Anda di halaman 1dari 21

Makalah dan Askep GOUT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam
nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan
gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering
disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitannya. Penyakit ini sering
disebut penyakit gout atau lebih dikenal dengan penyakit asam urat (Andry, 2009). Penyakit
gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemia
dan serangan sinovitis akut berulang-ulang.
Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat monosodium dan pada
tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi, insiden penyakit gout sebesar
1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada
wanita (Muttaqin, 2008). Secara biokomiawi akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam
urat di serum yang melewati ambang batasnya.
Keadaan hiperurisemia akan beresiko timbulnya artritis gout, nefropati gout, atau batu
ginjal. Insiden gout di Indonesia menduduki urutan kedua setelah osteoartritis (Dalimartha,
2008 dikutip dari penelitian Festy dkk).
Prevalensi gout di Indonesia diperkirakan 1,6-13,6/100.000 orang, prevalensi ini
meningkat seiring dengan meningkatnya umur (Tjokroprawiro, 2007). Faktor risiko yang
menyebabkan orang terserang penyakit asam urat, Vitahealth (2007) adalah genetik/riwayat
keluarga, asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan
(obesitas), hipertensi, gangguan fungsi ginjal dan obat-obatan tertentu (terutama diuretika).
Faktor-faktor tersebut diatas dapat meningkatkan kadar asam urat, jika terjadi peningkatan
kadar asam urat serta di tandai linu pada sendi, terasa sakit, nyeri, merah dan bengkak
keadaan ini dikenal dengan gout. Gout termasuk penyakit yang dapat dikendalikan walaupun
tidak dapat disembuhkan, namun kalau dibiarkan saja kondisi ini dapat berkembang menjadi
artritis yang melumpuhkan (Charlish, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


A. Apakah pengertian dari gout?
B. Bagaimana etiologi dari gout?
C. Apa saja klasifikasi dari gout?
D. Bagaimana manifestasi klinis dari Gout?
E. Bagaimana patofisiologi dari Gout?

1.3 Tujuan
A. Untuk Mengetahui Pengertian
B. Untuk mengetahui Etiologi
C. Untuk Mengetahui Klasifikasi
D. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis
E. Untuk Mengetahui Patofisiologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gout adalah penyakit yang di akibatkan metabolisme purin yang ditandai dengan
hiperurikemi dan serangan sinovitis akut berulang-ulang (chairuddin) penyakit ini paling
sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan wanita pasca menopause.
(Fauci, Braunwald)
Gout (pirai) merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek
genetic pada metabolism purin (hiperurisemia). Pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi
asam urat atau defek renal yang mengakibatkan penurunan ekskresi asam urat, atau
kombinasi keduanya.
2.2 Etiologi
Gangguan metabolic dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini di timbulkan
dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat (MSU, gout) dan kalsium pirofosfat
dihidrat (CPPD, pseudogout) dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang
rawan sendi. Klasifikasi gout dibagi 2 yaitu: (chairuddin, 2003).
1. Gout Primer: dipengaruhi oleh factor genetik. Terdapat produksi/sekresi asam urat yang
berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
2. Gout Sekunder
a. Pembentukan asam urat yang berlebihan
- Kelainan mieloproliferatif (polisitemia, leukemia, mieloma retikularis)
- Sindroma Lech- Nyhan yaitu suatu kelainan akibat defisiensi hipoxantin guanine fosforibosil
transferase yang terjadi pada anak-anak dan pada sebagian orang dewasa
- Gangguan penyimpanan glikogen
- Pada pengobatan anemia pernisiosa oleh karena maturasi sel megaloblastik menstimulasi
pengeluaran asam urat
b. Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada:
- Kegagalan ginjal kronik
- Pemakain obat salsilat, tiazid, beberapa macam diuretik dan sulfonamid
- Keadaan-keadaan alkoholik, asidosis laktik, hiperparatiroidis-
me dan pada miksadema
Factor predisposisi terjadinya gout yaitu, umur, jenis kelamin sering terjadi pada pria,
iklim, herediter, dan keadaan-keadaan yang menyebabkan timbulnya hiperurikemia.
2.3 Epidemiologi
Gout artritis banyak diderita oleh laki-laki dan wanita postmenopause, jarang
padalaki-laki sebelum remaja dan wanita sebelum menopause. Prevalensi gout meningkat
seiring dengan bertambahnya usia yaitu meningkat sampai 9% pada laki-laki dengan usia
lebih dari80 tahun dan 6% pada wanita. Konsentrasi serum urat pada laki-laki lebih besar 1
mg/dldari pada wanita, tetapi setelah menopause level serum urat pada wanita meningkat
sehinggacenderung sama dengan laki-laki. Perbedaan serum urat pada laki-laki dan wanita ini
karena pengaruh hormon estrogennya. Pada saat premenopause hormon estrogen ini
menyebabkanklirens asam urat pada ginjal lebih efisien. Peningkatan prevalensi gout juga
bisa disebabkanoleh diet dan life style yang kurang terkontrol, obesitas, hipertensi sindroma
metabolik,trnsplantasi organ, meningkatnya penggunaan obat-obatan seperti salicylate dan
diuretik dosis rendah.
2.4 Patofisiologi
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl
[SI: 0,4 ) dapat (tetapi tidak selalu) menyebabkan penumpukan Kristal monosodium
urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak
kadar asam urat serum. Kalau Kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, respons inflamasi
akan terjadi dan serangan gout dimulai. Dengan serangan yang berulang-ulang,penumpukan
Kristal natrium urat yang dinamakan tofus akan mengendap di bagian perifer tubuh seperti
ibu jari kaki, tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat (batu ginjal) deengan penyakit renal kronis
yang terjadi sekunder akibat penumpukan urat dapat timbul.
Gambaran Kristal urat dalam cairan sinoval sendi yang asimtomatik menunjukan
bahwa faktor-faktor non Kristal mungkin berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal
monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan immunoglobulin yang terutama berupa
IgG. IgG akan meningkatkan fagositosis Kristal dan dengan demikian memperlihatkan
aktivitas imunologik.
Pathwey

vv
2.5 Manifestasi klinis
Terdapat 4 stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati: (silvia A.price)
1. Stadium pertama adalah hiperurikemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat serum laki-
laki meningkat dan tanpa gejala selain dari penigkatan asam urat serum.
2. Stadium kedua arthritis gout akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri yang
luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal.
3. Stadium ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak terdapat gejala-
gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan
orang mengalami serangan berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
4. Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus meluas
selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik akibat kristal-kristal
asam urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan penonjolan sendi
bengkak
2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Kadar asam urat serum meningkat
2. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat
3. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat
4. Analisis cairan synovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis
5. Sinar x sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubhan sendi

2.7 Penatalaksanaan
Preparat colchicine (oral atau parenteral) atau NSAID, seperti indometasin, digunakan
untuk meredakan serangan akut gout. Penatalaksanaan medic hiperurisemia, tofus,
penghancuran sendi dan masalah renal biasanya dimulai setelah proses inflamasi akut
mereda. Preparat urikosurik seperti probenesid akan memperbaiki keadaan hiperurisemia dan
melarutkan endapan urat. Alopurinol juga merupakan obat yang efektif tetapi penggunaanya
terbatas karena terdapat resiko toksisitas. Kalau diperlukan penurunan kadar asam urat dalam
serum, preparat urikosurik merupakan obat pilihan. Kalau pasiennya beresiko untuk
mengalami insufisiensi renal atau batu ginjal (kalkuli renal), allopurinol merupakan obat
pilihan
obat Kerja dan pemakaian Implikasi keperawatan
colchicine Mengurangi penumpukan Penatalaksanaan akut:
asam urat dan mengganggu berikan ketika serangan
pembentukan kinin serta pertama kali dimulai.
leukosit sehingga Takaran ditingkatkan sampai
mengurangi inflamasi. Tidak rasa nyeri merda atau terjadi
mengubah kadar asam urat diare.
dalam serum atau urin. Penatalaksanaan kronik:
Digunakan dalam penggunaan yang lama dapat
penanganan akut dan kronik menurunkan absorpsi vitamin
B12, menyebabkan gangguan
gastrointestinal pada
kebanyakan pasien.
Probenecid (Benemid) Preparat urikosurik Waspada terhadap
menghambat reabsorpsi urat kemungkinan mual, ruam dan
dan meningkatkan ekskresi konstipasi
asam urat dalam urin.
Mencegah pembentukan
tofus
Alopurinol (zyloprim) Inhibitor xanthin oksidase Waspada terhadap
mengganggu proses kemungkinan efek samping
pemecahan purin sebelum yang mencakup depresi
terbentuk asam urat sumsum tulang, vomitus dan
menghambat enzim nyeri abdomen
xanthinoksidase karena
menghalangi pembentukan
asam urat
2.8 KOMPLIKASI
Gout berpotensi menyebabkan infeksi ketika terjadi ruptur tofus, batu ginjal, hipertensi
dan penyakit jantung lain (Kluwer, 2011).
2.9 Masalah yang lazim muncul
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis pembengkakan sendi, melaporkan nyeri secara verbal
pada area sendi
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri persendian (kaku sendi)
3. Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d perubahan kadar elektrolit pada ginjal
(disfungsi ginjal)
4. Hipertermia b.d proses penyakit (peradangan sendi)
5. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit (nyeri pada sendi)
6. Gangguan pola tidur b.d
7. Kerusakan integritas jaringan b.d kelebihan cairan peradangan kronik akibat adanya kristal
urat

2.10 Disaharge planning


1. Mengistirahatkan sendi yang nyeri
2. Pemberian obat anti inflamasi
3. Menghindarkan factor pencetus
4. Minum 2-3 liter cairan setiap hari dan meningkatkan masukan makanan pembuat alkalis.
Serta menghindari makanan yang mengandung purin tinggi
5. Hindari minuman beralkohol karena dapat menimbulkan produksi asam urat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
a) Biodata
:
: usia pertengahan sampai usia lanjut
n : penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan wanita
pasca menopause Status mariental :
:
:
: pada kenyataannya bahwa sebagian besar penderita kusta adalah
dari golongan ekonomi lemah.
:
:
:
:
:
:
ian :

jawab
:
:
:
engan pt :

b) Keluhan utama :
Pada pasien yang mederita GOUT biasanya mengeluh nyeri yang luar biasa

c) Riwayat kesehatan sekarang :


Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum mencangkup awal
gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting ditanyakan berapa lama
pemakaian obat analgetik , allopurinol

d) Riwayat kesehatan masa lalu :


Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya gout (
misalnya penyakit ginjal lronis, leukemia, hiperparatiroidsme ) masalah lain yang perlu
ditanyakan adalah pernahkah klien dirawat dengan msalah yang sama . kaji adanya pemakian
alcohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic

e) Riwayat kesehatan keluarga :


Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang emmpunyai keluhan yang sama dengan
klien karena klien gout dipengaruhi oleh factor genetic. Ada prosuksi sekresi asam urat yang
berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya

f) Pemeriksaan fisik :
1. Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : compos mentis
b. Kesadaran : *kualitatif : CM s/d Coma, *kuantitatif: GCS
c. Tekanan darah : normalnya tekanan darah 120/80
d. Nadi : nadi normalnya 60-100x/mnt
e. Suhu : suhu normalnya (pasien biasanya mengalami hipertermi)
f. RR : pernafasan normalnya 16-24x/mnt
2. Antropometri
BB : pasien biasanya mengalami peningkatan berat badan.
TB : tinggui badan tidak berpengaruh

3. Pemeriksaan sistematika/persistem
A) Sistem pernafasan
- Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernapasan, biasanya ditemukan kesimetrisan rongga
dada, klien tidak sesak napas, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
- Palpasi : taktil fremitus seimbangkiridankanan
- Perkusi : Suararesonapadaseluruhlapangparu
- Auskultasi: suaranapashilang/melemahpadasisi yang sakit, biasanya di
dapatsuararonkiataumengi.
B) Sistem kardiovaskuler
- Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak terdapat kelenjar getah bening, tidak terdapat distensi
vena jugularis, tidak terdapat clubbing finger.
- Palpasi : CRT<2 detik
- Perkusi : bunyi ICS 1-6 sebelah kiri pekak
- Auskultasi : S1 dan S2 tidak terdapat suara tambahan
C) Sistem pencernaan
- Inspeksi : mukosa bibir ananemis, tidak terdapat stomatitis, turgor kulit abdomen elastis,
bentuk abdomen simetris
- Auskultasi: bunyi bising usus normal 8-12x/menit
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada area abdomen, tidak terdapat asites
- Perkusi: Bunyi perkusi abdomen timpani
D) Sistem persyarafan
: klien dapat mencium bau-bauan
: klien dapat melihat pada jarak 2m
torius) : klien dapat menggerakan bola mata
kesamping atas
) : klien dapat menggerakkan bola mata ke atas
dan kebawah normal
) : pada kornea mata mengkibatkan kurang/
hilangnya reflek kedip
: klien dapat menggerakkan bola mata ke
samping
: klien dapat membedakan rasa manis dan asin
us) : pendengaran klien baik saat ditanya oleh
pengkaji
ngeus) : klien dapat menelan dengan baik
: klien dapat membuka mulutnya dengan baik
cesory) : klien dapat mengangkat bahu kanan dan kiri
al) : pergerakan klien lemah dan tidak bebas
E) Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris, warna sklera putih, tidak adanya kelainan pada mata, reflek
mengedipkan mata normal, dapat merapatkan mata.
F) Sistem pendengaran
Bentuk telinga simetris, tidak adanya nyeri tekan, tidak terdapat serumen, fungsi pendengaran
baik
G) Sistem perkemihan
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan,
kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke gijal berupa pielonefritis, batu asam
urat ,dan GGK yang akan menimbulkan perubahan fungsi pada sistem ini
H) Sistem muskuloskeletal
Pada pengkajian ini ditemukan Look: keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama
yang mendorong klien mencari pertolongan (meskipun sebelumnya sendi sudah kaku dan
berubah bentuknya).
Nyeri ini biasaya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan nyeri yang lebuh dibandingkan dengan
gerakan yang lain. Deformitas sendi (temuan tofus) terjadi dengan temuan salah satu
pergelangan sendi secara perlahan membesar. feel: ada nyeri tekan pada sendi yang
membengkak. Move: hambatan gerakan sendi biasanya semakin memberat
I) Sistem endokrin
Sering ditemukan keringat dingin, dan pusing karena nyeri.
J) Sistem integumen
Kulit biasanya mengalami perubahan warna menjadi merah pada area yang membengkak.
 Pola kebiasaan sehari-hari
No Pola Sebelum sakit Saat sakit
1. Makan dan minum
Frekuensi 3x/hari 3x/hari
Alergi Tidak ada Tidak ada
Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Alat bantu makan Tidak ada Tidak ada
2. Istirahat dan tidur
Siang  2 jam  2-3 jam
Malam  7 jam  7-8 jam
3. Personal higiene
 Mandi
frekuensi 2x/hari 1x/hari
 Oral higiene
frekuaensi 2x/hari Tidak pernah

 Cuci rambut
Frekuensi 3x/minggu Tidak pernah

4. Eliminasi
 BAK
Frekuensi  3-5x/hari  2-4x/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Penggunaan alat bantu Tidak menggunakan Tidak menggunakan
 BAB
Frekuensi  1-2x/hari Tidak tentu
Warna kuning Kuning
Konsistensi padat padat
5. Pola aktivitas terbaring

A. Data Psikologis
1. Status emosi
Klien mampu mengontrol emosinya, jika marah klien memilih untuk diam
2. Kecemasan klien
Tingkat kecemasan klien sedang
3. Konsep diri
a. Citra tubuh : klien menyukai bagian bentuk tubuhnya yaitu mata
b. Identitas diri : klien merasa senang menjalani profesinya
c. Peran : peran klien di dalam keluarganya ( mis: ayah , ibu, anak)
d. Ideal diri : klien berharap penyakit di deritanya bisa cepat sembuh
e. Harga diri: klien di sekitar
B. Data Sosial
1. Pola komunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan jelas
2. Pola interaksi
Pasien berinteraksi dengan keluarga dan perawat dengan baik dan jelas
C. Data Spiritual
Klien mengatakan pada saat sebelum sakit dapat melaksanakan aktivitas ibada tetapi saat di
rumah sakit aktivitas ibadah belum dapat dilakukan karena alasan kondisinya.

D. Data penunjang
1. Kadar asam urat serum meningkat
2. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat
3. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat
4. Analisis cairan synovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis
5. Sinar x sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubhan sendi
E. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah keperawatan
1. DS: pasien nyeri berhubungan
Respons inflamasi
mengatakan nyeri dengan
meningkat
DO: pasien terlihat peradanagn/inflamasi
meringis
Skala nyeri 8
Pembesaran dan
penonjolan sendi

Nyeri hebat

2 DS : pasien Kerusakan mobilitas


Pembesaran dan
mengatakan tidak fisik b.d penurunan
penonjolan sendi
bisa jalan tonus otot
DO : pasien tidak
bisa berjalan
Deformitas sendi

Kekakuan sendi

Hambatan mobilitas fisik

F. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d inflamasi/peradangan
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan tonus otot
G. Rencana keperawatan
Diagnosa NOC NIC Rasional
Nyeri b.d setelah - Lakukan pengkajian nyeri - Membantu dalam
inflamasi/pe dilakukan secara komperhensif menentukan
radangan tindakan termasuk lokasi kebutuhan
keperawatan karakteristik, durasi, manajemen nyeri
1x24 jam frekuensi, kualitas dan dan keefektifan
proses faktor presifitasi progam
inflamasi - Lakukan teknik relaksasi - Pada penyakit berat
berhenti dan napas dalam ini, tirah baring
berangsur- mungkin diperlukan
- Biarkan pasien
angsur untuk membatasi
mengambil posisi yang
sembuh. cidera
nyaman pada waktu tidur
Kriteria - Meningkatkan
atau duduk dikursi ,
hasil : relaksasi/mengurang
tingkatkan istirahat tidur
-mampu i tegangan otot
sesuai indikasi
mengontrol - Memfokuskan
- Berikan massase yang
nyeri kembali perhatian,
lembut
- melaporkan emme berikan
- Libatkan kembali aktivitas
bahwa nyeri stimulasi,dan
berkurang hiburan sesuai untuk meningkatkan rasa
- mampu aktivitas individu percayadiri
megenali - Kolaborasi dokter untuk

nyeri pemberian obat analgetik


- menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
Kerusakan Setelah - Kaji tingkat inflamasi / - Tingkat aktivitas
mobilitas dilakuakan rasa sakit pada sendi bergantung pada
fisik b.d tindakan - Pertahankan tirah perkembangan atau
penurunan keperawatan baring/duduk jika perlu resolusi dari
tonus otot selama 2x 24- Bantu dengan rentang peradangan
jam gerak aktif-pasif - Istirahat sistemik
kelemahan - Ubah posisi dengan sering dianjurkan selama
pasien dapat meksesarbasi akut
teratasi dan seluruh fase
Criteria hasil penyakit yang
: KO 5-5-5-5, penting untuk
pasien mencegah kelelahan,
mengatakan memepertahankan
tidak lemas kekuatan otot
- Mempertahankan
atau meningkatkan
Fungsi sendi,
kekeuatan otot, dan
stamina umum
- Menghilangkan
tekanan pada
jaringan dan
meningkatkan
sirkulasi
memepermudah
perawatan diri dan
kemandirian pasien

F. Evaluasi
Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf
Nyeri b.d Nyeri berkurang
inflamasi/peradangan
Kerusakan mobilitas fisik Pasien mampu berjalan
b.d penurunan tonus otot
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin adalah salah
satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA.
2. Asam urat dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal
tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam
tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak
mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih
selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.
3. Gejala Asam Urat seperti ; kesemutan dan linu, nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat
bangun tidur, sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri luar
biasa pada malam dan pagi.
4.2 SARAN

Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan
yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan
datang, diantaranya :

1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana
keperawatan pada pasien dengan rheumatoid artritis, pendokumentasian harus jelas dan dapat
menjalin hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.
2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan rheumatoid artritis maka
tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang
mengalami rheumatoid artritis.
DAFTAR PUSTAKA

 Amin Huda Nuratif & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 2
 Brunner dan suddath. 2001. keperawatan medikal bedah edisi 8 vol.2. Jakarta: EGC
 Elliot Chang Daly. 2009. Patofisiologi. Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai