Anda di halaman 1dari 10

1

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH SUMATRA BARAT
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PADANG

PANDUAN PEMULANGAN PASIEN (DISCARGE PLAN)

A. PENGERTIAN
Discharge planning merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan harus
sudah dimulai sejak sebelum pasien masuk ke rumah sakit (untuk rawat inap yang telah
direncanakan sebelumya/elektif) dan sesegera mungkin pada pasien-pasien non-elektif.

B. RUANG LINGKUP
Meliputi pemulangan pasien di rawat jalan dan rawat inap yang membutuhkan
discharge planning.

C. TATA LAKSANA
1. JENIS PEMULANGAN PASIEN
(1) Conditional Discharge (Pemulangan Sementara)
Pasien dipulang dalam keadaan baik dan tidak ada komplikasi, klien
pulang untuk sementara di rumah dan masih dalam proses perawatan dan
harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit.
(2) Absolute Discharge (Pulang Mutlak Atau Selamanya)
pasien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan sembuh dari sakitnya. Jika
pasien perlu perawatan kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
(3) Judicial Discharge (Pulang Paksa)
Jika kondisi pasien masih perlu perawatan dan belum memungkinkan untuk
pulang, tetapi pasien tetap berkeinginan untuk pulang dengan menanggung segala
resiko, karena pihak rumah sakit sudah menjelaskan dampak dari pulang paksa,
pasien dapat melakukan kerjasama dengan tim home care rumah sakit atau puskesmas
terdekat.
2

2. KRITERIA PEMULANGAN PASIEN


1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik.
3. Secara klinis tampak perbaikan.
4. Tiga hari setelah syok teratasi
5. Tidak dijumpai distres pernafasan.
6. Sesuai PPK masing-masing kasus.

3. KRITERIA PASIEN YANG MEMBUTUHKAN DISCHARGE PLANNING


Secara umum kriteria pasien yang membutuhkan discharge planning antara lain:
1. Faktor umur.
2. Tidak adanya mobilitas.
3. Perlu bantuan medik dan keperawatan terus menerus.
4. Perlu bantuan melakukan kegiatan sehari-hari.
5. Pasien yang membutuhkan penidikan dan pelatihan
khusus.
6. Pasien yang membutuhkan kesinambungan asuhan pasca
rawat inap.
7. Pasien yang kurang pengetahuan tentang rencana
pengobatan.
Selanjutnya kriteria pasien yang membutuhkan discharge planning diperjelas pada
proses berikut.

4. PROSES PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING


Proses pelaksanaan discharge planning dilakukan melalui 5 tahap yaitu:
1. Seleksi Pasien
Tahap ini meliputi identifikasi pasien yang membutuhkan discharge planning, semua
pasien membutuhkan pelayanan, tetapi pemberian discharge planning lebih
diprioritaskan bagi pasien yang mempunyai risiko lebih tinggi memiliki kebutuhan
akan pelayanan khusus. Mendeskripsikan karakteristik pasien yang membutuhkan
discharge planning dan rujukan ke pelayanan kesehatan adalah pasien yang kurang
pengetahuan tentang rencana pengobatan, isolasi social, diagnosa baru penyakit
kronik, operasi besar, ketidakstabilan mental atau emosi, perpanjangan masa
penyembuhan dari operasi besar atau penyakit, penatalaksanaan perawatan dirumah
3

yang kompleks, kesulitan financial, ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber


rujukan, serta pasien yang sakit pada tahap terminal.

2. Pengkajian
Pengkajian discharge planning berfokus pada 4 area, yaitu pengkajian
fisik dan psikososial, status fungsional, kebutuhan penkes dan konseling. Prinsip-
prinsip dalam pengkajian adalah :
1. Pengkajian dilakukan pada saat pasien masuk dan berlanjut selama perawatan.
2. Pengkajian berfokus pada pasien dewasa yang berisiko tinggi tidak tercapainya
hasil discharge.
Pengkajian meliputi :
1) Status fungsional (kemampuan dalam aktivitas sehari-hari dan fungsi
kemandirian).
2) Status kognitif (kemampuan pasien dalam berpartisipasi dalam proses
discharge planning dan kemampuan mempelajari informasi baru).
3) Status psikologi pasien, khususnya pengkajian terhadap depresi.
4) Persepsi pasien terhadap kemampuan perawatan diri.
5) Kemampuan fisik dan psikologik keluarga dalam perawatan pasien.
6) Kurangnya pengetahuan berkaitan kebutuhan perawatan kesehatan setelah
pulang.
7) Faktor lingkungan setelah pulang dari rumah sakit.
8) Kebutuhan dukungan formal dan informal keluarga dalam memberikan
perawatan yang benar dan efektif.
9) Review pengobatan dan dampaknya.
10) Akses ke pelayanan setelah pulang dari rumah sakit.

3. Perencanaan
Dalam perencanaan diperlukan adanya kolaborasi dengan team kesehatan lainnya,
diskusi dengan keluarga dan pemberian penkes sesuai pengkajian. Pendekatan yang
digunakan pada discharge planning difokuskan pada 6 area penting dari pemberian
penkes dengan istilah ”METHOD”.
4

M : Medication
Pasien diharapkan mengetahui tentang: nama obat, dosis yang harus di komsumsi,
waktu pemberiannya, tujuan penggunaan obat, efek obat, gejala yang mungkin
menyimpang dari efek obat dan hal-hal spesifik lain yang perlu dilaporkan.

E : Environment
Pasien akan dijamin tentang: instruksi yang adekuat mengenai ketrampilan
keterampilan penting yang diperlukan di rumah, investigasi dan koreksi berbagai
bahaya di lingkungan rumah, support emosional yang adekuat, investigasi sumber-
sumber dukungan ekonomi, investigasi transportasi yang akan digunakan klien.

T : Treatment
Pasien dan keluarga dapat: mengetahui tujuan perawatan yang akan dilanjutkan di
rumah, serta mampu mendemonstrasikan cara perawatan secara benar.

H : Health
Pasien akan dapat: mendeskripsikanbagaimana penyakitnya atau kondisinya yang
terkait dengan fungsi tubuh, mendeskripsikan makna-makna penting untuk
memelihara derajat kesehatan, atau mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi.

O : Outpatient Referral
Pasien dapat: mengetahui waktu dan tempat untuk kontrol kesehatan, mengetahui
dimana dan siapa yang dapat dihubungi untuk membantu perawatan dan
pengobatannya.

D : Diet
Pasien diharapkan mampu:
mendeskripsikan tujuan pemberian diet, merencanakan jenis-jenis menu yang sesuai
dengan dietnya.

4. Sumber daya
Mengidentifikasi sumber daya pasien terkait dengan kontinuitas perawatan pasien
setelah pulang dari rumah sakit, seperti keluarga yang akan merawat, financial
keluarga, nursing home atau pusat rehabilitasi.
5

5. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi discharge planning ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
yaitu:
a. Prinsip umum dalam implementasi discharge planning adalah :
1) Discharge planning harus berfokus pada kebutuhan pasien dan keluarga.
2) Hasil pengkajian dijadikan sebagai pedoman strategi pelaksanaan
3) Hasil pengkajian akan menentukan kebutuhan pendidikan kesehatan yang
dibutuhkan setelah pasien pulang dari rumah sakit.
4) Data pengkajian dapat memprediksikan outcome pasien setelah pulang dari
rumah sakit.
5) Discharge planning dimulai saat pasien masuk bertujuan untuk memperpendek
hari rawatan.

b. Stategi untuk memastikan kontinuitas perawatan pasien dikenal dengan 4 C yaitu


Communication, Coordination, Collaboration dan Continual Reassesment.
1) Communication
Komunikasi dilakukan secara multidisiplin melibatkan pasien dan keluarga
saat pertama pasien masuk rumah sakit, selama masa perawatan dan saat
pasien akan pulang. Komunikasi dapat dilakukan secara tertulis dan hasil
dokumentasi merupakan pengkajian kebutuhan perawatan pasien berupa
ringkasan pasien dirumah sakit. Komunikasi verbal dilakukan mengenai status
kesehatan dilakukan pada pasien, keluarga, profesional lain dan pelayanan
kesehatan untuk rujukan setelah pulang dari rumah sakit.

2) Coordination
Dalam proses discharge planning harus melakukan koordinasi dengan team
multidisiplin serta dengan unit pelayanan rujukan setelah pasien pulang dari
rumah sakit. Komunikasi harus jelas dan bisa meyakinkan bahwa pasien dan
keluarga memahami semua hal yang dikomunikasikan.

3) Collaboration
Kolaborasi dilakukan oleh perawat dengan seluruh team yang terlibat dalam
perawatan pasien, disamping itu adanya kolaborasi antara perawat dengan
keluarga dengan memberikan informasi tentang riwayat kesehatan masa lalu
6

pasien,kebutuhan biopsikososial serta hal – hal yang berpotensi menghambat


proses kontinuitasperawatan.

4) Continual Reasssesment
Proses discharge planning bersifat dinamis, sehingga status kesehatan pasien
akan selalu berubah sesuai pengkajian yang dilakukan secara kontinyu dan
akurat.

5. ASESMEN AWAL SAAT PASIEN MASUK RUMAH SAKIT


1. Indentifikasi, persiapan dan rancang discharge plannin.
2. Peninjauan ulang rekam medis pasien (anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis
dan tata laksana).
3. Lakukan anamnesis: Identifiksai alasan pasien dirawat, termasuk masalah sosial dan
perubahan terkini.
4. Asesmen kebutuhan perawatan pasien berdasrkan kondisi dan penyakit yang
dideritanya.
5. Asesmen mengenai kemampuan fungsional saat ini, misalnya fungsi kognitif,
mobilitas.
6. Asesmen mengenai kondisi keuangan dan status pendidikan pasien.
7. Asesmen mengenai status mental pasien.
8. Asesmen mengenai kondisi rumah/ tempat tinggal pasien.
9. Tanyakan mengenai medikasi terkini yang dikonsumsi pasien saat di rumah
10. Identifikasi siapa carer utama pasien.
11. Diskusikan mengenai kebutuhan pasien dan carer.
12. Tanyakan mengenai keinginan/harapan pasien atau keluarganya.
13. Libatkanlah mereka dalam perencanaan discharge planning (karena pasien paling tahu
mengenai apa yang dirasakannya dan ingin dirawat oleh siapa).
14. Gunakanlah bahas awam yang dimengerti oleh pasien dan keluarganya.
15. Setelah asesmen pasien dialkukan, tim discharge planner akan berdiskusi dengan tim

multidisipliner mengenai:
a. Asesmen risiko: pasien dengan risiko tinggi membutuhkan discharge planning

yang baik dan adekuat. Berikut adalah kriteria pasien risiko tinggi:
1) Usia ≥ 65 tahun.
2) Tinggal sendirian tanpa dukungan sosial secara langsung.
3) Stroke, serangan jantung, PPOK, gagal jantung kongestif, emfisema,

demensia, alzeimer, AIDS, atau penyakit dengan potensi mengancam nyawa


lainnya.
4) Pasien berasal dari panti jompo.
5) Alamat tidak diketahui atau berasal dari luar kota.
6) Tuna wisma.
7) Dirawat kembali dalam 30 hari.
7

8) Percobaan bunuh diri.


9) Pasien tidak dikenal/ tidak ada identitas.
10) Korban dari kasus kriminal.
11) Trauma multipel.
12) Tidak bekerja/ tidak ada asuransi.
b. Identifiksai dan diskusi pilihan perawatan yang tersedia untuk pasien.
c. Verifikasi availabilitas tempat perawatan pasien setelah pulang dari rumah sakit.

6. SAAT DI RUANG RAWAT INAP


1. Tetapkan prioritas mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga
2. Gunakan pendekatan multidisiplin dalam menyusun perencanaan dan tata laksana
pasien
3. Koordinator perawatan di ruangan harus memastikan pasien memperoleh perawatan
yang sesuai dan adekuat serta proses discharge planning berjalan lancar
4. Koordinator perawat haruslah seorang profesional kesehatan yang berpengalaman
terlatih dan memahami mengenai discharge planning. Biasanya adalah perawat atau
terapis.

7. TUGAS KOORDINATOR KEPERAWATAN


1. Mengkordinasikan semua aspek perawatan pasien termasuk discharge planning,
asesmen dan peninjauan ulang rencana perawatan
2. Memastikan semua rencana berjalan dengan lancar
3. Mengambil tindakan segera bila terdapat masalah
4. Mendiskusikan dengan pasien mengenai perkiraan tanggal pemulangan pasien dalam
24 jam setelah pasien dirawat
5. Identifikasi, melibatkan dan menginformasikan pasien mengenai rencana
keperawatan, pastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan khusus pasien terpenuhi.
6. Catat semua perkembangan ke dalam rekam medis pasien
7. Finalisasi discharge planning pasien 48 jam sebelum pasien dipulangkan, dan
konfirmasikan dengan pasien dan keluarga.
8
9

Checklist Discharge Planning Yang Harus Dilengkapi 48 Jam Sebelum Pasien Pulang
Dilakukan oleh Tanggal/
Tugas
dan tanggapan Tanda tangan
Saran verbal dan tertulis untuk pasien
Rencana perawatan pasien didiskusikan
dengan keluarga/carer
Konfirmasi penjadwalan pertemuan
berikutnya
Pemberitahuan tanggal pemulangan kepada
keluarga/carer
Carer mengerti bagaimana cara menggunakan
perlatan tambahan untuk pasien (jika perlu)
Surat pemulangan pasien dilengkapi dan
ditandatangani
Menulis surat untuk dokter keluarga
Surat di-fax atau di-email ke jasa/layanan
primer
Pengaturan transportasi (sendiri/rumah sakit)
Pengaturan untuk peralatan tambahan di
rumah
Pelatihan untuk menggunakan peralatan
Keluarga diminta untuk membawa pakian
tambahan pasien
Diskusikan dengan pasien dan atau carer
mengenai instruksi medikasi
Penulisan resep
Menginformasikan terapis di komunitas
Menginformasikan perawat di komunitas
Mengatur janjian temu pasien berikutnya
Konfirmasi transportasi

DOKUMENTASI

1. Formulir rencana Pulang (Discharge planning).


2. Formulir Resume Pasien pulang.
3. Format Pemulangan sementara.
10

Padang oktober 2018


KARUMKIT BHAYANGKARA PADANG

dr. TASRIF
KOMISARIS POLISI NRP 76081051

Anda mungkin juga menyukai