Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM

BIOKIMIA

Objek I. Pemeriksaan Urine Secara Makroskopis, Mikroskopis dan Sedimen Urin

OLEH

NAMA : Laila Rezki Septria Ningrum

NO. BP : 1911012028

REKAN KERJA : 1. Novia Yola Wahyu Ramdhani (1911011048)

2. Mella Fahmadilah Hafya (1911012019)

3. Maulidia Rahma (1911012034)

4. Al Hafiz (1911012045)

5. Intan Meisi (1911013043)

Asisten : 1. Muchammad Rafid Fakhri (1711013043)

2. Hanifatul Larissa (1711012013)

Dosen Penanggungjawab : 1. Apt. Rahmad Abdillah, M.Si.

2. Apt. Dira Hefni, M.Sc.

LABORATORIUM BIOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
PEMERIKSAAN URINE SECARA MAKROSKOPIS DAN SEDIMEN URIN

I. Tujuan
A. Mahasiswa mengetahui volume, warna, kekeruhan, keasaman/reaksi, berat jenis, dan bau dari urine.
B. Untuk mengetahui unsur-unsur patologis dalam urin.
II. Teori
Urin secara terus menerus dibentuk oleh ginjal. Ginjal akan menyerap glukosa, asam amino, air, dan
zat lainnya yang bersifat esensial bagi metabolism tubuh. Pada proses fisiologis 170.000 mL plasma
difiltrasi dan akan diubah dan dikeluarkan menjadi urin sehari-hari sebanyak 1200 mL secara kompleks.
[1]

Pembentukan urin dilakukan di ginjal, dua organ yang terletak di bagian luar rongga peritoneal di
setiap sisi tulang belakang. Ginjal bersama dengan kulit dan sistem respirasi merupakan organ ekskresi
utama bagi tubuh. Setiap ginjal adalah organ yang sangat diskriminatif yang memelihara lingkungan
dalam tubuh melalui sekresi selektif atau penyerapan berbagai zat sesuai dengan kebutuhan tubuh. [1]
Unit fungsional utama pada ginjal adalah nefron. Ada sekitar 1sampai 1,5 juta nefron yang terdapat
pada sebuah ginjal, setiap nefron terdiri dari 2 bagian utama : sebuah glomerulus yang esensialnya
sebagai sistem filtrasi, dan sebuah tubulus. Setiap glomerulus terdiri dari sebuah jaringan kapiler yang
dikelilingi oleh membrane yang disebut kapsula bowman, yang terus membentuk awal dari tubulus renal.
Ginjal mampu membersihkan produk sisa secara selektif dari darah sambil mempertahankan air dan
keseimbangan elektrolit di dalam tubuh yang dikontrol di dalam nefron oleh aliran darah renal, filtrasi
glomerulus, dan reabsorpsi dan sekresi tubulus. [1]
Urin normal yang baru selalu jernih, pH 4,8-7,4, dan berat jenis 1,008-1,030. Warna kekuning-
kuningan karena pengaruh pigmen yang berwarna kuning dan baunya tidak enak . air merupakan
komponen terbesar dari urin yang didalamnya terkandung garam-garam anorganik dan senyawa-senyawa
organic. Senyawa-senyawa anorganik yang berupa kation : Na +, K+, Ca2+, Mg2+, NH4+, sedikit Fe3+, Cu2+,
Zn2+, sedangkan yang berupa anion : Cl-, PO43-, SO42-, CO32-, dan sedikit NO3-. Sebagian besar senyawa
organic yang terdapat dalam urin merupakan sampah dari proses metabolism, antara lain ureum, asam
urat, keratin, kreatinin, asam hipurat, indikan, asam-asam amino, asam-asam organic, (asam asetat, asam
format, asam butirat, asam sitrat, asam oksalat, asam laktat, asam glukuronat, asam benzoate). Beberapa
enzim (amylase, tripsin, lipase), beberapa hormone (hormone-hormon kelamin), dan vitamin (vitamin C
dan vitamin B1) terdapat juga dalam urin. Urin patologis kemungkinan mengandung protein, glukosa,
aseton, bilirubin, urobilinogen, dan urobilin. [2]
Ciri-ciri urin normal :
 Jumlah rata-ratanya 1,2 liter sehari (sesuai dengan cairan dan protein yang masuk),
 Warnanya bening orange pucat tanpa endapan,
 Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus (pH rata-rata 6),
 Berat jenis berkisar dari 1,010 – 1,025. [3]

Sifat fisis urin :


1) Jumlah ekskresi dalam 24 jam + 1500 cc tergantung pemasukan (intake) cairan dan factor lainnya,
2) Warna bening dan bila diedarkan akan menjadi keruh,
3) Warna kuning tergantung dari kepekatan diet obat-obatan,
4) Bau khas ir kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak,
5) Berat jenis 1,015 – 1,020,
6) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis. Juga tergantung daripada diet (sayur menyebabkan
reaksi alkalis dan protein member reaksi asam). [3]

Hal-hal yang mempengaruhi produksi urin :

1) Zat-zat diuretik
Misalnya mengkonsumsi kopi, teh, alcohol maka zat kimia tersebut akan menghambat reabsorpsi
ion Na+ sebagai akibatnya konsentrasi ADH berkurang sehingga reabsorpsi air terhambat dan
volume urin meningkat.
2) Suhu
Suhu interna dan eksternal tinggi, kecepatan respirasi meningkat dan pembuluh kutaneus melebar
sehingga cairan tubuh berdifusi dari kapiler permukaan kulit. Saat volume air menurun hormone
ADH disekresikan sehigga reabsorpsi air meningkat. Perubahan suhu juga merangsang pembuluh
abdominal mengerut sehingga aliran darah di glomerulus dan filtrasi menurun, kedua hal itu
mengurangi volume urin.
3) Konsentrasi darah
Konsentrasi air dan larutan dalam darah berpengaruh terhadap produksi urin tidak minum air
seharian menjadikan konsentrasi air di dalam darah menjadi rendah yang merangsang hipofisis
untuk mengeluarkan ADH yang meningkatkan reabsorpsi air di ginjal sehingga volume urin
menurun.
4) Emosi
Emosi dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin. [3]
Sampel urin yang baik adalah urin segar (fresh) dan bila terpaksa tidak dapat segera dikirim ke
laboratorium maka disimpan di pendingin 4°C. penurunan suhu ini akan menyebabkan pengendapan
beberapa bahan tertentu. Urin yang dianjurkan untuk bahan pemeriksaan adalah urin pertama sewaktu
bangun pagi hari, sebab :
1. Mempunyai volume dan kadar yang seragam
2. Lebih pekat/lebih banyak mengandung solute
3. Mempunyai pH yang terendah (asam) sehingga baik untuk menghambat pertumbuhan kuman. [4]
Urin pertama sewaktu bangun tertahan di kandung kemih selama kira-kira 8 jam sehingga lebih
terkonsentrasi. Urin ini dapat membantu menentukan proteinuria postural atau proteinuria ortostatik
karena pada keadaan ini ekskresi urin malam hari normal, sedangkan siang hari meningkat. Leukosit,
eritrosit, dan silinder lebih stabil pada urine dengan pH asam dan lebih terkonsentrasi. Urine mengandung
banyak urea sehingga kuman mudah tumbuh, perkembangbiakan kuman akan memecah urea menjadi
ammoia sehingga pH urin berubah menjadi lebih tinggi (alkali) dengan akibat beberapa bahan seperti
amorf fosfat akan mengendap dan beberapa bahan berbentuk (formed element) akan rusak. [4]
Pengambilan sampel urine ada bermacam-macam:
1. Urin sewaktu
Urin sewaktu adalah urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu tanp ditentukan atau direncanakan.
2. Urin pagi
Urin pagi hari yaitu urine yang dikeluarkan pertama pagi hari setelah tidur semalam.
3. Urine 24 jam
Cara penampungan urine 24 jam yaitu urine dikumpulkan dari jam 7 pagi sampai jam 7 pagi
keesokan harinya. Sebelum ditampung penderita diminta kencing dulu tanpa ditampung, setelah itu
urine berikutnya ditampung, lalu terakhir diminta kencing dan ditampung. Biasanya untuk
pemeriksaan klirens kreatinin atau mengukur ekskresi kadar bahan tertentu dalam 24 jam.
4. Urine postprandial
Urine postprandial merupakan urine yang dikeluarkan 1,5-3 jam sesudah makan. Bahan ini sering
dipakai untuk mengikuti tingkat glikosuria.
5. Urine 3 gelas
Urine tiga gelas dahulu dipakai untuk membantu diagnosis kelainan urologis.
6. Urine bersih porsi tengah (midstream)
Pemeriksaan urine porsi tengah sering digunakan untuk kultur urine. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk menghindari kontaminasi. Pengumpulan bahan ini memerlukan instruksi tambahan kepada
pasien. Glans penis pada laki-laki atau muara uretra pada wanita terlebih dahulu dibersihkan,
kemudian urine pertama dikeluarkan, dibuang ke toilet, lalu dihentikan/ditahan dan urin selanjutnya
ditampung, sisa urine selanjutnya dibuang ke toilet.
7. Urin dari kateter
Urin kateter diperoleh dengan memasukkan kateter steril melalui uretra ke kandung kemih,
kemudian ditampung.
8. Urin suprapubik
Pengambilan urine suprapubik merupakan tindakan invasive karena mengaspirasi urine
menggunakan jarum melalui suprapubik tembus ke kandung kemih. Urine ini biasanya digunakan
untuk kultur urine.
9. Urine penampung anak (pediatric)
Urin ini ditampung menggunakan plastic yang dilekatkan di sekeliling area genital. Cara ini
digunakan pada anak karena belum dapat mengontrol pengeluaran urin secara sadar. [4]
Bahan urine yang diperoleh di laboratorium sering merupakan sampling second morning urine
karena urine pertama pagi hari sering terbuang di rumah, kecuali pasien sebelumnya sudah membawa
wadah penampung urine. Urine segar harus segera diperiksa maksimal dalam 1 jam, sebab akan terjadi
pertumbuhan bakteri. Urine yang disimpan harus ditambahkan bahan pengawet agar tidak rusak. Jenis
bahan pengawet ini disesuaikan dengan tujuan bahan apa yang hendak diperiksa. [4]
Pemeriksaan tambahan dikerjakan sesuai gambaran klinis. Pada keseluruhan kasus dilakukan
pemeriksaan sedimen urin, perkiraan laju filtrasi glomerulus, darah lengkap, profil metabolic dasar, dan
albumin serum. Adanya sel darah merah dismorfik pada sedimen atau pada proteinuria nephrotic range,
akan memerlukan biopsy ginjal. Evaluasi anatomi fisiologi saluran kemih biasanya tidak dibutuhkan,
kecuali terdapat hematuria yang signifikan atau riwayat infeksi saluran kemih rekuren. [5]
III. Prosedur Kerja
III.1. Alat dan Bahan
A. Pemeriksaan Urin Secara Makroskopis
- Alat
a. Tabung Reaksi
b. Beaker glass
c. Gelas ukur
d. Kertas pH
- Bahan
a. Urine pagi
b. Urin sewaktu
c. Aquadest
B. Pemeriksaan Sedimen Urin
- Cover glass
- Objek glass
- Mikroskop
- Centrifuge
- Tabung centrifuge
- Pipet tetes
- Sampel urin
III.2. Cara Kerja
A. Pemeriksaan Urin Secara Makroskopis
a. Volume
Tampung urin 24 jam

Masukkan ke dalam gelas ukur

Hitung volumenya

b. Warna
Amati warna urin

c. Kekeruhan
Masukkan urin ke dalam tabung reaksi
Tambahkan asam cuka 6%

 Jika timbul gas, berarti kekeruhan disebabkan oleh pospat/carbonat.


 Jika tidak timbul gas berarti kekeruhan disebabkan karena adanya pus/nanah.
 Jika warna urin merah keruh dicurigai adanya eritrosit.
 Untuk pemeriksaan kekeruhan karena bakteri, dilakukan pewarnaan gram.

d. Keasaman
Tampung 5 mL urin di beaker glass

Celupkan kertas lakmus

Lihat perubahan warnanya

 Jika lakmus biru berubah menjadi merah, urin bersifat asam.


 Jika lakmus merah berubah jadi biru, urin basa.

e. Berat jenis
Ukur berat jenis urin menggunakan urinometer

Kalibrasi hasil yang didapatkan terhadap temperature 15°C, kadar glukosa, dan kadar protein.

f. Bau
Lakukan pemeriksaan bau urin secara organoleptis.

B. Pemeriksaan Sedimen Urin


Kocok botol penampung urin supaya sedimen bercampur dengan cairan atas

Masukkan urin sebanyak 7-8 mL ke tabung centrifuge


Pusing tabung centrifuge dengan alat centrifuge dengan kecepatan 1.500 - 2.000 rpm dalam waktu
5 menit

Buang cairan atas hingga suspensi sedimen tinggal 0,5 mL

Kocok tabung supaya meresuspensikan sedimen

Teteskan 1 tetes urin di atas objek glass

Periksa di bawah mikroskop

Cara melaporkan pemeriksaan sedimen urin

 Leukosit dan eritrosit dilaporkan jumlah rata-rata per LPB (Layar Pandang Besar) dengan
obyektif 40x
 Epitel dan silinder dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (Layar Pandang Kecil) dengan
obyektif 10x
 Unsure-unsur lain dan kristal-kristal dilaporkan per LPK dengan keterangan : (-) tidak ada;
(+) ada; (++) banyak; (+++) banyak sekali
IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1. Hasil

HASIL KELOMPOK I

Urin 24 jam

JENIS PENGAMATAN NORMAL HASIL PENGAMATAN


Volume 800-1600 mL 300 mL
Warna Kuning muda Kuning muda
Bau Aromatik Aromatik
Kekeruhan Jernih Tidak keruh

Urin pagi

JENIS PENGAMATAN NORMAL HASIL PENGAMATAN


Volume 200 mL 70 mL
Warna Kuning muda Kuning
Bau Aromatik Aromatik
Kekeruhan Jernih Tidak keruh

HASIL KELOMPOK II

Urin 24 jam

JENIS PENGAMATAN NORMAL HASIL PENGAMATAN


Volume 800-1600 mL 880 mL
Warna Kuning muda Kuning muda
Bau Aromatik Aromatik
Kekeruhan Jernih -

Urin pagi

JENIS PENGAMATAN NORMAL HASIL PENGAMATAN


Volume 200 mL 200 mL
Warna Kuning muda Kuning pekat
Bau Aromatik Aromatik
Kekeruhan Jernih -

HASIL KELOMPOK III

Urin 24 jam

JENIS PENGAMATAN NORMAL HASIL PENGAMATAN


Volume 800-1600 mL 232,16 mL
Warna Kuning muda Kuning muda
Bau Aromatik Aromatik
Kekeruhan Jernih Jernih

Urin pagi

JENIS PENGAMATAN NORMAL HASIL PENGAMATAN


Volume 200 mL 265,33 Ml
Warna Kuning muda Kuning muda
Bau Aromatik Aromatik
Kekeruhan Jernih Jernih

HASIL KELOMPOK IV

Urin 24 jam

JENIS PENGAMATAN NORMAL HASIL PENGAMATAN


Volume 800-1600 mL 500 mL
Warna Kuning muda Kuning Gelap
Bau Aromatik Pesing (Amoniak)
Kekeruhan Jernih Jernih

Urin pagi

JENIS PENGAMATAN NORMAL HASIL PENGAMATAN


Volume 200 mL 100 mL
Warna Kuning muda Kuning Muda
Bau Aromatik Pesing (Amoniak)
Kekeruhan Jernih Jernih

HASIL KELOMPOK V

Urin 24 jam

JENIS PENGAMATAN NORMAL HASIL PENGAMATAN


Volume 800-1600 mL 500 mL
Warna Kuning muda Kuning muda
Bau Aromatik Aromatik
Kekeruhan Jernih Tidak keruh

Urin pagi

JENIS PENGAMATAN NORMAL HASIL PENGAMATAN


Volume 200 mL 200 mL
Warna Kuning muda Kuning pekat
Bau Aromatik Aromatic
Kekeruhan Jernih Tidak keruh
IV.2. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami mengamati urin secara makroskopis dari urin 24 jam dan urin pagi.
Pengamatan yang dilakukan meliputi volume, warna, aroma, dan kekeruhan. Dari hasil kelompok kami pada
urin pagi didapatkan volume sebanyak 100 mL hal tersebut kurang normal dikarenakan normalnya urin pagi
memiliki volume sekitar 200 mL. warna yang didapatkan dari urin pagi tersebut adalah berwarna kuning
muda hal tersebut merupakan kondisi yang normal, karena normalnya urin memang berwarna kuning muda.
Lalu aroma urin pagi tersebut adalh bau pesing, bau tersebut merupakan bau dari amoniak pada urin dan bau
amoniak merupakan hal yang normal. Untuk kekeruhan pada urin pagi tersebut adalah jernih atau tidak
keruh, hal tersebut merupakan hal yang normal.

Dari hasil pengamatan terhadap urin 24 jam didapatkan data bahwa volume dari urin tersebut adalah
500 mL hal tersebut merupakan hal yang tidak normal karena volume urin 24 jam yang normal adalah 800-
1600 mL, kemungkinan penyebab kurangnya urin adalah kurangnya minum air. Untuk warna pada urin ini
adalah berwarna kuning gelap atau kuning pekat hal ini disebabkan karena konsumsi teh. Normalnya warna
urin 24 jam adalah kuning muda. Aroma pada urin 24 jam tersebut adalah bau pesing atau bersifat aromatic,
aroma pesing tersebut didapatkan dari kandungan amoniak pada urin. Untuk kekeruhan pada urin ini tidak
terdapat kekeruhan pada sampel urin ini hal tersebut merupakan hal yang normal, normalnya urin 24 jam
tidak keruh atau jernih.

Volume urin seseorang tergantung pada pemasukan cairan, suhu lingkungan, mengkonsumsi minuman
beralkohol dan kafein, stress, hormone anti diuretic, dan lain sebagainya. Jika seseorang sedang stress maka
dapat meningkatkan volume pengeluaran urin.

Urin normal berwarna kuning muda. Karena adanya pigmen urokrom dan urobilin. Warna urine
dipengaruhi oleh konsentrasi urine, keasaman, pigmen, dan obat-obatan. Warna urin juga dapat semakin
pekat jika kita mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang mengandung kafein seperti the dan kopi.
Kekeruhan dapat dipengaruhi dengan adanya kandungan fosfat/karbonat, nanah, bakteri, spermatozoa.

Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi,
dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan
tertentu dapat mengubah warna urin. Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urin adalah :

1) Merah dikarenakan adanya hemoglobin, mioglobin, porfobilinoen, porfirin.


2) Oranye dikarenakan adanya pigmen empedu.
3) Kuning dikarenakan bilirubin dan urobilin.
4) Hijau dikarenakan kemungkinan adanya bakteri.
5) Biru bisa disebabkan karena pengaruh obat diuretik.
6) Coklat dapat disebabkan dari konsumsi obat sulfa.
7) Hitam kecoklatan dapat disebabkan oleh melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen.

Kelainan pada volume urin dapat dibagi menjadi :

1) Poliuria yaitu volume urin meningkat secara berlebih biasanya dapat dijumpai pada pasien yang
memiliki penyakit diabetes, nefritis kronik, beberapa penyakit syaraf.
2) Oliguria yaitu volume urin berkurang sehingga volume urin yang dihasilkan sangat sedikit.
Keadaan ini biasanya dijumpai pada pasien dengan penyakit ginjal, dehidrasi, sirosis hati.
3) Anuaria yaitu tidak ada diproduksinya urin.
4) Residual urine atau urine sisa yaitu volume urin yang diperoleh dari katerisasi setelah sebelumnya
pasien disuruh mengeluarkan urin sebanyak-banyaknya.

Urine baru dan normal umumnya tidak keruh atau jernih. Kekeruhan biasanya terjadi karena
kristalisasi atau pengndapan urat (dalam urin asam) atau fosfat (dalam urin basa). Kekeruhan juga bisa
disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.

Urin baru umumnya tidak memiliki bau yang keras. Bau tersebut disebabkan karena adanya asam-
asam yang mudah menguap. Bau urin dapat dipengaruhi oleh makann/minuman yang dikonsumsi. Apabila
urin dibiarkan lama, maka akan timbul bau ammonia, sebagai hasil pemecahan ureum.

Kandungan utama urin adalah air, dan sisanya berupa limbah yang terdiri dari racun dan zat sisa
metabolism yang di filtrasi oleh ginjal. Tinggi atau rendahnya kandungan air dan zat sisa dalam urin dapat
mempengaruhi aroma atau bau khas dari urin seseorang. Terkadang ada masanya urin seperti bau buah yang
dimana hal tersebut disebabkan karena aroma buah bisa sangat khas sehingga setelah mengkonsumsi buah
tersebut urinnya menjadi bau buah. Selain itu penggunaan obat-obat tertentu juga dapat mempengaruhi bau
urin. Makanan juga dapat mempengaruhi bau urin, contohnya ketika seseorang makan jengkol, urin setelah
konsumsi jengkol pada orang tersebut juga dapat beraroma seperti aroma jengkol yang memiliki bau yang
sangat khas.

Pemeriksaan terhadap urin kadang-kadang dapat menunjukkan gejala kelainan pada seseorang. Namun
hal tersebut tidak selalu terjadi. Karena bisa jadi kondisi dari seseorang tidak selalu sama setiap hari.
Misalnya jika didapatkan volume urin yang sangat jauh dari normal, hal tersebut tidak dapat membuktikan
bahwa urin kita setiap hari selalu sedikit, bisa jadi pada hari itu kita sedikit minum atau mengalami dehidrasi
sehingga dapat menyebabkan volume urin pada saat pemeriksaan rendah. Begitu juga dengan warna urin.
Warna urin juga dapat berubah-ubah dimana hal tersebut sangat bergantung dengan apa yang kita konsumsi.
Misalnya jika urin kita berwarna lebih pekat dari normalnya, bisa jadi sebelum saat pengambilan sampel urin
kita ada mengkonsumsi teh atau kopi yang dapat menyebabkan urin menjadi lebih pekat. Factor yang
mempengaruhi warna urin diantaranya :

- Konsentrasi urin, semakin tinggi konsentrasi urin warna akan semakin pekat.
- Semakin basa suatu urin maka warna urin semakin pekat.
- Adanya pengaruh pigmen-pigmen tertentu.

V. Kesimpulan dan Saran


V.1. Kesimpulan
- Dari hasil pngamatan urin dapat disimppulkan bahwa urin tersebut normal.
- Banyak factor yang dapat mempengaruhi kondisi urin

V.2. Praktikan harus teliti dalam pengambilan sampel dan pengamatan agar hasil yang diperoleh maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Fischbach, F., Dunning, M. B. A Manual of Laboratory and Diagnostic Test Eighth Edition. Philadelphia
: Lippincott; 2009.
[2] Sumardjo, D. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas
Bioeksakta. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
[3] Lesmana, R., Goenawan, H., Abdullah, R. Fisiologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi, Keperawatan,
dan Kebidanan. Yogyakarta : Deepublish; (2017).
[4] Nugraha, J., Marpaung, F. R., Edijanto, S. P., Soehita, S., Anniwati, L. Analisis Cairan Tubuh dan
Urine. Surabaya : Airlangga University Press; 2019.
[5] Adi, S. and Prajitno, J. H. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
edisi II. Surabaya : Airlangga University Press; 2015.

Anda mungkin juga menyukai