Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTEK KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI

(KIE)
PENYAKIT GENERATIF (GOUT)
SEMESTER GENAP

DISUSUN OLEH KELOMPOK B1


ANGGOTA :
Nur Azizah (145070500111002)
Iwayan Arya Y (145070500111004)
Kevin Rexy Raharjaa (145070500111006)
Nindi Eka Sari (145070500111010)
Billy Kurniawan (145070500111012)
Almira Naafi Rosyada (145070500111014)
Ni Putu Manik Astari (145070500111016)
Luai Hana A (145070500111018)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TA 2016/2017
PENDAHULUAN
1. Definisi
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit
danpotensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya
biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi. Gout adalah bentuk
inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol
kaki.Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain
termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut,lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di
jaringan lunak dan tendon.Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi
bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi.
Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai
oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia).
Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme
purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat). (Syukri,
2007). Gout dapat bersifat primer, sekunder, maupun idiopat ik. Gout primer merupakan
akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan
ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang
berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau
pemakaian obat-obatan tertentu sedangkan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak
jelas penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi yang
jelas.(Putra, 2009)
2. Epidemiologi
Gout artritis banyak diderita oleh laki -laki dan wanita postmenopause,
jarang padalaki-laki sebelum remaja dan wanita sebelum menopause. Prevalensi gout
meningkat seiring dengan bertambahnya usia yaitu meningkat sampai 9% pada laki-laki
dengan usia lebih dari 80 tahun dan 6% pada wanita. Konsentrasi serum urat pada
laki-laki lebih besar 1 mg/dLdaripada wanita, tetapi setelah menopause level serum urat
pada wanita meningkat sehinggacenderung sama dengan laki-laki. Perbedaan serum urat pada
laki-laki dan wanita ini karena pengaruh hormon estrogennya. Pada saat premenopause
hormon estrogen ini menyebabkanklirens asam urat pada ginjal lebih efisien. Peningkatan
prevalensi gout juga bisa disebabkan oleh diet dan life style yang kurang terkontrol,
obesitas, hipertensi sindroma metabolik,trnsplantasi organ, meningkatnya
penggunaan obat-obatan seperti salicylate dan diuretik dosis rendah.
3. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan Kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolism asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.Beberapa faktor lain yang mendukung, seperti:
a) Faktor genetic seperti gangguan metabolism purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperuricemia), retensiasamurat, atau keduanya.
b) Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan
ginjal yang akan menyebabkan pemecahan asam yang dapat menyebabkan
hiperuricemia.
Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti
aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asamnikotinat, asetazolamiddanetambutol.
4. Patofisiologi
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas
oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang
diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.Pada
penyakit gout-arthritis, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme (pembentukan dan
ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:

1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik


2. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang
meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena defek
enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan)
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin

Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat
dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah sehingga
cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam
bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui.
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang khas pada penderita gout adalah: (Puspitasari, 2010)
a. Nyeri pada satu atau beberapa sendi dimalam hari, makin lama makin memburuk.
b. Pada sendi yang bengkak, kulit kemerahan hingga keunguan, kencang, licin dan hangat.
c. Demam, menggigil, tidak enak badan, pada beberapa penderita terjadi peningkatan
denyut jantung.
d. Bila benjolan kristal di sendi pecah akan keluar massa seperti kapur.
e. Kadar asam urat dalam darah tinggi.
6. Terapi Farmakologi
Terapi Untuk Menangani Serangan Akut Gout
a. NSAID
Ada beberapa NSAID yang sering diperuntukan untuk Arthritis gout.
Diklofenak, indometasin, ketoprofen, naproksen, piroxikam, sulindak. Indometasin
cenderung paling sering dipakai, walau tidak ada perbedaan yang signifikan antara obat
ini dengan obat NSAID lain. Pemakaian aspirin harus dihindarkan sebab mengakibatkan
retensi asam urat, kecuali kalau dipakai dalam dosis tinggi (Wood,1999).
Tergantung pada keparahan serangan dan waktu antara onset dan permulaan
terapi, dosis 50-100mg indometasin oral akan menghilangkan nyeri dalam dua-empat
jam. Dapat diikuti menjadi 150-200mg sehari, dengan dosis dikurangi bertahap menjadi
25mg tiga kali sehari untuk 5 sampai 7 hari, hingga nyeri hilang. Cara ini dapat
mengurangi toksisitas gastrointestinal. NSAID biasanya dibutuhkan antara 7 sampai 14
hari tergantung respons pasien, walau pasien dengan kronik atau gout tofi membutuhkan
terapi NSAID lebih lama untuk mengendalikan simtom. Pemanfaatan NSAID menjadi
terbatas karena efek sampingnya, yang menimbulkan masalah terutama pada manula
dan pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pada manula, atau mereka dengan riwayat
PUD (Peptic Ulcer Disease), harus diikuti dengan H2 antagonis, misoprostol atau PPI
(Proton Pump Inhibitor) Untuk Misoprostol, perlu kehati-hatian dalam pemakaiannya,
kontraindikasi untuk wanita hamil, dan penggunaannya masih sangat terbatas di
Indonesia. Untuk pasien dengan gangguan ginjal, NSAID harus dihindarkan sedapat
mungkin, atau diberikan dengan dosis sangat rendah, apabila keuntungan masih lebih
tinggi dibanding kerugian. Apabila demikian maka harus dilakukan pemantauan
creatinine clearance, urea, elektrolit secara reguler (Wood,1999).
COX 2 Inhibitor dapat dilihat di BAB OsteoArthritis NSAID selektif COX-2
(Celecoxib), pada dosis 120mg sehari sebanding dengan indometasin dosis tinggi (150
mg/hari) dalam mengobati tanda-tanda gout akut dalam waktu 4 jam, ini akan sangat
berguna bagi pasien yang tidak dapat memakai NSAID.
b. Kolkhisin
Kolkhisin dipakai untuk Arthritis gout akut, sebagian rematologis menganggap
tidak efektif, karena cenderung menyebabkan diare berat terutama bagi pasien dengan
mobilitas terbatas. Sebaiknya dipakai untuk pencegahan saja atau sebagai pilihan
terakhir. Kolkhisin telah dipakai sejak tahun 1920. Kolkhisin adalah antimitotik,
menghambat pembelahan sel, dan diekskresi melalui urin. Tidak menurunkan kadar urat
dalam serum, dan kalau menjadi pilihan maka harus diberikan secepat mungkin saat
serangan terjadi agar efektif. Kolkhisin dapat juga dipakai untuk mencegah serangan,
dan direkomendasikan untuk diberikan dalam dosis rendah sebelum memulai obat
penurun urat, kemudian dilanjutkan sampai 1 tahun setelah urat dalam serum menjadi
normal (Jordan,2004).
Bila diberikan secara oral maka diberikan dosis awal 1 mg, diikuti dengan
dosis 0,5 mg. Walau BNF menganjurkan diberikan setiap 2 jam sampai timbul diare
atau total pemberian 8 mg, kenyataan jarang diikuti. Kebanyakan pasien merespons
dalam waktu 18 jam dan inflamasi menghilang pada 75-80% pasien dalam 48
jam.Reaksi yang tidak dikehendaki dari kolkhisin adalah gangguan gastrointestinal,
disfungsi sumsum tulang belakang, dan disfungsi neuromuskular. Hal ini lebih sering
terjadi pada pasien dengan gangguan ginjal atau hati dan manula. Kolkhisin sebagai
vasokonstriktor dan mempunyai efek stimulasi pada pusat vasomotor, sebab itu hatihati
bagi pasien dengan gagal jantung kronis (Jordan,2004).
c. Kortikosteroid
Injeksi intra-artikular kortikosteroid sangat berguna bila NSAID atau kolkhisin
bermasalah, misalnya pada pasien dengan gagal jantung kronis atau gangguan ginjal
atau hati. Ini juga sangat berguna untuk Arthritis gout akut yang terbatas hanya sendi
atau bursa tunggal. Bagaimanapun harus dipastikan bahwa penyakit ini bukan Arthritis
septik, sebelum menyuntikkan steroid (Jordan,2004).
Kortikosteroid dapat diberikan secara oral dalam dosis tinggi (30-40mg) atau
intramuskular, berangsur-angsur diturunkan selama 7-10 hari, terapi ini baik untuk
pasien yang tidak dapat mentolerir NSAID, kolkhisin ataupun gagal dengan terapi ini,
juga bagi mereka dengan serangan poliartikular. Hati-hati bagi pasien dengan gagal
jantung (Jordan,2004).
Terapi Lanjutan (Profilaksis) Gout
a. Xanthine Oksidase Inhibitor
Obat golongan xanthine oksidase inhibitor ini adalah allupurinol dimana hanya
allupurinol yang mendapat persetujuan dari FDA USA yang bekerja dengan
menghambat sintesis asam urat. Allupurinol dan metabolit aktifnya yakni oksipurinol
merupakan penghambat xanthine oksidase sehingga menghambat perubahan
hipoxanthine menjadi xanthine dan xanthine menjadi asam urat.Walaupun allupurinol
merupakan agen penurun asam urat yang paling efektif namun sekitar 5% pasien tidak
dapat mentolerir efek samping dari allupurinol. Efek samping ringan allupurinol adalah
kemerahan pada kulit, leukopenia, masalah gastrointestinal sistem, sakit kepala dan
urticaria. Sedangkan efek samping berat allupurinol adalah reaksi berat kemerahan
(nekrosis epidermal toksisitas, eritema multiform, atau eksfoliasi dermatitis), hepatitis,
nefritis intersisial, dan eosinofilia (Dipiro, et.al., 2008).
b. Golongan Uricosuric
Obat golongan uricosuric dapat meningkatkan klirens ginjal dari asam urat
dengan menghambat reabsorpsi asam urat pada proximal tubular ginjal. Obat golongan
ini yang banyak digunakan adalah probenecid dan sulfinpyrazone. Efek samping yang
sering terjadi adalah iritasi gastrointestinal sistem, kemerahan dan hipersensitivitas,
presipitasi serangan akut gout dan pembentukan batu ginjal. Dari kedua obat tersebut,
probenecid adalah obat yang lebih sering digunakan daripada sulfinpyrazone karena
efek sampingnya minimal (Dipiro, et.al., 2008).
c. Agen Lainnya (Miscellaneous)
Obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah golongan uricase yakni
febuxostat. Febuxostat telah terbukti menghasilkan efek yang lebih baik dibandingkan
allupurinol terutama pada pasien dengan insufiensi ginjal. Selain itu, obat agen penurun
lipid juga dapat digunakan untuk gout yakni fenofibrate. Karena pasien dengan gout
biasanya mengalami dislipidemia, fibrate diketahui dapat sekaligus meningkatkan
klirens hipoxanthine, xanthine dan secara perlahan dapat menurunkan serum urat. Dapat
pula digunakan angiotensin II reseptor agonis yakni losartan karena dapat menurunkan
serum urat dengan mengantagonis reseptor angiotensin. Losartan menghambat
reabsorpsi asam urat pada tubular ginjal dan meningkatkan sekresi urin, hal ini menjadi
fungsi khusus dari losartan dimana obat golongan angotensin II reseptor antagonis tidak
dapat melakukannya (Dipiro, et.al., 2008).
7. Terapi Non Farmakologi
Berikut ini contoh-contoh tindakan yang dapat berkontribusi dalam menurunkan
kadar asam urat (Johnstone,2005):
a. Penurunan berat badan (bagi yang obes)
b. Menghindari makanan (misalnya yang mengandung purin tinggi) dan minuman tertentu
yang dapat menjadi pencetus gout
c. Mengurangi konsumsi alkohol (bagi peminum alkohol)
d. Meningkatkan asupan cairan
e. Mengganti obat-obatan yang dapat menyebabkan gout (mis diuretik tiazid)
f. Terapi es pada tempat yang sakit
Intervensi dengan diet dengan mengurangi karbohidrat menurunkan kadar urat
sampai 18% dan frekuensi serangan gout sampai 67%. Sudah lama buah cherry dilaporkan
membantu menurunkan serangan gout. Dugaan karena kandungan antosianin dalam cherry
mempunyai sifat inhibitor COX 2. Studi mutakhir membuktikan juga cherry menurunkan
kadar urat. Diet rendah purin pada masa lalu dianggap menurunkan kadar asam urat, ternyata
keberhasilannya mempunyai batas. Walau terapi non obat ini sederhana, tetapi dapat
mengurangi simtom gout apabila dipakai bersama dengan terapi obat (Jordan,2004)
Banyak pasien gout mempunyai berat badan berlebih. Hiperurisemia dan gout
adalah komponen dari sindrom resisten insulin. Diet dan cara lain untuk menurunkan insulin
dalam serum dapat menurunkan kadar urat dalam serum, sebab insulin tinggi akan
mengurangi ekskresi asam urat. Alkohol meningkatkan produksi urat dan menurunkan
ekskresi urat dan dapat mengganggu ketaatan pasien. Sebab iti secara rutin membahas diet
dengan pasien dengan gout, dan mengajak pasien merubah gaya hidup yang praktis yang
dapat mengurangi risiko gout, akan sangat berarti.
Biasanya diet sebaiknya diawali hanya pada saat inflamasi telah terkendali secara
total, karena diet ketat akan memperparah hiperurisemia dan menyebabkan serangan akut
gout. Hal yang sama untuk mencegah serangan gout dengan minum kolkhisin atau NSAID
pada saat upaya serius penurunan berat badan. Separuh dari asam urat dalam tubuh di dapat
dari asupan makanan yang mengandung purin. Diet ketat purin sulit diikuti. Lagi pula walau
diet ketat diikuti, urat dalam serum hanya turun 1mg/dL dan ekskresi urat lewat urin hanya
turun 200mg/hari. Tetapi sayangnya kalau asupan makanan purin dan alkohol diumbar maka
kadar urat dalam serum dapat melonjak, tidak jarang sampai 12-14mg/dL28.
ANALISIS KASUS
1. Kasus
Anda adalah apoteker di Apotek Brawijaya Farma. Datang seorang pasien
berkonsultasi mengenai penyakitnya kepada Anda.Pasien mengeluh nyeri pada lutut dan
jempol sejak tadi pagi, juga mengalami kesulitan berjalan. Sebelumnya pasien pernah
mengalami gejala yang sama dan ingin membeli obat yang dulu digunakan.
2. Analisa Kasus
Subjektif:
Nama : Tn. Joni
Umur : 51 tahun
Keluhan : nyeri pada lutut, nyeri jempol sejak tadi pagi, kesulitan berjalan
Berat badan pasien : overweight
Riwayat sakit yang sama
Suka makan kacang-kacangan, daging-dagingan dan jarang minum air
Riwayat obat : natrium diklofenak
Objektif: -
Assessment:
- Pasien mengalami gejala gout yang khas yaitu nyeri disendi-sendi kecil karena terjadi
penumpukan asam urat yang terkonsentrasi
- Gejala gout sudah menyebar ke sendi besar (lutut) menunjukkan progresivitas penyakit
pasien
- Kondisi overweight/obesitas pada pasien merupakan faktor risiko terjadi nya gout.
- Kondisi gout pada pasien kemungkinan besar dikarenakan pola makan pasien yang terlalu
banyak makan makanan yang mengandung purin. Purin merupakan bahan utama
pembentuk asam urat dari proses xantin oksidasi. Tingginya kadar asam urat dalam tubuh
dapat terakumulasi ke sendi-sendi dan bisa membentuk kristal yang mengakibatkan rasa
nyeri sendi
- Pasien juga jarang minum air sehingga asam urat didalam tubuh pasien semakin
terkonsentrasi
- Pasien mengkonsumsi NSAID yang merupakan lini pertama untuk kondisi gout yang
kadar asam uratnya belum diatas 6 mg/dl, namun melihat progresivitas penyakit pasien
sebenarnya perlu pemeriksaan kadar asam urat untuk menentukan perlu tidaknya terapi
tambahan agen uricosuric atau uricostatic.
Plan:
- Mengedukasi pasien untuk mengurangi konsumsi kacang-kacangan dan daging yang
banyak mengandung purin
- Mengedukasi pasien untuk memperbanyak konsumsi air putih
- Mengedukasi pasien untuk menurunkan berat badan
- Memberikan terapi NSAID untuk mengatasi gejala nyeri pada pasien
- Menyarankan pasien untuk pergi ke dokter dan cek laboratorium untuk mengetahui kadar
asam urat pasien sehingga diketahui perlu tidaknya pemberian obat yang menurunkan
asam urat seperti allopurinol pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M.
2011.Pharmacoterapy A Phatophysiologic Approach, 7th Edition, Mc Graw Hill
Medical, New York.
Putra, Tjokorda Raka. 2007. Hubungan Konsumsi Purin dengan Hiperurisemia pada Suku Bali
di Daerah Pariwisata Pedesaan. J Peny Dalam, Vol.8 No.1.
Jordan K.M., An Update on Gout, Topical Reviews, Arthritis Research Campaign, October 2004.
Johnstone, A., The disease and non-drug treatment, Hospital Pharmacist, vol 12, November
2005
Syukri, Maimun. 2007. Asam Urat dan Hiperurisemia. Majalah Kedokteran Nusantara. Vol 40
: 52-55
Wood J. 1999. Gout and its Management. The Pharmaceutical Journal vol 262 June 5.
Lampiran 1
Skenario
Skenario
Keterangan :
P : Pasien
A : Apoteker
K : Kasir

Percakapan :
A : Selamat siang Pak, saya Hana sebagai apoteker di apotek brawijaya ini. Ada yang
bisa saya bantu?
P : Selamat Siang Mbak. Saya mau beli obat mbak untuk nyeri di lutut dan jempol kaki
saya Mbak
A : Oh begitu Pak. Maaf sebelumnya dengan Bapak siapa?
P : Saya Joni
A : Apakah saya bisa meminta waktu Bapak sekitar 5-10 menit untuk mendiskusikan
mengenai penyakit Bapak dan pengobatan yang dapat digunakan?
P : Bisa Mbak, tapi jangan terlalu lama ya. Saya sedang buru-buru
A : Baik Pak. Mari keruangan saya.
A : Tadi dengan Bapak Joni ya, Bapak Joni ini umurnya berapa pak?
P : 51 tahun mbak
A : Pekerjaan Bapak?
P : Pengangguran mbak, kadang ikut ke sawah kadang bantu istri jualan
A : Kalau boleh saya tau, obatnya ini untuk siapa pak?
P : Untuk saya sendiri mbak. Jadi lutut dan jempol kaki saya nyeri Mbak
A : nyerinya mulai dari kapan Pak?
P : Sejak tadi pagi lutut dan jempol kaki saya nyeri sekali Mbak.
A : Apakah nyerinya sampai menyebabkan susah berjalan Pak? Nyerinya bagaimana pak
?
P : Iya Mbak, rasanya seperti ketusuk-ketusuk mbak nyeri sekali, kalau digunakan jalan
juga sakit, jadi saya mau jalan itu jadi susah
A : Apakah sebelumnya sudah pernah ke Dokter?
P : Sudah Mbak
A : Saat itu, Dokternya meresepkan obat apa Pak?
P : Natrium diklofenak Mbak. Kata Dokter, untuk meredakan nyeri
A : Apakah nyerinya hilang setelah minum obat Pak?
P : Awalnya memang hilang Mbak, obatnya sudah habis dan nyerinya kambuh lagi.
A : Kalau boleh tahu, berat badan dan tinggi badan Bapak berapa?
P : Berat badan saya 80 kg, tinggi badan saya 165 cm.
A : Apakah Bapak suka makan kacang-kacangan, dan daging-dagingan?
P : Oh iya Mbak. Saya suka sekali. Biasanya kesawah itu saya panen kacang-kacangan
langsung saya makan.
A : Bapaknya suka minum air putih Pak?
P : Saya gak suka minum air putih mbak. Daripada minum air putih saya lebih suka
minum kopi atau softdrink.
A : Apakah sebelumnya sudah pernah cek kadar asam urat?
P : Loh ya belum Mbak. Memangnya ada apa Mbak?
A : Jadi begini Pak, dari gejala yang bapak alami menunjukkan bahwa Bapak terkena
Gout atau yang lebih dikenal dengan Penyakit Asam Urat. Gout itu nyerinya khas
pada sendi-sendi kecil seperti jari kaki dan dapat menyebar ke sendi besar seperti
lutut. Jadi gout terjadi karena penumpukan asam urat yang mengkristal/membentuk
batu-batu kecil di sendi tersebut. Batu tersebut akan menggesek sendi Bapak sehingga
sendinya menjadi nyeri.
P : Oh begitu Mbak. Kira-kira kenapa ya Mbak saya bisa sakit asam urat?
A : Jadi penyebabnya karena Bapak banyak mengkonsumsi makanan tinggi purin seperti
kacang-kacangan dan daging-dagingan. Nah, kacang-kacangan dan daging-dagingan
ini mengandung purin. Purin dalam makanan itu nantinya akan membentuk asam urat
Bapak. Dan juga diperparah karena Bapak jarang minum air putih sehingga cairan
dalam tubuh bapak sedikit jadi tidak ada yang melarutkan batu-batu tadi Pak. Selain
itu, kelebihan berat badan juga menjadi salah satu faktor risiko penyakit ini.
P : Berarti saya harus minum obat apa Mbak?
A : Untuk mengurangi nyerinya saya berikan Natrium diklofenak lagi namun untuk
mengatasi asam uratnya saya rekomendasikan untuk ke dokter terlebih dahulu.
P : Oh begitu Mbak. Berarti saya harus ke dokter dulu ya Mbak?
A : Iya Bapak. Tapi untuk obat antinyeri-nya Bapak bisa membeli di apotek
P : Oh iya Mbak. Kalau begitu saya beli obat antinyerinya saja Mbak.
A : Jadi Bapak, obat antinyeri ini namanya Natrium diklofenak, dosisnya 50 mg diminum
3 kali sehari saat nyeri saja. Obat ini sebaiknya diminum setelah makan karena dapat
meyebabkan nyeri perut. Tapi Bapak, bila hanya menggunakan antinyeri saja maka
asam uratnya tidak teratasi. Jadi untuk mengatasi asam uratnya, bapak lebih baik ke
dokter terlebih dahulu untuk mengetahui keparahn dari asam uratnya.nanti
kemungkinan juga akan dilakukan cek lab untuk mengetahui kadar asam uratnya.
Selain menggunakan obat, perbaikan gaya hidup juga penting Pak yakni Bapak
sebaiknya mengurangi konsumsi kacang-kacangan dan daging-dagingan serta
perbanyak minum air putih. Dan juga penting menurunkan berat badan dengan rajin
olah raga seperti jalan-jalan disekitar rumah.
P : Oh begitu, baik mbak.
A : Kalau tidak keberatan apakah Bapak bersedia mengulangi apa yang saya sampaikan
tadi?
P : Jadi nyeri pada lutut dan jempol saya disebabkan karena asam urat yang disebabkan
banyak makan kacang-kacangan dan daging-dagingan serta kurang minum air putih.
Obat nyerinya natrium diklofenac diminum 3 kali sehari, terus obat untuk asam
uratnya alupurinol tetapi harus dengan resep dokter.
A : Benar demikian Pak, agar lebih jelas ini ada leaflet yang menjelaskan informasi-
informasi mengenai penyakit asam urat. Pembayaran obatnya dapat menuju bagian
kasir ya Pak. Terimakasih semoga cepat sembuh
P : Iya mbak terimakasih.
K : Dengan bapak Joni berusia 51 tahun
P : Iya mbak saya bapak joni
A : Baik pak ini obatnya. ini obatnya Natrium diklofenak, dosisnya 50 mg. Apakah benar
?

P : Iya benar sekali mbak


A : Ini pak harganya 11 ribu .. semoga lekas sembuh pak.
Lampiran 2
PATIENT MEDICATION RECORD (PMR)

Nama : Kelamin-Status : L/P Dws/Anak


Usia : Pekerjaan :
No telepon : Tanggal konseling :
Alamat :
Diagnosa dokter :

Kondisi umum pasien :

Riwayat pengobatan :
Riwayat penyakit :
Riwayat alergi :
Nama obat, dosis dan :

Cara pemakaian

Penyimpanan :

Monitoring :
Malang, 22 Mei 2017

Pasien Apoteker

( ) ( )
Lampiran 3

Leaflet

Anda mungkin juga menyukai