Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN PEMULANGAN PASIEN

Nomor Dokumen: ………………………………………

Rumah Sakit Ceria


Jl. Jend. Sudirman No. 10 Hamalau Telp/Fax. (0517) 23865
Kandangan
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Definisi Discharge Planning 1
C. Tujuan 1
D. Manfaat Discharge Planning 2
BAB II
TATA LAKSANA DISCHARGE PLANNING 3
A. Kriteria Discharge Planning 3
B. Tahap-Tahap Discharge Planning 3
C. Penyerahan 6
D. Keberhasilan Rencana Pemulangan Tergantung Pada 6 Variabel 6
BAB III
PENUTUP 8

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang profesional serta
bermutu dan berkelanjutan di Rumah Sakit Ceria Kandangan maka perlu
dilakukan discharge planning/rencana pemulangan terhadap semua pasien
yang akan menjalani perawatan di RSCK baik dari poliklinik serta IGD.
Keluarga dan pasien herus segera mendapatkan informasi dan memahami
yang terkait dengan perawatan yang akan dilakukan terhadap pasien dan
keluarga baik selama perawatan dan setelah menjalani perawatan serta
tindak lanjut perawatan di rumah.

B. Definisi Discharge Planning


Discharga Palnning adalah suatu proses yang dinamis dan sitematis agar
tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan
klien dan keluarga selama perawatan di Rumah Sakit dan melakukan
perawatan mandiri di Rumah. Pelaksanaan pemulangan pasien telah diatur
oleh undang – undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

C. Tujuan
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Discharge Planning yang efektif juga
menjamin perawatan yang berkelanjutan disaat keadaan yang penuh
dengan stress. Rencana pulang yang dimulai pada saat pasien masuk
Rumah Sakit dan secara periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan
segera dilaksanakan, periksa apakah pasien/orang terdekat telah mendapat
instruksi tertulis atau intruksi verbal tentang penanganan, obat-obatan, dan
aktivitas yang boleh dilakukan di rumah. Tanda dan gejala yang
menunjukkan perlunya kontak yang terus-menerus dengan pelayanan
kesehatan perlu ditinjau.

2
Discharge planning bertujuan memberikan informasi kepada klien dan
keluarga pada saat:
a. Pasien datang pertama kali di Rumah Sakit.
b. Persiapan pasien akan pulang.

D. Manfaat Discharge Planning


1. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy maker),
manfaat pemulangan pasien adalah membantu penghematan dana,
karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan
kedokteran pada setiap sarana kesehatan, memperjelas sistem
pelayanan kesehatan yang tersedia dan memudahkan administrasi
terutama pada aspek perencanaan.
2. Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan (health
consumer), manfaat sistem rujukan adalah meringankan biaya
pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang – ulang, mempermudah masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan
wewenang setiap sarana kesehatan.
3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelanggara pelayanan
kesehatan (health provider), manfaat sistem rujukan adalah
memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan sebagai akibat
positif lainya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi;
membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, yaitu:
kerjasama yang terjalin; memudahkan atau meringankan beban
tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan
kewajiban tertentu.

3
BAB II
TATA LAKSANA DISCHARGE PLANNING

A. Kriteria Discharge Planning


Pemulangan pasien dari Rumah Sakit Ceria Kandangan dilakukan kepada :
1. Semua pasien yang telah menjalani perawatan di RSCK baik dari
poliklinik reguler dan bangsal serta IGD di RSCK.
2. Semua pasien yang akan menjalani rawat inap dan yang akan
menjalani rawat jalan di RSCK.
Rencana pemulangan pasien (Discharge Planning) dilakukan oleh dokter
dan perawat baik pada kondisi pasien pulang dalam kondisi sembuh,
pulang kondisi kritis, ataupun pulang atas permintaan sendiri.

B. Tahap-Tahap Discharge Planning


1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang
klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan
bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan
dalam proses discharge planning agar transisi dari rumah sakit
kerumah dapat efektif, baik kepada pasien yang baru datang pertama
kali di rumah sakit maupun persiapan pasien yang akan pulang sembuh
maupun kondisi kritis.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a. Data kesehatan.
b. Data pribadi.
c. Pemberi perawatan.
d. Lingkungan.
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung.

4
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan berdasarkan pada pengkajian discharge
planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan
keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan berdampak terhadap
anggota keluarga yang membutuhkan perawatan. Adalah penting untuk
menentukanapakah masalah tersebut aktual atau potensial, serta dapat
menentukan apakah klien datang pertama kali akan menjalani
persiapan akan pulang.

3. Perencanaan: Hasil Yang Diharapkan


Menurut Luverne dan Barbara, 1998, perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifkasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat
berfokus pada kebutuhan perawatan selanjutnya dengan baik serta
untuk mempersiapkan pemulangan klien, yang disingkat dengan
METHOD, yaitu :
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan
setelah pulang.
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit
sebaiknya aman. Pasien sebaiknya juga memiliki fasilitas
pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatanya
serta penentuan tanggal kapan klien akan kontrol dan fasilitas
kesehatan yang akan dituju.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa perawatan dan pengobatan di
rumah sakit dapat berjalan baik sesuai dengan kebutuhan klien,
serta dapat melanjutkan perawatan lanjutan dengan baik setelah
klien pulang, yang dilakukan klien atau anggota keluarga. Jika
hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat
sehingga seseorang dapat berkunjung kerumah untuk

5
memberikan keterampilan perawatan, serta antisipasi terhadap
klien yang harus diketahui oleh keluarga klien, apabila kien
mengalami kondisi kegawatan.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana
mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral
Klien seharusnya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau
agen komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan yang
kontinu selama dirawat di rumah sakit serta kaluarga
mengetahui kapan klien akan menjalani kontrol, dimana dan
kepada siapa klien akan menjalani kontrol.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.
Sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pemulangan dan refferal.
Seluruh rencana pemulangan yang diberikan harus didokumentasikan
pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge planning).
Instruksi tertulis diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi
harus memuaskan. Klien dan pemberi perawatan harus memiliki
keterbukaan dan melakukanya dengan alat yang akan digunakan di
rumah.

5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat
kerja discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai.

6
Evaluasi berjalan terus – menerus dan membutuhkan revisi dan juga
perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu
setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon,
kuisioner atau kunjungan rumah (home visite).

C. Penyerahan
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang
klien dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi
tentang jenis pembedahan, pengibatan (termasuk kebutuhan terapi cairan
IV di rumah), status fisik dan mental klien, faktor sosial yang penting
(misalnya rumah), status fisik dan mental klien, faktor sosial yang penting
(misalnya kurangnya pemberian perawatan, atau tidak ada pemberi
perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi harus
tersedia pada saat ini.

D. Keberhasilan Rencana Pemulangan Tergantung Pada 6 Variabel


1. Derajat penyakit.
2. Hasil yang diharapkan dari perawatan.
3. Durasi perawatan yang dibutuhkan.
4. Jenis – jenis pelayanan yang dibutuhkan.
5. Komplikasi tambahan.
6. Ketersediaan sumber – sumber.

7
BAB III
PENUTUP

Setiap pelayanan kesehatan harus memberikan peyanan kesehatan kepada


pasien secara kesinambungan dan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pelayanan
kesehatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien/patient
safety. Pelayan kesehatan tersebut meliputi: pelayan intra rumah sakit yang
didokumentasikan pada lembar catatan perkembangan dan rencana pemulangan
pasien dibuat dan direncanakan sejak pasien di rumah sakit.
Discharge planning terhadap pasien yang menjalani rawat inap baik dari
poliklinik dan IGD meliputi: tempat perawatan pasien, lokasi kamar perawatan,
tarif kamar dan fasilitas yang ada, kapan akan mendapatkan perawata lanjutan,
pemenuhan kebutuhan selama pasien mendapat perawatan, pemeriksaan
penunjang dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien, perkiraan biaya
selama perawatan, kapan pasien akan menjalani rawat jalan / perawatan lanjutan,
dimana pasien akan menajalani kontrol, tindakan apa yang harus dilakukan
apabila dirumah mengaami kegawatan, serta cara melakukan kontrol terhadap
pasien sesuai dengan kondisi terakhir. Kurun waktu penyusunan discharge
planning: pasien harus dibuatkan discharge planning maksimal 1 x 24 jam
setelah pasien rawat inap memnuhi kriteria sebagai berikut: Umur > 65 tahun,
terdapat keterbatasan mobilitas fisik, memerlukan perawatab atau pengobatan
lanjutan, memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan ADL. Sedangkan
rawat inap dalam kondisi pemulangan kritis seperti:
a. Pasien geriatri dengan gangguan pengelihatan dan pendengaran.
b. Pasien dengan gangguan mobilitas misalnya: stroke, pasien post operasi,
multiple fraktur, luka bakar yang luas, paska amputasi, pasien lumpuh,
pasien dengan ulkus diabetikum.
c. Pasien yang tidak mampu melanjutkan pengobatan secara mandiri misalnya:
ibu post partum, luka bakar daerah punggung.
d. Pasien yang tidak mandiri, misal: bayi dan anak.

8
e. Pasien dengan katarak, pasien buta dan pasien tersebut tinggal sendiri tanpa
keluarga.
Maka discharge planning harus dibuatkan sesegera mungkin maksimal 1 x 24 jam
setelah pasien rawat inap dengan melibatkan keluarga pasien. Discharge planning
dibuat kurang 1 bulan dan kondisi pasien sama baik pada waktu masuk maupun
pulang discharge planning tidak dibuat kembali kecuali ada kondisi dan keadaan
yang berbeda.
Untuk pasien yang tidak termasuk kriteria diatas pembuatan discharge
planning maksimal diselesaikan 1 x 24 jam sebelum pasien pulang.

Anda mungkin juga menyukai