Anda di halaman 1dari 19

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI


Jalan Kolonel Sutarto No. 132 Surakarta Kodepos 57126 Telepon (0271) 634634
Faksimile (0271) 637412, Email: rsmoewardi@jatengprov.go.id
Website : rsmoewardi.jateng.go.id

PANDUAN
RENCANA PEMULANGAN
PASIEN (DISCHARGE
PLANNING)

RSUD Dr. MOEWARDI


PROVINSI JAWA TENGAH
2017
BAB I
DEFINISI

A. Latar Belakang
Dimasa lalu pasien dipulangkan dari RS sesegera mungkin
dan masih sakit", sehingga membuat keadaan lebih kritis. Riset
MedicAid menyatakan 40% pasien lebih dari 65 tahun mengalami
medication errors setelah meninggalkan rumah sakit, sekitar 18%
dari yang dipulangkan, dirawat ulang dalam 30 hari, sehingga hal
ini tidak baik bagi pasien, RS, asuransi, Medicare, maupun
keuangan pasien. Riset lain mengatakan discharge planning dan
follow-up yang baik akan meningkatkan kesehatan pasien,
menurunkan readmissions serta biaya pelayanan kesehatan.
Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang
profesional serta bermutu dan berkelanjutan di RSUD Dr.
Moewardi, maka perlu dilakukan Perencanaan Pemulangan Pasien
(P3) atau discharge planning yaitu suatu rencana pemulangan
terhadap semua pasien yang akan menjalani perawatan di RSUD
Dr. Moewardi baik dari poliklinik serta IGD.
Keluarga dan pasien harus segera mendapatkan informasi dan
memahami terkait perawatan yang akan dilakukan terhadap
pasien dan keluarga baik selama perawatan dan setelah menjalani
perawatan serta tindak lanjut perawatan di rumah.

B. Definisi
Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau Discharge planning
adalah:
Kegiatan yang merencanakan dan memfasilitasi
perpindahan pasien ke fasyankes lain atau ke rumah
dengan lancar dan aman
Merupakan suatu proses multidisiplin melibatkan PPA dan
MPP
Sasarannya adalah meningkatkan atau menjaga kontinuitas
pelayanan
Proses dimulai saat admisi rawat inap
Memastikan keselamatan pasien keluar dari rumah sakit
dan memperoleh asuhan yang tepat pada fase berikutnya di
fasyankes lain atau dirumah
Dasar atau filosofi P3 adalah keberhasilan asuhan pasien di
rawat inap agar berlanjut juga di rumah.

Kegiatan yang merencanakan dan memfasilitasi perpindahan


pasien ke fasyankes lain atau ke rumah dengan lancar dan
aman. Walaupun dokter mempunyai kewenangan dalam
memulangkan pasien, tetapi proses discharge planning dapat
dilengkapi oleh pekerja sosial, ners, case manager atau tenaga
kesehatan lainnya (multi diciplinary team). Lebih ideal lagi bila
untuk pasien dengan kondisi medik yang lebih komplek, maka
discharge planning dilaksanakan dengan pendekatan tim yang
melibatkan PPA dan MPP (Manajer Pelayanan Pasien)
Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis
dan sistematis agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan
yang cukup untuk menyiapkan klien dan keluarga selama
perawatan di rumah sakit dan melakukan perawatan mandiri
di rumah. Pelaksanaan pemulangan pasien telah diatur oleh
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

C. Tujuan Discharge Planning


Discharge planning penting olehkarena efektif dalam hal
1. Meningkatkan outcome untuk pasien saat pindah ke tingkat
asuhan selanjutnya.
2. Menurunkan peluang pasien dirawat ulang di rumah sakit.
3. Meningkatkan kesembuhan
4. Memastikan obat medikamentosa yang diresepkan.
5. Memberikan koreksi, persiapan yang memadai saat pindah
asuhan ke fasilitas kesehatan lain
6. Menurunkan lama rawat dirumah sakit
7. Mengurangi risiko readmisi
8. Meningkatan kepuasan kesehatan bagi pasien dan
profesional.
9. Sedikit bukti bahwa perencanaan pulang mengurangi biaya
untuk pelayanan kesehatan

Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk


mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Discharge planning
yang efektif juga menjamin perawatan yang berkelanjutan di
saat keadaan yang penuh dengan stres.
Rencana pulang yang dimulai pada saat pasien masuk rumah
sakit dan secara periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan
segera dilaksanakan.
Periksa apakah pasien atau orang terdekat telah mendapat
instruksi tertulis atau instruksi verbal tentang penanganan,
obat-obatan dan aktifitas yang boleh dilakukan di rumah.
Tanda dan gejala yang menunjukkan perlunya kontak yang
terus menerus dengan pelayanan kesehatan perlu ditinjau.
Discharge planning bertujuan memberikan informasi kepada
klien dan keluarga pada saat :
A. Pasien datang pertama kali di rumah sakit
B. Persiapan pasien akan pulang

D. Manfaat Discharge Planning


1. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy
maker), manffat pemulangan pasien adalah membantu
penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana
kesehatan, memperjelas sistem pelayanan kesehatan,
karena terdapat hubunga kerja antara berbagai sarana
kesehatan yang tersedia dan memudahkan pekerjaan
administrasi terutama pada aspek perencanaan
2. Dari sudut masyarakat sebgai pengguna jasa pelayanan
(health consumer), manfaat sistem rujukan adalah
meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari
pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang,
mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan,
karena telah diakui dengan jelas fungsi dan wewenang
setiap sarana pelayanan kesehatan.
3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan (health provider), manfaat sistem
rujukan adalah memperjelas jenjang karier tenaga
kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti
semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi; membantu
peningkatan pengetahuan dan keterampilan, yaitu
kerjasama yang terjalin, memudahkan atau meringankan
beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai
tugas dan kewajiban tertentu.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. KRITERIA DISCHARGE PLANNING


B. PRINSIP PROSES PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN
C. TAHAP-TAHAP DISCHARGE PLANNING
1. Pengkajian
2. Diagnosis
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
D. PENYERAHAN
E. KEGAGALAN TRANSISI TIPIKAL
F. KEGAGALAN KONTEN DISCHARGE PLANNING
G. STRATEGI MENINGKATKAN KONTEN DISCHARGE PLANNING
H. KEGAGALAN PROSES DISCHARGE PLANNING
I. STRATEGI MENINGKATKAN PROSES DISCHARGE PLANNING
J. KEGAGALAN PENGETAHUAN DAN KOMUNIKASI TENTANG
KESEHATAN
K. STRATEGI MENINGKATKAN PENGETAHUAN KESEHATAN
KOMUNIKASI PASIEN-PPA
L. ELEMEN KUNCI DISCHARGE PLANNING YANG IDEAL
BAB III
KEBIJAKAN

A. Peraturan Direktur Nomor 188.4/5887A/2017 tentang


Kebijakan Pelayanan RSUD Dr. Moewardi.
B. Peraturan Direktur Nomor 188.4/11.331/2017 tentang
Kebijakan Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
RSUD Dr. Moewardi.
BAB IV
TATA LAKSANA

A. KRITERIA DISCHARGE PLANNING


Pemulangan pasien dari RSUD Dr. Moewardi dilakukan pada:
1. Semua pasien yang telah menjalani perawatan di RSUD Dr.
Moewardi baik dari Poliklinik Reguler dan Paviliun serta IGD di
RSUD Dr. Moewardi
2. Semua pasien yang akan menjalani rawat inap dan yang akan
menjalani rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi
Rencana pemulangan pasien (discharge planning) dilakukan oleh
Dokter dan perawat baik pada kondisi pasien pulang dalam
kondisi sembuh, pulang kondisi kritis ataupun pulang atas
permintaan sendiri.

B. PRINSIP PROSES PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN


MPP mempunyai peranterdepan dalam proses P3.
Prinsip proses P3 meliputi:
1. Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) dimulai saat admisi
rawat inap dan dilanjutkan pada hari berikutnya sesuai
kebutuhan.
Identifikasi pasien dengan potensi masalah yang mungkin
dihadapi waktu pasien dipulangkan sehingga dapat disusun
rencana mengatasi masalah, sehingga proses pemulangan
nantinya aman dan lancar.
2. Identifikasi apakah pasien memerlukan kebutuhan yang
sederhana atau kompleks untuk pemulangan atau
transfernya.
Tidak membutuhkan pelayanan khusus dirumah, juga tidak
membutuhkan pelayanan sosial atau sebaliknya tingkat
ketergantungan untuk ADL (Activity Daily Living) tinggi.
3. Susun rencana klinis asuhan pasien (oleh PPA) dalam waktu
24 jam setelah masuk rawat inap.
Setelah asesmen lengkap, dengan metode IAR (Informasi,
Analisis, Rencana) tetapkan sasaran. Asesmen dilakukan
secara multidisiplin dan terintegrasi.
Perencanaan termasuk tentang kemungkinan edukasi atau
pelatihan bagi pasien atau keluarga atau pemberi asuhan
dirumah.
4. Koordinasikan proses pemulangan atau transfer melalui
kepemimpinan dan tanggung-jawab pengoperan tugas pada
tingkat ruangan.
Perencanaan harus terintegrasi secara multidisiplin. Ada
keterkaitan dengan pertukaran shift. Dokumentasi harus selalu
di update dengan penyimpanan yang jelas. Peranan MPP
penting dalam koordinasi ini.
5. Tetapkan tanggal yang diharapkan untuk pemulangan atau
transfer 24 48 jam setelah admisi (EDD=expected
discharge date) oleh PPA. MPP mendiskusikannya dengan
PPA, pasien dan keluarga atau pemberi asuhan.
Umumnya pasien ingin mendapatkan informasi tentang sampai
kapan dirawat. Pasien, keluarga akan membuat sasaran untuk
itu. Pengecualian adalah bila pasien menjalani perawatan
intensif, EDD ditetapkan bila telah kembali ke ruang rawat
biasa
6. Setiap hari dilakukan review atas rencana klinis asuhan dan
juga update EDD.
PPA melakukan updating EDD bersama pasien dan MPP.
Pendokumentasiannya harus jelas dan konsisten. Pasien dan
keluarga harus jelas tentang apa yang diharapkan selama
dirawat, menghindari kebingungan yang dapat menunda proses
pemulangannya.
7. Libatkan pasien, keluarga, pemberi asuhan dirumah untuk
keputusan dan pilihan pelayanan.
Pasien, keluarga diedukasi/dilatih untuk memberdayakan
pelayanan individual sehingga memaksimalkan
kemandiriannya. Bila masuk dalam rencana, follow-up dapat
dilakukan oleh staf rumah sakit 1 3 hari pertama di rumah.

8. Rencanakan pelayanan sampai tujuh hari.


P3 mencakup juga kontinuitas pelayanan sampai dengan tujuh
hari di rumah.
9. Gunakan daftar tilik (check list) 24 48 jam sebelum proses
pemulangan.
10. Biasakan mempertimbangkan keputusan tentang rencana
pemulangan pasien setiap hari.

C. TAHAP-TAHAP DISCHARGE PLANNING


1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian
data tentang klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien,
keluarga merupakan bagian dari unit perawatan. Klien dan
keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge agar
transmisi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif, baik kepada
pasien yang akan pulang, baik pulang sembuh maupun pulang
dalam kondisi kritis
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah
a. Data kesehatan
b. Data pribadi
c. Pemberi perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan
f. Pelayanan yang dapat mendukung
2. Diagnosis
Diagnosis keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge
planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien
dan keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan berdampak
terhadap anggota keluarga yang membutuhkan perawatan.
Adalah penting untuk menentukan apakah masalah tersebut
aktual atau potensial, serta dapat menentukan apakah klien
datang pertama kali ataupun klien akan menjalani persiapan
akan pulang.
3. Perencanaan : hasil yang diharapkan
Menurut Luverne & Barbara (1998), perencanaan pemulangan
pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien.
Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana
perawatan selanjutnya dengan baik serta mempersiapkan
pemulangan klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu :
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan
setelah pulang
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit
sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas
pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas
perawatannya serta penentuan tanggal kapan klien akan
kontrol dan fasilitas kesehatan yang akan dituju
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa perawatan dan
pengobatan di rumah sakit dapat berjalan dengan baik
sesuai dengan kebutuhan klien, serta dapat melanjutkan
perawatan lanjutan dengan baik setelah klien pulang, yang
dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini
tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga
seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan
keterampilan perawatan, serta antisipasi terhadap klien
yang harus diketahui oleh keluarga klien, apabila klien
mengalami kondisi kegawtan.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana
mempertahankan kesehatan, termasuk tanda dan gejala
yang mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan
tambahan.
e. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau
agen komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan
yang kontinu selama dirawat di rumah sakit serta keluarga
mengetahui kapan klien akan menjalani kontrol, dimana
dan kepada siapa klien akan menjalani kontrol.

f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada
dietnya, sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk
dirinya.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pemulangan dan
refferal. Seluruh rencana pemulangan yang diberikan harus
didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang
(discharge summary). Instruksi tertulis diberikan kepada klien.
Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan
melakukannya dengan alat yang akan digunakan di rumah.
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam
membuat kerja proses discharge planning. Perencanaan dan
penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin
kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus
menerus dan membutuhkan revisis dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan
seminggu setelah klien berada di rumah, ini dapat dilakukan
melalui telepon, kuisioner, atau kunjungan rumah (home visit).

D. PENYERAHAN
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi
tentang klien dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut,
seperti informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan
(termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan
mental klien, faktor sosial yang penting (misalnya kurangnya
pemberi perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan
kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi harus
tersedia pada saat ini.

E. KEGAGALAN TRANSISI TIPIKAL


1. Konten Discharge Plan
2. Koordinasi Asuhan Discharge
3. Pengetahuan dan Komunikasi tentang Kesehatan
F. KEGAGALAN KONTEN DISCHARGE PLANNING
Penulisan instruksi discharge membingungkan,
ketidakcocokan dengan instruksi lain, ketidaksesuaian dengan
tingkat pengetahuan dan status kesehatan terkini pasien.
Kekurang lengkapan emergency plan, termasuk nomor tilpon
yang harus diketahui pasien bila segera ia harus menghubungi
pada kesempatan pertama.
Tidak adanya penjelasan dan rencana berkaitan dengan do not
resuscitate status.
Rencana medikasi yang lalu atau tidak adanya rekonsiliasi
dengan medikasi pasien dirumah.
Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarga
berkoordinasi dengan pelayanan yang dibutuhkan dan
dukungan yang tidak penuh atau tidak ada saat dibutuhkan.

G. STRATEGI MENINGKATKAN KONTEN DISCHARGE PLANNING


Penulisan discharge planning termasuk item di bawah ini :
Alasan masuk rumah sakit, termasuk informasi penyakit/
kondisi kesehatan
Medikasi yang harus diminum paska discharge, termasuk data
medikasi pra admisi:
o Tujuan medikasi
o Dosis medikasi
o Kapan harus diminum medikasi tersebut
o Bagaimana rute pemberian medikasi
o Berapa kali medikasi
Self-care activities seperti diet, tingkat activitas atau
pembatasan, monitoring berat badan
Identifikasi Durable Medical Equipment (DME)/supplies yang
pasien butuhkan untuk asuhan
o Tujuan DME/supplies
o Dimana mendapatkan DME/supplies
Pengenalan gejala dan manajemen apa yang kita lakukan bila
pasien bertanya tentang suatu masalah yang timbul atau
perubahan kondisi, termasuk daftar gejala yang
mengindikasikan perlunya perhatian dari PPA
o Siapa kontak person
o Bagaimana menghubungi kontak person
o Siapa yang ditugaskan layani emergency contact
Koordinasi dan rencana untuk perjanjian tindak lanjut
Koordinasi dan rencana utk perjanjian tindak lanjut
Perjanjian sebaiknya ditetapkan rumah sakit dengan prioritas
discharge dan penetapan hari discharge (berdasarkan kondisi
pasien).
Koordinasi untuk follow up test dan konfirmasi hasil tidak
tersedia pada saat discharge.
Sumber daya komunitas yang akan dimanfaatkan pasien,
seperti home health care, Meals on Wheels, adult day care, OT,
dll
Penulisan discharge planning seyogyanya mudah dibaca dan
dimengerti:
o Termasuk edukasi esensial tentang kondisi kesehatan.
o Gunakan bahasa sederhana, jelas dan tidak berlebihan.
o Gunakan prinsip universal tentang pengetahuan kesehatan,
dengan materi tulisan yang mudah difahami, kata kata
sederhana, ukuran tulisan yang cukup terbaca, kalimat
pendek, paragraph ringkas, tanpa istilah medis dan
gunakan alat bantu visual.

H. KEGAGALAN PROSES DISCHARGE PLANNING


Kegagalan mengidentifikasi kebutuhan sumber daya dan
discharge planning
Kekurang jelasan identifikasi peran dan tanggungjawab.
Kurang memahami kondisi fisik dan fungsi kognitif dari status
kesehatan pasien.
Keterbatasan waktu untuk membuat discharge plan yang
lengkap.
Kurangnya pengalaman dan keikutsertaan staf yang kompeten
pada tim asuhan.
Optimisme yang tidak realistik dari pasien dan keluarga saat
mengelola di rumah.
Kegagalan mengetahui status klinis yang memburuk di rumah
sakit

I. STRATEGI MENINGKATKAN PROSES DISCHARGE PLANNING


Lakukan asesmen pra-discharge tentang kemampuan pasien
atau keluarga untuk self-care (termasuk problem solving,
decision making, early symptom recognition and taking action,
quality of life, depression and other cognitive and functional
ability factors).
Kembangkan a comprehensive shared care plan using a shared
decision making approach pertimbangkan patient values and
preferences, social and medical needs
Pastikan bahwa discharge summary dan medication plan
lengkap dan up-to-date
Bekerjasama dengan pasien/keluarga untuk mempersiapkan
keluarga pasca discharge visit planning (goals, questions,
concerns)
Inisiasi diskusi untuk arahan lebih lanjut dan care planning
lebih lanjut yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.

J. KEGAGALAN PENGETAHUAN DAN KOMUNIKASI


TENTANG KESEHATAN
Edukasi Pasien/keluarga hanya terjadi pada saat discharge.
Intimidasi pasien/keluarga yang bertanya/klarifikasi atau
instruksi tambahan apa.
Kesenjangan pendidikan pasien dan keluarga tentang
pengetahuan kesehatan
Sedikit waktu yang tersedia untuk mengedukasi pasien tentang
discharge plans mereka
Pemberi informasi edukasi yang ditugaskan tidak terinformasi
ke pasien.
Pasien tidak dijelaskan discharge planning yang komprehensif
yang mereka mengerti dan digunakan untuk mengikuti
instruksi discharge tersebut.
K. STRATEGI MENINGKATKAN PENGETAHUAN KESEHATAN
KOMUNIKASI PASIEN-PPA
Edukasi pasien dan keluarga tentang diagnosis melalui asuhan
kontinyu
Gunakan prinsip pengetahuan kesehatan pada edukasi dan
interaksi dengan pasien.
Gunakan metode ajar dan feedback untuk memastikan pasien
dan keluarga mengerti rencana asuhan, informasi dan
menjawab pertanyaan pasien.
Berikan asuhan yang sesuai budaya dan bahasa mereka.
Pastikan kontinuitas asuhan untuk membangun kepercayaan
pasien
Manfaatkan pendekatan pengambilan keputusan yang libatkan
mereka.
Berikan cukup waktu untuk konsultasi.
Diskusikan dengan pasien hasil test dan jelaskan siapa yang
bertanggungjawab untuk menindaklanjuti hasil tersebut.
Review bersama pasien pada langkah langkah yang sesuai
tentang apa yang harus dilakukan bila timbul masalah
tertentu.

L. ELEMEN KUNCI DISCHARGE PLANNING YANG IDEAL


1. Libatkan pasien dan keluarga sebagai partner penuh dalam
proses pemulangan. Selalu libatkan pasien dan keluarga dalam
pertemuan tim tentang pemulangan pasien. Identifikasi
keluarga atau teman yang akan memberikan perawatan
dirumah dan libatkan mereka dalam perencanaan pemulangan.
2. Diskusikan dengan pasien dan keluarga 5 area kunci untuk
melindungi masalah di rumah
Jelaskan bagaimana kehidupan di rumah akan terjadi.
Termasuk lingkungan, dukungan yang dibutuhkan, apa
yang boleh dan tidak boleh dimakan, dan aktivitas apa saja
yang boleh dan harus dihindari.
Review ttg obat-obatan. Gunakan rekonsiliasi daftar obat,
jelaskan indikasi obat, dosis, cara, dan potensi efek
sampingnya.
Perhatikan tanda peringatan dan masalah. Tuliskan nama
dan kontak informasi dari seseorang untuk dipanggil jika
ada masalah
Jelaskan hasil test pasien. Jika hasil test tidak tersedia saat
pemulangan, pastikan mereka tahu kapan mereka akan
mengambil hasil test dan pastikan mereka tahu siapa yang
harus dihubungi jika pada hari hasil tidak tersedia
Tawarkan perjanjian follow up. Yakinkan bahwa pasien dan
keluarga tahu tindak lanjut apa yang diperlukan
3. Edukasi pasien dan keluarga dengan bahasa yang dimengerti
tentang kondisi pasien, proses pemulangan dan langkah
selanjutnya tentang perawatan di rumah sakit. Mendidik
pasien & keluarga dalam bahasa sederhana tentang kondisi
pasien, proses pemulangan dan langkah selanjutnya disetiap
kesempatan selama pasien di rumah sakit. Perencanaan
Pemulangan harus menjadi proses yang berkelanjutan karena
bukan hanya satu kali.
Tentukan tujuan pasien dan keluarga saat masuk dan
perhatikan kemajuan ke arah tujuan mereka setiap hari
Libatkan pasien & keluarga dalam bedside shift report
Share a written list of medicines every morning
Jelaskan obat-obatan di setiap pemberian: jenis, dosis, cara
dan efek samping
Mendorong pasien dan keluarga untuk mengambil bagian
dalam praktek perawatan untuk mendukung kompetensi
dan kepercayaan diri mereka dalam pengasuhan di rumah
4. Kaji sebaik apa dokter dan perawat menjelaskan tentang
diagnosa, kondisi dan proses perencanaan pemulangan.
Berikan informasi kepada pasien dan keluarga dan ulangi
informasi selama pasien di rumah sakit
Minta pasien dan keluarga untuk mengulangi apa yang
dikatakan kembali kepada Anda dalam kata-kata mereka
sendiri untuk memastikan bahwa Anda menjelaskan hal
dengan baik
5. Dengarkan hal-hal yang dihormati pasien dan keluarganya,
kesukaanya, observasi dan perhatian atau kekhawatirannya.
Mintalah pasien dan keluarga untuk menggunakan board di
kamarnya agar mereka menulis pertanyaan atau masalah
Tanyakan dengan pertanyaan terbuka
Gunakan dan siapkan check list, booklet untuk memastikan
pasien dan keluarga merasa siap untuk pulang
Jadwalkan pertemuan dengan pasien, keluarga atau
caregivers minimal satu kali

Perencanaan pulang harus memastikan bahwa pasien


meninggalkan rumah sakit pada waktu yang tepat di dalam
perawatannya dan mendapat informasi atau edukasi yang memadai
dan penyediaan layanan postdischarge diorganisasikan dengan baik.
BAB V
DOKUMENTASI

Setiap pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan


kesehatan kepada pasien secara berkesinambungan dan sesuai
dengan kebutuhan pasien. Pelayanan kesehatan tersebut bertujuan
untuk meningkatkan keselamatan pasien atau patient safety.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi: pelayanan intra rumah sakit
yang didokumentasi pada lembar catatan perkembangan terintegrasi
dan rencana pemulangan psaien dibuat dan direncanakan sejak
pasien dirawat di rumah sakit.
Discharge planning terhadap pasien yang menjalani rawat inap
baik dari poliklinik dan IGD meliputi: tempat perawatan pasien,
lokasi kamar perawatan, tarif kamar dan fasilitas yang ada, kapan
akan mendapatkan perawatan lanjutan, pemenuhan kebutuhan
selama pasien mendapat perawatan, pemeriksaan penunjang dan
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien, perkiraan biaya
selama perawatan, kapan pasien akan menjalani rawat jalan atau
perawatan lanjutan, pasien akan menjalani kontrol, tindakan apa
yang harus dilakukan apabila di rumah mengalami kegawatan, serta
cara melakukan kontrol terhadap pasien sesuai dengan kondisi
terakhir.
Kurun waktu penyusunan discharge planning: pasien yang
harus dibuatkan discharge planning maksimal 1x24 jam setelah
pasien rawat inap memenuhi kriteria sebagai berikut: umur > 65
tahun, terdapat keterbatasan mobilitas fisik, memerlukan perawatan
atau pengobatan lanjutan, memerlukan bantuan dalam memenuhi
kebutahan ADLs, sedangkan pasien rawat inap dalam kondisi
pemulangan kritis seperti:
a. Pasien geriatri dengan gangguan penglihatan dan pendengaran
b. Pasien dengan gangguan mobilitas misalnya: stroke, pasien post
operasi, multiple fraktur, luka bakar yang luas, paska amputasi,
pasien lumpuh, pasien dengan ulkus diabetikum
c. Pasien yang tidak mampu melanjutkan pengobatan secara
mandiri misalnya: ibu post partm, luka bakar daerah punggung
d. Pasien tidak mandiri, misalnya: bayi dan anak
e. Pasien dengan katarak, pasien buta dan pasien tersebut tinggal
sendiri tanpa keluarga.
Maka discharge planning harus dibuatkan sesegera mungkin
maksimal 1x24 jam setelah pasien rawat inap dengan melibatkan
keluarga pasien. Discharge planning dibuat kurang 1 bulan dan
kondisi pasien sama baik pada waktu masuk maupun pulang,
discharge planning tidak dibuat kembali kecuali ada kondisi dan
keadaan yang berbeda.
Untuk pasien yang tidak termasuk dalam kriteria diatas,
pembuatan discharge planning maksimal diselesaikan 1x24 jam
sebelum pasien pulang.

Ditetapkan di Surakarta
Pada tanggal 20 Juli 2017
DIREKTUR RSUD Dr. MOEWARDI
PROVINSI JAWA TENGAH

ENDANG AGUSTINAR

Anda mungkin juga menyukai