Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FARMAKOGNOSI TOPIK 10

NAMA : FAHRI A. RAMADHAN

NO. BP : 1911013040

1. Jelaskan dengan bagan kerja cara penentuan kadar golongan kimia (minyak atsiri,
steroid, tannin, flavonoid, triterpenoid, alkaloid dan antraquinon)

a. Penentuan Kadar Minyak Atsiri

Letakkan labu alas bulat 1 liter, berleher pendek dalam mantel

Masukkan batang pengaduk magnetik ke dalam labu, hubungkan labu dengan


pendingin dan alat penampung berskala seperti pada gambar.

Timbang secukupnya sejumlah ekstrak hingga diperkirakan dapat menghasilkan 1 ml


sampai 3 ml minyak atsiri. Masukkan sejumlah ekstrak yang telah ditimbang seksama
ke dalam labu.

Masukkan sejumlah ekstrak yang telah ditimbang seksama ke dalam labu.

Hubungkan dengan bagian pendingin dan penampung berskala.

Didihkan isi labu dengan pemanasan yang sesuai untuk menjaga agar pendidihan
berlangsung tidak terlalu kuat selama 2 jam atau sampai minyak atsiri terdestilasi
sempurna dan tidak bertambah lagi dalam bagian penampung berskala

Jika sejumlah volume minyak atsiri telah tertampung dalam bagian penampung
berskala, pencatatan dapat dilakukan dengan pembacaan sampai 0,1 mol, dan volume
minyak atsiri untuk setiap 100 g ekstrak dapat dihitung dari bobot ekstrak yang
ditimbang

Skala pada penampung untuk minyak atsiri dengan bobot jenis lebih besar dari air
diletakkan sedemikian hingga minyak atsıri tertampung di bawah kondensat air,
sehingga otomatis air kembali ke dalam labu.
b. Penetapan Kadar Steroid

Pembuatan larutan baku

timbang seksama 1 mg silosterol, larudkan dalam atanol P secara bertingkat sehingga


diperoleh kadar 5 g per ml 10 VO per mi dan 20 19 per mi

Pembuatan larutan uji

timbang seksama 1 ekstrak larutkan dalam 20 ml etanol dalam labu takar.


Ulangi tiga kai dengan cara yang sama

sama Ke dalam dua labu yang masing masing berisi larutan uji dan larutan baku
dan ke dalam labu ketiga yang berisi 20.0 ml etanol P sebagai blangko

, tambahkan 2,0 ml larutan yang dibuat dengan melarutkan 50 metanol P, mg


biru tetrazolium P dalam 10 ml dan campur

Kemudian ke dalam tiap labu tambahkan 2,0 mi campuran etanol P dan


tetrametil amonium hidroksida LP (9:1), campur, dan biarkan dalam gelap
selama 90 menit

Ukur segera serapan larutan yang diperoleh dari larutan uji dan larutan baku
pada panjang gelombang lebih kurang 525 nm dibandingkan terhadap blangko.

c. Penetapan Kadar Tannin

Lebih kurang 2 g ekstrak yang ditimbang saksama panaskan dengan 50 ml air


mendidih di atas tangas air selama 30 menit sambil diaduk

Diamkan selama beberapa menit enap tuangkan melalui segumpal kapas ke


dalam labu takar 250 ml. San sisa dengan air mendidih, saring larutan ke dalam
labu takar yang sama
Ulangi penyarian beberapa kali hingga larutan bila direaksikan dengan besi (I)
amonium sulfat tidak menunjukkan adanya tanin

Dinginkan cairan dan tambahkan air secukupnya hingga 250 ml Pipet 25 ml


larutan ke dalam labu 1.000 mi tambahkan 750 ml air dan 25 ml asam indigo
sulfonat LP

titrasi dengan kalium permanganat 0,1 N hingga larutan berwarna kuning emas
1 ml kalium permanganat 0,1 N setara dengan 0,004157 g tanin. Lakukan
percobaan blangko

d. Penetapan Kadar Flavonoid

Hidrolisis

Timbang tepat ekstrak yang setara 200 mg simplisia dan masukkan ke dalam
labu alas bulat. Tambahkan sistem hidroksis yaitu 1,0 ml larutan 0,5% bv heksa
metilentetramina, 20,0 mi aseton dan 2,0 ml larutan 25% HCI dalam air.

Lakukan hidrolisis dengan pemanasan sampai mendidih (gunakan pendingin air


"reflux") selama 30 menit. Campuran hasil hidrolisis disaring menggunakan
kapas ke dalam labu ukur 100,0 ml.

Residu hidrolisis ditambah 20 ml aseton untuk dididihkan kembali sebentar,


lakukan dua kali dan filtrat dikumpulkan semua ke dalam labu ukur.

Setelah labu ukur dingin, maka volume ditempatkan sampai tepat 100,0 ml,
kocok rata. 20 ml filtrat hidrolisis dimasukkan corong pisah dan tambahkan 20
ml HO

selanjutnya lakukan ekstraksi kocok, pertama dengan 15 ml etilasetat Kemudian


2 kali dengan 10 ml etilasetat, dan kumpulkan traksi etilasetat kedalam labu
ukur 50,0 ml, akhirnya tambahkan etilasetat sampai tepat 50,0 ml Untuk
replikasi spektrometn lakukan prosedur ini 3-4 kali
Spektrometri

Masukkan 10 ml larutan fraksi etilasetat (hidrolisa) ke dalam labu ukur 25,0 ml,
tambahkan 1 ml larutan 2 g AICI, dalam 100 ml larutan asam asetat glacial 5%
v/v (dalam metanol).

Tambahkan secukupnya larutan asam asetat glacial 5% v/v (dalam metanol)


secukupnya sampai tepat 25,0 ml.

Hasil reaksi siap diukur pada spektrofotometer setelah 30 menit berikutnya pada
panjang gelombang maksimum. Perhitungan kadar menggunakan bahan standar
glikosida flavonoid (Hiperoksida, rutin, hesperidin)

gunakan kurva baku dan nilai kadar terhitung sebagai bahan standar tersebut.
Kalau menggunakan hiperoksida dapat langsung diukur dengan rumus:

Kadar total flavonoid = [(Aº X 1.25 ) berat sampel 1%

e. Penetapan Kadar Saponin

Hemolisis

Larutan dapar fosfat pH 7,4. Larutan 16.0 g natrium fosfat P yang telah
dikeringkan pada suhu 130°C hingga bobot tetap dan 4.4 g natrium dihidrogen
fosfat P dalam 1000 ml air. Untuk menambah stabilitas tambahkan 0,1 g
natrium fluorida P.

Suspense Darah

Masukkan 10 ml natrium sulfat 3,65% b/v ke dalam labu takar bersumbat kaca
100 ml.

Tambahkan darah sapi segar secukupnya hingga 100 ml, campur balk-baik
hingga homogen (larutan stabil selama 7 hari jika disimpan dalam lemari
pendingin)
Prosedur

Campur 0,5 g ekstrak yang diperiksa dengan 50 ml larutan dapar fosfat pH 7,4.
panaskan sebentar, dinginkan, saring.

Ambil 1 ml filtrat, campur dengan 1 ml suspensi darah Untuk ekstrak yang


mengandung tanin encerkan 0,2 ml filtrat dengan 0,8 ml larutan dapar tostat pH
7,4

campur dengan 1 ml suspensi darah Diamkan selama 30 menit terjadi haemolisa


total, menunjukkan adanya saponin.

Kadar saponin dalam ekstrak dapat ditetapkan dengan melakukan berbagai


pengenceran filtrat dan diamati kadar yang masih menghasilkan haemolisa total,
dibandingkan dengan saponin pembanding

f. Penetapan Kadar Alkaloid

Timbang seksama 1 gram ekstrak, masukkan dalam corong pisah 125 ml


pertama, kemudian tambahkan 20 ml larutan asam sulfat P (1 dalam 350) dan
kocok kuat selama 5 menit.

Tambahkan 20 ml eter P. kocok hati-hati, sanng lapisan asam ke dalam corong


pisah 125 ml kedua. Kocok lapisan eter dua kal tiap kali dengan 10 ml larutan
asam sulfat P (1 dalam 350), sanng tiap lapisan asam ke dalam corong pisah 125
ml kedua dan buang lapisan eter

Pada ekstrak asam tambahkan 10 ml natrium hidroksida LP dan 50 ml eter P,


kocok hati-hati, pindahkan lapisan air ke dalam corong pisah 125 ml ketiga
berisi 50 mi eter P

Kocok corong pisah ketiga hati-hati, buang lapisan air, cuci lapisan eter pada
corong pisah kedua dan ketiga berturut-turut dengan 20 ml air, buang lapisan air
Ekstraksi kedua lapisan eter masing masing dengan 20 ml, 20ml dan 5 ml
larutan asam sulfat P (1 dalam 70)

Lakukan ekstraksi pada corong pisah ketiga lebih dahulu, setelah itu corong
pisah kedua Campur ekstrak asam dalam labu tentukur 50 ml, encerkan dengan
asam sampai tanda.

Lakukan hal yang sama terhadap 25 mg alkaloid pembanding yang tersedia


Encerkan masing-masing 5,0 ml larutan uji dan larutan pembanding dengan
larutan asam sulfat P (1 dalam 70) hingga 100,0 ml

g. Penetapan Kadar Antraknon

Timbang 0,1 g ekstrak kocok dengan 10 mi air panas selama 5 menit, saring
dalam keadaan panas, dinginkan filtrat, dan ekstraksi dengan 10 ml benzena.

Pisahkan lapisan benzena. Tambahkan pada lapisan air 10 ml larutan feri klorida
5% dan 5 mie asam klorida.

Panaskan campuran pada penangas air selama 10 menit dalam tabung refluks.
Dinginkan dan ekstraksi dengan 10 ml benzena. Uapkan cairan hingga habis
pada cawan porselen dengan pemanasan lemah.

Larutkan residu dalam 5 ml larutan kalium hidroksida 5% dalam metanol.

Ukur resapan pada 515 nm. Hitung kadar total antrakinon glikosida berdasarkan
kurva baku antrakinon pembanding
2. Jelaskan persyaratan metode yang dapat digunakan pada pengujian kadar
golongan senyawa tertentu dan kadar senyawa identitas
 Golongan senyawa biasanya dapat ditentukan dengan uji warna, penentuan kelarutan,
bilangan RF, dan ciri spektrum UV. Uji biokimia dapat bermanfaat juga : adanya
glukosida dapat dipastikan dengan hidrolisis yang menggunakan β–glukosidase;
adanya glukosida minyak amandel dengan hidrolisis yang menggunakan mirosinase,
dan sebagainya. Untuk senyawa pengatur tumbuh, uji biologi merupakan bagian
identifikasi yang penting.
 Identifikasi lengkap dalam golongan senyawa bergantung pada pengukuran sifat atau
ciri lain, yang kemudian dibandingkan dengan data dalam pustaka. Sifat yang diukur
termasuk titik leleh (untuk senyawa padat), titik didih (untuk cairan), putaran optik
(untuk senyawa aktif optik), dan RF atau RRt (pada kondisi baku). Tetapi, data
mengenai senyawa tumbuhan yang sama ialah ciri spektrumnya, termasuk
pengukuran spektrum UV, inframerah (IM), resonansi magnet inti (RMI), dan
spektrum massa (SM).
 Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memiliki persyaratan yaitu
metodenya sederhana dan cepat, peralatan yang digunakan sesedikit mungkin,
selektif dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu, dan dapat memberikan
informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa tertentu dalam kelompok
senyawa yang diteliti. Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara uji
warna, penentuan kelarutan, bilangan Rf, ciri spektrum UV, namun secara umum
penentuan golongan senyawa kimia dilakukan denga cara uji warna dengan
menggunakan pereaksi yang spesifik karena dirasakan lebih sederhana.
3. Jelaskan pembagian senyawa marker berdasarkan literatur Review Songlin Li
a. Komponen Terapeutik
Komponen terapeutik memiliki efek terapeutik langsung dari obat herbal.
Mereka dapat digunakan sebagai penanda kimiawi untuk penilaian kualitatif dan
kuantitatif.Artemisinin dari Herba Artemisiae Annuae (Qinghao) adalah contoh lain
dari komponen terapeutik. Herba Artemisiae Annuae terkenal karena aktivitas
antimalaria yang manjur. Artemisinin menghambat Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax, dua patogen penyebab malaria. Artemisinin sekarang digunakan
sebagai penanda kimiawi di HPLC-ELSD, GC-FID dan GC-MS untuk menilai
kualitas tanaman (bagian dan keseluruhan) pada berbagai tahap, termasuk daun
tanaman yang segar dan kering.
b. Komponen Bioaktif
Komponen bioaktif adalah bahan kimia yang berbeda secara struktural dalam
pengobatan herbal, sementara komponen individu mungkin tidak memiliki efek
terapeutik langsung, kombinasi bioaktivitasnya berkontribusi pada efek terapeutik.
Komponen bioaktif dapat digunakan sebagai penanda kimiawi untuk penilaian
kualitatif dan kuantitatif. Contohnya Isoflavonoid, saponin dan polisakarida dari
Radix Astragali menunjukkan tindakan farmakologis dalam sistem kekebalan dan
peredaran darah, yang konsisten dengan indikasi pengobatan Cina. Komponen
bioaktif ini, termasuk isoflavonoid dan saponin, digunakan secara bersamaan dalam
evaluasi kualitas Radix Astragali.
c. Komponen Sinergis
Komponen sinergis tidak berkontribusi pada efek terapeutik atau bioaktivitas
terkait secara langsung. Namun, mereka bertindak secara sinergis untuk memperkuat
bioaktivitas komponen lain, sehingga memodulasi efek terapeutik dari jamu.
Komponen sinergis dapat digunakan sebagai penanda kimiawi untuk penilaian
kualitatif dan kuantitatif. Produk dari St John's wort ( Hypericum perforatum L.)
populer untuk mengobati depresi ringan. Naphthodiantrone ,hypericin, dan hiperforin
(Sebuahturunan phloroglucinol) diidentifikasi sebagai komponen utama yang
berkontribusi pada aktivitas farmakologis St. Hasil ini menunjukkan bahwa bahan
kimia dalam St John's wort bekerja secara sinergis untuk mencapai efek antidepresan.
John's wort.
d. Komponen Karakteristik
Sementara komponen karakteristik dapat berkontribusi pada efek terapeutik,
komponen tersebut harus spesifik dan / atau bahan unik dari obat herbal.Lakton
terpene di daun Ginkgo Biloba L. ( Yinxing) mencontohkan komponen karakteristik.
EGb 761, ekstrak daun standar Ginkgo Biloba adalah produk yang terdefinisi dengan
baik untuk pengobatan penyakit kardiovaskular, kehilangan memori dan gangguan
kognitif yang terkait dengan demensia terkait usia. Asam valerenic, komponen
karakteristik valerian yang berasal dari akar Valeriana officinalis L., memiliki efek
sedatif dan meningkatkan kualitas tidur. Asam valerenat digunakan sebagai penanda
kimia untuk mengevaluasi kualitas sediaan valerian.
e. Komponen Utama
Komponen utama adalah yang paling melimpah dalam suatu jamu (atau secara
signifikan lebih melimpah dibandingkan komponen lainnya). Mereka bukan
komponen karakteristik dan bioaktivitasnya mungkin tidak diketahui. Komponen
utama dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif obat-obatan herbal
terutama untuk evaluasi diferensiasi dan stabilitas.
f. Komponen Korelatif
Komponen korelatif dalam obat herbal memiliki keterkaitan yang erat satu
sama lain. Misalnya, komponen ini mungkin merupakan prekursor, produk, atau
metabolit dari reaksi kimia atau enzimatik. Komponen korelatif dapat digunakan
sebagai penanda kimiawi untuk menilai kualitas jamu yang berasal dari wilayah
geografis yang berbeda dan disimpan untuk periode waktu yang berbeda.
g. Komponen Toksik
Literatur pengobatan tradisional Tiongkok dan studi toksikologi modern
mendokumentasikan beberapa komponen racun dari tanaman obat. Misalnya, asam
aristolochic (AAs) dan pyrrolizidine alkaloid (PAs) masing-masing dapat
menyebabkan nefrotoksisitas dan heptotoksisitas. Penggunaan tiga obat herbal yang
mengandung AAs yaitu Radix Aristolochiae Fangchi (Guangfangji), Caulis
Aristolochiae Manshuriensis (Guanmutong) dan Radix Aristolochiae (Qingmuxiang),
telah dilarang di China sejak 2004.
h. Komponen Umum yang Digunakan dengan Spektrum Sidik Jari
Komponen umum adalah komponen umum dan spesifik yang ada dalam
spesies, genus atau famili tertentu. Komponen ini dapat digunakan dengan 'sidik jari'
untuk tujuan kendali mutu. Lobetyolin, senyawa poliasetilen, digunakan sebagai
penanda Radix Codonopsis (Dangshen) dalam kromatografi lapis tipis (KLT).Selain
itu, lobetyolin dapat digunakan sebagai penanda kimia umum yang digabungkan
dengan 'sidik jari' HPLC-UV untuk membedakan Radix Codonopsis dari
penggantinya dan cemarannya

Anda mungkin juga menyukai