NO. BP : 1911013040
1. Jelaskan dengan bagan kerja cara penentuan kadar golongan kimia (minyak atsiri,
steroid, tannin, flavonoid, triterpenoid, alkaloid dan antraquinon)
Didihkan isi labu dengan pemanasan yang sesuai untuk menjaga agar pendidihan
berlangsung tidak terlalu kuat selama 2 jam atau sampai minyak atsiri terdestilasi
sempurna dan tidak bertambah lagi dalam bagian penampung berskala
Jika sejumlah volume minyak atsiri telah tertampung dalam bagian penampung
berskala, pencatatan dapat dilakukan dengan pembacaan sampai 0,1 mol, dan volume
minyak atsiri untuk setiap 100 g ekstrak dapat dihitung dari bobot ekstrak yang
ditimbang
Skala pada penampung untuk minyak atsiri dengan bobot jenis lebih besar dari air
diletakkan sedemikian hingga minyak atsıri tertampung di bawah kondensat air,
sehingga otomatis air kembali ke dalam labu.
b. Penetapan Kadar Steroid
sama Ke dalam dua labu yang masing masing berisi larutan uji dan larutan baku
dan ke dalam labu ketiga yang berisi 20.0 ml etanol P sebagai blangko
Ukur segera serapan larutan yang diperoleh dari larutan uji dan larutan baku
pada panjang gelombang lebih kurang 525 nm dibandingkan terhadap blangko.
titrasi dengan kalium permanganat 0,1 N hingga larutan berwarna kuning emas
1 ml kalium permanganat 0,1 N setara dengan 0,004157 g tanin. Lakukan
percobaan blangko
Hidrolisis
Timbang tepat ekstrak yang setara 200 mg simplisia dan masukkan ke dalam
labu alas bulat. Tambahkan sistem hidroksis yaitu 1,0 ml larutan 0,5% bv heksa
metilentetramina, 20,0 mi aseton dan 2,0 ml larutan 25% HCI dalam air.
Setelah labu ukur dingin, maka volume ditempatkan sampai tepat 100,0 ml,
kocok rata. 20 ml filtrat hidrolisis dimasukkan corong pisah dan tambahkan 20
ml HO
Masukkan 10 ml larutan fraksi etilasetat (hidrolisa) ke dalam labu ukur 25,0 ml,
tambahkan 1 ml larutan 2 g AICI, dalam 100 ml larutan asam asetat glacial 5%
v/v (dalam metanol).
Hasil reaksi siap diukur pada spektrofotometer setelah 30 menit berikutnya pada
panjang gelombang maksimum. Perhitungan kadar menggunakan bahan standar
glikosida flavonoid (Hiperoksida, rutin, hesperidin)
gunakan kurva baku dan nilai kadar terhitung sebagai bahan standar tersebut.
Kalau menggunakan hiperoksida dapat langsung diukur dengan rumus:
Hemolisis
Larutan dapar fosfat pH 7,4. Larutan 16.0 g natrium fosfat P yang telah
dikeringkan pada suhu 130°C hingga bobot tetap dan 4.4 g natrium dihidrogen
fosfat P dalam 1000 ml air. Untuk menambah stabilitas tambahkan 0,1 g
natrium fluorida P.
Suspense Darah
Masukkan 10 ml natrium sulfat 3,65% b/v ke dalam labu takar bersumbat kaca
100 ml.
Tambahkan darah sapi segar secukupnya hingga 100 ml, campur balk-baik
hingga homogen (larutan stabil selama 7 hari jika disimpan dalam lemari
pendingin)
Prosedur
Campur 0,5 g ekstrak yang diperiksa dengan 50 ml larutan dapar fosfat pH 7,4.
panaskan sebentar, dinginkan, saring.
Kocok corong pisah ketiga hati-hati, buang lapisan air, cuci lapisan eter pada
corong pisah kedua dan ketiga berturut-turut dengan 20 ml air, buang lapisan air
Ekstraksi kedua lapisan eter masing masing dengan 20 ml, 20ml dan 5 ml
larutan asam sulfat P (1 dalam 70)
Lakukan ekstraksi pada corong pisah ketiga lebih dahulu, setelah itu corong
pisah kedua Campur ekstrak asam dalam labu tentukur 50 ml, encerkan dengan
asam sampai tanda.
Timbang 0,1 g ekstrak kocok dengan 10 mi air panas selama 5 menit, saring
dalam keadaan panas, dinginkan filtrat, dan ekstraksi dengan 10 ml benzena.
Pisahkan lapisan benzena. Tambahkan pada lapisan air 10 ml larutan feri klorida
5% dan 5 mie asam klorida.
Panaskan campuran pada penangas air selama 10 menit dalam tabung refluks.
Dinginkan dan ekstraksi dengan 10 ml benzena. Uapkan cairan hingga habis
pada cawan porselen dengan pemanasan lemah.
Ukur resapan pada 515 nm. Hitung kadar total antrakinon glikosida berdasarkan
kurva baku antrakinon pembanding
2. Jelaskan persyaratan metode yang dapat digunakan pada pengujian kadar
golongan senyawa tertentu dan kadar senyawa identitas
Golongan senyawa biasanya dapat ditentukan dengan uji warna, penentuan kelarutan,
bilangan RF, dan ciri spektrum UV. Uji biokimia dapat bermanfaat juga : adanya
glukosida dapat dipastikan dengan hidrolisis yang menggunakan β–glukosidase;
adanya glukosida minyak amandel dengan hidrolisis yang menggunakan mirosinase,
dan sebagainya. Untuk senyawa pengatur tumbuh, uji biologi merupakan bagian
identifikasi yang penting.
Identifikasi lengkap dalam golongan senyawa bergantung pada pengukuran sifat atau
ciri lain, yang kemudian dibandingkan dengan data dalam pustaka. Sifat yang diukur
termasuk titik leleh (untuk senyawa padat), titik didih (untuk cairan), putaran optik
(untuk senyawa aktif optik), dan RF atau RRt (pada kondisi baku). Tetapi, data
mengenai senyawa tumbuhan yang sama ialah ciri spektrumnya, termasuk
pengukuran spektrum UV, inframerah (IM), resonansi magnet inti (RMI), dan
spektrum massa (SM).
Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memiliki persyaratan yaitu
metodenya sederhana dan cepat, peralatan yang digunakan sesedikit mungkin,
selektif dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu, dan dapat memberikan
informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa tertentu dalam kelompok
senyawa yang diteliti. Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara uji
warna, penentuan kelarutan, bilangan Rf, ciri spektrum UV, namun secara umum
penentuan golongan senyawa kimia dilakukan denga cara uji warna dengan
menggunakan pereaksi yang spesifik karena dirasakan lebih sederhana.
3. Jelaskan pembagian senyawa marker berdasarkan literatur Review Songlin Li
a. Komponen Terapeutik
Komponen terapeutik memiliki efek terapeutik langsung dari obat herbal.
Mereka dapat digunakan sebagai penanda kimiawi untuk penilaian kualitatif dan
kuantitatif.Artemisinin dari Herba Artemisiae Annuae (Qinghao) adalah contoh lain
dari komponen terapeutik. Herba Artemisiae Annuae terkenal karena aktivitas
antimalaria yang manjur. Artemisinin menghambat Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax, dua patogen penyebab malaria. Artemisinin sekarang digunakan
sebagai penanda kimiawi di HPLC-ELSD, GC-FID dan GC-MS untuk menilai
kualitas tanaman (bagian dan keseluruhan) pada berbagai tahap, termasuk daun
tanaman yang segar dan kering.
b. Komponen Bioaktif
Komponen bioaktif adalah bahan kimia yang berbeda secara struktural dalam
pengobatan herbal, sementara komponen individu mungkin tidak memiliki efek
terapeutik langsung, kombinasi bioaktivitasnya berkontribusi pada efek terapeutik.
Komponen bioaktif dapat digunakan sebagai penanda kimiawi untuk penilaian
kualitatif dan kuantitatif. Contohnya Isoflavonoid, saponin dan polisakarida dari
Radix Astragali menunjukkan tindakan farmakologis dalam sistem kekebalan dan
peredaran darah, yang konsisten dengan indikasi pengobatan Cina. Komponen
bioaktif ini, termasuk isoflavonoid dan saponin, digunakan secara bersamaan dalam
evaluasi kualitas Radix Astragali.
c. Komponen Sinergis
Komponen sinergis tidak berkontribusi pada efek terapeutik atau bioaktivitas
terkait secara langsung. Namun, mereka bertindak secara sinergis untuk memperkuat
bioaktivitas komponen lain, sehingga memodulasi efek terapeutik dari jamu.
Komponen sinergis dapat digunakan sebagai penanda kimiawi untuk penilaian
kualitatif dan kuantitatif. Produk dari St John's wort ( Hypericum perforatum L.)
populer untuk mengobati depresi ringan. Naphthodiantrone ,hypericin, dan hiperforin
(Sebuahturunan phloroglucinol) diidentifikasi sebagai komponen utama yang
berkontribusi pada aktivitas farmakologis St. Hasil ini menunjukkan bahwa bahan
kimia dalam St John's wort bekerja secara sinergis untuk mencapai efek antidepresan.
John's wort.
d. Komponen Karakteristik
Sementara komponen karakteristik dapat berkontribusi pada efek terapeutik,
komponen tersebut harus spesifik dan / atau bahan unik dari obat herbal.Lakton
terpene di daun Ginkgo Biloba L. ( Yinxing) mencontohkan komponen karakteristik.
EGb 761, ekstrak daun standar Ginkgo Biloba adalah produk yang terdefinisi dengan
baik untuk pengobatan penyakit kardiovaskular, kehilangan memori dan gangguan
kognitif yang terkait dengan demensia terkait usia. Asam valerenic, komponen
karakteristik valerian yang berasal dari akar Valeriana officinalis L., memiliki efek
sedatif dan meningkatkan kualitas tidur. Asam valerenat digunakan sebagai penanda
kimia untuk mengevaluasi kualitas sediaan valerian.
e. Komponen Utama
Komponen utama adalah yang paling melimpah dalam suatu jamu (atau secara
signifikan lebih melimpah dibandingkan komponen lainnya). Mereka bukan
komponen karakteristik dan bioaktivitasnya mungkin tidak diketahui. Komponen
utama dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif obat-obatan herbal
terutama untuk evaluasi diferensiasi dan stabilitas.
f. Komponen Korelatif
Komponen korelatif dalam obat herbal memiliki keterkaitan yang erat satu
sama lain. Misalnya, komponen ini mungkin merupakan prekursor, produk, atau
metabolit dari reaksi kimia atau enzimatik. Komponen korelatif dapat digunakan
sebagai penanda kimiawi untuk menilai kualitas jamu yang berasal dari wilayah
geografis yang berbeda dan disimpan untuk periode waktu yang berbeda.
g. Komponen Toksik
Literatur pengobatan tradisional Tiongkok dan studi toksikologi modern
mendokumentasikan beberapa komponen racun dari tanaman obat. Misalnya, asam
aristolochic (AAs) dan pyrrolizidine alkaloid (PAs) masing-masing dapat
menyebabkan nefrotoksisitas dan heptotoksisitas. Penggunaan tiga obat herbal yang
mengandung AAs yaitu Radix Aristolochiae Fangchi (Guangfangji), Caulis
Aristolochiae Manshuriensis (Guanmutong) dan Radix Aristolochiae (Qingmuxiang),
telah dilarang di China sejak 2004.
h. Komponen Umum yang Digunakan dengan Spektrum Sidik Jari
Komponen umum adalah komponen umum dan spesifik yang ada dalam
spesies, genus atau famili tertentu. Komponen ini dapat digunakan dengan 'sidik jari'
untuk tujuan kendali mutu. Lobetyolin, senyawa poliasetilen, digunakan sebagai
penanda Radix Codonopsis (Dangshen) dalam kromatografi lapis tipis (KLT).Selain
itu, lobetyolin dapat digunakan sebagai penanda kimia umum yang digabungkan
dengan 'sidik jari' HPLC-UV untuk membedakan Radix Codonopsis dari
penggantinya dan cemarannya