 3 (tiga) metode primer identifikasi forensik, di samping
metode identifikasi DNA dan gigi. Oleh sebab itu, penanganan terhadap jari-jari tangan
jenazah harus dilakukan sebaik dan sehati-hati mungkin, misalnya dengan melakukan
pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik. Sistim sidik jari yang
sekarang dipakai dikenal dengan sistim Henry. Menurut Henry, pada tiap jari terdapat
suatu gambar sentral yang terbagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu busur (arc), tented
arc, gelung (loop), ikal (whorl), serta bisa pula merupakan campuran/majemuk
(composite). Selanjutnya, garis-garis tersebut dapat membentuk berbagai maxam
konfigurasi (ciri), seperti delta, tripod, kait, anastomose, dll. Identifikasi sidik jari
dinyatakan positif bila terdapat minimal 16 (enam belas) ciri yang sama, di mana
secara matematis untuk memperoleh sidik jari yang persis sama (dengan 16 ciri yang
sama tersebut) kemungkinannya adalah 1:64.000.000.000 (satu berbanding enam
puluh empat milyar).
8. Metode Identifikasi DNA; Metode ini merupakan salah satu dari 3 metode primer
identifikasi forensik. Metode ini menjadi semakin luas dikenal dan semakin banyak
digunakan akhir-akhir ini, khususnya pada beberapa kasus bencana alam dan kasuskasus terorisme di Indonesia, misalnya kasus Bom Bali I dan II, Bom JW Marriott, Bom
Kuningan, kasus tenggelamnya KMP Levina, dll. Kasus bom bunuh diri di GBIS Solo pun
menggunakan metode ini. Pemeriksaan sidik DNA diperkenalkan pertama kali oleh
Jeffreys pada tahun 1985. Metode ini umumnya membutuhkan sampel darah dari
korban yang hendak diperiksa, namun demikian dalam keadaan tertentu di mana
sampel darah tidak dapat diambil, maka dapat pula diambil dari tulang, kuku, dan
rambut meskipun jumlah DNA-nya tidak sebanyak jumlah DNA dari sampel darah. DNA
dapat ditemukan pada inti sel tubuh (DNA inti) ataupun pada mitokondria (organ dalam
sel yang berperan untuk pernafasan sel-sel tubuh) yang biasa disebut DNA mitokondria.
Untuk penentuan identitas seseorang berdasarkan DNA inti, dibutuhkan sampel dari
keluarga terdekatnya. Misalnya, pada kasus Bom GBIS Solo baru-baru ini, sampel DNA
yang didapat dari korban tersangka pelaku bom bunuh diri akan dicocokkan dengan
sampel DNA yang didapat dari istri dan anaknya. DNA inti anak pasti berasal setengah
dari ayah dan setengah dari ibunya. Namun demikian, pada kasus-kasus tertentu, bila
tidak dijumpai anak-istri korban, maka dicari sampel dari orang tua korban. Bila tidak
ada juga, dicari saudara kandung seibu, dan diperiksakan DNA mitokondrialnya karena
DNA mitokondrial diturunkan secara maternalistik (garis ibu).
9. Metode Eksklusi; Metode ini digunakan pada kasus kecelakaan massal yang
melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang
pesawat udara, kapal laut, kereta api, dll. Bila sebagian besar korban telah dapat
dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode-metode tersebut di atas,
sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan, maka sisa korban diidentifikasi
menurut daftar penumpang.
Metode Identifikasi Forensik Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua
metode yang digunakan memberikan hasil positip (tidak meragukan). Secara garis besar
ada dua metode pemeriksaan, yaitu: a. Identifikasi primer Merupakan identifikasi yang
dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria identifikasi lain. Teknik
identifikasi primer yaitu :
Pemeriksaan DNA
1) Pemeriksaan sidik jari Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah
dengan data sidik jari antemortem. Pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan
yang diakui paling tinggi akurasinya dalam penentuan identitas seseorang, oleh karena
tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama.
3) Pemeriksaan dokumen Metode ini dilakukan dengan dokumen seperti kartu identitas
(KTP, SIM, kartu golongan darah, paspor dan lain-lain) yang kebetulan dijumpai dalam
saku pakaian yang dikenakan. Namun perlu diingat bahwa dalam kecelakaan massal,
dokumen yang terdapat dalam saku, tas atau dompet pada jenazah belum tentu milik
jenazah yang bersangkutan.
4) Pengamatan pakaian dan perhiasan Metode ini dilakukan dengan memeriksa pakaian
dan perhiasan yang dikenakan jenzah. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui merek,
ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat membantu identifikasi
walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah. Untuk kepentingan lebih lanjut,
pakaian atau perhiasan yang telah diperiksa, sebaiknya disimpan dan didokumentsikan
dalam bentuk foto.
5) Identifikasi medik Metode ini dilakukan dengan menggunakan data pemeriksaan fisik
secara keseluruhan, meliputi tinggi dan berat badan, jenis kelamin, warna rambut,
warna tirai mata, adanya luka bekas operasi, tato, cacat atau kelainan khusus dan
sebagainya. Metode ini memiliki akurasi yang tinggi, oleh karena dilakukan oleh
seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara atau modifikasi.
6) Pemeriksaan Gigi Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar x, cetakan gigi serta
rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa
gigi dan sebagainya. Bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus dari seseorang,
sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik
pada dua orang yang berbeda, bahkan kembar identik sekalipun.
7) Serologi Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan golongan darah yang diambil
baik dari tubuh korban atau pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat
kejadian perkara. Ada dua tipe orang dalam menentukan golongan darah, yaitu:
Sekretor : golongan darah dapat ditentukan dari pemeriksaan darah, air mani dan
cairan tubuh. Non-sekretor : golongan darah hanya dari dapat ditentukan dari
pemeriksaan darah.
8) Metode ekslusi Metode ini digunakan pada identifikasi kecelakaan massal yang
melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya. Bila sebagian besar
10) Identifikasi kerangka Identifikasi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka
tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan,
ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi
wajah. Kemudian dicari pula tanda kekerasan pada tulang serta keadaan kekeringan
tulang untuk memperkirakan saat kematian.