Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI

“EVALUASI SIMPLISIA DAUN KUMIS KUCING (Orthosiponis Folium)”

OLEH :

NAMA : LAILA REZKI SEPTRIA NINGRUM

NO. BP : 1911012028

HARI/TANGGAL : JUM’AT / 30 APRIL 2021

SHIFT/KELOMPOK : 1 / 5

REKAN KERJA : 1. DIAN FEBIANA (1911011017)

2. WINDA PRAMADITA (1911012039)

3. DELFINA LINGGA PUTRI (1911012051)

4. SHERINA REFLIA ANNISA (1911013022)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
I. HASIL DAN PEMBAHASAN
I.1. Hasil
 Pemerian : berwarna hijau kecokelatan, tidak berbau, dan
terasa agak pahit.
 Perhitungan Rendemen :
- Berat awal singkong : 300 gram
- Berat pati singkong : 46,6 gram
berat pati singkong
- Rendemen (%) = x 100 %
berat awal singkong
46,6 g
= x 100 %=¿15,53%
3 00 g
 Susut Pengeringan
a. Sampel 1
- Krus kosong 1 : 65,29 gram
- Krus + sampel sebelum dioven : 67,29 gram
- Krus + sampel setelah dioven : 67,05 gram
berat sebelum−berat setelah
- Susut pengeringan = x 100 %
berat sebelum
=
( 67,29 g−65,29 g )−( 67,05 g−65,29 g )
x 100 %
( 67,29 g−65,29 g )
¿ 12%
b. Sampel 2
- Krus kosong 2 : 63,35 gram
- Krus + sampel sebelum dioven : 65,35gram
- Krus + sampel setelah dioven : 65,11 gram
berat sebelum−berat setelah
- Susut pengeringan = x 100 %
berat sebelum
=
( 65,35 g−63,35 g )−( 65,11 g−63,35 g )
x 100 %
( 65,35 g−63,35 g )
¿ 12%
c. Sampel 3
- Krus kosong 3 : 42,79 gram
- Krus + sampel sebelum dioven : 44,79 gram
- Krus + sampel setelah dioven : 44,548 gram
berat sebelum−berat setelah
- Susut pengeringan = x 100 %
berat sebelum
=
( 44,79 g−42,79 g )−( 44,548 g−42,79 g )
x 100 %
( 44,79 g−42,79 g )
¿ 12,1%
 Kadar Abu
- Data :

Sampel Krus kosong (g) Krus + Sampel (g) Krus + Abu (g)
Sampel 63,38 65,38 63,55
2
Sampel 42,80 44,80 43,00
3
- Perhitungan :
( krus+ abu )− ( kruskosong )
% kadar abu = x 100 %
( krus+sampel )−( kruskosong )
63,55 g−63,38 g
 Sampel 2 = x 100 %=8,5 %
65,38 g−63,38 g
43,00 g−42,80 g
 Sampel 3 = x 100 %=10 %
44,80 g−42,80 g

GAMBAR HASIL

Gambar 1. Simplisia daun Gambar 2. Sampel + KI


kumis kucing

Gambar 3. Sampel + KOH Gambar 4. Sampel + NaOH

Gambar 5. Sampel + ammonia Gambar 6. Sampel + HCl


Gambar 7. Sampel Gambar 8. Sampel
+ FeCl3 + H2SO4

Gambar 9. Serbuk
Simplisia
I.2. Pembahasan

Pada praktikum kali ini membahas tentang sebuah topik yaitu


penyiapan simplisia daun kumis kucing atau yang disebut dengan orthosiponis
folium. Pada praktikum kali ini meliputi dimulainya penyiapan sampel hingga
setelah sampel siap akan dilakukan evaluasi terhadap sampel untuk
membuktikan apakah sampel memenuhi persyaratan sesuai dengan standar.
Daun kumis kucing adalah daun Orthosipon stamineus Benth dari
suku Lamiaceae, mengandung flavonoid sinensetin tidak kurang dari 0,1 %..
(2)
Bentuk makroskopis daun kumis kucing adalah pemerian berupa
helaian daun, rapuh, bentuk bulat telur, lonjong, belah ketupat memanjang atau
bentuk lidah tombak, pangkal membulat sampai runcing, tepi beringgit sampai
bergerigi tajam, ujung runcing sampai meruncing, pertulangan daun menyirip,
ibu tulang daun tampak jelas, batang dan cabang-cabang berbentuk persegi,
warna agak ungu, kedua permukaan halus; warna hijau kecokelatan; tidak
berbau; rasa agak pahit. (2)
Secara makroskopis terlihat berupa fragmen pengenal adalah
epidermis atas dengan rambut penutup, epidermis bawah dengan stomata dan
rambut sisik, rambut penutup dan berkas pengangkut dengan penebalan tipe
spiral. (2)
Banyak khasiat yang terkandung dalam tumbuhan kumis kucing ini,
daun kumis kucing basah maupun kering digunakan untuk menanggulangi
berbagai penyakit. Di Indonesia daun yang kering (simplisia) dipakai sebagai
obat penyakit kulit maupun penyakit dalam, kumis kucing juga bersifat sebagai
antibakteri.
Orthosiphon mengandung senyawa komponen bioaktif, yaitu mineral
yang sebagian besar adalah mineral kalium, sekitar flavon lipofil (sinensetim
dan isosinensetin), glikosida flavonol, asam kafeat (asam rosmarinat), minyak
essensial, diterpen, orthosiphol d, orthosiphol E, triterpen dan chromene seperti
metilpariochromene A.
Secara umum pembuatan simplisia meliputi tahapan pengumpulan
bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering,
dan pengepakan. Pengumpulan bahan baku berkaitan erat dengan kadar
senyawa aktif dalam tanaman sehingga pada tahap ini perlu diperhatikan
bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman, waktu panen, dan lingkungan
tempat tumbuh. Sortasi basah adalah pemisahan kotoran dan bahan lain selain
simplisia segar.
Pembuatan simplisia dilakukan dengan daun kumis kucing
dikeringkan pada suhu 30° C, 50° C, dan 70° Cmenggunakan oven sampai
didapatkan simplisia yang benar-benar kering,ditandai dengan uji fisik yaitu
kerapuhan simplisia pada saat diremas. Simplisia kemudiandiserbuk dengan
menggunakan blender untuk selanjutnya ditetapkan kadar airnya dan
diekstraksi.
Evaluasi simplisia daun kumis kucing berdasarkan video dimulai
dari penyetaraan timbangan terlebih dahulu dan timbang simplisia orthosiphon,
kemudian grinder simplisia kering untuk mendapatkan luas permukaan yang
besar. Siapkan 7 tabung reaksi,lalu isi masing-masing tabung dengan serbuk
halus simplisia 2 mg, reaksikan dengan masing-masing tabung dengan reagen
yang telah disiapkan (orthosiphon + KI, orthosiphon + KOH, orthosiphon +
NaOH, Orthosiphon + ammonia, orthosiphon +HCl, orthosiphon + FeCl3,
orthosiphon + H2SO4). Warna yang dihasilkan jika mereaksikan ekstrak daun
kumis kucing dengan reagen KI, KOH, amonia, dan HCl adalah warna hijau.
Warna yang dihasilkan jika mereaksikan ekstrak dengan NaOH adalah hijau
kecoklatan. Sedangkan hasil reaksi ekstrak dengan reagen FeCl3 dan H2SO4
akan menghasilkan secara berturut-turut yaitu larutan endapan coklat dan
larutan endapan hitam.

Selanjutnya adalah evaluasi berdasarkan parameter non spesifik,


yaitu susut pengeringan. Susut pengeringan merupakan pengurangan berat
bahan setelah dikeringkan dengan cara yang telah ditetapkan. Kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, simplisia harus dalam bentuk
serbuk dengan derajat halus nomor 8, suhu pengeringan 105°. Hasil dari susut
pengeringan yang didapatkan artinya adalah kadar air yang telah menguap.
berdasarkan literature persentase maksimal dari susut pengeringan simplisia
daun kumis kucing ini adalah kurang dari 10%. Sehingga hasil percobaan yang
dilakukan belum memenuhi syarat susut pengeringan, dimana didapatkan susut
pengeringan dari sampel simplisia daun kumis kucing yang pertama dan kedua
yaitu 12% dan sampel simplisia daun kumis kucing yang ketiga adalah 12,1%.

Selanjutnya dilakukan evaluasi sisa pemijaran (kadar abu). Pertama,


buka pintu furnance dengan menarik pintu keatas, pastikan cawan pengabuan
tidak meleleh, masukkan bahan dan masukkan cawan pengabuan yang telah
berisi bahan ke dalam furnance kemudian tutup pintu furnance. Pastikan kabel
listrik furnance terhubung, hidupkan furnance lalu atur temperature pengabuan
yang diinginkan. Tunggu proses pengabuan, setelah selesai matikan alat
furnance tersebut lalu lakukan perhitungan dengan rumus yaitu kadar abu
dengan cara berat abu ditambah krus dikurangkan dengan krus kosong dibagi
dengan krus ditambah sampel dikurang krus kosong lalu dikalikan 100%. Pada
kumis kucing 2 sebesar 8,5% dan pada kumis kucing 3 sebesar 10%. Hal ini
sesuai dengan literatur dimana menurut literature besar kadar abu dari simplsia
daun kumis kucing tidak lebih dari 10,2 %.
Standarisasi simplisia ini dilakukan bertujuan untuk memastikan
bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus
memenuhi persyaratan tertentu. Adapun standardisasi simplisia mengacu pada
tiga konsep yaitu simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi 3 parameter
mutu umum suatu bahan yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas
dari kontaminasi kimia dan biologi), aturan penstabilan (wadah,penyimpanan,
distribusi), simplisia sebagai bahan dan produk siap pakai harus memenuhi
persyaratan seperti sediaan farmasi lainnya (Quality- Safety- Efficacy), serta
simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang berkontribusi terhadap
respon biologis, harus memiliki spesifikasi kimia yaitu komposisi (jenis dan
kadar) senyawa kandungan.
II. Kesimpulan dan Saran
II.1. Kesimpulan

- Simplisia daun kumis kucing yang dihasilkan masih belum


memenuhi parameter standarisasi mutu simplisia, dimana
parameter yang belum terpenuhi yaitu pada parameter non
spesifik susut pengeringan.

II.2. Saran

- Diharapkan praktikan memahami materi dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Materia Medika Indonesia Jilid


I-IV. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan; 1977-1980.
2. Kemenkes RI. Farmakope Herbal Indonesia Edisi 2; 2017.
3. Awale S, Tesuka Y, Banskota AH, Kouda K, Tun KM, Kadota S. Five
Novel Highly Oxigenated Diterpenes of Orthosipon stamineus from
Myanmar. Journal of Natural Product. 2001; 64(5): 592-596.
4. Arifianti L, Oktarina RD, Kusumawati I. Pengaruh Jenis Pelarut
Pengekstraksi Terhadap Kadar Sinensetin Dalam Ekstrak Daun
Orthosiphon stamineus Benth. E-Journal Plants Husada. 2014; 2(1): 1-4.
5. Susiani EF, Guntarti A, Kintoko. Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap
Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing (Orthosiphon
aristatus (BL) Miq). Borneo Journal of Pharmascientech. 2017; 1(2): 1-8.
6. Cyntia V. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon
ariastus) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang
Diinduksi Aloksan. Skripsi. Universitas Diponegoro.
7. Sofiani YS. Isolasi, Pemurnian, dan Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa
Sinensetin dari Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus).
Skripsi. IPB. 2003.
8. Prasetyo, Inoriah E. Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-Obatan (Bahan
Simplisia). Bengkulu: Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB; 2013.
9. Savitri ES. Rahasia Tumbuhan Berkasiat Obat Perspektif Islam. Malang:
UIN Malang Press; 2008.
10. Rosanti, Dewi. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press; 2013.
11. Winarno B, Wisnuwati. Pembuatan Makanan dan Minuman Herbal.
Yogyakarta: Deepublish; 2020.
12. Suharmiati, Maryani H. Khasiat dan Manfaat Daun Dewa & Sambung
Nyawa. Jakarta: Gramedia; 2015.

Anda mungkin juga menyukai