Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang
telah ditetapkan.
Kamar bersalin dan perinatologi merupakan salah satu bagian pelayanan kesehatan yang
harus bisa memberikan tindakan medis yang aman, efektif dengan memberdayakan sumber
daya manusia yang kompeten dan profesional dalam menggunakan peralatan, obat-obatan
yang sesuai dengan standar terapi di Indonesia.
Pelayanan kebidanan berkesinambungan dan berkualitas sangat penting dalam peningkatan
cakupan dan kualitas pelayanan sedemikian rupa sehingga setiap ibu hamil dan bersalin
yang mengalami komplikasi mempunyai akses ke pelayanan kesehatan berkualitas secara
tepat waktu dan tepat guna.
Sementara itu, pelayanan perinatologi merupakan pelayanan yang diberikan kepada pasien
dimana pasien memerlukan tindakan yang cepat, dan tepat serta pelayanan yang emergency
untuk pasien dengan kondisi yang kritis dan memerlukan observasi khusus dengan
menggunkan peralatan yang lengkap.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di kamar bersalin dan perinatologi perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya serta pasien kamar bersalin dan
perinatologi RS Yasmin Banyuwangi khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat darurat di
kamar bersalin dan perinatologi harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat RS
Yasmin Banyuwangi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Acuan atau pedoman untuk meningkatkan mutu pelayanan di kamar bersalin dan
perinatologi

2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman bagi petugas dalam memberikan asuhan di unit kamar bersalin dan
perinatologi
b. Menjamin safety bagi pasien maupun petugas
c. Memiliki standar ketenagaan di kamar bersalin dan perinatologi
d. Memiliki standar fasilitas di kamar bersalin dan perinatologi
e. Memiliki tata laksana di kamar bersalin dan perinatologi
f. Memiliki standar logistik di kamar bersalin dan perinatologi
g. Memiliki standar keselamatan pasien di kamar bersalin dan perinatologi
h. Memiliki standar keselamatan kerja di kamar bersalin dan perinatologi
i. Memiliki standar pengendalian mutu di kamar bersalin dan perinatologi
C. Ruang Lingkup

1. Ruang lingkup pelayanan kamar bersalin meliputi:


a. Pelayanan kesehatan maternal fisiologis
b. Pelayanan kesehatan maternal patologis
2. Ruang lingkup pelayanan perinatologi meliputi:

a. Pelayanan kesehatan neonatal level I

b. Pelayanan kesehatan neonatal level II Non Infeksius

c. Pelayanan kesehatan neonatal level II Infeksius

D. Batasan Operasional
1. Pelayanan kesehatan maternal fisiologis
a. Pelayanan Kehamilan
b. Pelayanan Persalinan
c. Pelayanan Nifas
2. Pelayanan kesehatan maternal dengan resiko tinggi
Masa antenatal
a. Perdarahan pada kehamilan muda
b. Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut
c. Gerak janin tidak dirasakan
d. Demam dalam kehamilan dan persalinan
e. Kehamilan ektopik (KE) & Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
f. Kehamilan dengan nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang dan/koma, tekanan
darah tinggi
Masa intranatal
a. Persalinan dengan prematurus
b. Persalinan dengan distensi uterus
c. Gawat janin dalam persalinan
d. Pelayanan terhadap syok
e. Ketuban pecah dini
f. Persalinan lama
g. Induksi dan akselerasi persalinan
h. Ekstraksi vakum manual
i. Sectio caesarea
j. Episiotomi
k. Malpresentasi dan malposisi
l. Distosia bahu
m. Prolapsus talipusat
n. Plasenta manual
o. Perbaikan robekan serviks
p. Perbaikan robekan vagina dan perineum
q. Reposisi inersio uteri
r. Kompresi bimanual dan aorta
s. Dilatasi dan kuretase
Masa Post Natal
a. Demam pasca persalinan
b. Perdarahan pascapersalinan
c. Nyeri perut pascapersalinan
Pelayanan Ginekologis
a. Kehamilan ektopik
b. Perdarahan uterus disfungsi
c. Perdarahan menoragia
3. Pelayanan Kesehatan Neonatal Level I
Adalah perawatan neonatus sehat yaitu pelayanan neonatus dasar dan bayi beresiko
rendah yang memerlukan asuhan keperawatan dasar minimal.
Kriteria bayi baru lahir normal sehat:
 Persalinan normal / tindakan tanpa komplikasi
 Nilai Apgar 5 menit > 7
 Berat lahir 2500 gram – 4000 gram
 Usia kehamilan 37 minggu – 41 minggu
 Tanpa kelainan congenital
 Tanpa resiko penyakit

4. Pelayanan Kesehatan Neonatal Level II Non Infeksius


Adalah perawatan neonatus khusus / perawatan bayi sakit sedang dan diharapkan pulih
secara cepat yang memerlukan observasi dan pengobatan yang memiliki asuhan
keperawatan normal.
Kriteria:
 BBLR < 2500 gram
 BBL > 4000 gram / makrosomia
 Gangguan nafas ringan sedang
 Kelainan bawaan ringan sampai sedang yang bukan keadaan gawat
 Penyakit komplikasi lain tanpa memerlukan perawatan intensive
5. Pelayanan Kesehatan Neonatal Level II Infeksius
 Infeksi local / infeksi ringan sedang
E. Landasan Hukum

1) Undang-Undang Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2) Undang-Undang Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :1575 / Menkes /
XI / 2005 tentang Organisasi dan Tata Terja Departemen Kesehatan
4) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
369/Menkes/SK/III/ 2007 tentang Standar Profesi Bidan
5) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
:938/Menkes/SK/VIII/ 2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan
F. PELAYANAN IBU HAMIL DAN BAYI BARU LAHIR SAAT PANDEMI COVID 19

a. Fasilitas Rujukan untuk layanan kesehatan ibu terdiri dari RS rujukan COVID-19,
Rumah Sakit Umum (RSU) dan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA)
b. Jika dimungkinkan, fasilitas Rujukan Maternal Neonatal bukan kasus COVID-19
dipisahkan dari kasus COVID-19
c. RS rujukan COVID-19 memiliki kapasitas untuk penanganan Maternal Neonatal
(lihat daftar RS rujukan COVID-19)
d. RS mampu PONEK dilengkapi dengan fasilitas terpisah (wing facility) atau RS
darurat/lapangan untuk penanganan kasus COVID-19
e. Menerapkan triage dan alur tatalaksana layanan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru
lahir
f. Meningkatkan kapasitas untuk mampu melakukan pengambilan spesimen (swab) dan
pemeriksaan dengan metode PCR
g. Memenuhi kebutuhan Rapid Test dan Alat Pelindung Diri (APD) level-1, level-2
dan level-3.
h. Menyediakan ruangan khusus (ruangan isolasi infeksi airborne) untuk ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir terkonfirmasi COVID-19 atau Pasien Dalam
Pengawasan (PDP).
i. Menangani Bayi yang lahir dari ibu yang terkonfirmasi COVID-19 atau PDP sebagai
Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
j. Menerapkan pemulangan pasien paska bersalin sesuai dengan rekomendasi.
G. TENAGA KESEHATAN
a. Tenaga kesehatan di RS, Puskesmas dan Praktik Mandiri, Bidan Desa dan kader
kesehatan di dalam wilayah kerja memiliki pengetahuan tentang penularan COVID-
19, serta pengetahuan tentang tanda bahaya dan gejala kegawatdaruratan ibu dan bayi
baru lahir.
b. Tenaga kesehatan memahami algoritma tata laksana ibu hamil/ibu bersalin/bayi baru
lahir dengan komplikasi atau kegawat daruratan serta alur pelayanan kesehatan ibu
dan bayi dalam situasi pandemi COVID-19.
c. Tenaga kesehatan memahami indikasi, pemakaian, melepaskan dan membuang Alat
Pelindung Diri yang dipakai serta mematuhi penggunaannya dengan benar sesuai
tugas di masing-masing area.
d. Tenaga Kesehatan mampu memberikan edukasi kepada keluarga dan masyarakat
agar mendukung Ibu hamil, Ibu bersalin, Ibu menyusui dan pengasuh memahami
penggunaan masker dan etika batuk, menjaga kebersihan diri dan lingkungan di
rumah dan ketika berkunjung ke fasyankes, dan menyampaikan status Orang Dalam
Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau terkonfirmasi positif
COVID-19.
H. PELAKSANAAN DI UNIT PELAYANAN
1. Prinsip Umum
a. Skrining dilakukan berdasarkan pemeriksaan suhu tubuh (≥38o C), adanya
gejala, adanya riwayat kontak erat dan adanya riwayat perjalanan ke daerah yang
telah terjadi transmisi lokal.
b. Tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan ibu hamil, menolong persalinan
dan memberikan perawatan esensial bayi baru lahir WAJIB menggunakan Alat
Pelindung Diri (sesuai pedoman).
c. Ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir dalam keadaan Gawat Darurat atau
status Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau terkonfirmasi COVID-19 WAJIB
DIRUJUK ke Rumah Sakit Rujukan COVID-19 atau RS mampu PONEK yang
terdekat.
d. Pertolongan persalinan dilakukan dengan berpedoman pada kaidah Pencegahan
Infeksi (lihat protap)
e. Tenaga Kesehatan mematuhi prinsip hand hygiene dan physical distancing setiap
waktu.
2. Layanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC):
a. Ibu hamil TANPA demam dan gejala influenza like illnesses DAN tidak ada
riwayat kontak erat ATAU tidak ada riwayat perjalanan dari daerah yang telah
terjadi transmisi lokal, SERTA hasil rapid test negatif (jika mungkin dilakukan),
dapat dilayani di FKTP oleh bidan/dokter yang WAJIB menggunakan APD level-
1
b. Ibu hamil dengan status ODP dapat dilayani di FKTP, sedangkan PDP harus
DIRUJUK ke FKRTL. Beri keterangan yang jelas pada surat rujukan bahwa
diagnosa PDP dan permintaan untuk dilakukan pemeriksaan PCR serta
penanganan selanjutnya oleh dokter spesialis.
c. Ibu Hamil mendapatkan Jenis layanan ANC sama dengan situasi normal (sesuai
SOP), kecuali pemeriksaan USG untuk sementara DITUNDA pada ibu dengan
PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sampai ada rekomendasi bahwa episode
isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya, ibu dianggap sebagai kasus risiko
tinggi
d. Konsultasi kehamilan dilakukan sesuai rekomendasi WHO:
e. Ibu hamil diminta untuk Kunjungan wajib pertama dilakukan pada trimester 1
direkomendasikan oleh dokter untuk dilakukan skrining faktor risiko (HIV,
sifilis, Hepatitis B). Jika kunjungan pertama ke bidan, maka setelah ANC
dilakukan maka ibu hamil kemudian diberi rujukan untuk pemeriksaan oleh
dokter.
f. Kunjungan wajib kedua dilakukan pada trimester 3 (satu bulan sebelum taksiran
persalinan) harus oleh dokter untuk persiapan persalinan.
g. Kunjungan selebihnya DAPAT dilakukan atas nasihat tenaga kesehatan dan
didahului dengan perjanjian untuk bertemu.
h. Ibu hamil diminta mempelajari Buku KIA.
i. Jika memungkinkan, konsultasi kehamilan dan edukasi kelas ibu hamil DAPAT
menggunakan aplikasi TELEMEDICINE (misalnya Sehati tele-CTG, Halodoc,
Alodoc, teman bumil dll) dan edukasi berkelanjutan melalui SMSBunda.
3. Layanan Persalinan:
a. Rapid test WAJIB dilakukan kepada seluruh ibu hamil sebelum proses persalinan
(kecuali rapid test tidak tersedia).
b. Persalinan dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan dan telah
dipersiapkan dengan baik.
c. FKTP memberikan layanan persalinan tanpa penyulit kehamilan/persalinan
ATAU tidak ada tanda bahaya ATAU bukan kasus ODP, PDP atau terkonfirmasi
COVID-19
d. Jika didapatkan ibu bersalin dengan rapid test positif, maka rujuk ke RS rujukan
COVID-19 atau RS mampu PONEK.
e. Penolong persalinan di FKTP menggunakan APD level-2. 6) Jika kondisi sangat
tidak memungkinan untuk merujuk kasus ODP, PDP, terkonfirmasi COVID-19
atau hasil skrining rapid test positif, maka pertolongan persalinan hanya dilakukan
dengan menggunakan APD level3 dan Ibu bersalin dilengkapi dengan delivery
chamber (lihat gambar)
f. Bahan habis pakai dikelola sebagai sampah medis yang harus dimusnahkan
dengan insinerator.
g. Alat medis yang telah dipergunakan serta tempat bersalin dilakukan disinfetan
dengan menggunakan larutan chlorine 0,5%.
h. Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi udara dengan baik
dan terkena sinar matahari.
4. Layanan Paska Bersalin:
a. FKTP memberikan pelayanan KB (diutamakan metode kontrasepsi jangka
panjang) segera setelah persalinan. Jika ibu tidak bersedia, maka dilakukan
konseling KB serta nasihat untuk mendapatkan layanan KB paska bersalin.
b. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang bukan ODP, PDP atau terkonfirmasi
COVID19 pada 0-6 jam pertama, tetap mendapatkan: perawatan tali pusat, inisiasi
menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik dan
pemberian imunisasi hepatitis B dan HbIg (Hepatitis B immunoglobulin).
c. Ibu dan keluarga mendapat nasihat dan edukasi tentang perawatan bayi baru lahir
termasuk ASI ekslusif dan tanda bahaya jika ada penyulit pada bayi baru lahir dan
jika terjadi infeksi masa nifas.
d. Tenaga kesehatan mengambil sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) pada
bayi yang dilakukan setelah 24 jam persalinan, sebelum ibu dan bayi pulang dari
fasilitas kesehatan.
e. FKTP memberikan layanan kunjungan pasca bersalin pada ibu bukan PDP atau
tidak terkonfirmasi COVID-19:
5. Pemeriksaan pada ibu nifas (sesuai SOP)
a. Asuhan neonatal (sesuai Pedoman)
b. Konseling menyusui (sesuai Pedoman)
c. Edukasi hidup bersih dan sehat, termasuk tanda bahaya pneumonia dan balita
sakit
I. PELAYANAN DI FKRTL
a) Prinsip Umum
a. RS menerapkan triase dan alur tatakelola penanganan kasus rujukan maternal
neonatal dan infeksi COVID-19.
b. Skrining dilakukan berdasarkan pemeriksaan suhu tubuh (≥38o C), adanya gejala,
adanya riwayat kontak erat dan adanya riwayat perjalanan ke daerah yang telah
terjadi transmisi lokal.
c. RS mampu PONEK menerima RUJUKAN Ibu Hamil, Ibu Bersalin dan Bayi Baru
Lahir dengan penyulit
d. RS yang telah ditetapkan untuk penanganan COVID-19 menerima rujukan Ibu
Hamil dan Ibu Bersalin dalam keadaan Gawat Darurat dengan status Orang - 6 -
Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau terkonfirmasi
COVID-19.
e. Semua RS PONEK harus menyediakan Unit RS darurat/lapangan untuk
penanganan kasus COVID-19 jika ditemukan kasus yang tidak memungkinkan
untuk dirujuk ke RS rujukan COVID-19.
f. Tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan ibu hamil, menolong persalinan
dan memberikan perawatan bayi baru lahir WAJIB menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) 7) Pertolongan persalinan dilakukan dengan berpedoman pada kaidah
Pencegahan Infeksi (PI) 8) FKTP menerapkan prinsip hand hygiene dan physical
distancing setiap waktu.
J. Layanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
a. Pemeriksaan rapid test dilakukan kepada Ibu hamil setiap kali berkunjung, kecuali
kasus rujukan yang telah dilakukan rapid test atau telah terkonfirmasi COVID-19
b. Ibu hamil dengan hasil skrining rapid test positif atau terkonfirmasi COVID19
atau didiagnosa PDP dilayani oleh dokter yang WAJIB menggunakan APD level
c. Ibu hamil dengan hasil skrining rapid test positif, jika memungkinkan dilakukan
pengambilan spesimen dan pemeriksaan PCR, serta penetapan statusnya
(OTG/ODP/PDP atau non-COVID-19).
d. Jenis layanan ibu hamil sesuai pedoman POGI untuk pemeriksaan ANC.
e. Jika tidak ada indikasi rawat inap DAN tidak ada penyulit kehamilan lainnya,
maka kunjungan pemeriksaan kehamilan WAJIB berikutnya adalah pada satu
bulan sebelum taksiran persalinan, atau sesuai nasihat dokter dengan didahului
perjanjian untuk bertemu.
f. Jika memungkinan, ibu hamil disarankan untuk juga melakukan konsultasi
dengan menggunakan aplikasi TELEMEDICINE (SEHATI tele-CTG, Halodoc,
Alodoc, Teman Bumil) dan edukasi berkelanjutan melalui SMSBunda.
g. Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari termasuk mengenali tanda bahaya. Jika ada tanda bahaya ibu harus
segera memeriksakan diri ke RS
K. Layanan Persalinan:
a. Rapid test wajib dilakukan pada ibu hamil sebelum bersalin, kecuali kasus
rujukan yang telah dilakukan rapid test atau telah terkonfirmasi COVID-19
b. Ibu hamil in-partu dengan hasil skrining rapid test positif tetap dilakukan
pengambilan spesimen dan pemeriksaan PCR, serta penetapan statusnya
(OTG/ODP/PDP atau non-COVID-19).
c. Persalinan per vaginam dengan rapid test negatif DAN tidak didiagnosa sebagai
ODP/PDP dilayani oleh bidan/dokter menggunakan APD level-2
d. Persalinan per vaginam dengan rapid test positif ATAU terkonfirmasi COVID-19
ATAU telah didiagnosa OTG/ODP/PDP dilayani oleh dokter yang WAJIB
menggunakan APD level-3
e. Persalinan Sectio Cesaria (per abdominam), penolong persalinan menggunakan
APD level 3 tanpa melihat status COVID-19 - 7 –
f. Bahan habis pakai dikelola sebagai sampah medis infeksius dan dimusnahkan
dengan insinerator.
g. Alat medis bekas pakai untuk pakai ulang diproses sesuai pedoman PPIRS
h. Tempat bersalin dibersihkan setiap kali habis pakai sesuai pedoman PPIRS
i. Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi udara dengan baik
dan terkena sinar matahari.
L. Layanan Paska Bersalin:
a. FKRTL memberikan pelayanan KB (diutamakan metode kontrasepsi jangka
panjang) segera setelah persalinan. Jika ibu tidak bersedia, maka dilakukan
konseling KB serta nasihat untuk mendapatkan layanan KB paska bersalin
b. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang bukan ODP, PDP atau terkonfirmasi
COVID19 pada 0-6 jam pertama, tetap mendapatkan: perawatan tali pusat, inisiasi
menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes mata antibiotic,
imunisasi Hepatitis B dan pemebrian HbIg (Hepatitis B immunoglobulin)
c. Bayi yang dilahirkan dari ibu ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19:
i. Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat (delayed chord clamping)
ii. Bayi dikeringkan seperti biasa, dan segera dimandikan setelah kondisi
stabil, tidak menunggu 24 jam.
iii. Tidak dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 4) Ibu dengan HBsAg
reaktif dan terkonfirmasi COVID-19:
iv. Jika kondisi klinis bayi baik (bugar), maka imunisasi Hepatitis B tetap
diberikan
v. Jika kondisi klinis bayi tidak bugar atau tampak sakit, imunisasi Hepatitis
B ditunda
vi. Bayi baru lahir dari ibu terkonfirmasi COVID-19 atau ibu dengan status
PDP termasuk dalam kriteria Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan
dirawat sesuai rekomendasi IDAI:
vii. Bayi Baru Lahir harus diperiksa COVID-19 (swab dan periksa darah) pada
hari ke-1, ke-2 dan ke-14
viii. Bayi dirawat gabung jika ibu status ODP, tidak dirawat gabung jika status
ibu PDP atau terkonfirmasi COVID-19
ix. Jika ibu harus isolasi, maka dilakukan konseling untuk isolasi terpisah
antar ibu dan bayinya selama 14 hari sesuai batas risiko transmisi.
Pemisahan sementara bertujuan untuk mengurangi kontak antara ibu dan
bayi.
x. Bila setelah mendapatkan konseling, ibu tetap berkeinginan untuk
merawat bayi sendiri:
xi. Persiapan harus dilakukan dengan memberikan informasi lengkap dan
potensi risiko terhadap bayi.
xii. Ibu dan bayi diisolasi dalam satu kamar dengan fasilitas ensuite selama
dirawat di rumah sakit,
xiii. Bayi harus ditempatkan di inkubator tertutup di dalam ruangan.
xiv. Ibu disarankan untuk mengenakan APD yang sesuai dengan pedoman PPI
dan diajarkan mengenai etika batuk - 8 –
xv. Bayi harus dikeluarkan sementara dari ruangan jika ada prosedur yang
menghasilkan aerosol yang harus dilakukan di dalam ruangan
xvi. Tenaga kesehatan mengambil sampel skrining hipotiroid kongenital
(SHK) pada bayi yang dilakukan setelah 24 jam persalinan, sebelum ibu
dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan. Tenaga Kesehatan menggunakan
APD sesuai status bayi.
xvii. Ibu dan keluarga mendapat nasihat dan edukasi tentang perawatan bayi
baru lahir termasuk ASI eksklusif, tanda bahaya jika ada penyulit pada
bayi baru lahir serta anjuran membaca buku KIA dan nasihat untuk segera
ke RS jika ada keluhan atau tanda bahaya.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

1. Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Kamar Bersalin dan Perinatologi adalah :

Kualifikasi
Nomor Nama Jabatan Keterangan
Formal
Ka Ru Kamar Bersalin dan Bersertifikat APN, Resusitasi
1 D III Kebidanan
Perinatologi Neonatus
PJ Shift Kamar Bersalin dan Bersertifikat
2 D III Kebidanan
Perinatologi APN/Resusitasi Neonatus
Bidan/Perawat Pelaksana
D III Kebidanan/S1
3 Kamar Bersalin dan Bersertifikat APN/CTU/PPGDON
Keperawatan
Perinatologi

B. Distribusi Ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan Kamar Bersalin dan Perinatologi yaitu :

1. Untuk Dinas Pagi : yang bertugas sejumlah 3 ( tiga ) orang  dengan standar minimal
bersertifikat APN/Resusitasi Neonatus/PPGDON
Kategori :
– 1 orang Ka Ru
– 1 orang PJ Shift dan 1 orang Bidan/Perawat Pelaksana
2. Untuk Dinas Sore :yang bertugas sejumlah 3 ( tiga) orang dengan standar minimal
bersertifikat APN/Resusitasi Neonatus/PPGDON
Kategori :
– 1 orang PJ Shift.
– 2 orang Bidan/Perawat Pelaksana.
3. Untuk Dinas Malam :yang bertugas sejumlah 3 ( tiga ) orang dengan standar minimal
bersertifikat APN/Resusitasi Neonatus/PPGDON
Kategori :
– 1 orang PJ Shift.
– 2 orang Bidan/Perawat Pelaksana 

Pengaturan Jaga

1. Pengaturan Jaga di Kamar Bersalin dan Perinatologi


o Pengaturan jadwal dinas Kamar Bersalin dan Perinatologi dibuat dan
dipertanggung jawabkan oleh Kepala Ruang (Karu) Kamar Bersalin dan
Perinatologi dan disetujui oleh Manajer Departemen Keperawatan.
o Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
bidan/perawat pelaksana Kamar Bersalin dan Perinatologi setiap satu bulan.
o Untuk petugas yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka petugas
tersebut dapat mengajukan permintaan cuti tahunan / cuti mendadak pada buku
permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa
bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka
permintaan disetujui).
o Setiap tugas jaga / shift harus ada bidan penanggung jawab shift ( PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Kebidanan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat APN/PPGDON/Resusitasi Neonatus.
o Jadwal dinas terbagi: dinas pagi, dinas sore, dinas malam, libur dan cuti.

o Apabila ada petugas jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka petugas yang bersangkutan harus
memberitahu Karu Kamar Bersalin dan Perinatologi : sehari sebelum dinas pagi,
dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Karu Kamar Bersalin dan
Perinatologi, diharapkan petugas yang bersangkutan sudah mencari petugas
pengganti. Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan petugas
pengganti, maka KaRu Kamar Bersalin dan Perinatologi akan mencari tenaga
petugas pengganti yaitu petugas yang hari itu libur. Apabila ada tenaga petugas
tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (tidak terencana),
maka KaRu Kamar Bersalin dan Perinatologi akan mencari petugas pengganti
yang hari itu libur. Apabila petugas pengganti tidak di dapatkan, maka petugas
yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.(Prosedur jadwal
dinas perawat Kamar Bersalin dan Perinatologi sesuai SOP terlampir).
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
TERLAMPIR

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana.
Kamar Bersalin dan Perinatologi RS Yasmin Banyuwangi berlokasi di bagian tengah
bangunan RS yang terdiri dari :
 Kamar Bersalin : Ruang Tindakan, Ruang Observasi dan Ruang Khusus
 Perinatologi : Ruang level I, Ruang Level II Non Infeksius, Ruang Level II Infeksius

2. Ruang Tindakan terdiri dari 2 tempat tidur, Ruang Observasi terdiri dari 1 tempat tidur,
Ruang Khusus terdiri dari 1 tempat tidur, Ruang Perinatologi Level I terdiri dari 3 box
terbuka dan 7 box tertutup, Ruang Perinatologi Level II Non Infeksius terdiri dari 1
inkubator canggih dan Ruang Perinatologi Level II Infeksius terdiri dari 1 inkubator
canggih.

3. Peralatan kamar bersalin


Alat – alat untuk ruang tindakan :
1. Infant warmer ( 1 set ),
2. Vacum Ekstraktor ( 1 set ),
3. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 2 set ),
4. Tensimeter dinding dan mobile ( 1 set & 1 set ),
5. Trolly mobile (2 buah),
6. Lampu tindakan (1 buah),
7. Spuit semua ukuran: 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc (5 buah/5 buah/2 buah/2 buah),
8. Infus set / transfusi set (1 buah / 4 buah),
9. IV catheter no 18, 20, 22 (10 buah / 4 buah / 4 buah),
10. Urine catheter no 16, 18 (4 buah / 1 buah),
11. Urine bag catheter (4 buah),
12. Bag Valve Mask bayi (1 buah),
13. Box emergency bayi (1 set),
14. Stetoskop (3 buah),
15. Tiang Infus (2 buah),
16. Doppler (1 buah)
17. Blue sensor (25 buah)

Alat – alat untuk ruang observasi :


1. Oxygen center lengkap dengan flow meter (1 buah)
2. Standar infus ( 1 buah )
3. Bedside monitor (1 buah)
4. Mesin suction (1 set )
5. CTG (1 set)
6. Lampu tindakan (1 buah)
7. Box emergency dewasa (1 set)
8. Bag valve mask dewasa (1 buah)
9. Suction catheter no 10 dan 12 (1 buah, 1 buah)

Alat – alat untuk ruang khusus :


1. Oxygen lengkap dengan flowmeter (1 buah)
2. Alat lain sesuai kebutuhan  

4. Peralatan perinatologi
Alat – alat perinatologi level I :
1. Oxygen lengkap dengan flowmeter ( 2 buah ).
2. Spuit 3 cc, 1 cc tuberculin (2 buah / 4 buah).
3. Nasal canula bayi (1 buah)
4. Mucus ekstraktor no 8 (5 buah)
5. Feeding tube no 8 (3 buah)
6. Kacamata fototerapi ( 1 buah )
7. Thermometer axila ( 1 buah )
8. Umbilical klem (5 buah)
9. IV catheter 24 dan 26 (4 buah, 5 buah)

Alat-alat perinatologi level II Non Infeksius :


1. Troly emergency (1 buah)
2. Hecting Set (1 buah)
3. Jackson rees set (2 buah)
4. Bag valve mask bayi (1 buah)
5. Nasal canula bayi (1 buah)
6. Masker o2 bayi (1 buah)
7. Suction catheter no 8, 10, 12 (1 buah, 1 buah, 1 buah)
8. ETT no 2,5 ; 3 (1 buah, 1 buah)
9. Laringoskop set anak (1 buah)
10. Bilah laring no 00 (1)
11. Stetoskop bayi (1 buah)
12. Inkubator canggih (1 buah)
13. Oxygen lengkap dengan flowmeter (1 buah)

Alat-alat perinatologi level II Infeksius :


2. Inkubator canggih (1 buah)
3. Oxygen lengkap dengan flowmeter (1 buah)
4. Fototerapi (2)

Standar Obat Kamar Bersalin RS Yasmin Banyuwangi

1. Injeksi 

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat


Minor
1. Anesfar Ampul 2
Transquillizer
2. Atropin Sulfat Ampul 2 Anti Spasmodics
3. Cefotaxime Vial 2 Antibiotik
4. Ceftriaxone Vial 2 Antibiotik
Corticosteroid
5. Cortidex Ampul 3
Hormones
Corticosteroid
6. Dexamethasone Ampul 4
Hormones
Preparat Vagina /
7. Duvadilan Ampul 1 Vasodilator
perifer
Anastetic Lokal
8. Epinephrin Ampul 5
& General
9. Farsix Ampul 2 Diuretics
10. Ketorolac 30 mg Ampul 2 Analgetik
11. Lidocain 2% Ampul 2 Anastetic lokal
Anti Perdarahan
12. Myomergin Ampul 5
Uterus
13. Ondansentron 4 mg Ampul 2 Anti Emetik
Hormon
14. Pitogin Ampul 5 neurohipofisis
sintesis
15. Plasminex Ampul 2 Anti perdarahan
16. Proinfark Ampul 1 Obat jantung
17. Ranitidine Ampul 4 Antacida
18. Remopain Ampul 2 Analgetik
19. MgSO4 20% Flalon 2 Antidisritmia
20. MgSO4 40% Flalon 2 Antidisritmia
21. D 40% Flalon 2 Antihipoglikemia

2. Tablet

Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
System kardio
1. Nifedipin 10 mg Tablet 2
vaskuler
Gastro intestinal (off
2. Proster Tablet 4 label kontraksi
uterus)

3.    Cairan Infus

Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
 
1. D 5 Otsu Flash 2 Anti hipoglikemia
2. RL Widatra Flash 5 Kristaloid
3. PZ Wida 500 ml Flash 1 Kristaloid
4 PZ B Braun 100 ml Flash 1 Kristaloid
5. Hes Sanbe Flash 2 Koloid

 
 Standar Obat Perinatologi RS Yasmin Banyuwangi

1. Injeksi 

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat


Anti asmatic dan
1. Aminophyilin Ampul 1 COPD
preparations
2. Cefotaxime Vial 2 Antibiotik
3. D 40% Flalon 1 Antihipoglikemia
Corticosteroid
4. Dexamethasone Ampul 1
Hormones
Anastetic Lokal
5. Epinephrin Ampul 1
& General
6. Phytomenadione 10 mg Ampul 4 Anti perdarahan
7. Sibital Ampul 1 Sedatif

2. Cairan Infus

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. D 10 Wida Flash 1
2. PZ Sanbe 100ml Flash 1 Kristaloid

3.    Lain-lain

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat


 
1. Gentamicyn Salep Tube 2 Antibiotik
2. Colme Tetes Mata 2 Antibiotik

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN

I. Petugas penanggung jawab

a) Petugas Admission (Kondisional)


b) Bidan / Perawat jaga di IGD

II. Perangkat kerja

a) Komputer
b) Status IGD dan Form Pengkajian Kebidanan (hanya untuk bidan / perawat)

III. Tata laksana pendaftaran pasien maternal di IGD


a) Pendaftaran pasien maternal yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga
dibagian admission
b) Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan kepolisian (kasus
kecelakaan, mr. X) / dinas kependudukan untuk mencari identitas pasien
c) Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan status
untuk diisi oleh dokter jaga IGD yang bertugas
d) Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan pertolongan
di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan pendaftaran di bagian
admission
IV. Tata laksana pendaftaran pasien neonatal yang lahir di Rumah Sakit Yasmin
a) Pendaftaran pasien neonatal di ruang perinatologi dilakukan oleh bidan / perawat
perinatologi
b) Bidan / perawat mengisi form pengkajian neonatus
B. TATA LAKSANA SISTEM KOMUNIKASI DI KAMAR BERSALIN DAN
PERINATOLOGI

I. Petugas penanggung jawab

a) Petugas CSO (customer service operator)


b) Bidan jaga / perawat

II. Perangkat kerja

a) Pesawat telepon
b) Handphone

III. Tata laksana sistem komunikasi


a) Antara kamar bersalin / perinatologi dengan unit lain dalam RS Yasmin Banyuwangi
adalah dengan nomor extension masing-masing unit
b) Antara kamar bersalin / perinatologi dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang
terkait dengan pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone
langsung dari kamar bersalin / perinatologi dengan menggunakan nomor extension
c) Dari luar RS Yasmin Banyuwangi dapat langsung melalui customer service operator
C. TATA LAKSANA PELAYANAN PASIEN MATERNAL DI IGD

I. Petugas penanggung jawab

a) Dokter jaga IGD


b) Bidan / Perawat

II. Perangkat kerja

a) Stetoscope
b) Vital sign set : tensimeter, termometer, jam tangan / pulse oxymetri
c) Doppler
d) Midline
e) Handscoon steril (bila diperlukan untuk pemeriksaan dalam)
f) Status IGD / Form Pengkajian Kebidanan

III. Tata laksana pelayanan pasien maternal di IGD


a) Pasien / keluarga pasien datang ke IGD diterima oleh perawat jaga

b) Pasien dipersilahkan ke ruang obgyn

c) Perawat menghubungi bidan jaga di ruang kamar bersalin

d) Dokter jaga IGD dan bidan jaga melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap
untuk menentukan triase / prioritas penanganan

e) Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission .

f) Prioritas pertama ( biru, gawat darurat ) yaitu mengancam jiwa / mengancam fungsi
vital

g) Prioritas kedua ( merah, gawat tidak darurat ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi
vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat

h) Prioritas ketiga ( kuning, tidak gawat darurat ) yaitu tidak potensial mengancam jiwa /
fungsi vital, namun segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir

i) Prioritas keempat ( hijau, tidak gawat tidak darurat ) yaitu memerlukan pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.

j) Prioritas kelima (hitam, D. O. A)

k) Bila pasien telah selesai mendapatkan pelayanan di IGD, selanjutnya pasien dipindah
ke kamar bersalin bila pasien membutuhkan penanganan di kamar bersalin atau
dipindah ke rawat inap bila dilakukan tindakan konservatif di rawat inap

D. TATA LAKSANA PELAYANAN PASIEN NEONATAL DI PERINATOLOGI

IV. Petugas penanggung jawab

a) Dokter Spesialis Anak / dokter umum


b) Bidan / Perawat

V. Perangkat kerja

a) Stetoscope
b) Vital sign set : termometer, jam tangan / pulse oxymetri
c) Midline
d) Handscoon bersih
e) Status Rekam Medis

VI. Tata laksana pelayanan pasien neonatal di perinatologi


a) Pasien lahir secara spontan maupun SC

b) Bidan / perawat secara mandiri atau berkolaborasi dengan dokter spesialis anak /
dokter umum untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan awal

c) Pasien dilakukan IMD bila memenuhi syarat

d) Pasien dipindah ke ruang perinatologi untuk diberikan terapi lebih lanjut

e) Bayi diletakkan di ruang perinatologi sesuai level ruangan

f) Keluarga pasien masuk ke ruang perinatologi untuk melakukan pengisian status rekam
medis

E. TATA LAKSANA INFORMED CONSENT

I. Petugas penanggung jawab

Dokter jaga IGD

II. Perangkat kerja

Form Persetujuan Tindakan kedokteran

III. Tata laksana informed consent


a) Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed consent
pada pasien / keluarga pasien disaksikan oleh bidan / perawat
b) Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh bidan /
perawat
c) Setelah diisi dimasukkan dalam status rekam medis pasien
F. TATA LAKSANA FALSE EMERGENCY

I. Petugas penanggung jawab

a) Bidan / Perawat
b) Dokter jaga IGD

II. Perangkat kerja

a. Stetoscope
b. Vital sign set : tensimeter, termometer, jam tangan / pulse oxymetri
c. Doppler
d. Midline
e. Handscoon steril (bila diperlukan untuk pemeriksaan dalam)
f. Status IGD / Form Pengkajian Kebidanan

III. Tata laksana false emergency


a) Pasien / keluarga pasien datang ke IGD diterima oleh perawat jaga

b) Perawat memanggil bidan jaga di kamar bersalin

c) Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission

d) Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh bidan dan dokter jaga IGD

e) Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab

f) Bila perlu dirawat / observasi, dokter jaga IGD menjelaskan

g) Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang

h) Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

G. TATA LAKSANA DEATH ON ARRIVAL (DOA)


I. Petugas penanggung jawab

a) Dokter jaga IGD


b) Bidan / Perawat jaga IGD

II. Perangkat kerja


a) Senter / penlight
b) Stetoscope
c) EKG (bila diperlukan)
d) Form laporan kematian
e) Surat Keterangan Kematian
III. Tata laksana pelayanan death on arrival (DOA)
a) Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD ( SPO IGD no.
0301/RSY/II/2010 )
b) Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah
c) Dokter jaga IGD membuat laporan kematian
d) Perawat jaga IGD menghubungi unit Rekam Medis untuk pembuatan surat keterangan
meninggal
e) Perawat IGD memberikan ceklist kelengkapan untuk pengambilan surat keterangan
kematian kepada keluarga dan menginformasikan pengambilan surat keterangan
kematian di Front Office / Rekam Medis
f) Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian umum /
keamanan

H. TATA LAKSANA SISTEM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT


I. Petugas penanggung jawab

Bidan jaga

II. Perangkat kerja

a) Ambulance
b) Handphone

III. Tata laksana pelayanan sistem informasi pelayanan Rumah Sakit


a) Bidan / Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi
pasien yang akan dibawa, kepada bidan jaga di IGD RS Yasmin Banyuwangi.
b) Isi informasi mencakup :
 Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )
 Peralatan yang diperlukan di IGD ( suction, monitor, defibrillator )
 Kemungkinan untuk dirawat di intensive care
 Bidan / Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta
menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari
petugas yang merujuk

I. TATA LAKSANA SISTEM RUJUKAN MATERNAL DI IGD


I. Petugas penanggung jawab

a) Dokter jaga IGD


b) Bidan / perawat jaga

II. Perangkat kerja

a) Ambulance
b) Form persetujuan rujuk
c) Form pengantar rujuk
d) Alat kesehatan / obat dan pemeriksaan penunjang pasien yang menyertai

III. Tata laksana pelayanan sistem rujukan

 Bidan / Perawat menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk

 Dokter jaga IGD memberikan informasi kepda dokter jaga RS rujukan mengenai
keadaan umum pasien (SPO IGD No. 0392/RSY/IV/2010)

 Bila tempat tersedia di rumah sakit rujukan, bidan / perawat IGD dan Ambulance
segera berangkat.
BAB V

LOGISTIK

Logistik kamar bersalin meliputi :

1. Bahan Habis Pakai (BHP)

NO NAMA BARANG JUMLAH


1. Handscoen disposable 4 box
2. Plesterin 15x5 / 10x5 4 box
3. Alkohol swab 4 box
4. Masker tie on 2 box
5. Leukoplas 4,5 x 7,5 2 roll
6. Alkohol 70% 1000 cc
7. Braunol 500 cc
8. My jelly 2 tube
9. Terramycin salep 2 tube
10. Germisep 0,5 mg 1 box
11. Kapas steril 1 box
12. Formalin cair 1000 cc
13. Stabimed cair 1000 cc

2. Alat Rumah Tangga (ART)

NO NAMA BARANG JUMLAH


1. Tissue wastafel 4 pcs
2. Tissue gulung 3 roll
3. Handsoap nosy 2 buah
4. SWD Glade 4 buah
5. Baterai kecil/sedang/besar 4/2/2
6. Kresek hitam besar 1 pc
7. Kresek kuning besar 1 pc
8. Handrub refill 1 botol

3. Alat Tulis Kantor (ATK)

NO NAMA BARANG JUMLAH


1. Buku folio isi 200 lbr 1 buku
2. Blangko pengembalian obat 2 buku
3. Label / sticker pasien 10 pcs
4. Map Rekam Medis 50 lembar
5. Karbon 2 lembar
6. Blangko medis 1 buku
7. Blangko alat rumah tangga 1 buku
8. Blangko resep RSYB 2 buku
9. Amplop besar/kecil 1 box/1 box

Mekanisme permintaan barang habis pakai (bhp) :

1. Permintaan obat – obatan dan alat kesehatan dilakukan pada jam kerja : 07.00 – 15.00
wib
2. Permintaan obat – obatan dan alat kesehatan yang sudah diambil di Instalasi Farmasi
RS/Logistik Medis menjadi tanggung jawab masing – masing unit
3. Permintaan obat – obatan dan alat kesehatan harus di tanda – tangani atau disetujui oleh
Manager Medis
4. Pengambilan dan serah terima obat – obatan dan alat kesehatan harus ditanda tangani
oleh petugas penerima (unit) dan penyerah (IFRS / Logistik Medis)

Mekanisme permintaan alat rumah tangga (art) dan alat tulis kantor (atk) :

1. Permintaan barang ART dan ATK diajukan setiap jam kerja : 07.00 – 08.00 wib
2. Permintaan barang ART dan ATK dibuat oleh Kepala Ruangan dan ditanda tangani
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :

 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan

1.Tujuan umum

Meningkatkan mutu pelayanan RS Yasmin Banyuwangi

2.Tujuan khusus

1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit


2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3) Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. Standar keselamatan pasien


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode – metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )

ADVERSE EVENT :

Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah


Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir
KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )
Near Miss :

Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :

 Karena “keberuntungan”
 Karena “pencegehan”

 Karena “peringanan”

KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada
bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku
D. Tata laksana
 Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
 Melaporkan kepada dokter jaga
 Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
 Mengobservasi keadaan umum pasien
 Melaporkan kepada kepala ruangan
 Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden Keselamatan”
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan

HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung
ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup
tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang
belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit
ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk


mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan
Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial
yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya
dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan

1. Tujuan umum

Meningkatkan mutu pelayanan RS Yasmin Banyuwangi

2. Tujuan khusus :
1) Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2) Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.
C. Tindakan yang beresiko terpajan

o Cuci tangan yang kurang benar.


o Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
o Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
o Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
o Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
o Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai
D. Prinsip keselamatan kerja

Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga
prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan sensus harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada petugas kendali mutu dan Manager medis. (Sensus
terlampir)

BAB IX

PENUTUP
Dalam pembuatan pedoman pelayanan kamar bersalin dan perinatologi ini disadari
bahwa pedoman pelayanan ini tidak sempurna. Masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
kerena itu masukkan dan saran untuk perbaikan peningkatan pedoman palayanan kamar
bersalin dan perinatologi ini, merupakan sesuatu yang sangat berharga.
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN PERSALINAN DAN
PERINATOLOGI
RUMAH SAKIT YASMIN
No. Besaran /Variabel Jumlah Dalam Tanggal Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 Jumlah Ibu Meninggal
Karena Eklampsia                                                            

  Jumlah Ibu Dengan


Eklampsia                                                            

2 Jumlah kesalahan
                                                           
jenis darah
  Jumlah px yang
                                                           
mendapat tranfusi
3 Jumlah insiden yang
                                                           
dilaporkan tepat waktu
 
Jumlah seluruh insiden                                                            

4
Jumlah verbal order
ditandatangai dokter                                                            
dalam 24 jam
  Jumlah seluruh verbal
                                                           
dokter
5 Jumlah high alert
medication yang
                                                           
ditemukan tanpa label
alert
  Jumlah seluruh obat
                                                           
high alert
6 Jumlah pasien jatuh                                                            
  Jumlah seluruh pasien                                                            

Kepala Ruangan : Vida Kristiana, Amd.Keb

Tanda Tangan ………………………….

Anda mungkin juga menyukai