Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang,
menyangkut fisik, mental, maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan
kesehatan yang menyeluruh, terarah, berkesinambungan dan bermutu.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuasan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta yang menyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan kesehatan reproduksi di Indonesia dihadapkan pada dua
dimensi masalah. Pertama, yang laten yaitu kematian ibu dan kematian bayi
yang masih tinggi akibat berbagai faktor termasuk pelayanan kesehatan yang
relative kurang baik. Kedua, ialah timbulnya penyakit degeneratif yaitu
menopause dan kanker. Pelayanan kebidanan merupakan salah satu pelayanan
kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam
penurunan angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Pelayanan kebidanan yang cepat, tepat dan teliti hanya dapat terujud
apabila kamar bersalin digunakan oleh sarana dan prasarana yang memadai
dan berfungsi dengan baik serta didukung pula oleh pelaksanaan yang
professional, pengelola maupun pelaksana yang terdidik (qualified) dan sadar
akan tanggung jawab yang dipikulkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka unit kamar bersalin perlu dibuatkan
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata
cara pelaksanan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan
pasien yang melakukan pemeriksaan di unit kamar bersalin.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka dalam melakukan pelayanan
unit kamar bersalin di Rumah Sakit Pratama Tangguwisia harus berdasarkan
standar pelayanan kamar bersalin di Rumah Sakit Pratama Tangguwisia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tercapai derajat kesehatan Ibu dan Anak yang optimal fisik, mental, sosial
maupun spiritual untuk menciptakan keluarga kecil yang sehat dan
sejahtera serta berkualitas.
2. Tujuan Khusus
a. Agar kehamilan ibu terhindar dari komplikasi kehamilan seperti
anemia, keracunan, dan terauma-trauma kehamilan lainnya
b. Agar ibu mmemiliki pengetahuan dan keterampilan merawat dirinya
dan bayinya selama dalam kehamilan, proses kelahiran, serta sesudah
melahirkan
c. Agar ibu dapat mengidentifikasi kelainan – kelainan pada diri dan
bayinya serta dapat mengambil keputusan untuk mendapatkan
pertolongan yang cepat dan tepat.
d. Agar ibu dan bayi mencapai status gizi yang baik selama kehamilan
dan menyusui bayi.
e. Agar ibu dapat mengatasi dengan besar hati bila ada masalah- masalah
yang berhubungan dengan penyakit yang berkaitan dengan organ –
organ reproduksi kewanitaan
f. Agar ibu hamil dan bayi memperoleh imunisasi sesuai dengan umur
dan kondisi ibu dan bayi
g. Agar ibu dapat merawat banyinya serta serta menyusui segera setelah
melahirkan dan memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan
h. Untuk mencapai nirma keluarga kecil dan sejahtera, ibu memahami
dan melaksanakan program KB sesuai dengan kondisi masing-masing.

C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Pelayanan unit kamar bersalin meliputi :
1. Penerimaan
Yaitu dimulai dari pasien yang dating baik dari Front Office (FO) ataupun
UGD akan diterima di unit kamar bersalin untuk perencanaan tindakan
lanjutan.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 2


Fase penerimaan meliputi :
a. Anamese
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Vital sign
2) Pemeriksaan Keadaan Umum
c. Pemeriksaan Obstetrik
d. Pemeriksaan Ginekologi
e. Pemeriksaan Dalam
2. Tindakan
Merupakan kelanjutan dari fase penerimaan dimana fase ini meliputi
tindakan obstetri, ginekologi dan tindakan pembedahan.
a. Obstetri / Kebidanan
1) Persalinan normal
a) Kala I
b) Kala II
c) Kala III
d) Kala IV
2) Persalinan patologis berupa
a) Persalinan preterm
b) Persalinan posterm
c) Persalinan lama
d) Perdarahan pasca persalinan
e) Distosia bahu
f) Persalinan dengan distensi uterus
g) Prolapses tali pusat
h) PER/ PEB/ Eklamsi
i) DM gestasional
j) Plasenta previa
k) Persalinan letak sungsang
l) Kematian janin dalam Rahim (KJDR)
m) Persalinan kembar
n) Solusio plasenta

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 3


o) Persalinan dengan infeksi HIV
p) Ketuban pecah dini (KPD)
q) Vakum Ekstraksi
r) Manual plasenta
b. Ginekologi
1) Dilatasi dan kuretase
2) Kauterisasi
3) Insisi Bartolin
4) Kuretase Perdarahan Pasca Persalinan
5) Kuretase Mola
6) Pemasangan IUD
c. Bayi Bermasalah
3. Pasca Tindakan
Yaitu dimulai sejak tindakan selesai, masa obsevasi, dan pemulihan
hingga pemindahan ke ruang rawat inap.

D. Batasan Operasional
1. Unit Kamar Bersalin Rumah Sakit
Adalah unit pelayanan di Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
bersalin meliputi pelayanan obstetrik, gynekologi, maupun pembedahan.
2. Anamnesis
Adalah wawancara yang dilakukan pada awal pertemuan bertujuan untuk
memperjelas pemahaman klinis terhadap pemahaman pasien dalam usaha
merencanakan pemberian pengobatan.
3. Pemeriksaan vital sign
Adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk mengetahui keadaan
fisik dan kesehatan pasien dengan mengukur tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu.
4. Pemeriksaan keadaan umum
Adalah pemeriksaan yang meliputi kondisi dikepala, leher, Dada ( Paru /
Jantung), Oedema, dan Refleks.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 4


5. Pemeriksaan Obstetri
Adalah pemeriksaan fungsi uteri, pemantauan kontraksi uterus,
pemantauan denyut jantung janin, menentukan presentasi (letak) dan
menentukan penurunan bagian terbawah janin.
6. Pemeriksaan Ginekologi
Adalah teknik pengumpulan data untuk mengetahui keadaan ginekologi
dengan menggunakan inspekulo.
7. Pemeriksaan dalam
Adalah pemeriksaan genetalia bagian dalam mulai dari vagina, serviks,
cavum, douglas menggunakan dua jari.
8. Persalinan
Suatu proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketubankeluar dari Rahim
ibu secara pervaginam
9. Persalinan Normal
Adalah proses pengeluaran janin lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun janin
10. Persalinan Kala I
Adalah dimulai sejak uterus berkontraksi secara teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengap (10 cm)
11. Persalinan Kala II
Adalah dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan pembukaan dan
penipisan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4 cm
12. Persalinan Kala I Aktif
Adalah apabila frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat secara
bertahap(3-4 kali dalam 10 menit berlangsung selama 40 detik), dari
pembukaan 4 cm sampai dengan 10 cm dan terjadi penurunan bagian
bawah janin
13. Persalinan Kala II
Adalah dimulai dari pembukaan serviks lengkap (10 cm) sampai dengan
lahirnya bayi.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 5


14. Persalinan Kala III
Adalah dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban
15. Persalinan Kala IV
Adalah dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
itu.
16. Partograf
Adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan kala satu dan
informasi untuk membuat keputusan klinik
17. Episiotomi
Adalah proses kelahiran dengan melakukan insisi pada perenium
18. Persalinan patologis
Adalah proses persalinan diluar persalinan normal
19. Persalinan preterm
Adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu
20. Persalian postterem
Adalah persalinan pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu atau
melebihi dua minggu dari perkiraan tanggal persalian dihitung mulai dari
hari pertama haid terakhir.
21. Ketuban Pecah Dini
Adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum inpartu
dan diakui tidak timbulnya tanda-tanda inpartu satu jam setelahnya
22. Pre Eklamsi Ringan
Adalah timbulnya hipertensi dengan tekanan darah sistoloik ≥ 140 mmhg
sampai <160 mmHg atau diastolic ≥ 90 mmHg sampai < 110 mmHg dan
proteinuria > 0,3 gram/L selama 24 jam atau kualifikasi +2 pada
kehamilan diatas 20 minggu.
23. Pre Eklampsia Berat
Adalah timbulnya hipertensi dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmhg
atau diastolic ≥ 110 mmHg dan proteinuria > 5 gram/L selama 24 jam atau
kualitatif +4 disertai oliguria, edema paru atau sianosis, sindrom hell,
tanda-tanda eklamsia pada kehamilan diatas 20 minggu

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 6


24. Eklamsia
Adalah kejang-kejang pada ibu hamil, bersalin, dan nifas dengan atau
tanpa penurunan kesadaran diman sebelummnya sudah menunjukan tanda-
tanda eklamsia dan tidak dapat dibuktikan penyebab yang lain.
25. DM Gestasional
Adalah intolenransi karbohidrat baik ringan sampai berat yang terjadi atau
yang diketahui pertamakali pada saat kehamilan berlangsung
26. Plasenta Previa
Adalah suatu keadaan dimana insersi plasenta disekmen bawah uterus
(SBR) sehingga menutupi sebagian menutupi seluruh ostium uteri
internum pada kehamilan 28 minggu atau lebih
27. Persalian Letak Sungsang
Adalah diman persalinan janin membujur dalam uterus dengan bokong/
kaki pada bagian bawah
28. Kematian Janin Dalam Rahim
Adalah kematian janin dalam uterus yang beratnya 500 gram atau lebih,
usia kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih
29. Persalinan kembar
Adalah persalinan dengan lebih satu embrio/ anak dalam satu gestasi
30. Solusio Plasenta
Adalah terlepasnya plasenta dari posisinya yang normal pada uterus
sebelum janin dilahirkan
31. Persalinan dengan Infeksi HIV
Adalah persalian dengan ibu yang mengidap infeksi sistemik oleh virus
HIV yang menyerang kekebalan tubuh
32. Persalinan Lama
Adalah suatu keadaan dimana persalinan mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga menimbulkan komplikasi baik pada ibu
maupun anaknya
33. Perdarahan Pasca Persalinan (PPP)
Adalah perdarahan yang terjadi setelah partus kala II > 500 cc pada
persalinan pervaginan dan > 1000 cc pada seksio sesaria

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 7


34. Distosia Bahu
Adalah ketidak mampuan untuk melahirkan bahu secara spontan.
35. Persalinan dengan distensi uterus
Adalah suatu keadaan persalinan dimana terjadi penggelembungan atau
pembesaran uterus melebihi usia kehamilan.
36. Persalinan Prolapsus Uteri
Adalah turunya atau menonjolnya uterus kedalam ke lubng vagina bahkan
dapat keluar dari lubang vagina.
37. Vakum Ekstaksi
Persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga
negative (vakum) pada kepalanya.
38. Manual Plasenta
Adalah tindakan operatip untuk melahirkan plasenta dengan
mengguanakan tangan yang dimasukan kedalam uterus.
39. Atonia uteri
Adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak berkontaksi setelah kala
III persalinan.
40. Dilatasi dan kureasie
Adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding
kavum uteri dengan melakukan invasi (dilatasi) dan memanipulasi
instrument (sendok kuret) ke dalam vakum uteri.
41. Kuretase Mola
Adalah proses pelepasan jaringan neoplasma jinak sel tofoblas, dimana vili
menggelembung seperti buah anggur.
42. Kuretase perdarahan Pasca Persalinan
Adalah proses pelepasan jaringan sebagai terapi dari perdrahan post
partum
43. Insisi Bartolin
Adalah tindakan membuat luka irisan pada kelenjar bartolin
44. Pemasangan IUD
Adalah salah satu metode keluarga berencana dengan cara memasukkan
alat kontrasepsi di dalam rahim

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 8


45. Kehamilan ektopik terganggu
Adalah kehamilan dimana ovum yang dibuahi berimplemantasi dan
tumbuh ditempat yang tidak normal
46. Masa Observasi
Adalah masa pemantauan keluhan dan vital sign pasien sebelum
dipindahkan ke ruang rawat inap.

E. Landasan Hukum
1. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomer 56 Tahun 2014
tentang klasifikasi dan Perijinan Rumah Saki.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer
604/Menkes/SK/ VII/2008 tentang pedoman pelayanan Maternal,
perinatal Pada Rumah sakit Umum Klas A, B, C dan Kelas D.
3. Kepuasan Menteri Kesehatan republic Indonesia Nomer
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Kpmperensif (PONEK) 24 jam di Rumah
sakit.
4. Keputusan Mentri Kesehatan Republic Indonesia Nomer
129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar minimalpelayanan Rumah Sakit.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 9


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi sumber daya manusia menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 56 tahun 2014 adalah :
1. Pada setiap Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada 2 (dua) dokter
spesialis.
2. Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan atau kebidanan dihitung dengan
perbandingan 2 (dua) perawat atau bidan untuk 3 (tiga) tempat tidur.
3. Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan dan kebidanan
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit.
Pola ketenagaan dan kualifikasi tenaga di unit Kamar Bersalin RS BaliMed
adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1
Ketenagaan dan Kualifikasi Tenaga di Ruang Bersalin RS Pratama
Tangguwisia
Kualifikasi
No Nama Jabatan Keterangan
Formal
1. Ka Unit Kamar D III Kebidanan Bersertifikat :
Bersalin - Memiliki Sertifikat
Pelatihan Asuhan
Persalinan Normal.
- Memiliki Sertifikat Baby,
Kids, Mom Spa
2 Penanggung Jawab D III Kebidanan - Memiliki Sertifikat
Inventaris Ruang Pelatihan
Bersalin - Memiliki Sertifikat MU
(Midwifery Update)

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 10


3 Penanggung Jawab D III Kebidanan - Memiliki Sertifikat MU
Sip (Midwifery Update)

4 Pelaksana D III Kebidanan - Memiliki Sertifikat MU


(Midwifery Update)

B. Distribusi Ketenagaan
Dalam pelayanan kebidanan dan penyakit kandungan perlu menyediakan
sumber daya manusia yang kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan
sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan
yang optimal, efektif, dan efisien. Atas dasar tersebut di atas, maka perlu
kiranya menyediakan, mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber
yang ada. Untuk menunjang pelayanan diunit kamar bersalin, maka
dibutuhkan tenaga kesehatan yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan
pengetahuan yang sesuai. Pola pengaturan ketenagaan dikamar bersalin yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi :
Petugas yang ada berjumlah 5 ( lima ) orang dengan kategori :
a. 1 (satu) orang Kepala Unit
b. 1 (satu) orang Penanggung Jawab Inventaris
c. 1 (satu) orng Penanggung Jawab Shiff
d. 2 (dua) orang Pelaksana
2. Untuk Dinas Sore :
Petugas yang ada berjumlah 3 (tiga) orang dengan kategori :
a. 1 (satu) orang Penanggung Jawab Shiff
b. 2 (dua) orang Pelaksana
3. Untuk Dinas Malam :
Petugas yang ada berjumlah 3 (tiga) orang dengan kategori :
a. 1 (satu) orang Penanggung Jawab Shiff
b. 2 (dua) orang Pelaksana

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 11


C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan jadwal dinas pelaksana Kamar Bersalin dibuat dan
dipertanggung jawabkan oleh Kepala Unit Kamar Bersalin dan disetujui
oleh Kepala Divisi Keperawatan.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
pelaksana Kamar Bersalin setiap satu bulan.
3. Setiap tugas jaga harus ada seorang kepala tim dan dua orang pelaksana
dengan syarat pendidikan minimal DIII Kebidanan.
4. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur, cuti.
5. Apabila ada pelaksana kamar bersalin karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka
pelaksana yang bersangkutan harus memberitahu Ka Unit Ruang Bersalin
minimal 1 hari sebelumnya. Namun sebelum memberitahu Ka Unit
pelaksana harus sudah mencari pengganti. Apabila pelaksana tidak
mendapatkan pengganti maka Ka Unit akan mencari tenaga pengganti dari
pelaksana yang hari itu libur.
6. Apabila pelaksana tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan, maka Ka Unit akan mencari tenaga pengganti dari pelaksana
yang hari itu libur.
7. Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi
petugas untuk melaksanakan tugas pelayanan di unit Kamar Bersalin
sehingga semua kegiatan pelayanan dapat terkoordinasi dengan baik.
Pengaturan dinas dibuat 3 shift dalam 24 jam yaitu :
a. Dinas Pagi : 07.30-14.00
b. Dinas Siang : 13.30-20.00
c. Dinas Malam : 19.30-08.00
d. Jadwal On Call : sewaktu-waktu bila diperlukan.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 12


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

3.1 Denah Ruangan Kamar Bersalin Rumah Sakit Pratama Tangguwisia.

OK L VK R.TINDAKAN
O
R.OBSERVASI
R
O
N
G U
RUANG ALAT

TOILET

UGD

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 13


B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan Sarana
Kamar Bersalin RS Pratama Tangguwisia yang terdiri dari 3 bagian yaitu
ruang observasi, ruang tindakan, tempat resusitasi neonatus.
a. Ruang Observasi terdiri dari 2 (dua) bed yang dipisahkan dengan
sampiran dimana ada NST, O2, standar infus, rak pasien.
b. Ruang Tindakan terdiri dari 1 (satu) bed gyn, dan 2 (dua) troli
tindakan. Ruang ini juga dilengkapi dengan O2, 1 (satu) USG portable,
1 (satu) lampu tindakan, dan 1 (satu) troli emergency
c. Pada pojok resusitasi neonatus terdapat 1 (satu) set infant warmaer dan
alat resusitasi.

Tabel 3.1
Inventaris Peralatan Medis Dikamar Bersalin RS Pratama Tangguwisia

NAMA BARANG KEADAAN JMLH KEPEMILIKAN

MEDIS ADA TDK


Tempat Tidur Pasien √ 2 Aset RS
Tempat Tidur Gynekology √ 1 Aset RS
Alat USG (portable) √ 1 Aset RS
Lampu Tindakan √ 2 Aset RS
Stetoskop Dewasa √ 1 Aset RS
Stetoskop Neonatus √ 1 Aset RS
Autoclave √ 1 Aset RS
Tiang Infus √ 2 Aset RS
Suction Farm √ 2 Aset RS
Infarm Warmer √ 1 Aset RS
Incubator √ 2 Aset RS
Troly Tindakan √ 2 Aset RS

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 14


Monitor √ 1 Aset RS
Alat EKG √ 1 Aset RS
NST √ 1 Aset RS
Timbangan Bayi √ 1 Aset RS
Manual Resusitasion/Beging
Anak √ 1 Aset RS
Partus Set √ 2 Aset RS
Saturasi √ 1 Aset RS
Head Lamp √ 1 Aset RS
Troli Emergency √ 1 Aset RS
Gynekologi Set √ 1 Aset RS
Spatel √ 2 Aset RS
Tabung O2 √ 2 Aset RS
Funduskup √ 1 Aset RS
HOSPITAL FURNITURE
Meja √ 2 Aset RS
Kursi √ 5 Aset RS
Lemari √ 1 Aset RS
Troli Alat √ 2 Aset RS
Rak Cabinet √ 1 Aset RS
Telp √ 1 Aset RS
Cool Box √ 1 Aset RS

2. Jenis Pelayanan Kamar Bersalin


Pelayanan Kamar Bersalin di Rumah Sakit Pratama Tangguwisia pada saat
ini hanya melayani persalinan fisiologis karena selain dr Sp.OG yang
belum mampu stanby di Rumah Sakit, juga alat – alat partus yang
digunakan dalam persalinan patologis ( kuretase set, dan vakum ) belum
tersedia.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 15


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Persiapan Lingkungan Kamar Bersalin


1. Pelaksana Penanggung Jawab
a. Kepala unit Kamar Bersalin
b. Penanggung Jawab Inventaris Kamar Bersalin
c. Penanggung Jawab Siff
d. Pelaksana yang dinas pada hari tersebut
2. Perangkat Kerja
a. Buku register Kamar Bersalin
b. Formulir status pasien Kamar Bersalin
3. Tata Laksana Pendaftaran Pasien
Sesuai dengan SPO Pendaftaran Pasien Kamar Bersalin

B. Data laksana Penanganan dan Pelayanan Pasien


1. Pelaksana Penanggung Jawab
a. Kepala unit Kamar Bersalin
b. Penanggung Jawab Inventaris Kamar Bersalin
c. Penanggung Jawab Siff
d. Pelaksana yang dinas pada hari tersebut
2. Perangkat Kerja
Sesuai dengan kebutuhan masing-masing pelayanan
3. Tata Laksana Penanganan dan Pelayanan Pasien
Sesuai dengan SPO Penanganan dan Pelayanan Pasien Kamar Bersalin

C. Persiapan Kamar Bersalin


1. Pembersihan Harian
a. Setiap hari seluruh permukaan lantai kamar bersalin dibersihkan dan di
desinfeksi
b. Setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti penyediaan air
bersih, kelistrikan, pencahayaan, ventilasi, dsb

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 16


c. Pelaksana adalah tim pemeliharaan dan penanggung jawab adalah
Kepala Unit Kamar Bersalin
2. Pembersihan Mingguan
a. Seluruh permukaan dinding kamar bersalin dibersihkan
b. Lantai dibersihkan dan didesinfeksi
c. Seluruh permukaan lain seperti permukaan lampu, trolley, lemari,
kabel – kabel, selang – selang, tabungan O2, meja, kursi, AC dll
dibersihkan dan didesinfeksi.
d. Kamar mandi dibersihkan
e. Semua peralatan sterilisasi dibersihkan
f. Dilakukan rutin dan teratur seminggu sekali
g. Pelaksana adalah tim pemeliharaan dan penanggung jawab adalah
Kepala Unit Kamar Bersalin
3. Pembersihan Bulanan
a. Dilakukan pemeriksaan dan penilaian kondisi dan fungsi serta
inventarisasi dan kondisi sarana fisik bangunan, prasarana dan
peralatan serta obat-obatan di kamar bersalin
b. Semua hasil pemeriksaan dilaporkan dirapat bulanan
4. Pembersihan Pra dan Pasca Persalinan
a. Bila pasien masuk kamar bersalin setelah dilakukan pembersihan rutin
maka ruangan bersalin tidak perlu dibersihkan lagi
b. Bila pasien masuk kamar bersalin sebelum dilakukan pembersihan
rutin, maka segera dilakukan pembersihan ruangan bersalin dan
sekitarnya
c. Pasca persalinan semua pemukaan yang terkontaminasi di bersihkan
dan didesinfeksi.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 17


D. Persiapan Pasien Bersalin
1. Persiapan Fisik
Pasien harus dalam kondisi aman dan sehat untuk melakukan persalinan
yang ditandai dengan :
a. Dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan hasil
pemeriksaan fisik oleh bidan atau dokter Sp.OG menunjukkan kondisi
dalam batas toleransi
b. Dokter Sp.OG menyatakan pasien dalam melaksanakan persalinan
normal
c. Bila diperlukan dapat dilakukan pemasangan suportif seperti O2 atau
IV line.
d. Pasien dalam keadaan bersih, bila perlu sudah mandi, dan
menggunakan pakaian dari Rumah Sakit yang bersih
2. Persiapan Mental
a. Pasien harus memahami teknik yang benar dari persalinan dan
memahami tentang segala kemungkinan yang harus dihadapi dalam
persalinan ini. Lakukan informed consent sesuai prosedur.
b. Pasien ditenangkan dan diberikan penyuluhan yang baik agar tegar.
Pasien diminta untuk berdoa menurut keyakinannya masing-masing.
c. Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan mendukung secara
moril.
d. Perlakukan sesuai peraturan tata krama Rumah Sakit.
3. Persiapan Jalan Lahir
Tidak ada persiapan khusus jalan lahir untuk persalinan normal

E. Persiapan Petugas Kamar Bersalin


1. Pelaksana Observasi / Penolong Persalinan
Pelaksana observasi / penolong persalinan adalah petugas yang memeriksa
pasien, memeriksa kehamilan, mengobservasi kemajuan persalinan,
menolong persalinan, melakukan asuhan Bayi Baru Lahir dan mengelola
Kala IV.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 18


a. Syarat :
1) Bidan/ Dokter Ruangan/ Dokter Sp. OG terlatih
2) Memahami Asuhan Persalinan Normal
3) Memahami tindakan aseptic dan antiseptic
4) Mampu melaksanakan Resusitasi Bayi Baru Lahir
5) Mampu melakukan Episiotomi dan penjahitan
6) Mengenal tanda-tanda persalinan
7) Mampu menangani kegawatdaruratan
b. Tugas :
1) Melakukan anamesis
2) Melakukan pemeriksaaan fisik
3) Melakukan diagnosis
4) Melakukan konsultasi
5) Melakukan observasi
6) Melenngkapi formulir SOAP dan Patograf
7) Menolong persalinan Kala II
8) Melakukan asuhan Bayi Baru Lahir
9) Melakukan Resusitasi Bayi Baru Lahir
10) Melakukan Inisiasi Menyusui Dini
11) Mengelola Perdarahan dan perlukaan pasca persalinan
12) Memantau kala IV
13) Membuat laporan
2. Asisten Penolong
Asisten Penolong adalah petugas yang memantau penolong melaksanakan
tugasnya
a. Syarat :
1) Paramedic/ Bidan yang terlatih
2) Memahami proses Asuhan Persalinan Normal
3) Memaham tindakan aseptic dan antiseptic
4) Mampu membantu melakukan resusitasi Bayi Baru Lahir
5) Mampu membantu tindakan Episiotomy dan Penjahitan
6) Mengenal tanda-tanda bahaya persalinan

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 19


7) Mampu membantu tindakan Episiotomy dan penjahitan
8) Mengenal tanda-tanda bahaya persalinan
9) Mampu membantu penanganan kegawatdaruratan persalinan
10) Mengenal betul ruangan kamar bersalin dan letak alat tau obat
b. Tugas :
1) Membantu anamnesis
2) Membantu pemeriksaan fisik
3) Membantu melakukan obsevasi
4) Melengkapi formulir SOAP dan Partograf
5) Sebagai asisten persalinan kala II
6) Membantu asuhan Bayi Baru Lahir
7) Membantu resusitasi Bayi Baru Lahir
8) Membantu inisiasi menyusui dini
9) Membantu menolong perdarahan dan perlukaan pasca persalinan
10) Membantu memantau kala IV
11) Melakukan pembersihan ruangan, desinfeksi, pengelolaan sampah
medis dsb.

F. Tata Laksana Pengolahan Limbah


1. Pelaksana Penanggung Jawab
Sesuai dengan penanganan limbah rumah sakit
2. Perangkat Kerja
Sesuai dengan penanganan limbah rumah sakit
3. Tata laksana pengolahan Limbah
Sesuai dengan SPO penanganan limbah rumah sakit

G. Tata Laksana Sistem Rujukan


1. Pelakasa Penanggung Jawab
a. Penanggung jawab teknis Kamar Bersalin
b. Kepala unit kamar Bersalin
c. Koordinator pelayanan dan teknis
d. Pelaksana yang dinas pada hari tersebut

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 20


2. Perangkat Kerja
a. Transportasi
b. Telepon
c. Formulir Rujukan
3. Tata laksana pemeriksaan kamar bersalin
Sesuai dengan SPO rujukan kamar bersalin

H. Tata Laksana Pelaporan Pelayanan dan Arsip


1. Pelaksana Penangggung jawal
a. Penanggung jawab teknis Kamar Bersalin
b. Kepala unit Kamar Bersalin
c. Koordinator pelayanan dan teknis
d. Pelaksana yang dinas pada hari tersebut
2. Perangkat kerja
a. Komputer
b. Buku laporan
c. Alat tulis
3. Tatalaksana pelaporan kamar bersalin
Sesuai dengan SPO pelaporan dan pengarsipan Kamar Bersalin

I. Tata laksana pemeliharaan dan Kalibrasi alat


1. Pelaksana penanggung jawab
a. Kepala unit Kamar Bersalin
b. Bagian pemeliharaan alat di RS Pratama Tangguwisia
c. Penyedia/ Vendor masing-masing alat
2. Perangkat Kerja
a. Daftar alat
b. Jadwal pemeliharaan dan kalibrasi
3. Tata laksana pemeliharaan dan kalibrasi Alat Kamar Bersalin
Masing-masing alat kamar bersalin memiliki catatan waktu kalibrasi dan
maintenance. Apabila sudah mendekati batas waktu kalibrasi alat, maka
bagian kamar bersalin ( Kepala Unit Kamar Bersalin ) wajib menghubungi

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 21


pihak-pihak yang melakukan kalibrasi dan maintenance. Semua alat-alat
dengan status KSO, maintenance dan kalibrasi dilakukan oleh bagian
pemeliharaan alat Rumah Sakit.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 22


BAB V
LOGISTIK

Saat ini semua pengadaan bahan – bahan habis pakai di Kamar Bersalin dilakukan
melalui Unit Farmasi dan gudang logistik RS Pratama Tangguwisia. Di Kamar
Bersalin sendiri melakukan pencatatan stok bahan yang tersedia dan disimpan
pada tempat penyimpanan.
Bahan non medis habis pakai seperti kapas, kassa, cairan antiseptik, alkohol
disimpan di tempat penyimpanan yang kering dan tidak lembab. Sedangkan bahan
medis habis pakai seperti selang O2, obat – obatan emergensi, google, suction,
kateter, urine bag disimpan pada suhu kamar pada rak penyimpanan khusus yang
ada di Kamar Bersalin.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 23


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh

B. TUJUAN
Tujuan dari keselamatan pasien adalah :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akun tabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda – metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 24


D. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD/ADVERSE EVENT)
1. Kejadian Tidak Diharapkan adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan,
yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan
karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan
oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah.
2. Kejadain Tidak Diharapkan yang tidak dapat dicegah adalah suatu
kejadian yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat di cegah dengan
pengetahuan mutakhir.

E. KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC / NEAR MISS)


Kejadian Nyaris Cedera adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak
terjadi :
1. Karena “keberuntungan”
2. Karena “pencegahan”
3. Karena “peringanan”
4. Kesalahan Medis (Medical Errors)
Kesalahan Medis adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan
medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien.
5. Kejadian Sentinel ( Sentinel Event)
Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius, biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak
diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi pada bagian tubuh
yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera
yang terjadi (seperti amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian
fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius
pada kebijakan dan posedur yang berlaku.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 25


Tata Laksana
1. Kesalahan pemasangan gelang bayi.
a. Apa yang dilakukan.
b. Bagaimana mencegah.
2. Kesalahan injeksi obat
a. Langkah – langkah apa yang harus dilakukan.
3. Tertukarnya plasenta bayi
4. Pemberian MGSO4
5. Perdarahan post partum
a. Tidurkan pasien dengan posisi yang nyaman
b. Melakukan pemeriksaan vital sign (tensi, nadi, respiratory)
c. Merangsang kesadaran pasien misalnya dengan menghirup bau
alcohol
d. Apabila pasien tidak sadar lebih dari 15 menit segera rujuk ke
UGD

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 26


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENDAHULUAN
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap
hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15
th – 49 th terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25 % terjadi di Negara-
negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi akibat
masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran,
sementara potensi penularan di masyarakat cukup tinggi ( misalnya melalui
perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit: tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan
bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada
pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua pengakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan infeksi
dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum” atau “ Universal Precaution” yaitu
dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi
“Pelaksana Kesehatan “.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 27


wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.

B. TUJUAN
1. Pelakasana kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dpat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Pelaksana kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindari paparan tersebut, setiap pelaksana harus
menerapkan prinsip “ Universal Precaution”.

C. TINDAKAN YANG BERISIKO TERPAJAN


1. Cuci tangan yang kurang benar
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
5. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
6. Praktik kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. PRINSIP KESELAMTAN KERJA


Prinsip utama prosedur “Universal Precaution” dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut diajabarkan menjadi 5 (lima)
kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengeloalaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 28


E. PENGGUNAAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI) LENGKAP
Kebijakan :
1. Penggunaan Sarung Tangan :
a. Pakai sarung tangan bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi, dan bahan terkontaminasi, mucus membrane dan
kulit yang juga utuh, kulit utuh yang potensial terkontaminasi.
b. Pakai sarung tangan sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan.
c. Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat pasien langsung.
d. Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai ulang untuk membersihkan
lingkungan.
e. Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh
benda dan permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke
pasien lain.
f. Jangan memakai sarung tangan satu pasang untuk pasien yang
berbeda.
g. Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh
terkontaminasi ke area bersih.
2. Penggunaan Pelindung Wajah (Masker, Goggle, Visor)
a. Pakai pelindung wajah untuk melindungi konjungtiva, mucus
membrane mata, hidung, mulut selama melaksanakan prosedur dan
aktivitas perawatan pasien yang beresiko terjadi cipratan/ semprotan
dari darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi.
b. Pilih masker sesuai tindakan yang akan dikerjakan, masker
bedah/medic dapat dipakai untuk mencegah transmisi melalui droplet
saat kontak erat (< 3 m) dari pasien saat batuk/ bersin/ cipratan air
ketuban.
c. Pakai masker selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun
ada pasien tidak diduga infeksi.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 29


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu pelayanan Kamar Bersalin Rumah Sakit Pratama Tangguwisia


adalah Kejadian Angka Kematian Ibu (AKI) oleh karena sepsis, perdarahan dan
eklamsi. Pelaporan jumlah AKI oleh karena sepsis, perdarahan dan eklamsi
dilakukan setiap bulan.
Kegiatan pelayanan di Kamar Bersalin secara garis besar terdiri dari proses
penerimaan, tindakan dan pasca tindakan. Usaha mempertahankan mutu dalam
penerimaan dilakukan dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan obstetriK, pemeriksaan ginekologi dan pemeriksaan dalam yang baik
dan seluruhnya dilakukan oleh tenaga kamar bersalin yang sudah terlatih. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan informasi riwayat obstetrik, ginekologi dan
kesehatan pasien dengan akurat dan mengetahui status keadaan pasien saat datang
ke Kamar Bersalin yang akan digunakan sebagai dasar pemberian pelayanan
selanjutnya. Usaha mempertahankan mutu dalam lingkup pemberian tindakan
pelayanan dan pasca tindakan dilakukan dengan cara memberikan pelayanan
sesuai dengan SPO yang sudah ditetapkan sebelumnya dan dilakukan oleh petugas
di Kamar Bersalin yang sudah terlatih.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 30


BAB IX
PENUTUP

Dibutuhkan dukungan dari semua pihak terutama pimpinan Rumah Sakit agar
mutu pelayanan kamar bersalin dapat senantiasa ditingkatkan dan dipertahankan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pedoman ini sudah mempertimbangkan keberadaan sumber daya manusia
yang tersedia dan ketersediaan fasilitas di Rumah Sakit. Demikian pedoman
pelayanan Kamar Bersalin Rumah Sakit Pratama Tannguwisia ini disusun agar
dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pemberian pelayanan di Kamar Bersalin.

Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin RS Pratama Tangguwisia Page 31

Anda mungkin juga menyukai