Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM FARMASI

ISOLASI α-MANGOSTIN DARI KULIT BUAH MANGGIS

(Garcinia mangostana L)

OLEH :

NAMA : LAILA REZKI SEPTRIA NINGRUM

NO. BP : 1911012028

HARI/TANGGAL : RABU / 17 FEBRUARI 2021

SHIFT :3

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
ISOLASI α-MANGOSTIN DARI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia
mangstana L)

I. Hasil dan Pembahasan

Pada praktikum kali ini memiliki judul “Isolasi α -Mangostin Dari Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangstana L)”. Namun dikarenakan kondisi yang
tidak memungkinkan untuk praktikum maka praktikan hanya menonton video
yang sudah disiapkan oleh dosen dan asisten.

Pada isolasi alfa mangstin ini menggunakan sampel kering atau


simplisia dari kulit buah manggis atau nama ilmiahnya Garcinia mangastana
L. Sampel kulit buah dikeringkan terlebih dahulu lalu dihaluskan.

Manggis (Garvina mangostana Liin) merupakan suatu tanaman


yang menghasilkan buah yang kaya akan manfaat, selain kayak akan gizi kulit
manggis bermanfaat sebagai obat tradisional. Pemanfaatan tradisional
kulit buah manggis yaitu sebagai pengobatan penyakit disentri, sariawan,
gonorea, eksin dan cystitis. (1)

Secara umum kulit buah manggis mengandung senyawa metabolit


sekunder diantaranya santon, flafonoid dan tannin. Selanjutnya senyawa
bioaktif utama yang dimiliki oleh kulit buah manggis yaitu senyawa alfa
mangostin, dimana alfa mangosti berupa zat yang berwarna kuning namun
tidak larut di dalam air melainkan larut didalam methanol, eter, etanol,
aseton dan kloroform. (2)

Kulit buah manggis diketahui mengandung senyawa xanthon yang


potensial sebagai kandidat obat. Dari tahun ke tahun, permintaan terhadap buah
yang mendapat julukan ratu buah (Queen of Fruits) ini meningkat seiring
dengan kebutuhan konsumen. Hal ini terlihat dari meningkatnya ekspor
manggis dari Indonesia ke negara-negara lain. Konstituen utama dan paling
banyak ditemukan pada Garcinia mangostana L, golongan xanthon yaitu α-
mangostin (3)

Senyawa alfa mangostin yang diisolasi dari ekstrak kulit manggis


(Garvina mangostana Linn) kering yang mengandung aktifitas
farmakologis diantaranya antioksidan, antiinflamasi, anti jamur, anti bakteri
dan anti diabetes. (4)

Alfa mangostin merupakan salah satu senyawa utama yang diisolasi


dari kulit manggis memiliki potensi sebagai senyawa obat baru. Penelitian
tentang bioaktifitas alfa mangostin telah dikembangkan sejak awal senyawa ini
berhasil diisolasi. Bioaktivitas mangostin yang telah diketahui antaranya anti-
inflamasi, analgetika, antikanker dan sitotoksik, antimalaria, antibakteri,
antioksidan. (5)

Senyawa α-mangostin merupakan senyawa utama yang terdapat pada


kulit buah manggis. Buah manggis pada kondisi matang memiliki kandungan
α-mangostin lebih tinggi dibandingkan ketika buah manggis masih muda, yaitu
sekitar dua kali lebih banyak. (6)

α-mangostin merupakan kristal amorf berwarna kuning dengan titik


lebur 180- 182°C. Senyawa ini memiliki panjang gelombang maksimum pada
215, 243, dan 317 nm (7).

Menurut Wijayanti 2016, cara preparasi sampel dimulai dari sampel


simplisia yang terkumpul kemudian diidentifikasi di Pusat Penelitian
Determinasi Kebun Raya Eka Karya Bedugul, Tabanan, Bali. Simplisia dicuci
hingga bersih, kemudian dikeringkan pada suhu ruang, setelah kering simplisia
diperkecil ukuran partikelnya menggunakan blender dan diayak. Hasil ayakan
dikeringkan dalam oven dengan suhu 40°C. (8)

Alfa mangostin dapat diambil atau dipisahkan dari kulit buah manggis
melalui proses yang disebut ekstraksi. Salah satu metode yang digunakan
dalam ekstraksi adalah metode maserasi yang dapat dilakukan dengan
merendam sampel selama 4- 10 hari, menggunakan pelarut yang sesuai, tanpa
adanya pemanasan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi proses maserasi
diantaranya pemilihan jenis pelarut serta lama waktu maserasi. Etil asetat
digunakan dalam proses maserasi kulit buah manggis karena senyawa yang
akan diekstraksi adalah alfa mangostin yang bersifat semi polar. Etil asetat
merupakan pelarut yang bersifat semi polar dengan konstanta dielektrik sebesar
6. (8)

Prinsip ekstraksi yaitu difusi - osmosis atau osmosis - difusi. Dimana


cairan penyari masukkan dalam zat aktif pada suatu wadah yang
diberikan tekanan dalam hal ini pengadukan maka cairan penyari kan
berosmosis masuk kedalam sel pada zat aktif sehingga terjadi perbedaan
konsentrasi didalam sel dan diluar sel, sehingga konsentrasi didalam sel lebih
tinggi sehingga komponen kimianya terdesak keluar maka cairan penyari
yang bersatu dengan zat aktif akan keluar sehingga disini terjadi proses
difusi. (9)

Dasar - dasar dan syarat - syarat pemilihan cairan penyari yaitu ada
beberapa factor yang harus diperhatikan yaitu jenis senyawa yang akan
ditarik atau kandungan kimia pada zat aktif dan cairan penyari yang
digunakan (pelarut yang digunakan) dalam hal ini tingkat kepolarannya.
Tidak toksik, murah, mudah terbakar, ramah lingkungan mudah didapat.
(9)

Proses pelepasan zat terlarut dari bahan ke dalam pelarut akan terjadi
perpindahan massa dari zat terlarut yang terjebak dalam bahan harus
dilepaskan kedalam fluida melalui proses pelarutan (leaching). Zat terlarut
akan berdifusi melalui pori-pori menuju ke permukaan partikel padat.
Akhirnya, zat terlarut bergerak melewati lapisan yang mengelilingi partikel
menuju ke fluida. Selama proses ekstraksi, inti bagian dalam akan mengecil
dan membentuk batas yang nyata antara bagian dalam (yang belum terekstrak)
dan bagian luar (yang telah terekstrak). (10)

Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua


macam ekstraksi yaitu sebagai berikut : (11)

1. Ekstraksi padat-cair, jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam


campurannya yang berbentuk padat.
2. Ekstraksi cair-cair, jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam
campurannya.
Berdasarkan proses pelaksanaannya, ekstraksi dapat dibedakan
menjadi: (11)
1. Ekstraksi berkesinambungan (continous extraction)
Dalam ekstraksi ini pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai
proses ekstraksi selesai.
2. Ekstraksi bertahap (bath extraction)
Dalam ekstraksi ini pada setiap tahap selalu pakai pelarut yang baru
sampai proses ekstraksi selesai.
Maserasi adalah suatu contoh metode ekstraksi padat-cair bertahap yang
dilakukan dengan jalan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut.
Proses perendaman dalam usaha mengekstraksi suatu substansi dari bahan
alam ini bisa dilakukan tanpa pemanasan (pada temperatur kamar), dengan
pemanasan atau bahkan pada suhu pendidihan. (11)
Jika maserasi dilakukan dengan pelarut air, maka diperlukan prses
ekstraksi lebih lanjut, yaitu ekstraksi fasa air yang diperoleh dengan pelarut
organik. Jika maserasi langsung dilakukan dengan pelarut organik maka filtrat
hasil ekstraksi dikumpulkan menjadi satu, kemudian dievaporasi atau
didestilasi. Selanjutnya dilakukan proses pemisahan dengan kromatografi atau
rekristalisasi. (11)

Pada isolasi alfa mangostin menggunakan metode maserasi. Pada


metode maserasi ini menggunakan sampel berupa simplisia, sehingga sampel
harus dikeringkan terlebih dahulu. Maserasi dilakukan selama lebih kurang 3
hari. Diharapkan selama waktu 3 hari tersebut ekstraksi berlangsung secara
maksimal.

Maserasi termasuk ke dalam ekstraksi dingin. Ekstraksi dingin terbagi


menjadi dua yaitu maserasi dan perkolasi. Metode maserasi digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam
cairan pelarut, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari
metode ini adalah peralatannya sederhana dan mudah untuk dilakukan.
Sedangkan kerugiannya antara lain membutuhkan waktu yang cukup lama
selama masa perendaman, cairan pelarut yang digunakan cukup banyak, tidak
dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti
benzoin, tiraks dan lilin.

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui


serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak
memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat telah terpisah dari ekstrak.
Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses
perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien

Ekstraksi secara panas terbagi menjadi refluks, sokhletasi, dan destilasi


uap. Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relative konstan
dengan adanya pendinginan balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk
mengekstraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan. Prinsip dari
metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu
tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang
tadinya dalam  bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke
dalam wadah reaksi sehingga  pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas
oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam untuk sintesis
senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.

Gambar 1. Alat ekstraksi secara


refluks
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan,
cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi
menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat
setelah melewati pipa sifon. Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan
untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan
secara langsung, pelarut yang digunakan lebih sedikit dan pemanasannya dapat
diatur. Sedangkan kerugiannya, karena pelarut digunakan secara berulang,
ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus
dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.

Gambar 2. Alat untuk ekstraksi secara sokhletasi

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-


minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air
diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap
atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada
tekanan udara normal.

Gambar 3. Alat untuk ekstraksi secara destilasi uap

Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang
tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang
diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam
pelarut polar dan sebaliknya.
Ada beberapa cara memisahkan suatu senyawa murni dari campuran
yaitu ekstraksi, kromatografi, fraksinasi, destilasi, rekristalisasi, dan
karakterisasi. Perlu untuk memahami perbedaan dari cara-cara pemisahan
tersebut, agar tidak salah dalam melakukan kegiatan penelitian ataupun
praktikum ketika mengisolasi suatu senyawa murni.

Kromatografi menurut Keulmans pada tahun 1959 adalah teknik


pemisahan campuran secara fisika didasarkan atas perbedaan distribusi dari
komponen-komponen campuran tersebut di antara dua fase, fase diam (padat
atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Dari pengertian tersebut dapat
diketahui bahwa terdapat dua komponen penting dalam kromatografi, yang
fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).

Definisi kromatografi menurut IUPAC (International Union of Pure and


Applied Chemistry), kromatografi adalah metode yang digunakan untuk
memisahkan komponen dalam sampel, dimana komponen tersebut
didistribusikan diantara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam
dapat berupa padatan atau cairan yang dilapiskan pada padatan atau gel.

Gambar 4. Pemisahan menggunakan kromatografi

Bila fasa diam berupa zat padat aktif, maka kromatografi ini dikenal
dengan kromatografi penyerapan (adsorption chromatography). Bila fasa diam
berupa zat cair, maka teknik ini disebut kromatografi partisi atau kromatografi
pembagian (partition chromatography).

Pemisahan secara kromatografi, senyawa-senyawa yang akan


dipisahkan ditempatkan pada sistem tertentu (seperti: kolom) di mana dalam
sistem tersebut terdapat bagian yang diam atau stasioner (biasanya berupa
padatan atau cairan yang dideposisikan pada padatan) yang disebut sebagai
fasa diam dan kemudian dibawa atau mengalir melalui suatu bagian mobile
atau yang diketauhi sebagai fase gerak, dimana selama proses pengaliran
tersebut akan terjadi interaksi antara komponen senyawa dengan fase diamnya.
Selama berinteraksi akan terjadi proses pelarutan, adsorpsi maupun penguapan
dari komponen senyawa yang akan dipisahkan.
HPLC adalah metode pemisahan dimana campuran sampel terdistribusi
di antara dua fase (fase diam dan fase gerak) di dalam kolom, dimana fase
gerak yang berupa cairan dilewatkan dengan bantuan pompa bertekanan.
Sebagai salah satu metode pemisahan yang menggunakan prinsip kromatografi,
sistem KCKT fase terbalik merupakan salah satu metode pemisahan yang
berkembang pesat dalam analisis kimia modern. Sistem fase terbalik
menggunakan fase diam yang lebih non polar dibanding fase geraknya
sehingga jenis fase diam dan fase geraknya lebih beragam, tidak seperti sistem
KCKT fase normal yang menggunakan fase diam lebih polar dibanding fase
geraknya (12).

Pada sistem fase normal, kolom yang digunakan adalah kolom silika
yang tidak dimodifikasi maupun kolom silika yang dimodifikasi secara kimia
dengan gugus polar seperti sianopropil atau diol. Pada fase terbalik umumnya
digunakan kolom silika yang dimodifikasi/digabung dengan hidrokarbon
sehingga gugus silanol pada silika bereaksi dengan berbagai reagen silana
sehingga terbentuk turunan silil yang terikat secara kovalen (12).

Fraksinasi yaitu penyulingan suatu cairan tercampur sempurna sehingga


hanya membentuk satu lapisan. Fraksinasi bisa dilakukan tanpa menggunakan
uap air. (13)

Prinsip dari fraksinasi yaitu adanya penarikan senyawa pada suatu


ekstrak dengan menggunakan pelarut yang saling tidak tercampur. Metode dari
fraksinasi yang bisa digunakan adalah metode ekstraksi cair-cair dan
kromatografi.

Rekristalisasi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk


memurnikan zat kimia. Dengan melarutkan baik pengotor dan senyawa dalam
pelarut yang sesuai, baik senyawa yang diinginkan atau pengotor bisa
dikeluarkan dari larutan, meninggalkan yang lain di belakang. Lalu senyawa
murni dikristalisasi kembali menjadi padatan.

Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat


yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya.
Larutan yang terbentuk dipisahkan satu sama lain, kemudian zat yang
diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.

Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan


pada perbedaan tingkat volalitas (kemudahan untuk menguap) pada suhu dan
tekanan tertentu. Destilasi merupakan proses fisika dan tidak terjadi adanya
reaksi kimia selama proses berlangsung.

Dasar utama pemisahan dengan cara destilasi adalah perbedaan titik


didih cairan pada tekanan tertentu. Proses destilasi biasanya melibatkan suatu
penguapan campuran dan diikuti dengan proses pendinginan dan
pengembunan.

Setelah dimaserasi, sampel dipekatkan atau diuapkan menggunakan


Rotary evaporator. Rotary evaporator akan menjadi sangat efektif jika disertai
dengan vakum. Penggunaan alat ini akan mempersingkat waktu ekstraksi dan
evaporasi.

Rotary evaporator adalah sebuah instrumen yang menggunakan prinsip


destilasi (pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen ini terletak pada
penurunan tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga
berguna agar pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya.
Instrumen ini lebih disukai, karena hasil yang diperoleh sangatlah akurat. Bila
dibandingkan dengan teknik pemisahan lainnya, misalnya menggunakan teknik
pemisahan biasa yang menggunakan metode penguapan menggunakan oven.
Maka bisa dikatakan bahwa instrumen ini akan jauh lebih unggul. Karena pada
instrumen ini memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik pemisahan
yang lainnya. Dan teknik yang digunakan dalam rotary vakum evaporator ini
bukan hanya terletak pada pemanasannya tapi dengan menurunkan tekanan
pada labu alas bulat dan memutar labu alas bulat dengan kecepatan tertentu.
Karena teknik itulah, sehingga suatu pelarut akan menguap dan senyawa yang
larut dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap namun mengendap. Dan
dengan pemanasan dibawah titik didih pelarut, sehingga senyawa yang
terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi.

Gambar 5. Rotary Evaporator

Walaupun prinsipnya hampir mirip dengan proses penguapan


menggunakan destilasi, namun dalam percobaan ini lebih baik menggunakan
alat rotary evaporator karena evaporasi adalah teknik yang digunakan untuk
memisahkan campuran homogen dimana ada satu atau lebih padatan terlarut.
Sedangkan destilasi adalah metode yang efektif untuk memisahkan campuran
yang terdiri dari dua atau lebih cairan murni. Sampel yang digunakan untuk
ekstraksi pada praktikum kali ini berupa padatan terlarut yaitu simplisia kulit
buah manggis yang telah dihaluskan, sehingga lebih tepat menggunakan teknik
evaporasi.
Prinsip dari rotary evaporator ialah menguapkan pelarut ekstraksi dan
hanya akan meninggalkan senyawa hasil ekstraksi atau yang disebut dengan
ekstrak. Prinsip kerja dari rotary evaporator ini didasarkan pada titik didih
pelarut dan adanya tekanan yang menyebabkan uap dari pelarut terkumpul di
atas, serta adanya kondensor (suhu dingin) yang menyebabkan uap ini
mengembun dan akhirnya jatuh ke tabung penerima (receiver flask). Setelah
pelarutnya diuapkan, akan dihasilkan ekstrak yang dapat berbentuk padatan
(solid) atau cairan (liquid). (14)

Proses ekstraksi akan mengahasilkan suatu ekstrak. Ekstrak adalah


sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. (15)

Ekstrak dikelompokan atas dasar sifatnya, yaitu:

1. Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu


dan dapat dituang
2. Ekstrak kental adalah sediaan yang dilihat dalam keadaan dingin dan tidak
dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Tingginya
kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran
bakteri.
3. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering dan
mudah dituang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari
5%.
4. Ekstrak cair, ekstrak yang dibuat sedemikiannya sehingga 1 bagian
simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair. (15)

Pada praktikum ini menggunakan fase diam berupa bubur silika.


Penggunaan bubur silika bertujuan agar mencegah pembentukan gelembung
udara pada saat masuk ke kolom. Jika menggunakan silica gel kering
sebenarnya metode lebih mudah, namun dapat menyebabkan terjadinya
gelembung udara pada kolom yang dapat mengganggu pemisahan kolom dan
dapat memecahkan bahan adsorben dalam kolom.

Dalam pengerjaannya harus dilakukan dengan hati-hati untuk


menghindari gelembung udara. Adanya gelembung udara dapat mengakibatkan
terhambatnya proses penurunan zat sehingga penurunan zat tidak secara merata
dari yang diharapakan.

Setelah sampel yang awalnya berbentuk simplisia kemudian menjadi


ekstrak kental, dilakukan preadsorpsi sampel. Preadsorpsi dilakukan dengan
tujuan agar porositas sampel memiliki kondisi yang sama dengan silica gel
(fase diam). Preabsorpsi dilakukan ketika sampel tidak larut di dalam fase
gerak oleh karena itu digunakan fase diam (silica gel). Preadsorpsi berbeda
dengan reabsorpsi walaupun dengan pengucapan yang hampir mirip.
Reabsorpsi adalah suatu fenomena penyerapan kembali.

Setelah dilakukan preadsorpsi sampel maka dilanjutkan dengan


pemisahan secara kromatografi kolom. Kromatografi kolom terbagi atas dua
yaitu : (16)

- Sistem elusi isokratik


Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan satu macam atau lebih fase gerak
dengan perbandingan tetap (komposisi fase gerak tetap selama elusi).
- Sistem elusi gradien
Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan campuran fase gerak yang
perbandingannya berubah-ubah dalam waktu tertentu (komposisi fase
gerak berubah-ubah selama elusi). Elusi gradien didefinisikan sebagai
penambahan kekuatan fase gerak selama suatu analisis kromatografi
berlangsung. Digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang
kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas.
Pengaruh yang menguntungkan dari elusi gradien adalah memperpendek
waktu analisis senyawa-senyawa yang secara kuat ditahan di dalam kolom.
Dalam hal ini kita menggunakan kromatografi kolom sistem elusi
isokratik. Eluen yang digunakan perbandingannya tetap sama dari awal sampai
akhir dari proses kromatografi kolom. Eluen yang digunakan adalah n-Heksana
dan etil asetat dengan perbandingan masing-masing 9:1.

Pada kromatografi kolom ini, menurut Farmakope Herbal Indonesia


fase gerak yang cocok untuk ekstrak kulit buah manggis adalah kloroform dan
etil asetat. Dimana perbandingan kloroform dan etil asetat masing-masing 9:1.
(17)

Setelah dipisahkan dengan kromatografi kolom, dilakukan identifikasi


dengan metode kromatografi lapis tipis. Saat proses identifikasi menggunakan
KLT, pada plat silika juga ditotolkan ekstrak kulit manggis atau senyawa murni
dari alfa mangostin sebagai kontrol. Lalu amati pola kromatogram dan hitung
Rf nya. Dimana pada literatur disebutkan bahwa besarnya Rf pembanding α-
mangostin adalah 0.62. (17)
Gambar 6. Pola kromatogram ekstrak kulit manggis

Etil asetat atau yang sering disebut Ethyl Acetate dalam nama dagang
mempunyai rumus molekul yaitu (CH3COOCH2CH3) atau (C4H8O2) dengan
berat molekul 88,106 g/mol. Etil asetat adalah pelarut yang cukup polar yang
memiliki keuntungan sebagai Volatile, relatif tidak beracun, dan tidak
higroskopis. Etil asetat umumnya dibuat dengan esterifikasi etanol dan asam
asetat. (18)

Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R—O—R',


dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling
umum adalah pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-
CH3). Eter sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena
gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin.
II. Kesimpulan dan Saran
II.1. Kesimpulan
- Senyawa alfa mangostin merupakan senyawa yang terdapat pada
ekstrak kulit manggis bergolongan xanthin.
- Senyawa alfa mangostin di ekstraksi dengan cara maserasi, lalu
dipisahkan dengan krmatografi kolon, dan diidentifikasi dengan
KLT.
II.2. Saran
- Diharapkan praktikan memahami prinsip dari berbagai metode
pemisahan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Putri, IP. Effectivity of Xantone of Mangosteen (Garcina


mangostana Linn) Rind As Anticancer, Journal Majority. 2015.4.
2. Syamsudin, Farida, Widowati, Faizatun. Profil Distribusi dan
Elinasi Senyawa Alfa Mangostin setelah pemberian oral pada tikus.
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 2008.13 (2).
3. Rubiyanti R, Susilawati Y, Muchtaridi. Potensi Ekonomi dan Manfaat
Kandungan Alfa-Mangostin serta Gartanin dalam Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana Linn). Farmaka. 15 (1).
4. Kumar PSV, Puranik B, Nandini.Evaluation of Alpha Mangostin
Isolated and Purified from the Crude Extract of Garcina
mangostna for the Antidiabetic, Anti Inflamatory, Antioxidant
Avtivity. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
research (an aofficial publication of HumanJournal.2017.8(2).
5. Wahyuni FS, Sudji IR, Amaliyah R. Evaluasi Sitotoksik Alfa Mangostin
pada Kultur Sel Leukosit Manusia secara In Vitro dan Uji Aktivitas
Antioksidan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 2018. 5 (3)
6. Pothitirat, Werayut, Mullika T.C., Roongtawan S. and Wandee G. 2009.
Comparison of bioactive compounds content, free radical scavenging and
anti-acne inducing bacteria activities of extracts from the mangosteen fruit
rind at two stages of maturity. Fitoterapia (80), 442–447
7. Ee, GCL, Daud S, Izzaddin SA and Rahmare M. 2008. Garcinia
mangostana: a source of potential anti-cancer lead compounds against
CEM-SS cell line. J Asian Nat Prod Res 10(5): 475–479.
8. Wijayanti NPAD, Dewi LPMK, Astuti KW, Fitri NPE. Optimasi Waktu
Maserasi untuk Manggis (Garcinia mangostan L) Rind Menggunakan
Pelarut Etil Asetat.
9. Sumartini, Ikrawan Y, Muntaha FM. Analisis Bunga Telang (Clitoria
ternatea) dengan Variasi pH Metode Liquid Chromatograph-Tandem
Mass Spectrometry (LC-MS/MS). Pasundan Food Technology Journal.
2020. 7 (2).
10. Ballard, TS. Optimizing the Extraction of Phenolic Antioxidant Compound
from Peanut Skins. Disertation, The Faculty of Virginia Polytechnic
Institute and State University. 2008.
11. Kristanti, AN, Aminah NS, Tanjung M, Kurniadi B. Buku Ajar Fitokimia.
Surabaya : Airlangga University Press ; 2008.
12. Meyer VR. Practical High-Performance Liquid Chromatography : Fifth
Edition. Chichester : John Wiley and Sons Inc; 2010.
13. Wahyuni N, Asfar IT, Asfar IA, Fitriani A, Ilham M, Megawati A.
Panduan Pendirian Usaha Minyak Bangel dan Balsem Bangel. Bandung :
Penerbit Media Sains Indonesia ; 2020.
14. Nugroho BW, Dadang, Prijono D. Pengembangan dan Pemanfaatan
Insektisida Alami. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu. Bogor: IPB;
1999
15. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI; 2000.
16. Putra, EDL. Dasar-Dasar Kromatografi Gas dan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. Medan: Fakultas Farmasi USU; 2007.
17. Kemenkes RI. Farmakope Herbal Indonesia Edisi 2. Jakarta; 2017.
18. Mackay D, Shiu WY. Handbook of Physical-Chemical Properties and
Environmental Fate for Organic Chemicals. 2nd ed. Boca Raton: CRC
Press; 2006.

Anda mungkin juga menyukai