DISUSUN OLEH :
VELINA WALANNGITANG
210111010159
INSTRUKTUR :
dr. Joice Nancy A. Engka, M.Kes. Sp.KKLP. AIFM.AIFO
dr. Damajanty H.C.Pangemanan,M.Kes. Sp.KKLP. AIFM.AIFO dr. Hedison Polii, M.Kes.
Sp.KKLP. AIFM.AIFO
dr. Diana V.D.Doda, MHOS.PhD
Dr. dr.Herlina I.S.Wungouw,Ms.AppSc.MsMed.Ed.AIFM. AIFO dr. Sylvia R.Marunduh,
M.Med. AIFM
Dr.dr.Erwin A. Pangkahila, M.Repro.SpPD
dr. Ivonny M. Sapulete.MSc.
Sistem urinaria terdiri atas ginjal dan beberapa saluran seperti kandung
kemih,ureter, dan urethra.Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan
berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk
urin atau air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Ginjal, bagian dari
sistem urinaria berfungsi membersihkan sisa kotoran dari air, garam dan sisa
makanan dari tubuh. Darah yang mengalir bersikulasi melalui ginjal, telah melalui
miliaran proses filterasi melalui organ ini. Hasilnya adalah keringat dan urin. Di
dalam ginjal terdapat dua hormon penting yang berfungsi mengatur tekanan darah,
yaitu renin dan angiotensin.
Proses yang terjadi di dalam ginjal ada di sel ginjal yang disebut nefron. Ginjal
mengandung kira-kira 2.400.000 nefron, dan tiap nefron dapat menghasilkan urin.
Fungsi dasar nefron adalah untuk membersihkan atau menjernihkan plasma dari zat-zat
yang tidak dikehendaki ketika ia mengalir melalui ginjal tersebut. Zat-zat yang harus
dikeluarkan terutama meliputi produk akhir metabolisme seperti ureum, kreatinin, asam
urat dan garam-garam asam urat. Jika ada ion yang berlebihan seperti natrium, kalium,
klorida yang cenderung terkumpul di dalam tubulus atau saluran nefron yang
berlebihan, nefron berfungsi membersihkan plasma dari kelebihan ini. Mekanisme
utama nefron adalah, ketika cairan plasma masuk ke dalam nefron, maka proses
penyaringan dimulai, zat yang tidak dikehendaki tidak diserap kembali dan keluar
sebagai urin, tetapi yang masih bermanfaat diserap kembali untuk kepentingan
metabolism.
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga hemostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar (±96%) air dan sebagian
kecil zat terlarut (±4%) yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan sementara dalam kandung
kemih dan dibuang melalui proses miksi.
1. Filtrasi Glomerulus
Langkah pertama dalam pembentukan urin. Rata-rata, -125 ml filtrat
glomerulus (cairan yang disaring/difiltrasi) secara kolektif diproduksi pada
di seluruh glomerulus setiap menit. Jumlah ini setara dengan 180 liter
(sekitar 47,5 galon) setiap hari. Mengingat bahwa volume plasma rata-rata
orang dewasa adalah 2,75 liter, ini berarti ginjal menyaring seluruh
volume plasma 65 kali sehari.
2. Reabsorpsi Tubulus
Saat filtrat mengalir melalui tubulus, zat-zat yang berguna bagi tubuh
dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Pemindahan selektif zat dari
bagian dalam tubulus (tubulus) ke darah ini disebut reabsorpsi tubulus. Zat
yang diserap tidak diekskresikan di luar tubuh bersama dengan urin, tetapi
dibawa ke sistem vena melalui kapiler peritubulus dan kemudian ke
jantung untuk disirkulasikan kembali. Dari 180 liter plasma yang disaring
per hari, rata-rata 178.5 liter diserap kembali. Sisa 1,5 liter tubulus
diekskresikan di pelvis ginjal dan diekskresikan sebagai urin.
3. Sekresi Tubulus
Transfer/Pemindahan selektif zat dari kapiler peritubulus ke lumen tubulus
Proses ini adalah metode entri kedua Zat dari darah ke tubulus ginjal
Yang pertama adalah karena filtrasi glomerulus. Hanya sekitar 20%
Plasma mengalir melalui kapiler glomerulus Kapsula Bowman; 80%
sisanya mengalir ke kapiler peritubulus melalui arteriol eferen. Sekresi
tubular adalah mekanisme untuk mengeluarkan zat. Plasma dikumpulkan
dengan cepat dengan mengekstraksi sejumlah zat tertentu dari 80%
plasma kapiler peritubular yang tidak disaring/difiltrasi kemudian
dipindahkan ke zat yang sudah ada di tubulus sebagai hasil filtrasi.
Tes urine atau yang disebut urinalisa adalah pemeriksaan terhadap urine pasien
yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya zat-zat yang biasa berada di urine dan
berapa kadarnya. Pemeriksaan terhadap sampel urine ini telah dikenal sejak lama
dalam bidang kedokteran. Bahkan, pemeriksaan ini juga telah cukup dikenal
masyarakat umum.
A. WARNA URINE
Warna urin yang dikeluarkan tergantung dari konsentrasi dan sifat bahan yang
larut dalam urin. Warna urin dapat berubah oleh karena obat-obatan, makanan,
serta penyakit yang diderita. Warna urin normal putih jernih, kuning muda atau
kuning. Warna urin berhubungan dengan derasnya diuresis (banyak kencing),
lebih besar diueresis lebih condong putih jernih. Warna urin kuning normal
disebabkan antara lain oleh urocrom dan urobilin. Pada keadaan dehidrasi atau
demam, warna urin lebih kuning dan pekat dari biasa ginjal normal.
(Gandasoebrata, 2006)
A. BAU URINE
Biasanya spesifik. Normalnya baunya tidak keras. Pada urine yang segar / baru biasanya
tidak berbau menyengat , tetapi pada urine yang telah lama dikeluarkan dari tubuh,
ureum yang terkandung didalamnya akan diubah menjadi amoniak oleh bakteri yang ada
dalam urine, sehingga menimbulkan bau yang keras / menyengat . Bau khusus pada
urin dapat disebabkan oleh makanan misalnya : jengkol, pete, durian dan yang
disebabkan obat-obatan, misalnya : mentol, terpentin. Pada karsinoma saluran kemih,
urin akan berbau amoniak karena adanya kuman yang menguraikan ureum dalam urin.
Dalam keadaan phatologis urine dapat berbau
1. MANIS : biasanya disebabkan oleh adanya acetone, misalnya pada koma diabetic
2. BUSUK : biasanya disebabkan oleh adanya infeksi , misalnya pada cystitis
VIII. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pemeriksaan fisik urine secara makroskopis didapatkan
bahwa urine yang dikeluarkan atau dihasilkan tidak berwarna atau cenderung bening
seperti air dan tidak berbau. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut urine dikatakan
normal atau tidak terdapat gangguan pada ginjal karena kebutuhan minum air cukup
terpenuhi sehingga produksi urine tidak terhambat atau lancar, dengan demikian urine
tidak berubah warna dan tidak menghasilkan bau. Jadi dapat disimpulkan bahwa ginjal
masih berfungsi dengan baik dan stabil dalam memproduksi urine
IX. Lampiran/Dokumentasi
X. Referensi
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC