Anda di halaman 1dari 14

BAB I

DEFINISI

Rencana pemulangan pasien (discharge planning) adalah proses penyusunan suatu


rencana asuhan yang betujuan memelihara dan meningkatkan taraf kesehatan pasien pasca
dirawat di rumah sakit sehingga pasien dapat mandiri semaksimal mungkin dengan
mempertimbangkan kelanjutan pelayanan medis dan pelayanan penunjang.
Discharge planning merupakan suatu rencana yang disusun untuk klien, sebelum keluar
dari Rumah Sakit yang dimulai dari mengumpulkan data sampai dengan masuk area
perawatan yaitu meliputi pengkajian, rencana perawatan, implementasi dan evaluasi (Fisbach,
1994).
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa
siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planningmenunjukkan beberapa proses
formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan
sekelompok orang ke kelompok lainnya (RCP,2001).
Planning adalah suatu pendekatan interdisipliner meliputi pengkajian kebutuhan klien
tentang perawatan kesehatan diluar Rumah Sakit, disertai dengan kerjasama dengan klien dan
keluarga klien dalam mengembangkan rna- rencana perawatan setelah perawatan di Rumah
Sakit (Brunner & Sudarth, 2002).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa discharge planning atau
perencanaan pemulangan adalah suatu proses pembelajaran yang melibatkan klien dan
keluarga untuk meningkatkan pemahaman dan mengembangkan kemampuan klien dan
keluarga tentang perawatan di rumah, masalah kesehatan yang dihadapi, untuk mempercepat
penyembuhan menghindari kemungkinan komplikasi dengan pembatasan aktifitas
menciptakan memberikan lingkungan yang aman bagi klien di rumah.
Tim discharge planners adalah tim yang beranggotakan DPJP, PPJP, tim PKRS, Ka
Unit, yang bertugas untuk merencanakan proses pemulangan pasien dengan pendekatan
multidisiplin, melakukan identifikasi kebutuhan perawatan pasien pasca dirawat di rumah
sakit, dan melakukan verifikasi availabilitas tempat perawatan pasien setelah pasien pulang
dari rumah sakit.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Kebijakan Rencana Pemulangan Pasien/ Discharge Planning berlaku untuk semua pasien
RS Kartika Cibadak,
A. Kewajiban dan Tanggung Jawab
1. Direktur RS bertanggung jawab untuk memastikan bahwa mekanisme / protokol
yang dijelaskan dalam kebijakan ini dan dokumen yang terkait tersedia untuk
implementasi, monitoring dan revisi kebijakan ini secara keseluruhan serta dapat
diakses dan dimengerti oleh semua staf terkait.
2. Wakil Direktur RS yang terlibat dalam ruang lingkup kebijakan ini bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa semua Ka. Instalasi/Ka.Departemen/ Ka.Bidang :
a. Menyebarkan Kebijakan ini di wilayah yang menjadi tanggung jawab mereka.
b. Mengimplementasikan kebijakan ini di dalam wilayah yang menjadi tanggung
jawab mereka.
c. Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumberdaya yang tepat untuk
terpenuhinya kebijakan ini.
d. Memastikan bahwa semua staf di bawah pengawasan mereka mengetahuinya
kebijakan ini dan mengikuti pelatihan untuk kebijakan ini.
3. Kepala Instalasi / Kepala Ruang/ Wadir
a. Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami prosedur Pemulangan Pasien
dan menerapkannya.
b. Menyelidiki semua insidens gangguan pada rencana pemulangan pasien dan
memastikan terlaksananya suatu tidakan untuk mencegah terulangnya kembali
insidens tersebut.
4. Seluruh staf Rumah Sakit
a. Memahami dan menerapkan prosedur Pemulangan Pasien
b. Memastikan proses Pemulangan Pasien yang benar
c. Melaporkan kejadian yang tidak sesuai dengan panduan sebagai upaya
mengeliminir faktor-faktor yang tidak memberikan nilai bagi pasien
5. Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
a. Memantau dan memastikan panduan Pemulangan Pasien dikelola dengan baik
oleh Kepala Instalasi.

2
b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan Pemulangan Pasien

B. Klasifikasi Discharge Planning


1. Tipe Pemulangan Pasien
a. Boleh Pulang/ Selesai Masa Perawatan
1) Pasien telah selesai menjalani program perawatan dan hasil kesepakatan yang
diinginkan telah tercapai
2) Dalam suatu kondisi tertentu pasien dapat izin meninggalkan ruang
perawatan RS sementara dalam suatu batas waktu tertentu yang ditetapkan
oleh DPJP untuk kembali lagi menjalani masa pengobatan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan DPJP dan Rumah Sakit Kartika Cibadak
b. Atas Permintaan Pasien/ Menolak Nasehat Medis
1) Pasien memilih untuk mengakhiri program perawatan dikarenakan suatu
alasan tertentu. Staf Rumah Sakit yang bertanggungjawab terhadap pasien
perlu menjelaskan resiko berkenaan dengan pengobatan yang tidak adekuat
yang dapat berakibat resiko medis tertentu tak terbatas pada cacat permanen
atau kematian.
2) Apabila pasien memiliki keluarga dokter, maka untuk mengurangi resiko,
staf rumah sakit memberitahukan dokter tersebut
3) Pasien dan keluarga juga diberikan penjelasan bagaimana cara pasien dapat
masuk kembali ke dalam program pengobatan, misalnya memberikan nomer
telpon rumah sakit, nomer telpon IGD, atau ambulance yang dapat diakses
atau dihubungi pihak pasien dan keluarga.

C. Kondisi Klinis Yang Perlu Dipertimbangkan Saat Pemulangan Pasien


Kondisi klinis yang perlu dipertimbangkan saat pemulangan pasien diantaranya:
1. Tanda-tanda vital stabil
2. Hemodinamik stabil
3. Hasil laboratorium masih dalam batas yang dapat ditoleransi
4. Nyeri dapat terkontrol dengan baik
5. Fungsi eliminasi (BAK dan BAB) adekuat
6. Terapi medikamentosa saat dirumah tersedia
7. Asuhan 24 jam keperawatan tidak diperlukan lagi
8. Visite dan konsultasi dokter spesialis on site tidak diperlukan lagi

3
9. Selesai pengobatan

D. Kriteria Pemulangan Pasien yang Membutuhkan Dukungan Kompleks


Kriteria pemulangan pasien yang membutuhkan dukungan kompleks antara lain:
1. Pasien yang berusia ≥ 65 tahun
2. Tinggal sendirian tanpa dukungan social secara langsung
3. Stroke, serangan jantung, PPOK, gagal jantung kongestif, empisema, demensia,
alzeimer, AIDS, atau penyakit yang berpotensi mengancam nyawa lainnya
4. Pasien yang berasal dari panti jompo
5. Tunawisma
6. Dirawat kembali dalam 30 hari
7. Percobaan bunuh diri
8. Pasien tidak dikenal/ tidak ada identitas
9. Korban dari kasus criminal
10. Trauma multiple
11. Tidak bekerja/ tidak ada asuransi

E. Prinsip Discharge Planning


Menurut Anne. M, Angela. D (2000) prinsip dari perencanaan pemulangan terdiri dari
penemuan kasus, pengkajian, koordinasi dan implementasi, sebagai berikut:
1. Penemuan kasus adalah kegiatan yang dilakukan dengan kerjasama antara profesi
kesehatan yang meliputi profesi keperawatan, medis dan profesi lain untuk
mengidentifikasi faktor resiko yang akan dapat diatasi oleh pasien selama perawatan
di rumah. Faktor resiko tersebut adalah status kognitif atau pengetahuan dari pasien
mengenai penyakit dan pengobatannya, keadaan tempat tinggal yang dapat
mendukung perawatan pasien, lingkungan masyarakat yang aman, faktor kultur dan
usia.
2. Pengkajian adalah dimulainya mencari dan mengidentifikasikan kebutuhan
dari pasien dengan mencari informasi melalui wawancara dengan pasien
dan keluarga, serta pemeriksaan fisik dan lingkungan yang dapat membantu
untuk menentukan tingkat ketergantungan dari pasien. Hasil pengkajian
tersebut untuk selanjutnya akan didiskusikan dengan tim kesehatan lainnya
untuk menyusun perencanaan pemulangan.

4
3. Koordinasi adalah komunikasi dan kerjasama antar tim dari multidisiplin profesi dan
ilmu termasuk kerjasama dengan klien dan keluarga dalam menyusun dan
melaksanakan rencana pemulangan.
4. Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana pemulangan yang berisi rujukan,
pelaksanaan dan evaluasi dari perencanaan pemulangan yang dikerjakan sesuai
bidang ilmu keperawatan.

F. Proses Discharge Planning


Proses perencanaan pemulangan mengikuti struktur yang sama dengan prosesperawatan
yang meliputi: pengkajian, analisa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kebutuhan
klien ( Kee & Borchers, 1998).
1. Pengkajian
Pengkajian perencanaan pemulangan terdiri dari “apa dan kapan” maksud dari apa
adalah apa yang harus dikaji dalam perencanaan pemulangan dan kapan yang berarti
kapan pengkajian tersebut dilaksanakan (Bull & Robert, 2001). Pengkajian tentang
apa meliputi lima area yaitu pengkajian area kognitif, psikologis, status ekonomi atau
finansial, akses dan dukungan lingkungan baik formal maupun informal. Sedangkan
untuk mengetahui kapan pengkajian perencanaan pemulangan dilakukan adalah sejak
pasien masuk ke Rumah Sakit atau pada saat screening atau kontrol kesehatan. Pada
tahap ini diharapkan discharge planner mengetahui semua kebutuhan pasien (Bull
& Robert, 2001).
Pengkajian memerlukan seseorang yang diharapkan mampu melakukan pengkajian
yang meliputi pengkajian terhadap keluarga dan pengkajian pada support dan
dukungan dari masyarakat yang dapat mendukung dalam perencanaan pemulangan
dan pengkajian tentang pengetahuan dan ketrampilan dari pasien tentang penyakit
yang dihadapi, selanjutnya pengkajian untuk rencana pemulangan akan didiskusikan
oleh tim dari multidisiplin ilmu, pasien dan keluarga. Dalam hal ini perlu kerjasama
dengan tim dari komunitas yaitu puskesmas (Bull & Robert, 2001).
2. Perencanaan
Penyusunan sebuah rencana pemulangan perlu dibentuk sebuah tim dariberbagai
disiplin ilmu yang melibatkan keluarga, sebab keluarga akan membantu proses
pelaksanaan dari perencanaan pemulangan setelah pasien dipulangkan dari Rumah
Sakit. Literatur Medis menjelaskan bahwa rencana pemulangan merupakan tanggung
jawab dari dokter, sehingga disini dokterlah yang berhak mengendalikan kerja dari

5
tim dan setiap anggota tim bekerja dan berinteraksi dalam rangka memenuhi
kebutuhan dari klien dan keluarga atas dasar keahlian masing-masing (Jackson,
1994).
Menurut Markey dan Igo (1987) dikutip oleh Jackson (1994) menyatakan bahwa
yang memiliki peran penting disini justru perawat terutama dalam menyusun rencana
pendidikan kesehatan klien dan keluarga, hal ini didasarkan bahwa perawat lebih
mengerti pada kebutuhan klien selama dua puluh empat jam, terutama setelah klien di
rumah atau post hospitalisasi. Menurut Simmons (1986) dikutip oleh Jackson (1994)
bahwa suatu rencana pemulangan akan efektif bila ada tanggung jawab bersama
dalam memberikan pelayanan pada klien dan keluarga. Perencanaan pemulangan
didasarkan pada kebutuhan klien yang didapatkan dari hasil pengkajian lengkap oleh
tim sehingga dapat direncanakan tanggal pemulangan dengan melibatkan pasien dan
keluarga dan pemberi pelayanan. Perencanaan pemulangan juga melibatkan
petugas pelayanan komunitas dalam hal ini adalah puskesmas ( Bull & Robert, 2001).
Perencanaan pemulangan dengan menyiapkan klien dan keluarga bagaimana
memberikan perawatan lanjutan di rumah diantaranya :
a. Mengajarkan pasien dan anggota keluarga tentang cara menangani perawatan di
rumah. Menyakinkan bahwa pasien dan keluarga memahami apa masalahnya.
Memberitahu mereka kemungkinan yang akan terjadi dan kapan mereka
diharapkan pulih total. Memberitahu mereka bagaimana mengenali kemungkinan
masalah kesehatan, dan apa yang dilakukan bila mereka melihat tanda dan gejala
masalah tersebut.
b. Memberitahu pembatasan aktifitas pasien, apa yang dapat dan tidak
dapatdilakukan pasien. Sebagai contoh pasien  harus tidur pada sisi yang tidak
dioperasi. Pasien mungkin perlu  menghindari aktifitas yang meningkatkan
tekanan pada mata seperti meregang sewaktu buang air besar.
c. Mendiskusikan dengan pasien dan keluarga hal-hal yang perlu mereka lakukan
untuk membuat rumah lebih aman dan lebih mudah untuk pasien. Bila pasien
tidur jauh dari kamar mandi dan belum dapat berjalan dengan baik karena
gangguan penglihatan perlu menaruh wadah disamping tempat tidur dan
mendekatkan benda-benda yang kesehariannya dibutuhkan klien.
d. Memberitahu pasien dan keluarga tentang medikasi yang perlu digunakan pasien.
Menyakinkan mereka memahami kapan meminumnya dan seberapa banyak.

6
Menyakinkan bahwa pasien dan keluarga memahami penggunaan obat minum
sesuai dengan aturan.
e. Mendiskusikan perlunya pola makan atau diit nutrisi yang adekuat. Memberitahu
keluarga ada dan tidaknya makanan pantang tertentu sehubungan dengan
penyakit yang diderita.
f. Memberi pasien dan keluarga instruksi jelas untuk mengatasi nyeri. Mencoba
untuk membantu pasien menjalankan jadwal medikasi sehingga tidak perlu
bangun malam hari. Nyeri berkurang bila obat diberikan dengan teratur sesuai
jadwal. Menjelaskan bahwa nyeri terkontrol bila obat digunakan sebelum nyeri
menjadi hebat.
g. Memberi pasien bahan atau alat yang diperlukan atau memberikan instruksi
tentang cara mendapatkan hal-hal yang diperlukan. Memberitahu pasien dengan
jelas hal-hal yang harus dilakukan dengan instruksi tertulis. Memeriksa
pemahaman mereka dengan meminta mereka untuk menunjukan cara melakukan
prosedur tersebut.
h. Berbicara dengan hati-hati pada pasien dan keluarga tentang ramuan buatan
rumah dan penyembuh tradisional. Mendorong keluarga untuk memberitahu
dokter atau perawat bila pasien mengalami masalah kesehatan serius.
i. Jika pasien perlu mengikuti perawatan lanjutan di rumah, membuat rujukan
sebelum pasien meninggalkan rumah sakit (Monica, 2005).
Ketika  menyiapkan pasien dan keluarga untuk pulang, selalu mengikuti prinsip dasar
penyuluhan pasien yang baik yaitu:
1) Menjadwalkan penyuluhan ketika pasien sadar dan berminat terhadap
pembelajaran.
2) Memulai dengan bahan yang paling ingin pasien ketahui.
3) Bila mempunyai beberapa hal yang ingin diberitahukan kepada pasien, selalu
dengan informasi yang paling sederhana. Selanjutnya informasi yang lebih rumit.
4) Menggunakan kata-kata yang jelas, umum, bukan kata-kata medis.
5) Menghentikan bila pasien tampak bingung dan tanyakan apakah ia memahami.
6) Bila perlu mengulangi informasi tersebut, atau menjelaskan dalam kata- kata
yang berbeda sampai anda yakin bahwa ia memahami anda.
7) Mendorong pasien untuk memberikan komentar dan mengajukan pertanyaan dan
untuk menunjukan pada anda apa yang ia ketahui.
8) Mendorong anggota keluarga untuk mengajukan pertanyaan.

7
9) Memastikan bahwa mereka memahami apa yang perlu dilakukan.
10) Menggunakan gambar dalam penyuluhan anda dan berikan makalah, leflet/
folder sederhana dalam bahasa pasien.
11) Memberikan jawaban yang jelas untuk pertanyaan dan memberikan kenyamanan
setenang mungkin, dengan cara tanpa mengatakan bahwa ada yang tidak benar
(Ester, 2005).
3. Implementasi
Menurut Feater dan Nicholas (1985) dikutip oleh Jackson (1994) menyatakan
hubungan yang aktif dan baik antar tim pelaksana dan tersedianya dukungan dari
semua pihak serta adanya fleksibilitas dari organisasi pelayanan yaitu Rumah Sakit
dan Puskesmas. Hal ini adalah faktor yang berpengaruh pada keberhasilan dalam
rencana pemulangan. Oleh karena itu untuk pelaksanaan  pasien meninggalkan rumah
sakit perlu diperhatikan yaitu:
a. Ketika pasien meninggalkan rumah sakit, sekali lagi menekankan informasi yang
telah anda berikan sebelumnya dan program dokter untuk medikasi, tindakan,
atau peralatan khusus.
b. Menekankan perjanjian rujukan sehingga pasien jelas tentang hal-hal yang harus
dilakukan.
c. Menyakinkan pasien dan keluarga memahami keterbatasan  pasien, seberapa
lama hal ini akan berlangsung, bagaimana mengenali tanda dan gejala yang perlu
diwaspadai, dan tindakan yang harus mereka lakukan untuk membantu
pemulihan pasien semaksimal mungkin.
d. Mendorong pasien dan keluarga untuk datang kembali ke rumah sakit
bilakondisinya tidak membaik atau memburuk.
e. Ketika pasien pulih, memberikan motivasi untuk kembali ke kehidupan dan
perannya yang normal seperti sebelum sakit (Ester, 2005).
4. Out Come
Menurut Staff (1983) dikutip oleh Jackson (1994) bahwa suatu hasilrehabilitasi yang
efektif merupakan kombinasi dari penyusunan perencanaanpemulangan sebelum
klien masuk hingga klien keluar dari Rumah Sakit. Menurut Coble dan Mayers
(1983) dikutip oleh Jackson (1994) menyatakan evaluasi secara kualitatif akan
memberikan gambaran adanya hubungan antara lamanya hari perawatan dengan
besarnya biaya pelayanan yang dikeluarkan dan proses kepuasan klien terhadap hal
tersebut. Apabila adanya pendekatan tim pada klien secara pribadi akan memberikan

8
hasil positif yaitu terjadinya pengurangan hari dan biaya perawatan bagi
klien. Marchete dan Holloman(1986) dikutip oleh Jackson (1994) menyatakan bahwa
pendekatan tim pada masa rehabilitasi akan meningkatkan kemampuan klien dalam
menentukan dan mengatur kebutuhannya sehari-hari, melalui tim ini juga akan
mempermudah untuk memperoleh informasi dari pelayanan kesehatan di masyarakat.
5. Dokumentasi
Perencanaan pemulangan dalam pelaksanaannya perlu adanya standar dalam
dokumentasi (Mc.Kenna, 2000). Perencanaan pemulangan dimulai dari pencatatan
saat pengumpulan data, sampai klien masuk karena perawatan (Fisbach,1994).
Dokumentasi keperawatan merupakan catatan klien pada proses keperawatan dan
pencatatan ini merupakan tanggung jawab dan tanggung gugat dari pelaksana
perawatan. Dokumentasi yang akurat pada proses perencanaan pemulangan sangat
penting dalam proses perawatan yang aman dan dapat dipertanggungjawabkan
( Nordstrom dan Garduff, 1996). Hal ini juga untuk menjamin perawatan klien secara
berkelanjutan dan terorganisir.

G. Keuntungan Discharge Planning
1. Keuntungan bagi pasien adalah:
a. Dapat memenuhi kebutuhan pasien
b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian
yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c. Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
d. Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support
sebelum timbulnya masalah.
e. Dapat memilih prosedur perawatannya
f. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya.
2. Keuntungan bagi perawat :
a. Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
b. Menerima informasi kunci setiap waktu
c. Memahami perannya dalam system
d. Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang
berbeda, dan bekerja dalam suatu system dengan efektif.

9
BAB III
TATA LAKSANA

Rencana pemulangan pasien melibatkan dokter, perawat, fisioterapis, ahli nutrisi,


farmasi, organisasi atau praktisi kesehatan di luar rumah sakit, serta wali dan keluarga
pasien. Yang berwenang memutuskan pasien dapat dipulangkan atau tidak adalah Dokter
Penanggung Jawab (DPJP) atau orang lain yang didelegasikan oleh DPJP. Rumah Sakit
mengidentifikasi organisasi dan praktisi kesehatan di lingkungan tempat tinggal pasien dan
membangun kerja sama yang baik dengan memberikan informasi klinis yang lengkap
termasuk untuk instruksi tindak lanjut.
Perkiraan Waktu Pemulangan Pasien (Estimated Discharge Date/EDD) ditetapkan
sedini mungkin (maksimal kurang dari 48 jam setelah pasien di admisi) untuk
mengantisipasi gangguan dan hambatan saat proses pemulangan dan dievaluasi Perkiraan
Waktu Pemulangan Pasien tersebut setiap hari. Perkiraan waktu pemulangan pasien
terdokumentasi dalam status rekam medik. Jam pemulangan pasien dilakukan antara pukul
07.00 s/d 20.00 WIB.
1. Perencanaan pulang pasien (Discharge planning)
Perencanaan pulang pasien meliputi:
a. Edukasi pasien tentang kondisi klinis nya,
1) Kondisi klinis seperti apa yang memerlukan perhatian dan bagaimana cara
mengatasinya
2) Bantuan untuk melakukan aktivitas
3) Latihan gerak/exercise
4) Pemberian obat; Jenis obat yang diminum, jumlah obat, cara pemberian,
dan petunjuk khusus lainnya
5) Cara menggunakan alat bantu (seperti cruck, tripod, atau walker)
6) Pemantauan diet
7) Pemberian minum per NGT
8) Perawatan bayi, perawatan payudara
9) Perawatan luka; Keterampilan khusus seperti ganti verband dan medikasi
lainnya
10) Mengerti bagaimana cara menghubungi dokter atau rumah sakit atau
fasilitas layanan kesehatan terdekat bila memerlukan bantuan

10
11) Untuk anggota keluarga ; mengerti hal-hal apa saja yang dapat membantu
pasien
12) Mengetahui jadwal kapan waktu untuk kontrol kembali
b. Petugas RS Kartika Cibadak sebaiknya melakukan komunikasi dengan dokter
keluarga atau tim layanan primer atau layanan homecare mengenai rencana
pemulangan pasien.
2. Sesaat setelah pasien diterima
a. Lakukan pengkajian awal untuk menentukan kompleksitas kebutuhan pasien
saat akan dipulangkan
b. Susun rencana asuhan pasien, termasuk perkiraan lamanya dirawat (Length of
Stay/ LOS ) dan perkiraan hari pulang (Estimate Discharge Date / EDD)
c. Komunikasikan sesegera mungkin kepada pasien dan keluarga rencana tempat
yang akan dituju pasien setelah dipulangkan dari RS
d. Berikan edukasi tentang kondisi klinis, rencana asuhan pasien, dan rencana
pemulangan sesuai dengan yang diperlukan
3. 2 Hari menjelang Proses Kepulangan
a. Konfirmasi tempat tujuan pasien setelah pulang dari rumah sakit
b. Konfirmasi kebutuhan pasien akan transport dan mobilitas
c. Komunikasikan rencana kepulangan pasien kepada pasien dan keluarga
d. Identifikasi organisasi fasyankes atau praktisi kesehatan di luar rumah sakit
yang bertanggung jawab terhadap tindak lanjut pelayanan di dekat tempat
tinggal pasien dan jalin komunikasi dengan pihak tersebut
4. 1 Hari Menjelang Proses Kapulangan
a. Konfirmasi ulang kebutuhan pasien akan transport dan mobilitas pasien saat
pulang
b. Nilai kondisi klinis pasien
c. Persiapkan dan konfirmasi kembali obat yang harus dibawa pulang (nama obat,
jumlah obat, cara pemberian, dan petunjuk khusus), alat bantu/ peralatan
kesehatan untuk dirumah.
5. Hari H Proses Kepulangan
a. Konfirmasi kondisi klinis pasien layak pulang sesuai kriteria pemulangan pasien
b. Persiapkan dan konfirmasi kembali obat yang harus dibawa pulang (nama obat,
jumlah obat, cara pemberian, dan petunjuk khusus), alat bantu/ peralatan
kesehatan untuk dirumah .

11
c. Melengkapi dokumen ringkasan klinis/ resume medis pasien pulang,
kelengkapan administrasi
d. Rencana kontrol
e. Alat transportasi yang digunakan
f. Jika diperlukan salinan ringkasan klinis pasien ditujukan kepada praktisi
kesehatan yang bertanggung jawab terhadap tindak lanjut pelayanan
g. Review kembali kebutuhan pasien dan keluarga akan materi edukasi meliputi
point yang disebutkan diatas dengan metode teach-back (sebutkan kembali)
6. Post Discharge
a. Follow up (jika diperlukan) dengan via telpon (atau home visite sesuai
kebutuhan)
b. Pastikan terjadi komunikasi yang efektif antara pelaksana perawatan primer,
sekunder, dan organisasi sosial lainnya untuk menjamin bahwa setiap pasien
menerima perawatan dan penanganan yang sesuai dan adekuat
7. Resume pasien pulang
a. Resume pasien pulang harus lengkap sebelum pasien pulang dan dimasukkan
dalam rekam medis pasien
b. Pasien akan diberikan salinan ringkasan/ resume pelayanan pada waktu pulang
dan dapat ditujukan kepada layanan kesehatan yang dirujuk.
c. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP atau dokter Jaga atas persetujuan dan
pendelegasian DPJP
d. Resume pasien pulang berisi alasan pasien di rawat, diagnosis, dan penyakit
penyerta
e. Resume pelayanan pasien pulang berisi kelainan fisik dan hal lain
yang penting ditemukan
f. Resume pelayanan pasien pulang berisi prosedur diagnosis dan pengobatan
yang telah dilakukan
g. Resume pelayanan pasien pulang berisi pemberian medika mentosa termasuk
pemberian obat waktu pulang
h. Resume pelayanan pasien pulang berisi keadaan/ status pasien pada saat pulang
i. Resume pelayanan pasien pulang berisi instruksi untuk tindak lanjut/ perintah
waktu pulang, pelayanan penunjang, termasuk didalamnya berkaitan dengan
informasi kapan pasien harus kembali untuk pelayanan selanjutnya, kapan dan
bagaimana pasien dapat mendapatkan pelayanan pada situasi yang mendesak,

12
dan nomor telepon RS untuk kondisi darurat atau jika muncul masalah-masalah
medis pada pasien yang membutuhkan pelayanan tertentu.
j. Staf RS Kartika Cibadak harus memastikan bahwa instruksi tindak lanjut
dimengerti dan dipahami oleh pasien dan keluarga
8. Pasien dan keluarga ikut dilibatkan secara pro aktif dalam menetapkan perkiraan
waktu pulang. Seluruh proses tahapan Rencana Pemulangan Pasien di informasikan
kepada pasien dan keluarga

13
BAB IV
DOKUMENTASI

Seluruh kegiatan penerimaan pasien sampai dengan perencanaan pulang harus


didokumentasikan agar terjalin suatu kesinambungan pelayanan selama pasien di ruang
perawatan hingga pasien dipulangkan.
Kegiatan ini bertujuan untuk memantau keberhasilan pengajaran terhadap pasien selama
perawatan. Lakukan evaluasi terhadap metode pengajaran dan penyuluhan yang sudah
diberikan sehingga kita dapat melakukan perubahan metode yang lebih baik.

14

Anda mungkin juga menyukai