(Garcinia mangostana L)
OLEH :
NO. BP : 1911012028
SHIFT :3
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
ISOLASI α-MANGOSTIN DARI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia
mangstana L)
Pada praktikum kali ini memiliki judul “Isolasi α -Mangostin Dari Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangstana L)”. Namun dikarenakan kondisi yang
tidak memungkinkan untuk praktikum maka praktikan hanya menonton video
yang sudah disiapkan oleh dosen dan asisten.
Alfa mangostin dapat diambil atau dipisahkan dari kulit buah manggis
melalui proses yang disebut ekstraksi. Salah satu metode yang digunakan
dalam ekstraksi adalah metode maserasi yang dapat dilakukan dengan
merendam sampel selama 4- 10 hari, menggunakan pelarut yang sesuai, tanpa
adanya pemanasan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi proses maserasi
diantaranya pemilihan jenis pelarut serta lama waktu maserasi. Etil asetat
digunakan dalam proses maserasi kulit buah manggis karena senyawa yang
akan diekstraksi adalah alfa mangostin yang bersifat semi polar. Etil asetat
merupakan pelarut yang bersifat semi polar dengan konstanta dielektrik sebesar
6. (8)
Dasar - dasar dan syarat - syarat pemilihan cairan penyari yaitu ada
beberapa factor yang harus diperhatikan yaitu jenis senyawa yang akan
ditarik atau kandungan kimia pada zat aktif dan cairan penyari yang
digunakan (pelarut yang digunakan) dalam hal ini tingkat kepolarannya.
Tidak toksik, murah, mudah terbakar, ramah lingkungan mudah didapat.
(9)
Proses pelepasan zat terlarut dari bahan ke dalam pelarut akan terjadi
perpindahan massa dari zat terlarut yang terjebak dalam bahan harus
dilepaskan kedalam fluida melalui proses pelarutan (leaching). Zat terlarut
akan berdifusi melalui pori-pori menuju ke permukaan partikel padat.
Akhirnya, zat terlarut bergerak melewati lapisan yang mengelilingi partikel
menuju ke fluida. Selama proses ekstraksi, inti bagian dalam akan mengecil
dan membentuk batas yang nyata antara bagian dalam (yang belum terekstrak)
dan bagian luar (yang telah terekstrak). (10)
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang
tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang
diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam
pelarut polar dan sebaliknya.
Ada beberapa cara memisahkan suatu senyawa murni dari campuran
yaitu ekstraksi, kromatografi, fraksinasi, destilasi, rekristalisasi, dan
karakterisasi. Perlu untuk memahami perbedaan dari cara-cara pemisahan
tersebut, agar tidak salah dalam melakukan kegiatan penelitian ataupun
praktikum ketika mengisolasi suatu senyawa murni.
Bila fasa diam berupa zat padat aktif, maka kromatografi ini dikenal
dengan kromatografi penyerapan (adsorption chromatography). Bila fasa diam
berupa zat cair, maka teknik ini disebut kromatografi partisi atau kromatografi
pembagian (partition chromatography).
Pada sistem fase normal, kolom yang digunakan adalah kolom silika
yang tidak dimodifikasi maupun kolom silika yang dimodifikasi secara kimia
dengan gugus polar seperti sianopropil atau diol. Pada fase terbalik umumnya
digunakan kolom silika yang dimodifikasi/digabung dengan hidrokarbon
sehingga gugus silanol pada silika bereaksi dengan berbagai reagen silana
sehingga terbentuk turunan silil yang terikat secara kovalen (12).
Etil asetat atau yang sering disebut Ethyl Acetate dalam nama dagang
mempunyai rumus molekul yaitu (CH3COOCH2CH3) atau (C4H8O2) dengan
berat molekul 88,106 g/mol. Etil asetat adalah pelarut yang cukup polar yang
memiliki keuntungan sebagai Volatile, relatif tidak beracun, dan tidak
higroskopis. Etil asetat umumnya dibuat dengan esterifikasi etanol dan asam
asetat. (18)