Anda di halaman 1dari 23

LANJUTAN URINALISA DAN

PARAMETER PEMERIKSAAN

NURUL NI’MA AZIS, S.ST, M. KES


WHAT IS?????

Urine, air seni, atau air kencing adalah cairan


sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksreksi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
PROSES PEMBENTUKAN URIN
Ginjal memiliki fungsi utama untuk
mengatur proses urine pada
manusia. Manusia mempunyai dua
buah ginjal disebelah kanan dan
kiri. Ginjal memiliki fungsi sebagai
proses pembentukan urine
melewati tiga tahapan penting,
yaitu :
Proses filtrasi/ penyaringan
Reabsorbsi/ penyerapan kembali
unsur-unsur yang masih
dibutuhkan
Sekresi/ pengeluaran zat buang
metabolisme.
Urutan dalam proses pengeluaran
urine dari dalam tubuh melalui
beberapa tahapan. Tahapan
pertama dimulai dari ginjal lalu
dialirkan ke ureter sampai semua
tersimpan di kandung kemih.
Setelah penuh, maka kandung
kemih akan merangsang syaraf,
hal ini merupakan tanda
seseorang ingin buang air kecil.
Komposisi Urin
Urin terdiri dari air
dengan bahan
terlarut berupa sisa
metabolisme
(seperti urea),
garam terlarut, dan
materi organik.
Cairan dan materi
pembentuk urin
berasal dari darah
atau cairan
interstisial.
Pandangan Awal Mengenai Warna Urine
 Kuning jernih
urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh
kita Urin ini tidak berbau, hanya saja beberapa saat setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan
mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas.
 Kuning tua atau pekat
warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan
cairan. Namun bila terjadi terus, segera periksakan ke dokter
karena merupakan tahap awal penyakit liver.
 Kemerahan
kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung
kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar
maupun rifampisin secara berlebihan.
 Oranye
mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria, Pyridium,
antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih
dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadio.
Zat-zat yang terkandung dalam urin dapat
memberikan informasi penting mengenai
kondisi umum di dalam tubuh.
Salah satu tahap yang dapat menentukan hasil
pemeriksaan urin yang baik adalah tahap
praanalitik. Penatalaksanaan pada tahap ini
harus diperhatikan dan dilakukan dengan baik
dan benar untuk menghindari kesalahan pada
hasil pemeriksaan urin. Beberapa hal yang
harus diperhatikan diantaranya adalah cara
pengumpulan spesimen, transportasi,
penyimpanan dan pengawet urin (Wirawan R
2015
Gangguan pada urin:
1. Stabilitas sampel Urin yang dipakai adalah urin segar. Analisis
sampel harus dilakukan tidak lebih dari 2 jam setelah
pengambilan sampel. Jika dalam waktu 2 jam belum
dilakukan pemeriksaan maka urin dapat disimpan pada suhu
40C. (Wirawan R 2015)
2. Cara pengambilan sampel. Sampel urin yang biasa dipakai
adalah porsi tengah (midstream). Jenis pengambilan sampel
urin ini dimaksudkan agar urin tidak terkontaminsai dengan
kuman. (Brunsel N.A,2013
3. Penampung urin Botol penampung urin yang dipakai harus
bersih, kering dan sekali pakai. Pemberian etiket atau koding
dilakukandengan jelas yang meliputi nama, tanggal lahir, no
registrasi dan jam pengambilan. (Wirawan R 2015, R
Gandasoebrata 2013)
Jenis-jenis Urin
1. Urine sewaktu / urine acak (random).
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara
khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel
darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik
untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
2. Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau
menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang
lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk
pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG
(human chorionic gonadothropin) dalam urine.
3. Urine tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan
dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa
kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine
dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan
pengawet, misalnya toluene.
4. Urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urine
selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai
sebelum aliran urine habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan
mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine.
5. Urin Kateter
urine kateter juga dapat digunakan. Dalam keadaan
khusus, misalnya pasien dalam keadaan koma atau pasien
gelisah, diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui
uretra. Prosedur ini menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi
dan menimbulkan trauma uretra dan kandung kemih.
Untuk menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi
pada bagian selang kateter dengan menggunakan alkohol
70%. Aspirasi urine dengan menggunakan spuit sebanyak
10 – 12 ml. Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup
rapat. Segera kirim sampel urine ke laboratorium.
6. Urin post prandial adalah urin yang dikeluarkan 90 menit
sampai 3 jam setelah makan
Pemeriksaan Makroskopik Urin
1. Volume Urin
Pra Analitik
Tujuan: Mengetahui volume urin pasien dalam
24 jam dan bermanfaat untuk mengetahui
adanyan gangguan pada ginjal
Prinsip: Banyaknya urin yang dikeluarkan
ginjal dalam 24 jam bergantung pada beberapa
faktor. Pembacaan pada miniskus bawah pada
gelas ukur
Bahan: Urin 24 jam
Alat: Gelas ukur
Analitik
Prosedur
1. Pada jam/waktu tertentu pada hari pertama,
pasien berkemih lalu spesimen dibuang.
Waktu ketika pasien berkemih dicatat pada
tempat penampungan urin
2. Semua spesimen ditampung dan
dikumpulkan dengan hati-hati di dalam
wadah penampung selama 24 jam berikutnya
3. Spesimen yang terakhir tepat 24 jam setelah
urin pertama kali ditampung
4. Ukur volume urin menggunkan gelas ukur
Post Analitik/Pasca Analitik:
750 mL sampai 2000 mL

Pembahasan:
Volume urine dewasa secara normal antara 750
mL samapi dengan 2000 mL yang bergantung
pada asupan cairan dan kehilangan melalui
jalan lain (keringat). Oliguira (kurangnya
produksi urin) disebabkan oleh kurangnya
asupan cairan ke dalam taubuh atau hilangnya
cairan secara berlebihan misal pendarahan,
muntah dan diare.
Pengeluaran urin minimal dalam 24 jam adalah
500 ml. Seorang pasien dikatakan oligria jika
dalam 24 jam volume urinnya dibawah 400 ml
dan anuria bila volume urin di bawah 100 ml.
Pengeluaran urin 12 jam siang dan 12 jam
malam harus diukur secara terpisah.
Normalnya volume urin siang hari lebih
banyak dari pada malam hari. Volume urin
malam sama atau melebihi volume siang hari
dan mengacu pada glomerulustubulus yang
berat, adanya gangguan absorpsi(penyerapan)
pada usus, penyakit Addison yaitu lesi kelenjar
adrenalis primer karena destruktif.
2. Warna dan Kejernihan Urin
Pra Analitik
Tujuan:
mengetahui kelainan urin yang berarti untuk
klinik
Prinsip: Untuk menggambarkan warna urin
yang harus dikerjakan secepatnya setelah urin
dikeluarkan. Dengan latar belakang cahayan,
urin dinyatakan dengan warna kuning muda,
kuning tua, kuning cokelat, tidak berwarna
atau urin dinyatakan jernih atau keruh waktu
dikeluarkan.
Bahan: Urin segar
Bahan: Tabung reaksi, rak tabung reaksi, botol
penampung dan corong

Analitik:
1. Isi ¾ tabung reaksi dengan urin segar

2. Amati warna urin dengan bantuan cahaya

Post analitik/Pasca Analitik


Nilai normal warna: kuning muda, kuning tua
Nilai normal kejernihan: Jernih atau sedikit keruh
Pembahasan
Warna normal urin kuning muda, kuning tua
disebabkan oleh urobilin dan urokhrom.
Warna abnormal urin:
a. Hijau: obat-obatan dan bakteri
b. Merah: hemoglobin, porfirin dan porfobilin
c. Cokelat: bilirubin, hematin, porfobilin
d. Putih susu: zat lemak, pus, getah prostat
Penyebab urin menjadi keruh:
1. Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah yang
besar
2. Unsur sedimen dalam jumlh yang besar

3. Lemak

4. Benda-benda koloid

5. Bakteri
 PEMERIKSAAN pH Urine
 Prinsip : memperhatikan secara
makroskopis :, berat jenis dan pH urine
 Tujuan : menentukan secara makroskopis :,
berat jenis dan pH urine.
 Alat/bahan :
Gelas takar
Carik indikator pH
Urinometer
Termometer ruangan
Cara kerja
 Tuang sampel urin ke gelas takar dan tentukan
atau catat volumenya
 Perhatikan warnanya, catat warna yang terlihat
 Perhatikan pula kejernihan, kekeruhan urin
tersebut catat kejernihan atau kekeruhan yang
terlihat
 Celupkan satu carik indikator pH, baca
beberapa pH urin dengan mencocokkan warna
yang terjadi dengan skala warna pada skala pH
Menetapkan berat jenis (BJ) urine :
 Tuang sampel urin yang suhunya sudah sesuai
suhu kamar ke gelas urinometer. Hilangkan
busa yang ada dengan memakai kertas saring.
 Tempatkan hydrometer ke urin. Hydrometer
harus terapung bebas dan tidak boleh
menyentuh dinding tabung atau gelas. Bila
perlu, putarlah hydrometer agar ia terapung di
tengah-tengah
 Bacalah pada meniscus bawah (dasar
meniscus), hindari parallax
 Laporkan atau catat berat jenis yang terbaca
Perlu melakukan koreksi pembacaan dengan
memperhatikan suhu ruangan, contoh :
 Suhu tera : 200C
 Suhu ruangan : 320C
 BJ yang terbaca : 1,015
 Setiap kenaikan 30C diatas suhu tera, tambahkan nilai
0,001 pada BJ yang terbaca
 Jadi :
 BJ = (suhu ruang – suhu tera) x 0,001 + Bj yang terbaca
 3
 BJ = (32-20)x0,001 + 1,015
 3
 BJ = 4 X 0,001 + 1,015
 BJ = 1,019

Anda mungkin juga menyukai