PENDAHULUAN
Asam urat merupakan substansi hasil akhir dari metabolisme purin dalam tubuh.
Berdasarkan penyelidikan, 90% dari asam urat merupakan hasil katabolisme purin yang dibantu
oleh enzim guanase dan xantin oksidase. Asam urat yang berlebihan tidak akan tertampung dan
termetabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam
Asam urat merupakan hasil samping dari peecahan sel yang terdapat didalam darah, karena
tubuh secara berkesinambungan memecah dan membentuk sel yang baru. Kadar asam urat
meningkat ketika ginjal tidak mampu mengeluarkanya melalui feces (Efendi, Makhfudli, 2009).
Umumnya yang terserang asam urat adalah pria yang telah lanjut usia, sedangkan pada
perempuan didapati hingga memasuki menopause. Perjalanan penyakit biasanya mulai dengan
suatu serangan atau seseorang memiliki riwayat pernah memeriksakan kadar asam uratnya yang
nilai kadar asam urat darahnya lebih dari 7 mg/dl, dan makin lama makin tinggi
(Tamher,Noorkasiani, 2009).
Faktor yang menyebabkan penyakit asam urat yaitu pola makan, faktor kegemukan dan
lain lain. Diagnosis penyakit asam urat dapat ditegakkan berdasarkan gejala yang khas dan
ditemukannya kadar asam urat yang tinggi di dalam darah .Selain itu pengobatan asam urat dapat
dilakukan dengan meningkatkan ekskresi melalui ginjal. Ginjal adalah organ yang memiliki
fungsi utama untuk menyaring darah dan membuang racun hasil metabolisme maupun racun
yang dikonsumsi secara tidak sengaja. Pada lansia sehat, ginjal akan tetap berfungsi baik. Namun
bila ginjal mengalami kerusakan yang diakibatkan terutama oleh hipertensi, kencing manis,
infeksi berulang, atau batu ginjal, akan terjadi perubahan dalam struktur dan fungsinya. Jaringan
akan menumpuk sebagai respon dari perbaikan kerusakan sehingga filter yang ada akan tidak
berfungsi. Akibat dari gagal ginjal adalah sesak, muntah hebat hingga kejang yang
mengharuskan untuk dilakukan cuci darah (Wahyudi Nugroho, Silvana E. Linda, 2006).
Olahraga yang baik dilakukan oleh lansia antara lain berjalan kaki, senam lansia, senam jantung
sehat, yoga sehingga dapat mengurangi resiko berbagai penyakit misalnya hiperusemia, jantung,
dan lain-lain. Berdasarkan data tahunan penderita penyakit asam urat dari Puskesmas Mijen
Semarang tahun 2008-2010, jumlah penderita penyakit asam urat yaitu 52 orang dengan 23
orang atau sekitar 44,2% merupakan para lanjut usia, sehingga dilakukan penelitian yang
Terdapat 150 jenis artritis, tetapi yang sering ditemukan adalah, Osteoarthritis Rhematoid
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan
penyakit asam urat itu, gejala, penyebab, dan solusi dari pengobatan asam urat ini, serta makanan
PEMBAHASAN MATERI
GOUT dikenal sejak masa Hippocrates, sering dinamakan sebagai "penyakit para raja dan
raja dari penyakit“. Gout bahasa Latin, yaitu gutta (tetesan) karena kepercayaan kuno bahwa
penyakit ini disebabkan oleh luka yang jatuh tetes demi tetes ke dalam sendi.
Asam urat adalah produk akhir atau produk buangan yang dihasilkan dari
metabolisme/pemecahan purin. Asam urat sebenarnya merupakan antioksidan dari manusia dan
hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan dalam darah akan mengalami pengkristalan dan
dapat menimbulkan gout. Asam urat mempunyai peran sebagai antioksidan bila kadarnya tidak
berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya berlebih asam urat akan berperan sebagai
prooksidan (McCrudden Francis H. 2000). Kadar asam urat dapat diketahui melalui hasil
pemeriksaan darah dan urin. Nilai rujukan kadar darah asam urat normal pada laki-laki yaitu 3.6
- 8.2 mg/dl sedangkan pada perempuan yaitu 2.3 - 6.1 mg/dl (E. Spicher, Jack Smith W. 1994).
Asam urat berasal dari :
1. Penyakit gout primer penyebabnya belum diketahui. Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor
genetic dan factor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga di akibatkan karena
2. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena
1. Faktor keturunan dengan adanya riwayat gout dalam silsilah keluarga
2. Meningkatnya kadar asam urat karena diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin
lainnya. Purin adalah senyawa yang akan dirombak menjadi asam urat dalam tubuh
3. Konsumsi alkohol berlebih, karena alkohol merupakan salah satu sumber purin yang juga dapat
4. Ekskresi asam urat berkurang karena fungsi ginjal terganggu misalnya kegagalan fungsi
glomerulus atau adanya obstruksi sehingga kadar asam urat dalam darah meningkat. Kondisi ini
disebut hiperurikemia, dan dapat membentuk kristal asam urat / batu ginjal yang akan
membentuk sumbatan pada ureter (Mandell Brian F. 2008). Pasien disarankan meminum cairan
dalam jumlah banyak . minum air sebanyak 2 liter atau lebih tiap harinya membantu
rendah, fenilbutazon dan pirazinamid dapat meningkatkan ekskresi cairan tubuh, namun
menurunkan eksresi
6. Penggunaan antibiotika berlebihan yang menyebabkan berkembangnya jamur, bakteri dan virus
7. Penyakit tertentu seperti gout, Lesch-Nyhan syndrome, endogenous nucleic acid metabolism,
kanker, kadar abnormal eritrosit dalam darah karena destruksi sel darah merah, polisitemia,
anemia pernisiosa, leukemia, gangguan genetik metabolisme purin, gangguan metabolik asam
urat bawaan (peningkatan sintesis asam urat endogen), alkoholisme yang meningkatkan
laktikasidemia, hipertrigliseridemia, gangguan pada fungsi ginjal dan obesitas, asidosis ketotik,
8. Faktor lain seperti stress, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi dan olahraga berlebihan.
( VitaHealth, 2007 )
1. Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi pada saat tengah malam, biasanya pada ibu jari kaki
2. Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri
3. Pembengkakan sendi umumnya terjadi secara asimetris ( satu sisi tubuh )
4. Demam, dengan suhu tubuh 38,30C atau lebih, tidak menurun lebih dari tiga hari walau telah
dilakukan perawatan
5. Bengkak pada kaki dan peningkatan berat badan yang tiba-tiba ( VitaHealth, 2007 )
Beberapa suplemen makanan juga dapat digunakan untuk mencegah penyakit ini. Beberapa
suplemen yang umum digunakan antara lain adalah glukosamin dan kondroitin.
1. Glukosamin
Glukosamin adalah molekul gula amino yang biasa terdapat pada kulit krustasea (udang-
udangan), artropoda, dan dinding sel cendawan. Di Indonesia, glukosamin dapat diperoleh dari
2. Kondroitin
Kondrotin sendiri adalah suplemen makanan yang biasa digunakan bersama glukosamin. Ia
merupakan senyawa rantai gula bercabang yang menyususun tulang rawan. Di Indonesia,
1. Kegagalan fungsi tubulus ginjal dalam melakukan reabsorpsi asam urat dari tubulus ginjal, sehingga
ekskresi asam urat melalui ginjal akan ditingkatkan dan kadar asam urat dalam darah akan turun.
2. Pemberian obat-obatan penurun kadar asam urat. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan
pemberian obat-obatan yang meningkatkan ekskresi asam urat atau menghambat pembentukan asam
urat, (Steele Thomas H, 1979) cara kerja allopurinol merupakan struktur isomer dari hipoxanthin dan
merupakan penghambat enzim. Fungsi allopurinol yaitu menempati sisi aktif pada enzim xanthine
oxidase, yang biasa ditempati oleh hypoxanthine. Allopurinol menghambat aktivitas enzim secara
irreversible dengan mengurangi bentuk xanthin oxidase sehingga menghambat pembentukan asam
Pemeriksaan holistik adalah pemeriksaan yang menyeluruh dimana pemeriksaan dilakukan dari
kapan terjadinya nyeri, bagaimana dapat terjadinya nyeri. Setelah itu dilihat riwayat kesehatan, baru
Pemeriksaan enzimatis adalah pemeriksaan asam urat dengan prinsip uric – acid yang bereaksi
dengan urease membentuk reaksi H 2O2 dibawah katalisis peroksiadase dengan 3,5 didorohydroksi
bensensulforic acid dan 4 aminophenazone memberikan reaksi warna violet dengan indikator
1. Kadar asam urat normal untuk laki-laki berkisar 3,5 – 7 mg/dl.
2. Kadar asam urat normal untuk perempuan berkisar 2,6 – 6 mg/dl
K. Penanganan
a. Menghindari konsumsi protein purin secara berlebihan, misalnya usus, babat, limpa, jeroan,
danging sapi, paru, otak, ginjal, ekstrak danging, danging kambing/babi, sarden, udang, siput,
ikan-ikan kecil, jamur kering, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran hijau (bayam, kangkung,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gout arthritis adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus yaitu arthritis akut.
Arthritis Gout lebih banyak terdapat pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan
Gejala Arthrtis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal
monosodium urat monohidrat. Karena itu dilihat dari penyebabnya, penyakit ini termasuk
Asam Urat adalah produk sisa metabolisme purin. Pada keadaan normal terjadi keesimbangan
antara produksi dan eksresi sekitar du pertiga (2/3) jumlah yang di produksi setiap hari
dieksresikan melalui ginjal dan sisanya melalui feses. Serum asam Urat normal untuk laki-laki
berkisar 3,5 – 7 mg/dl. untuk perempuan berkisar 2,6 – 6 mg/dl pada level lebih dari 7,0 mg/dl
B. Saran
2. Siswa
ASAM URAT
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Penyakit asam urat (gout) sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu dan menjadi salah satu
penyakit tertua yang dikenal manusia. Diperkirakan bahwa penyakit asam urat terjadi pada 840
orang setiap 100.000 orang. Penyakit asam urat sangat berhubungan dengan hiperurisemia akibat
kelebihan produksi dari asam urat dan dipengaruhi oleh tingginya masukan makanan yang kaya
akan asam nukleat, seperti jeroan, kacang-kacangan, makanan hasil laut, dan makanan hasil
fermentasi.
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, suatu produk sisa yang tidak
mempunyai peran fisiologi.Manusia tidak memiliki urikase yang dimiliki hewan, suatu enzim
yang menguraikan asam urat menjadi alantoin yang larut dalam air.Asam urat yang terbentuk
setiap hari di buang melalui saluran pencernaan atau ginjal.
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah diatas normal.
Secara biokomiawi akan terjadi hiper¬saturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang melewati
ambang batasnya. Batasan hiperurisemia secara ideal yaitu kadar asam urat diatas 2 standar
deviasi hasil laboratorium pada populasi normal.Namun secara pragmatis dapat digunakan
patokan kadar asam urat >7 mg% pada laki-laki, dan >6 mg% pada perempuan, berdasarkan
berbagai studi epidemologi selama ini. Keadaan hiperurisemia akan beresiko timbulnya arthritis
gout, nefropati gout, atau batu ginjal. Secara garis besar hiperurisemia dapat disebabkan karena 3
faktor, yaitu:
1. Peningkatan Produksi
Peningkatan produksi asam urat terutama bersumber dari makanan tinggi DNA (dalam hal ini
purin). Makanan yang kandungan DNAnya tinggi antara lain hati, timus, pankreas, ginjal.
Kondisi lain penyebab hiperurisemia adalah meningkatnya proses penghancuran DNA tubuh.
Yang termasuk kondisi ini antara lain: kanker darah (leukemia), pengobatan kanker
(kemoterapi), kerusakan otot.
2. Penurunan pembuangan asam urat
Lebih dari 90% penderita hiperurisemia menetap mengalami gangguan pada proses pembuangan
asam urat di ginjal. Penurunan pengeluaran asam urat terutama disebabkan oleh kondisi asam
darah meningkat (Ketoasidosis DM, kelaparan, keracuanan alkohol, keracunan obat aspirin dll).
Selain itu, penggunaan beberapa obat (contohnya Pirazinamid-salah satu obat dalam paket terapi
TBC) dapat bepengaruh dalam menghambat pembuangan asam urat.
3. Kombinasi Keduanya
Konsumsi alkohol mempermudah terjadinya hiperurisemia, karena alkohol meningkatkan
produksi serta menurunkan pembuangan asam urat. Minuman beralkohol contohnya Bir,
terkandung purin yang tinggi serta alkoholnya merangsang produksi asam urat di hati. Pada
proses pembuangan, hasil metabolisme alkohol menghambat pembuangan asam urat di ginjal.
Sedangkan gout (pirai) adalah penyakit yang sering ditemukan, merupakan kelompok penyakit
heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan
metabolism berupa hiperurisemia. Manifestasi klinik deposisi urat meliputi ar¬thritis gout,
akumulasi kristal di jaringan yang merusak tulang (to¬fus), batu urat, dan nefropati gout.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi hiperurisemia kira-kira 2,6-47,2% yang bervariasi pada berbagai populasi. Sedangkan
prevalensi gout juga bervariasi antara 1-15,3%. Pada suatu studi didapatkan insidensi gout 4,9%
pada kadar asam urat darah >9 mg/dL, 0,5% pada kadar 7-8,9%, dan 0,1% pada kadar <7 mg/dL.
Insidensi kumulatif gout mencapai angka 22% sete¬lah 5 tahun, pada kadar asam urat >9 mg/dL.
Suatu penelitian di Jepang yang menganalisa data sekunder dari data administrasi menunjukkan
kecenderungan peningkatan prevalensi hiperurisemia dalam 10 tahun masa penelitian. Jika
distratifikaesi berdasarkan umur, prevalensi meningkat pada kelompok usia lebih dari 65 tahun
pada kedua jenis kelamin. Pada kelompok kurang dari 65 tahun prevalensi hiperusemia pada
laki-laki 4 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan. Pada usia lebih dari 65 tahun rasio
hipeurisemia karena perbedaan gender tersebut menyempit menjadi 1:3 (wanita:pria) dengan
gout dan/atau hiperurisemia. Besarnya angka kejadian hiperusemia pada masyarakat Indonesia
belum ada data yang pasti. Prevalensi hiperurisemia pada penduduk di Jawa Tengah adalah
sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada perempuan.
Insiden gout meningkat dengan usia, memuncak pada usia 30 sampai 50 tahun, dengan kejadian
tahunan berkisar dari 1 dalam 1.000 untuk pria berusia antara 40 hingga 44 tahun dan 1,8
banding 1.000 bagi mereka yang usia 55-64 tahun.Tingkat terendah gout yaitu pada wanita
muda, kira-kira 0,8 kasus per 10.000 pasien.
Beberapa kondisi yang berhubungan dengan penurunan clearance ginjal atau kelebihan produksi
asam urat, mengarah ke hyperuricemia. Seperti dijelaskan pada gambar di bawah ini
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis seringkali ditegakkan bedasarkan gejalanya yang khas dan hasil pemeriksan terhadap
sendi. Diagnosis gout diperkuat oleh kadar asam urat yang tinggi di dalam darah. Tetapi pada
suatu serangan akut, kadar asam urat seringkali normal. Pada pemeriksaan terhadap cairan sendi
dibawah mikroskop khusus akan tampak kristal urat yang berbentuk seperti jarum kristal asam
urat. Adapun kriteria diagnosis gout akut (Depkes RI, 2006) terjadi pada :
a. Pada pasien yang sesuai dengan paling sedikit 6 kriteria diagnosis di bawah ini
1. Lebih dari satu serangan Arthritis akut
2. Maksimum inflamasi timbul dalam waktu 24 jam
3. Serangan monoArthritis (85%-90% dari serangan awal)
4. Sendi kemerah-merahan
5. Sendi MTP pertama nyeri atau bengkak
6. Serangan unilateral sendi MTP pertama (50%-70% awal, akhirnya 90% )
7. Serangan unilateral pada sendi tarsal
8. Tofi (dugaan klinis atau dibuktikan secara histologi)
9. Hiperurisemia
10. Sendi bengkak asimetris (klinis atau x-ray)
11. Temuan x-ray termasuk subkortikal cyst(s) tanpa erosi dalam sendi
12. Serangan berhenti total (hilangnya semua simtom dan tanda-tanda)
13. Tidak ada mikroba dalam cairan synovial
b. Pada pasien yang mempunyai semua kriteria Diagnosis di bawah ini
1. Sejarah berulang monoArthritis akut
2. Respons cepat terhadap obat antiinflamasi
3. Hiperurisemia atau tofi
Sweetbreads
Anchovies
Sarden
Hati
Ginjal
Daging, unggas, ikan
Lobster, tiram, kepiting, belut
Dried beans, peas and lentils
Bayam, Melinjo
Oatmeal, wheat gem, bran Buah
Sayur (selain yang disebutkan tinggi purin)
Roti, sereal, biji-bijian
Susu, Keju
Telur, telur ikan
Gula, sirup, gelatin
Selain itu, pasien juga dapat disarankan untuk mengurangi konsumsi garam untuk mencegah
terjadinya nefrolitiasis, mengurangi asupan lemak jenuh dan jika pasien menderita hipertensi,
hindari penggunaaan diuretic.
2. Terapi Farmakologis
a. Gout Arthritis Akut
Pada sebagian besar pasien, serangan akut gouty arthritis dapat diterapi dengan obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dosis tinggi jangka pendek. Algoritmanya sebagai berikut :
2. Kolkisin
Kolkisin adalah obat antimitotik yang sangat efektif dalam mengatasi serangan gout akut, tetapi
memiliki rasio manfaat-resiko yang paling rendah diantara obat-obat gout yang tersedia.
Mekanisme aksi dari kolkisin adalah mengurangi motilitas leukosit sehingga mengurangi
fagositosis pada sendi serta mengurangi produksi asam laktat dengan cara mengurangi deposit
kristal asam urat yang berperan dalam respon inflamasi.
Ketika diberikan dalam 24 jam pertama setelah serangan, kolkisin memberikan respon dalam
beberapa jam setelah pemberian pada 2/3 pasien. Meskipun sangat efektif, penggunaan kolkisin
oral dapat menyebabkan efek samping gastrointestinal (dose dependent) meliputi nausea,
vomiting dan diare, selain itu juga dapat terjadi neutropenia dan neuromiopati aksonal. Oleh
karena itu, kolkisin hanya digunakan pada pasien yang mengalami intoleransi, kontraindikasi,
atau ketidakefektifan dengan NSAID.
Kolkisin dapat diberikan secara oral maupun parenteral. Jika tidak ada kontraindikasi atau
kondisi insufisiensi renal, dosis awal yang biasa digunakan adalah 1 mg, dilanjutkan dengan 0,5
mg setiap 1 jam sampai sakit pada sendi reda, atau terjadi ketidaknyamana pada perut atau diare,
atau pasien telah menerima dosis total 8 mg. Untuk terapi profilaksis, dosisnya harus diturunkan
tidak lebih dari 0,6 mg per hari pada setiap hari yang berlainan. Kolkisin i.v menimbulkan efek
samping yang serius sehingga sebaiknya dihindari jika ada terapi lain yang lebih aman.
3. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat digunakan dalam terapi gout akut pada kasus resistensi atau pada pasien
yang kontraindikasi atau tidak berespon terhadap NSAID dan kolkisin, serta pasien dengan nyeri
gout yang melibatkan banyak sendi. Kortikosteroid dapat digunakan secara sistemik maupun
dengan injeksi intraartikuler. Mekanisme aksinya mengurangi inflamasi dengan cara menekan
migrasi polimorphonuclear leukocyte dan menurunkan permeabilitas kapiler.
Pada pasien gout yang melibatkan berbagai sendi, digunakan prednison (atau obat yang
ekuivalen) 30 – 60 mg secara oral selama 3 – 5 hari. Untuk mencegah terjadinya rebound akibat
putus obat, hendaknya dilakukan tappering dosis dengan penurunan 5 mg selama 10 – 14 hari.
Sebagai alternatif, jika pasien tidak dapat menggunakan terapi oral, dapat diberikan injeksi
intramuskuler kortikosteroid aksi panjang seperti metilprednisolon. Jika tidak terdapat
kontraindikasi, dapat diberikan kolkisin dosis rendah sebagai adjunctive therapy pada
kortikosteroid injeksi. Pada serangan akut yang terbatas pada 1 atau 2 sendi, dapat digunakan
triamcinolone acetonide 20 – 40 mg secara intraarticular.
Kortikosteroid memiliki banyak efek samping, sehingga harus digunakan dengan hati-hati pada
pasien diabetes, riwayat masalah gastrointestinal, gangguan perdarahan, penyakit jantung,
gangguan psikiatrik. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang sebaiknya dihindari karena
menimbulkan resiko osteoporosis, penekanan jalur hipotalamus-pituitari, katarak dan
deconditioning otot.
Pengobatan menurut Depkes RI tahun 2006 dalam “Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Arthritis Rematik ” Terapi Farmakologi Untuk Gout Akut terdapat dalam tabel dibawah ini:
TERAPI LINI PERTAMA (PER ORAL KECUALI DIJELASKAN LAIN)
NSAID:
Naproksen 500 mg 2 kali sehari atau
Ibuprofen 800 mg 3 kali sehari atau
Indomethasin 50 mg 3 kali sehari untuk 2-3 hari, kemudian kurangi dosis berangsur angsur
sampai nyeri berhenti Ideal untuk pasien dibawah 65 tahun tanpa komorbiditas.
Indometasin efektif, tetapi kurang menguntungkan, ada efek samping terutama untuk manula.
Hati hati bagi manula terutama dengan sejarah peptic ulcer disease, pendarahan pada GI, CHF,
serum kreatinin > 1,6 mg/dL, IBD, dalam pengobatan Heparin atau warfarin.
Bila parenteral NSAID diindikasikan, pertimbangan ketorolak 30 atau 60 mg IM untuk dosis
awal.
Celecoxib 200 mg 2 kali sehari COX-2 selektif NSAID lebih baik untuk manula dan pasien
dengan sejarah gastropati atau pendarahan. Efek yang tidak dikehendaki pada ginjal dan hati
seperti NSAID lainnya
Asetaminofen 500-1000 mg 4 kali sehari
Atau
Asetaminofen dengan 30 mg kodein 1-2 tab setiap 4 jam prn Untuk nyeri saja, bukan
antiinflamatori. Pemilihan analgetik berdasarkan tingkat nyeri dan toleransi/pilihan pasien.
Batasi dosis total asetaminofen sampai 4000 mg sehari (2000 mg sehari untuk peminum berat
alcohol) dengan atau tanpa kodein. Kemungkinan membutuhkan opioid yang lebih kuat untuk
nyeri yang susah disembuhkan.
Kantong es. Dibungkus handuk Dapat mengurangi nyeri, mencegah kontak langsung es dengan
kulit untuk mencegah es burn; Hindarkan pada pasien PVD
Bidai Akan membantu mengurangi nyeri pada hari-hari pertama.
Istirahat di tempat tidur. Hindari latihan fisik Akan membantu mengurangi nyeri pada hari-hari
pertama
TERAPI LINI KE DUA ( CORTICOSTEROID)
Prednison 20-50 mg sehari secara peroral dengan penurunan secara berangsur angsur sampai 7
hari atau
Triamcinolone 60 mg IM ulang dalam 1-4 hari atau
Metil prednisolone 40 mg/sehari IV berangsur turun dlm 7 hari Pemakaian meningkat pada
manula dan pasien dengan kontra indikasi NSAID
Terutama berguna untuk kondisi multiple sendi
Pakai dengan hati-hati pada asien dengan diabetes atau gagal jantung.
Jangka pendek relative aman, tetapi terlalu cepat menurunkan dosis dapat menyebabkan
terserang arthritis kembali
Kortikosteroid intra articular:
Prednisolon sodium fosfat 4-20 mg IA atau
Triamsinolon diasetat 2-40 mg IA Rute pemberian kortikosteroid paling baik untuk
monoarthritis, akan tetapi membutuhkan operator berpengalaman, terutama untuk sendi kecil
atau dalam
Berikan dengan bagian yang sama lidokain1% untuk efek analgetik yang cepat
Dosis berdasarkan pada ukuran sendi (misalnya 2-5 mg untuk jari, kurang lebih 25mg untuk
lutut)
Kontra indikasi : sendi infeksi (tapis dengan WBC count dan gram stain dari cairan synovial,
diikuti dengan kultur), prostetik sendi, gangguan pendarahan.
Efek yang tidak dikehendaki kebocoran periarticular menyebabkan atrofi dari jaringan subkutan
dan pigmentasi kulit local. Hindari pengulangan injeksi dalam 3 bulan.
TERAPI LINI KE TIGA
Kolkisin peroral 0,5 – 0,6 mg 3 atau 4 kali sehari (dosis rendah) Dosis tinggi lebih efektif tetapi
biasanya tidak dapat ditoleransi (diare parah); dosis rendah berguna untuk pasien
Kolkisin peroral 0.5 mg setiap jam sampai simtom hilang atau timbul efek samping (dosis
tinggi); total dosis maksimum 4-6 mg Yang tidak dapat memekai NSAID atau dapat serangan
ringan. Hati hati untuk pasien manula dan pasien dengan penyakit hati.Pemakaian intravena
kolkisin makin dibatasi karena toksisitas sistemik. Pemakaian dibatasi hanya oleh yang ahli dan
situasi tertentu (contoh, tatalaksana pre dan post operasi)
b.PROPHILACTIC THERAPY OF INTERCRITICAL
Terapi ini dilakukan setelah serangan pertama, pada periode bebas gejala dan terdapat
kemungkinan kambuh. Dilakukan jika pasien mengalami 2 kali serangan atau lebih tiap tahunnya
dengan kadar asam urat normal atau dengan sedikit kenaikan.
Kolkisin dosis 0,5- 0,6 mg efektif pada terapi pencegahan untuk pasien tanpa adanya tophi atau
normal atau sedikit kenaikan konsentrasi asam urat dalam darah. Jika konsentrasi asam urat
dalam serum berada dalam rentang normal dan pasien bebas gejala dalam 1 tahun maka
penggunaan kolkisin sebagai terapi pencegahan dapat dihentikan. Pasien harus diberi nasehat
bahwa setelah penghentian terapi kemungkinan akan terjadi kekambuhan serangan akut.
Pasien dengan sejarah kekambuhan dan peningkatan konsentrasi asam urat secara signifikan
dapat diterapi dengan uric-acid lowering therapy untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah
hingga< 6 mg /dl, atau lebih baik jika < 5 mg/dl. Untuk menurunkan kadar asam urat dalam
darah dapat dilakukan dengan mengurangi sintesis asam urat (dengan Xantin Oksidase Inhibitor),
atau dengan meningkatkan ekskresi asam urat lewat ginjal (dengan Uricosuric). Kolkisin kadang
diberikan pada awal bulan ke 6 sampai ke 12 selama pasien menjalani uric acid-lowering
therapy.
2. Uricosuric Drug
Obat Uricosuric meningkatkan ekskresi asam urat dengan cara penghambatan reabsorbsi asam
urat pada tubulus postsecretory ginjal. Gout dapat dicegah dengan cara penurunan konsentrasi
asam urat dalam darah hingga <5 mg/dl. Obat yang biasanya digunakan adalah probenesid dan
sulfinpirazon.Obat uricosuric ini masih digunakan di Eropa, tapi belum disetujui di Amerika.
Terapi dengan agen uricosuric dimulai dengan dosis rendah untuk menghindari uricosuria atau
kemungkinan terbentuknya batu asam urat.
Probenesid diberikan pada dosis inisial 250 mg dua kali sehari untuk 1 minggu. Kemudian
ditingkatkan sampai 500 mg 2x sehari sampai kadar asam urat dalam darah kurang dari 6 mg/dl,
atau dosis ditingkatkan sampai 2 g (dosis maksimal). Sedangkan sulfinpirazone diberikan 50 mg
dua kali sehari 3-4 hari kemudian ditingkatkan 100 mg 2 kali sehari dan ditingkatkan 100 mg
tiap minggu sampai dosis maksimal 800 mg/hari.
Efek samping yang sering muncul karena penggunaan urosuric adalah iritasi GI, rash dan
hipersensitif, acute gouty arthritis, dan terbentuknya batu. Uricosuric berinteraksi dengan aspirin
yang dapat menyebabkan kegagalan terapi. Probenecid dapat menghambat sekresi tubular asam
asam organik, sulfonamide, danindomethacin.Sulfinpirazone dapat beraksi seperti agen
antiplatelet, karena struktur kimianya mirip dengan phenylbutazone sehingga penggunaannya
harus sangat hati hati pada pasien yang menerima terapi antikoagulan dan pasien yang menderita
peptic ulcer. Sulfinpirazone mungkin dapat menyebabkan juga blood dyscrasia, sehingga
penggunaannya perlu juga memonitor blood count secara periodik.
Uricosuric terapi dikontraindikasikan dengan pasien yang mempunyai gangguan ginjal (CrCl 50
ml/ menit), mempunyai riwayat batu ginjal, dan pasien yang overproducer asam urat, pada
kondisi ini obat yang diberikan adalah allopurinol.
3. Micellaneousagent
Beberapa pengobatan lain yang juga efektif dalam mengobati gout adalah Benzbromarone,
Oxypurinol suatu metabolit allopurinol, Uricase, dan Febuxostat. Selain itu juga dapat
menggunakan lipid-lowering agent yaitu fenofibrat yang meningkatkan klirens hypoxantine dan
xantine sehingga mereduksi kadar usam urat dalam darah.
Losartan (Angiotensin II reaseptor antagonis) dapat mereduksi kadar asam urat dalam darah.
Losartan menghambat reabsorbsi asam urat pada renal tubular dan meningkatkan ekskresi asam
urat.
C. ASYMPTOMATICHYPERURICEMIA
Ditandai dengan peningkatan kadar asam urat dalam darah akan tetapi tidak terdapat gejala dan
tanda depotion disease(arthritis, tophi, dan urolithiasis). Terapinya hanya menggunakan terapi
supportif dan tidak menggunakan obat. Terapi suportifnya antara lain, mengatur pengeluaran
urin (untuk mencegah terbentuknya batu asam urat), menghindari makan makanan tinggi purin,
dan secara berkala memonitor kadar asam urat dalam darah
Patofisiologi gout dan mekanisme serta tempat aksi obat yang digunakan dalam terapi
(Smith dan Aroson, 19
BAB III
STUDI KASUS
AG (45 tahun) seorang pria dengan jabatan tinggi di PLN datang ke rumah sakit dengan keluhan
nyeri hebat di pangkal ibu jari kaki kirinya. Nyeri tersebut mulai dirasakannya sejak 2 malam
yang lalu, setelah pagi harinya dia menghadiri acara reuni angkatan teman-teman kuliah di
fakultas. Dia datang ke RS tanpa alas kaki.Dia hidup sendiri dan sejak 10 tahun yang lalu dia
merokok 2 bungkus setiap hari. Tahun ini sudah 3 kali dia mencoba berhenti merokok, tetapi
gagal, karena tiap berhenti merokok dia mengalami cemas, insomnia, lapar, depresi dan merasa
ketagihan terhadap rokok. Dia juga kadangkala minum alcohol.
Riwayat penyakit
Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, hiperlipidemia sejak 6 tahun yang lalu, dan alergi rhinitis
karena dingin.
Riwayat pengobatan
HCTZ 25 mg p.o QD, aspirin 325 mg p.o QD, atorvastatin 20 mg p.o QD, loratadine 10 mg p.o
QD prn
Hasil Pemeriksaan Fisik
Tanda vital : TD = 134/85, HR = 90, RR = 22, T = 37,9o C, Wt = 100 kg, TB = 175 cm
Ekstremitas : pangkal ibu jari radang, eritema, dan nyeri
Hasil Tes Laboratorium
Asam urat : 11,7 mg/dl
Total kolesterol : 174 mg/dl
Analisis Kasus
Subjective
Chief complain :`nyeri hebat di pangkal ibu jari kaki kiri (2 malam)
History of Present illness : hipertensi (5 tahun), hiperlipidemia (6 tahun), rhinitis alergi
Social history : merokok 2 bungkus sehari, alkohol
Family history : -
Past medical history : hipertensi (5 tahun), hiperlipidemia (6 tahun), rhinitis alergi
Alergi obat : -
Review of system : pangkal ibu jari radang, eritema, dan nyeri
Medication history : HCTZ 25 mg p.o QD, aspirin 325 mg p.o QD, atorvastatin 20 mg p.o QD,
loratadine 10 mg p.o QD prn
Objective
TD : 134/85 (terkontrol, target < 140/90)
HR : 90/menit (normal = 70-110/menit)
RR : 20/menit (normal = 12-24/menit)
T : 37,9o C (normal = 36,5 - 37,5o C)
BMI : 100 kg/(1,752) = 32,65 (normal = 18,5 – 24,9)
Asam urat : 11,7 mg/dl (normal = 2-8 mg/dL)
Total kolesterol : 174 mg/dl (normal < 200 mg/dl)
LDL : 85 mg/dL (normal < 100 mg/dl) terkontrol setelah terapi
TG :115 mg/dL (normal < 150 mg/dl)
HDL : 45 mg/dL (normal > 40 mg/dl)
SrCr : 1,0 mg/dL (normal = 0,5-1,4 mg/dL)
ClCr : 98 mL/min (normal = 85-125 mL/min) normal
GFR : 110 mL/min (normal = 120 mL/min)
SGPT : 30 IU/L (normal <35 IU/L)
SGOT : 30 IU/L (normal <35 IU/L)
WBC : 6,5x103/mm3 (normal = 4,5-10x103/mm3)
RBC : 4,7 mil/mm3 (normal = 4,5-5,5mill/mm3)
Kalium : 4,4 mEq/L (normal = 3,5 – 5 mEq/L)
Natrium : 4,7 mEq/L (normal = 3,5-5,2 mEq/L)
Pemeriksaan mikroskop leukosit cairan sinovial terdapat kristal intraseluler
Assesment
Pasien menderita acute gout arthritis dan hiperurikemia
Plan: 1. mengatasi serangan akut
2. mencegah terjadinya serangan kembali
3. mencegah komplikasi
4.mengobati penyakit penyerta
Terapi Mekanisme Dosis, Durasi dan Biaya Efek samping Kontraindikasi Interaksi Alasan
Pemilihan
Gout dan Hiperurisemia
Piroxicam (Feldene(R))
Pfizer Menghambat enzim COX-1 dan COX-2 sehingga mengurangi pembentukan prekursor
prostaglandin
NSAID merupakan terapi lini pertama untuk pasien dengan indikasi gout akut
Hipertensi
Lisinopril (Noperten(R) )
Dexa Medica Mencegah perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II yang berperan penting
terhadap regulasi tekanan darah arteri 10 mg 1x sehari
seumur hidup
Rp. 130.500,-/30 tablet Pusing, sakit kepal, lelah, astenia, hipotensi ortostatik, mual, diare, kram
otot, ruang kulit, batuk - -
diuretik tidak digunakan lagi karena dapat menurunkan ekskresi asam urat pada distal tubulus
ginjal sehingga dapat memperparah kondisi gout. ACEI dipilih karena mempunyai efek
nefroprotektif dan pasien telah menderita hipertensi dan hiperlipidemi yang cukup lama,
sehingga untuk mencegah komplikasi ke ginjal.
Hiperliidemia
Atorvastatin(Atorsan(R) Sandoz
Menghambat HMG CoA reduktase 20 mg 1x sehari
seumur hidup
Rp. 149.333,-/14 tablet konstipasi, kembung, dispepsia, nyeri perut, sakit kepala, mual, myalgia,
astenia, diare, insomnia penyakit hati aktif, hamil dan laktasi - kadar lipid terkontrol dengan
pemakaian atorvastatin, sehingga terapi dilanjutkan
Monitoring dan follow-up:
1. Monitor perbaikan gejala dengan penggunaan NSAID, jika symptom belum membaik selama
< 48 jam, pertimbangkan penggunaan obat lain seperti colchicine oral dan injeksi intraarticular
corticosteroid (jika dimungkinkan).
2. Monitor kadar asam urat (goal : < 6 mg/dl)
3. Monitor tekanan darah seminggu sekali
4. Monitoring profil kolesterol (6 bulan sekali)
5. Monitoring berat badan dan BMI
6. Monitoring efek samping obat yang mungkin terjadi, seperti kejadian batuk akibat penggunaan
ACEI, jika terjadi batuk yang cukup mengganggu bisa digunakan alternatif antihipertensi lain.
Komunikasi, informasi dan edukasi
a. monitoring elektrolit terutama kalium
b. hindari BENJOL (bayam, emping, nanas, jeroan, otak, lemak) dapat memicu timbulnya asam
urat.
c. hindari makanan tinggi purin seperti daging merah berasal dari domba atau sapi, tiram,
kepiting, kerang
d. hindari minuman bersoda dan alkohol
e. minum air minimal 2 L perhari
f. hindari faktor pemicu rhinitis alergi seperti dingin
g. menerapkan pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan
kalium dan kalsium; diet rendah natrium (Natrium < 2,4 g/hari)
h. olah raga teratur seperti joging, jalan santai
i. mengurangi konsumsi kafein
j. menurunkan berat badan
k. mengurangi merokok
l. kompres menggunakan kantong es yang dibungkus handuk untuk mengurangi nyeri
m. penggunaan bidai akan mengurangi nyeri pada hari-hari pertama
n. istirahat di tempat tidur saat nyeri di hari-hari pertama
o. membatasi makanan yang manis dan berlemak.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
• Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah diatas normal.
Secara biokomiawi akan terjadi hiper¬saturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang melewati
ambang batasnya.
• Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, suatu produk sisa yang tidak
mempunyai peran fisiologi.Manusia tidak memiliki urikase yang dimiliki hewan, suatu enzim
yang menguraikan asam urat menjadi alantoin yang larut dalam air.Asam urat yang terbentuk
setiap hari di buang melalui saluran pencernaan atau ginjal.
• Tujuan terapi dari hiperurisemia yaitu untuk Mencegah kekambuhan serangan gout pada
persendian (gouty arthritis), Mencegah komplikasi yang terkait dengan tertimbunnya kristal urat
pada jaringan dalam jangka waktu lama, Mencegah atau mengembalikan kondisi yang sering
terkait dengan gout, seperti obesitas, kenaikan trigliserida dan hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Arthtritis Rematik, Departement Kesehatan
RI, Jakarta.
Anonim, 2009, Drug Information Handbook, Lexycom, Amerika.
Dipiro,J., 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th ed, Mc Graw Hill, New
York.
Ernst, M. E., Clark, E. C., Hawkins, D. W., 2008, Gout and Hyperuricemia, dalam DiPiro, J. T.,
Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M., (Eds.), Pharmacotherapy :
A Pathophysiologic Approach, 7th Ed., 1539 – 1550, McGraw-Hill Companies, Inc., New York.
Larry N. Swanson, 2001, Hyperuricemia and Gout, In Shargel L., Comprehensive Pharmacy
Review, 4th Edition, hal 937-945, Lippincot William dan Wilkins, USA.
Smith D. G, Aroson J.K., 1992, Oxford Clinical Pharmacology And Drug Therapy, Second
Edition.
Hidayat, R., 2009, Gout dan Hiperurisemia, Divisi Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUPNCM, Jakarta.
Kurniari, P.K., Kambayana G., Putra R.T., 2011, Hubungan Hiperurisemia dan Fraction Uric
Acid Clearance di Desa Tenganan Pegringsingan Karangasem Bali, Divisi Rematologi,
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/RSUP Sanglah, Bali.
Translate
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
2. Zat purin dalam jumlah banyak masuk dalam tubuh, kemudian melalui metabolisme berubah
menjadi asam urat
3. Kadar asam urat dalam tubuh meningkat, sehingga ginjal tidak mampu membuang kelebihan
asam urat
5. Akibatnya sendi kita terasa nyeri, membengkak, meradang, panas dan kaku
Sebagai akibat asam urat, ginjal juga akan mengalami gangguan. Pada kasus yang parah,
penderita sampai tidak bisa jalan karena persendian terasa sangat sakit jika bergerak. Tulang di
sekitar sendi juga bisa keropos / mengalami pengapuran tulang.
c. Gejala asam urat
Nyeri sendi merupakan indikator utama asam urat, Sendi merupakan bagian yang paling
mudah dihinggapi kristal-kristal asam urat selain juga pada bagian kulit dan ginjal yang
merupakan akibat dari penambahan kadar asam urat dalam darah. Kristal-kristal tersebut akan
menyebar ke dalam rongga-rongga sendi sehingga terjadilah peradangan akut atau terjadi gout.
Jika terjadi selama bertahun-tahun, deposit kristal asam urat dalam sendi tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan sendi secara permanen.
tapi rasa ngilu pada persendian banyak sebabnya, belum tentu disebabkan oleh asam
urat. Berikut adalah sejumlah gejala yang patut Anda waspadai. Jika Anda merasakan tanda-
tanda berikut, besar kemungkinan Anda terkena penyakit asam urat:
Sendi terasa nyeri, ngilu, linu, kesemutan dan bahkan membengkak dan berwarna kemerahan
(meradang)
Biasanya persendian terasa nyeri saat pagi hari (baru bangun tidur) atau malam hari
Rasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang
Yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, dengkul, tumit, pergelangan tangan dan siku
Pada kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat bergerak
Untuk memastikan, Anda harus melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan asam
urat di laboratorium dilakukan dengan dua cara, Enzimatik dan Teknik Biasa. Kadar asam urat
normal menurut tes Enzimatik maksimum 7 mg/dl. Sedangkan pada Teknik Biasa, nilai
normalnya maksimum 8 mg/dl. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan kadar asam urat melampaui
standar normal itu, penderita dimungkinkan mengalami hiperurisemia. Kadar asam urat normal
pada pria dan perempuan berbeda.
Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 – 7 mg/dl dan pada perempuan 2,6 – 6
mg/dl. Kadar asam urat diatas normal disebut hiperurisemia.Perjalanan penyakit yang klasik
biasanya dimulai dengan suatu serangan atau seseorang memiliki riwayat pernah cek asam
uratnya tinggi di atas 7 mg/dl, dan makin lama makin tinggi.ika demikian, kemungkinannya
untuk menjadi penyakit gout itu makin besar. Biasanya 25% orang yang asam uratnya tinggi
akan menjadi penyakit gout. Bila kadar asam urat tinggi tapi tidak ada gejala serangan sendi ini
disebut stadium awal. Pada setiap orang berbeda-beda. Ada yang bertahun-tahun sama sekali
tidak muncul gejalanya, tetapi ada yang muncul gejalanya di usia 20 tahun, 30 tahun, atau 40
tahun.Sebagian besar penderita asam urat juga memiliki penyakit lain seperti hipertensi (tekanan
darah tinggi), diabetes atau penyakit ginjal. Faktor kegemukan (obesitas) juga sering dijumpai
pada penderita asam urat.
2.2.PENYEBARAN/PENULARAN
Asam urat merupakan penyakit non infeksi akibat prilaku makanan. Penyakit asam urat
tidak menular, akan tetapi tidak menutup kemungkinan factor genetic atau keturunan dapat
menyebabkan menderita penyakit ini. Uniknya asam urat ini lebih sering menyerang pria
daripada wanita, dengan jumlah wanita yang sangat sedikit dan biasanya menyerang wanita yang
sudah memasuki masa monopouse. Hal ini dikarenakan tingkat asam dalam tubuh pria
berbanding lurus dengan bertambahnya usia, sedangkan pada wanita tingkat asam ini baru akan
naik drastis ketika mereka sudah memasuki masa monopouse.
Untuk mengetahui kita menderita asam urat atau tidak biasanya dilakukan dengan tes
enzimatik dan tes biasa. Biasanya serangkaian tes ini dapat kita lakukan di laboratorium di
rumah sakit atau yang bisa kita temui di sekitar kita.
Pada awalnya penyakit asam urat ini hanya menyerang satu sendi saja, namun lama
kelamaan bisa menjalar ke sendi yang lain. Sendi yang paling sering terkena dampak dari asam
urat ini adalah sendi pada pangkal kaki ibu jari dan sekitar kaki. Serangan asam urat pun tidak
dapat diperkirakan, tiba-tiba dapat terjadi pagi hari lalu sembuh dan sore hari nyeri sendi kembali
terulang. Hal ini sangat menyiksa penderita, jika mereka tidak cepat mengkonsumsi obat-obatan
maka nyeri itu tidak akan hilang.
Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah pola makan,
kegemukan, dan suku bangsa.Di dunia, suku bangsa yang paling tinggi prevalensinya pada orang
Maori di Australia. Prevalensi orang Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali, sedangkan
di Indonesia prevalensi tertinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-
Minahasa karena kebiasaan atau pola makan ikan dan mengonsumsi alkohol. Alkohol
menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine itu ikut berkurang sehingga asam uratnya tetap
bertahan di dalam darah. Konsumsi ikan laut yang tinggi juga mengakibatkan asam urat.
Asam urat pun merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner. Diduga kristal
asam urat akan merusak endotel (lapisan bagian dalam pembuluh darah) koroner. Karena itu,
siapapun yang kadar asam uratnya tinggi harus berupaya untuk menurunkannya agar kerusakan
tidak merembet ke organ-organ tubuh yang lain.
2.3.CARA PENANGGULANGAN
Penyakit asam urat disebabkan oleh menumpuknya kristal asam urat yang dihasilkan dari
metabolisme zat purin. Oleh karena itu, untuk mengurangi kadar asam urat, Anda
harus mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung zat purin. Berikut adalah contoh
makanan yang menjadi pantangan bagi penderita penyakit asam urat:
Jeroan: ginjal, limpa, babat, usus, hati, paru dan otak
Seafood: udang, cumi-cumi, sotong, kerang, remis, tiram, kepiting, ikan teri, ikan sarden
Ekstrak daging seperti abon dan dendeng
Makanan yang sudah dikalengkan (contoh: kornet sapi, sarden)
Daging kambing, daging sapi, daging kuda
Bebek, angsa dan kalkun
Kacang-kacangan: kacang kedelai (termasuk hasil olahan seperti tempe, tauco, oncom, susu
kedelai), kacang tanah, kacang hijau, tauge, melinjo, emping
Sayuran: kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur kuping, daun singkong, daun pepaya,
kangkung
Keju, telur, krim, es krim, kaldu atau kuah daging yang kental
Buah-buahan tertentu seperti durian, nanas dan air kelapa
Makanan yang digoreng atau bersantan atau dimasak dengan menggunakan margarin/mentega
Makanan kaya protein dan lemak
Selain pantangan makanan di atas, penderita asam urat juga harus banyak minum air
putih (terutama bagi mereka yang mempunyai batu ginjal). Air putih akan membantu
mengeluarkan kristal asam urat dari dalam tubuh smelalui urine.
Kurangi konsumsi alkohol karena alkohol akan meningkatkan kadar asam laktat, yang
menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine berkurang. Akibatnya, asam urat tertahan
dalam peredaran darah dan menumpuk di persendian. Hindari juga minuman fermentasi seperti
bir, wiski, anggur, tape dan tuak karena mengandung senyawa alkohol.
Konsumsi makanan yang mengandung potasium tinggi seperti kentang, yogurt, dan pisang
Konsumsi buah yang banyak mengandung vitamin C, seperti jeruk, pepaya dan strawberry
Contoh buah dan sayuran untuk mengobati penyakit asam urat: buah naga, belimbing wuluh,
jahe, labu kuning, sawi hijau, sawi putih, serai dan tomat
Perbanyak konsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi
Kurangi konsumsi karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali
dan sirup
Pada orang yang kegemukan (obesitas), biasanya kadar asam urat cepat naik tapi pengeluaran
sedikit, maka sebaiknya turunkan berat badan dengan olahraga yang cukup
Sesuaikan asupan energi dengan kebutuhan tubuh, berdasarkan tinggi dan berat badan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit asam urat merupakan akibat dari konsumzi zat purin secara berlebihan. Purin
diolah tubuh menjadi asam urat, tapi jika kadar asam urat berlebih, ginjal tidak mampu
mengeluarkan sehingga kristal asam urat menumpuk di persendian. Akibatnya sendi terasa nyeri,
bengkak dan meradang. Penyakit asam urat merupakan penyakit nini infeksi yang tidak menular.
Penyakit ini dapat di cegah dengan mengkonsumsi makanan yang rendah purin, memperbanyak
minum air putih dan rajin berolahraga.
3.2 SARAN
Sebaiknya penyakit asam urat harus di cegah terlebih dulu, karena jika seseorang telah
menderita penyakit asam urat dapat menyebabkan resiko gagal ginjal.