2. Sistem rujuk
Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik,
baik vertikal maupun horizontal, maupun strukctural dan fungsional
terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan
kesehatan (Pasal 42 ayat (1) UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit).
Sistem rujukan menurut tata hubungannya terdiri dari rujukan
internal dan rujukan eksternal. Rujukan internal merupakan rujukan
horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut.
Misalnya dari puskesmas pembantu ke puskesmas induk. Rujukan
eksternal merupakan rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal maupun vertikal. Secara vertikal
misalnya dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah.
Menurut lingkup pelayanannya:
1. Rujukan medis adalah rujukan pelayanan yang meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Rujukan
medis ini melayani konsultasi pasien untuk keperluan pemeriksaan
diagnostik, laboratorium, pengobatan, tindakan operatif, dan lain-
lain. Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis
(jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit
umum daerah. Selain itu dapat dilakukan dengan mendatangkan
atau mengirim tenaga yang lebih kompeten (ahli) untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
2. Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan
pencegahan (preventif) masalah kesehatan masyarakat. Contohnya,
merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi
(pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan
kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
Syarat rujukan, diantaranya sebagai berikut:
1. Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan
wewenang untuk merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan
rujukan dan mengetahui kondisi serta kebutuhan objek yang
dirujuk.
2. Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan
pelayanan medis Daerah
3. Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka
suatu rujukan hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab dalam rujukan,
baik yang merujuk atau yang menerima rujukan.
b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai
kewenangan melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis
yang dibutuhkan.
c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa :
Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh.
Kartu Jamkesmas, Jamkesda dan kartu Assuransi lain.
Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang
d. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima
rujukan.
e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.
f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip
mengirim ke arah fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
mampu dan lengkap.
4. Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi
stabil selama perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :
a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat
resusitasi, cairan infus, oksigen dan dapat menjamin pasien
sampai ke tempat rujukan tepat waktu;
b. didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan
kegawat daruratan;
c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki
sistem komunikasi;
5. Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi dan atau lengkap hanya dapat dilakukan apabila :
a. dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan
pasien tidak dapat diatasi;
b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau
subspesialis yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula;
c. pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih
lengkap yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula;
d. pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan
dilaksanakan karena alasan medis;
e. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
yang diketahui mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan
menurut kebutuhan medis atau penunjang medis sesuai dengan
rujukan kewilayahan;
f. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu
rumah sakit kelebihan pasien ( jumlah tempat tidur tidak
mencukupi);
g. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit
yang setara atau sesuai dengan jaringan pelayanannya;
h. khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang Assuransi
Kesehatan lainnya, harus ada kejelasan tentang pembiayaan
rujukan dan pembiayaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tujuan Rujukan
i. khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah
sakit yang setara yaitu ke PPK1 atau PPK 2 lainnya yang
mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat;
j. Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang
merujuk dan menentukan tujuan rujukan atas dasar
kompensasi/imbalan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
C. Mekanisme Pelayanan
Mekanisme dari sisi petugas kesehatan adalah proses penyediaan
pelayanan kepada masyarakat, sedangkan dari sisi masyarakat adalah
proses untukmendapatkannya. Prosesnya di mulai dari menghubungi /
mendatangi fasilitas,mendapatkan pelayanan, sampai dengan kembali
kerumah.Berikut adalah mekanisme pokok dalam pelayanan kesehatan
jiwa komunitas
1. Mekanisme pelayanan kesehatan jiwa komunitas tingkat primer
Bukit, Evi Karota. (2008). Perawatan Kesehatan di Rumah (Home Health Care).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3585/1/Eva%20Karota
%20Bukit.pdf. Diakses tanggal 11 Maret 2012 pukul 20.00 WIB.
Helwiah. (2004). Home Care Sebagai Bentuk Praktik Mandiri Perawat di Rumah
dalam Juornal Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung Vol 5 No. IX
Tahun 2004. PSIK FK Unpad Bandung.
Makhfudi dan Ferry Efendi. (2009). Perawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. http://books.google.co.id/books?
id=LKpz4vwQyT8C&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summar
y_r&cad=0#v=onepage&q&f=false. Diakses tanggal 9 Maret 2012 pukul
12.00 WIB.