PUNKSI SUPRAPUBIK
Oleh:
Akrom Fasich W
(010216A003)
(010216A008)
Clara Tyas E
(010216A013)
Danar Khodariyanto
(010216A014)
(010216A018)
(010216A021)
Faridah Qurrota A
(010216A025)
Heru Setianto
(010216A028)
Kurniawan Prasetya
(010216A033)
Nurfitriana Agustina D
(010216A036)
Retno Purnaningsih
(010216A039)
Rhendy Anvar H
(010216A040)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering mendengar istilah urine. Bukan hanya
mendengar namun kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urine atau metabolisme
tubuh melalui urine yang biasa kita sebut buang air kecil (BAK). Buang air kecil merupakan
suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urine
yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna atau merasakan
nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita
lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau specimen
urine. Pemeriksaan pada urine dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh
seseorang. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana proses
pengumpulan urine.
B. Tujuan
1. Menguraikan dan menjelaskan cara pengambilan spesimen urine.
2. Menambah pengetahuan mengenai spesimen urine.
3. Memahami cara pengambilan spesimen urine yang benar pada pasien.
4. Memberikan intervensi terhadap penyakit yang dialami pasien.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur yang baik dan benar untuk pengambilan spesimen urine pada
klien ?
2. Bagaimana proses mengidentifikasi adanya kelainan yang dialami pasien melalui tes
urine?
3. Bagaimana memutuskan tindakan yang diberikan perawat kepada pasien penderita
kelainan?
D. Manfaat
1. Untuk mengetahui kelainan yang ada di dalam tubuh pasien.
2. Untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam urine.
3. Untuk mengetahui tindakan selanjutnya atas penyakit yang diderita pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian.
Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan
laboratorium. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
B. Komposisi dan Fungsi Urine.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin
dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber
nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,
sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan
saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang
dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang
steril.
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
berwarna kuning pekat atau cokelat. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi
melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan
ditemukan dalam urin orang yang sehat.
C. Pemeriksaan Urine.
Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan
saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu,
pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan
specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan sampai
dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar.
Label spesimen
Kapas sublimat
Formulir Laboratorium
Waslap
Sabun
Handuk
Prosedur plaksanaan
Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan
Untuk klien yang dapat berjalan
-
Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan parineal dengan
sabun dan air
Dengan gerakan memutar, bersihkan saluran kencing. Gunakan steril hanya sekali
pakai kemudian buang. Bersihkan area beberapa inci dari penis
Ambil sampel dari klien yang tidak dapat berjalan atau ajarkan klien yang dapat
berjalan bagaimana mengambil sampel.
-
Tempatkan wadah di tempat aliran urine dan ambil sampel, jangan sampai wadah
tersentuh penis
Untuk pengambilan urine aliran tengah anjurkan, klien kencing dulu kemudian
menahannya dan kencing kembali, lalu urine dimasukkan kedalam botol +_ 30 60
cc, kemudian klien di anjurkan mengeluarkan urine/ mengosongkan kandung kemih
secara keseluruhan.
Pastikan pada label tertera informasi yang sesuai dan benar, letakkan pada botol
Catat data seperti warna,bau, konsistensi , dan kesulitan yang di alami klien selama
pengambilan sampel
Dapatkan wadah spesimen dengan zat pengawet dari laboratorium , labeli wadah
dengan identitas klien, kapan pengumpulan dimulai dan selesai.
Simpan semua sampel dari setiap pengambilan sampel dalam wadah dan disimpan
wadah dari lemari pendingin. Jagalah sampel agar tidak terkontaminasi dengan
kertas toilet atau feses.
laboratorium
-
Catat dalam dokumen sampel, waktu pengambilan dan waktu selesainya serta hasil
pengamatan lain terhadap urine
Jika tidak ada urine dalam kateter , jepit tabung penampung selama +_ 30 menit.hal
ini menyebabkan segera terkumpul di dalam kateter .
Ambil sampel urin secukupnya ( 3cc untuk kultur urine dan 30cc untuk analisis
urine rutin)
Pindahkan urine kedalam wadah, pastikan jarum tidak menyenth luar wadah
Tutup wadahnya
Beri label dan kirim kelaboratorium secepatnya untuk analisis atau taruh di lemari
pendingin
E.
yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis
harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun
jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.
Kateter.
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara
ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan
asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin
dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin
yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi
suprapubik.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter
urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam
wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar
wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan
kirim segera ke laboratorium.
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan
bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh
pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat
pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus
sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah
pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan
sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus
disimpan pada suhu 40 C selama tidak lebih dari 24 jam.
NO
I
LANGKAH KERJA
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
II
Urinal
Pengalas
Tissu
Sampiran
Baskom
Sabun
C. PROSEDUR PELAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Cuci tangan
Jelakan prosedur pada pasien
Pasang sampiran, tutup kelambu atau pintu
Pasang alas urinal dibawah glutea
Lepas pakaian bawah pasien
Pasang urinal dibawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha
Anjurkan pasien untuk berkemih
Setelah selesai rapikan alat
Cuci tangan, catat warna dan jumlah produksi urine
D. TAHAP TERMINASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
NILAI
1
Pengertian
Aspirasi supra pubik adalah tehnik pengambilan sampel urin melalui aspirasi kulit
abdomen pada daerah suprapubik. Cara ini dilakukan bila pengambilan sampel urin untuk
pemeriksaan biakan tidak dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui kateterisasi.
Indikasi
1. Untuk diagnosis ISK pada anak jika spesimen urin dari kateter steril tidak dapat
dilakukan atau sampel urin dari kateter tidak dapat digunakan karena kontaminasi.
2. Pada pasien dengan trauma uretra luas yang merupakan kontra indikasi pemasangan
kateter via uretra
3. Untuk pemeriksaan urin/unrinalisis dan biakan urin pada neonatus dan anak yang tidak
mampu menampung urin secara pancar tengah.
4. Sumbatan uretra
5. Fimosis
6. Uretritis dan parauretritis
Kontra Indikasi
1. Kandung kencing yang kecil atau yang tidak teraba
2. Sikatriks karena operasi lower abdomen sebelumnya
3. Tumor kandung kencing yang belum diketahu
Acuan
Persiapan :
Bersihkan daerah tempat penusukan sekitar suprapubis. Tutup daerah suprapubis
dengan duk sterile setelah dilakukan desinfeksi pada daerah tersebut dan sekitarnya.
Prosedur :
Tentukan tempat punksi pada 2-3 cm diatas simpisis pubis dewasa yang baring
terlentang. Pastikan kandung kemih berisi penuh. Lakukan tindakan asepsis pada daerah
supra pubis dan lakukan anastesi lokal pada tempat yg telah steril. Lakukan aspirasi
sedalam 3 cm dengan jarum 14 G dengan posisi jarum membentuk sudut 10-200.
Perlahan jarum dimasukkan sambil melakukan aspirasi. Jika urin sudah keluar, tusukan
dihentikan. Bila jumlah urin cukup, jarum dicabut dan tekan tempat tusukan dengan kasa
steril. Masukkan urin dalam botol steril.
Perhatian :
Pada saat tindakan tersebut dilakukan, terpasang urine bag collector untuk mengantisipasi
terjadi miksi spontan
Alat dan Bahan :
-
Deskripsi kegiatan :
Kegiatan
Waktu
1. Pengantar
2 menit
2. Bermain Peran Tanya 30 menit
& Jawab
4. Curah Pendapat/
Diskusi
Total waktu
15 menit
150 menit
Deskripsi
Pengantar
1. Mengatur posisi duduk mahasiswa
2. Dua orang dosen memberikan contoh bagaimana
cara melakukan aspirasi supra pubis. Mahasiswa
menyimak / mengamati peragaan dengan
menggunakan Penuntun Belajar.
3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bertanya dan dosen memberikan penjelasan tentang
aspek-aspek yang penting
1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasangan.
Diperlukan seorang Instruktur untuk mengamati
setiap langkah yang dilakukan oleh setiap
pasangan.
2. Setiap pasangan berpraktek melaku-kan langkahlangkah melakukan aspirasi supra pubis secara
serentak
3. Instruktur berkeliling diantara maha-siswa dan
melakukan supervisi menggunakan ceklis
4. Instruktur memberikan pertanyaan dan umpan
balik kepada setiap pasangan
1. Curah Pendapat/Diskusi : Apa yang dirasakan
mudah? Apa yang sulit? Menanyakan bagaimana
perasaan mahasiswa yang pada saat melakukan
tindakan aspirasi suprapubis. Apa yang dapat
dilakukan oleh dokter agar pasien merasa lebih
nyaman?
2. Instruktur membuat kesimpulan dengan menjawab
pertanyaan terakhir dan memperjelas hal-hal yang
masih belum dimengerti
PENUNTUN PEMBELAJARAN
TEHNIK ASPIRASI SUPRAPUBIS
(digunakan oleh Peserta)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak sesuai
urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi
tidak efisisen
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan.
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN TEHNIK ASPIRASI SUPRAPUBIS
LANGKAH / KEGIATAN
ORIENTASI
Sapalah klien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda, serta
tanyakan keadaannya.
Berikan informasi umum pada klien atau keluarganya tentang tindakan aspirasi supra
pubis, tujuan dan manfaat aspirasi suprapubis untuk keadaan klien.
Berikan penjelasan dengan bahasa awam pada klien atau keluarganya tentang:
- jenis alat yang akan dipakai,
- dimana tempat akan dilakukan aspirasi
- bagaimana cara aspirasi suprapubis
- jelaskan kemungkinan risiko dalam tindakan, tetapi beri jaminan bahwa bahaya itu
kemungkinannya sangat kecil, karena anda sudah mahir melakukan dan anda
memakai alat yang tepat dan steril.
Berikan jaminan pada klien atau keluarganya tentang kerahasiaan yang diperlukan
klien
Jelaskan tentang hak-hak klien pada klien atau keluarganya, misalnya tentang hak
untuk menolak tindakan aspirasi suprapubis
Mintalah kesediaan klien untuk dilakukan tindakan aspirasi suprapubis
MELAKUKAN PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Periksa dan letakkanlah semua alat dan bahan pada tempatnya
MENYIAPKAN PENDERITA
Sebelum tindakan dilakukan, sebaiknya melihat terlebih dahulu darah rutin (trombosit,
PT, PTT, waktu perdarahan)
Sebelum tindakan mintalah pasien untuk minum air yang banyak
Pasien berbaring dengan posisi terlentang,
Pastikan kandung kemih berisi penuh dengan cara melakukan perkusi di daerah supra
pubis atau dengan bantuan USG bila tersedia.
Pasanglah urine bag collector untuk mengantisipasi miksi spontan
KASUS
2
3
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dengan menggunakan prosedur baik dan benar serta pengetahuan tentang pengambilan
spesimen urine, kita dapat mengetahui kandungan dan kelainan yang terdapat dalam urine
sehingga kita dapat lebih cepat mencegah dan menanggulanginya.
Pada proses pengambilan spesimen urine harus mempersiapkan alat-alatnya dengan
lengkap dan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan bila pasien sadar
serta mengetahui dengan baik tentang tata cara pelaksanaannya.
B. Saran
Hal-hal yang penting dilakukan sebelum dan sesudah pengambilan spesimen urine:
1. Cuci tangan dengan baik menggunakan air hangat, kemudian bersihkan dengan sabun
sebelum dan sesudah mengambil sampel urine.
2. Lakukan tata cara pengambilan urine dengan baik dan benar.
3. Gunakan sarung tangan jika menyentuh urine orang lain.
4. Gunakan plastik bening dan bersih untuk membawa sampel ke laboratorium.
5. Spesimen urine harus segera dibawa ke laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Murwani Arita. 2009. Keterampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan, Cetakan Kedua.
Yogyakarta : Fitramaya.