Anda di halaman 1dari 42

PEDOMAN PELAYANAN OBSTETRIK DAN

NEONATAL EMERGENSI KOMPERHENSIF


(PONEK)
PRIMAYA HOSPITAL

TAHUN 2020
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal
(AKN) di Indonesia masih tertinggi diantara negara ASEAN dan penurunannya sangat lambat.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa - Bangsa pada tahun 2000 disepakati
bahwa terdapat 8 Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals) pada
tahun 2015. Dua diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait
dengan kesehatan ibu, bayi dan anak. Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi,
namun tetap dapat dicapai apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi
penyebab utama kematian tersebut yang didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam
mengatasi berbagai kendala yang timbul selama ini. Kematian bayi baru lahir umumnya dapat
dihindari penyebabnya seperti Berat Badan Lahir Rendah, asfiksia dan infeksi. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan
mengobati. Sedangkan kematian ibu umumnya disebabkan perdarahan, infeksi, pre-eklampsia
/ eklampsia, persalinan macet dan abortus. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan
erat dengan mutu penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi harus
dilakukan dalam sistem terpadu di tingkat nasional dan regional.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi
ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar
(PONED) di tingkat Puskesmas. Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem
rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan
dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK
adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana,sarana dan
manajemen yang handal.
Primaya Hostpital telah mempunyai Pelayanan Obstetric dan Neonatal Emergensi
Komperhensif (PONEK), tim PONEK Primaya Hospital dibentuk pada tanggal 14 Januari
2014. Data tahun 2014 angka persalinan Sectio Cesarian sebanyak 473 kasus dan persalinan
normal sebanyak 200 kasus. Berdasarkan data tersebut persalinan Sectio Cesarian lebih tinggi
dibandingkan dengan persalinan normal dapat terlihat banyaknya kehamilan risiko tinggi yang
dikirimkan atau dirujuk ke Primaya Hospital oleh praktek bidan disekitar lingkungan rumah
sakit, maka dari itu perlu dibuat Pelayanan Obstetric dan Neonatal Emergensi Komperhensif
(PONEK) tahun 2015.

B. TUJUAN

1. Adanya kebijakan dan dukungan penuh manajemen Primaya Hospital dalam pelayanan
PONEK.
2. Terbentuknya tim PONEK RS yang dilantik oleh pimpinan Primaya Hospital.
3. Tercapainya kemampuan teknis tim PONEK Primaya Hospital sesuai Standar
Kinerja Manajemen dan Standar Kinerja Klinis.
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup pelayanan PONEK di RS dimulai dari garis depan/UGD/Unit Rawat Jalan
dilanjutkan ke kamar operasi/ruang tindakan sampai ke ruang perawatan dan bila situasi juga
memungkinkan sampai pada unit-unit khusus (IMC-ICU-PICU/NICU). Secara singkat dapat
di deskripsikan sebagai berikut:
1. Unit Gawat Darurat dan persiapan untuk pengobatan definitive.
Kasus Kegawatdaruratan maternal-neonatal yang dibawa ke UGD, penatalaksanaannya
dengan standar respon time 5-10 menit. Setelah dilakukan stabilisasi kondisi pasien,
pasien dapat langsung dibawa ke unit layanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Unit rawat Jalan
a. Poli kebidanan
Tempat pelaksanaan pelayanaan peningkatan kesehatan ibu dan bayi, pelayanan ini
dilaksanakan mulai dari pada ANC sampai dengan Post -Natal, terlibat dari usaha
pencegahan terjadinya situasi kedaruratan sampai dengan pada penatalaksanaannya,
termasuk didalamnya melakukan :
a) Konseling Ibu Hamil
b) USG Kebidanan
c) Pemberian imunisasi Ibu Hamil (TT)
d) Konseling pemberian ASI / konselor laktasi
e) Layanan Pengobatan dan Pemeriksaan Kebidanan
f) Pelayanan KB
b. Poli Anak
Tempat pelaksanaan layanan kesehatan bagi Ibu dan Bayi. Termasuk didalamnya
pemberian layanan:
a) Konseling ibu menyusui
b) Layanan imunisasi
c) Layanan pengobatan dan pemeriksaan bayi dan anak
3. Unit Perawatan
Tempat pelayanan /penatalaksanaan pelayanan PONEK 24 jam untuk melakukan
pelayanan pasien post partum dan pasien dengan masalah maternal lainnya. Harus
mendukung terlaksananya ASI Eksklusif selama dalam masa perawatannya, termasuk
didalamnya:
a) Edukasi bagi ibu paska persalinan
b) Edukasi menyusui yang benar dan perawatan payudara
c) Pemberian ASI eksklusif
d) Rawat gabung.
4. Ruang observasi bayi
Tempat layanan perawatan bayi baru lahir yang dalam kondisi sehat dengan
mempersiapkan ASI Eksklusif yang menunjang adanya pelaksanaan peingkatan kualitas
kesehatan ibu dan bayi, pelayanan edukasi seputar kebutuhan dan penatalaksanaan
perawatan bayi baru lahir dan pemberian ASI Eksklusif, dan imunisasi pertama bayi baru
lahir.
5. Unit Kamar Bersalin
Unit penatalaksanaan perawatan dan tindakan kegawatdaruratan, obstetric dan
gynekologi, termasuk didalamnya :
a) Persalinan normal sesuai dengan prosedur, bila kondisi tidak memungkinkan
dilaksanakan persalinan normal akan segera dirujuk kekamar operasi.
b) Penatalaksanaan kegawatdaruratan kehamilan risiko tinggi guna mengurangi angka
kematian Ibu dan Bayi.
c) Penatalaksanaan IMD segera setelah persalinan untuk memulai proses pemberian
ASI Eksklusif. Minimal 1 jam pertama bayi baru lahir bila kondisi ibu dan bayi
memungkinkan.
d) Penatalaksanaan gynekologi
e) Mengadakan kegiatan senam ibu hamil
6. Unit Kamar Bedah
Siap 24 jam dalam layanan penatalaksanaan persalinan sesar dengan respon time 30 – 60
menit dan tindakan kuretase termasuk tindakan operasi Gynekologi.
7. Unit Khusus (ICU/IMC/PICU/NICU)
Unit layanan penatalaksanaan kegawatdaruratan maternal neonatal serta pelayanan
asuhan antenatal dan postnatal risiko tinggi dengan dukungan alat-alat medis menunjang
ventilasi dan lainnya.
8. Ruang Menyusui
Ruangan privasi bagi ibu dalam menyusui bayinya agar dapat menyusui dalam keadaan
nyaman dan aman sehingga tercapai tujuan pemberian ASI Eksklusif.
9. Unit Laboratorium
Terdapat Bank Darah dengan respon time 1 jam dalam keadaan kedaruratan maternal
neonatal.
D. BATASAN OPERASIONAL

1. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komperhensif di Primaya Hospital


a. Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
f) Pelayanan Kehamilan
g) Pelayanan Persalinan normal dan pesalinan dengan tindakan operatif
h) Pelayanan Nifas
b. Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologi
i) Asuhan Bayi Baru Lahir
j) Pelayanan imunisasi dan stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang.
c. Pelayanan Kesehatan Maternal Risiko Tinggi
d. Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan Risiko Tinggi
Asuhan bayi baru lahir, Asuhan Neonatal dengan ketergantungan
Tinggi, Pelayanan Obsetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif, Perawatan Neonatal Intensif (NICU/PICU)
e. Pelayanan Ginekologi
k) Kehamilan Ektopik
l) Pendarahan uterus disfungsi
m)Pendarahan menoragia
n) Kista ovarium akut
o) Radang Pelvik akut
p) Abses pelvik
q) Infeksi saluran Genitalia
r) HIV-AIDS
3. Pelayanan Penunjang Medik
a. Pelayanan Laboratorium
- Merencanakan kebutuhan darah di RS
- Menerima darah dari UTD (PMI Kota) untuk stok darah di Rumah sakit yang
telah memenuhi syarat uji saring (non reaktif) dan telah dikonfirmasi golongan
darah
- Menyimpan darah dan memantau suhu simpan darah
- Memantau persediaan darah harian/mingguan
- Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus pada darah donor
dan darah resipien
- Melakukan uji silang serasi antara darah donor dan darah resipen
- Melakukan rujukan kesulitan uji silang serasi dan golongan darah ABO /
Rhesus ke Unit Transfusi Darah / UTD (PMI kota)
- Melakukan tes lab, infeksi VDRL, hepatitis, HIV (Screening)
b. Pelayanan IMC dan ICU
- Pemantauan terapi cairan
- Pengawasan gawat nafas/ventilator
- Perawatan sepsis
- Monitoring Hemodinamik secara kontinu
c. Pelayanan Radiologi
- Radiologi, termasuk rontgen portable
- USG Ibu dan Neonatal
- CT-Scan
- MRI

E. LANDASAN HUKUM

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1051/MENKES/SK/XI/2008


tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komperhensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
2. Undang-undang RI No.29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaga Negara
RI tahun 2004 No.116, Tambahan Lembaga Negara RI No.4431)
3. Undang-undang RI No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
RI tahun 2004 No.125, Tambahan Lembaran Negara 4437)
4. Undang-undang RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaran Negara RI tahun
2009 No.144, Tambahan Lembaran Negara RI No.5072)
5. Undang-undang RI No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara RI
tahun 2009 No.53, Tambahan Lembaran Negara RI No.5072)
6. Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 1333/Menkes/Per/XI/2006 tentang Standar
Pelayanan Rumah sakit
7. Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal RS.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
1. Dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi baik secara
umum maupun emergensi obstetrik-neonatal
2. Dokter, bidan dan perawat terlatih melakukan resusitasi neonatus dan kegawat-
daruratan obstetric dan neonatus.
3. Perawat /bidan yang terlatih dalam melaksanakan program edukasi dan informasi
yang berhubungan dengan penatalaksanaan Kedaruratan Neonatal Obstetri.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
a. Dokter Spesialis
- Dokter spesialis Anak yang telah mengikuti pelatihan khusus neonatalogi.
- Dokter Spesialis Obstetrik dan Ginekologi.
- Dokter Spesialis Anestesi.
b. Dokter Umum
c. Dokter jaga UGD, dokter jaga NICU / PICU, dokter jaga kebidanan, dokter jaga
ICU dan IMC terlatih mengatasi kasus emergensi baik secara umum maupun
emergensi obstetrik-neonatal
d. Bidan atau perawat yang terlatih melakukan dalam kegawatdaruratan obstetrik
dan neonatus, terdapat disetiap unit sebagai berikut :
- UGD
- Kamar Bersalin
- Kamar Perawatan
- Ruang Observasi Bayi
- UKB
- NICU/PICU
- IMC/ICU

C. PENGATURAN JAGA
1. Dokter Spesialis diluar jam praktek poli rawat jalan dibuatkan jadwal jaga OnCall.
- Dokter spesialis Anak yang telah mengikuti pelatihan khusus neonatalogi, harus
tersedia/ dapat dihubungi 24 jam
- Dokter Spesialis Obstetrik dan Ginekologi, harus tersedia/dapat dihubungi 24 jam
- Dokter Spesialis Anestesi, harus tersedia/ dapat dihubungi 24 jam
2. Dokter Umum
Jadwal jaga dokter umum yang terlatih mengatasi kasus emergensi baik secara
umum maupun emergensi obstetrik-neonatal 12 jam perhari (2 shift).
3. Bidan
Jadwal jaga bidan atau perawat yang terlatih melakukan resusitasi neonatus dan
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus selama 8 jam perhari (3 shift).
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG PONEK

Denah Lantai 1,2,3


B. STANDAR FASILITAS DAN PERALATAN

1. UGD
a) Terdapat tempat Resusitasi dan Stabilisas yang dilengkapi dengan meja
resusitasi bayi, incubator dan peralatan resusitasi lengkap.
b) Sarana pendukung, meliputi: toilet, ruang tunggu, kamar persiapan peralatan
(linen dan instrument), farmasi
2. Unit Kamar Bersalin
a) Terdapat 2 kamar tindakan untuk bersalin
b) Kamar bersalin terletak berdampingan dengan ruang observasi bayi, untuk
memudahkan transpor bayi dengan komplikasi ke ruang gawat
c) Ruang bersalin merupakan ruang observasi dari kala 1, kala 2 dan kala 3 sampai
kala 4 dengan terjaga privasinya.
d) Kamar tindakan dekat dengan ruang jaga bidan (nurse station) sehingga
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke ruang
rawat (postpartum).
e) Terdapat alat ekstraktor vakum dan forcep neagle dan peralatan untuk yang
berfungsi dengan baik
f) Terdapat alat untuk tindakan kebidanan yang disusun secara FIFO First In First
Out)
g) Terdapat kamar mandi / toilet di dalam kamar bersalin
h) Jumlah tempat tidur di kamar bersalin ada 4 untuk observasi 2 tempat tidur
untuk tindakan.
i) Tersedia fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan
j) Tersedia ruang obat yang disusun secara FIFO dilengkapi dengan pemantauan
suhu yang sesuai standar.
k) Ruang bidan (nurse station) terdapat meja, telepon,komputer, lemari berisi
perlengkapan dokumentasi kebidanan.
l) Ruang tindakan operasi kecil/ darurat/ one day care: untuk kuret, penjahitan dan
sebagainya berisi; meja operasi lengkap, lampu sorot, USG mobile, troli
emergensi, lemari peralatan , wastafel cuci tangan operator dan monitor.
m) Keluarga pasien diperbolehkan menunggu di dalam kamar pasien dan ruang
tunggu pasien terletak di luar ruang perawatan.

3. Ruang Neonatal
a) Unit Kamar Bayi Sehat
 Terdapat ruang observasi bayi yang terpisah dengan unit perawatan ibu dan
sistem yang dilakukan rawat gabung.
 Jumlah box bayi 18 box
 Suhu dalam ruangan terkontrol (24-26°C)
b) NICU/PICU
 Terdapat ruangan isolasi untuk NICU yang terpisah dengan ruangan
observasi.
 Terdapat 4 incubator, 1 infant warmer.
 Peralatan resusitasi neonatus (pemanas, balon resusitasi, balon resusitasi
yangdilengkapi dengan alat untuk memberikan PEEP, selang oksigen/
connector, masker, T-Piece resusitasi, pipa ET, penghisap, neo puff.
 Laringoskop neonatus.
 Terdapat 4 inkubator termasuk incubator asuhan intensif
 6 unit terapi sinar
 4 alat pantau kardio-respirasi
 4 pulse oksimeter
 6 syringe pump
 Complete set Nasaal CPAP
 1 Lampu darurat
 Stetoskop neonatus
 Ambu Bag yang bisa mengembang sendiri berfungsi baik
 Selang reservoir oksigen
 Masker oksigen ( ukuran bayi cukup bulan dan premature)
 Pipa endotrakeal
 1 Penghangat ( Radiant warmer ) yang berfungsi baik.
 Sumber oksigen dan medical air
c) Klinik laktasi
 Digunakan sebagai tempat konsultasi seputar menyusui dengan konselor lak
tasi yang sudah tersertifikasi.
 Terdapat meja, kursi, wastafel, sofa, lemari penyimpanan dokumen, alat
peraga menyusui, Laptop, troli tindakan dan tempat sampah.
d) Ruang Menyusui
Sebagai ruangan privasi bagi ibu yang menyusui bayinya. Dilengkapi dengan
matras bayi, dispenser, wastafel, sofa, tempat sampah infeksius dan non
infeksius dan lemari pendingin.
e) Ruang Operasi
 Terdapat 3 kamar operasi yang dilengkapi dengan peralatan operasi dan
mesin anastesi. Di dalam kamar operasi tersedia: infant warmer dan
perlengkapan resusitasi dewasa dan bayi.
 Terdapat Recovery Room sebagai ruangan bagi pasien pasca bedah,
mempunyai 3 tempat tidur lengkap dengan monitor
 Nurse Station dilengkapi dengan meja, kursi perawat, ruang obat, wastafel,
komputer, troli emergency, lemari penyimpanan dokumen, telepon
 Ruang tunggu keluarga berada diluar kamar operasi: tersedia kursi-kursi,
meja dan tersedia toilet
 Ruang Central Sterile Supply Department (CSSD) yang berhubungan
dengan kamar operasi., terdapat 2 autoklaf besar dan mesin cuci alat.
 Wastafel untuk tiga orang, terdapat di depan kamar operasi dilengkapi
sensor air dan sabun.
 Kamar ganti : pria dan wanita berisi loker, wastafel, lemari penyimpanan,
toilet.
 Kamar jaga perawat dan dokter.
f) ICU
 Terdapat lemari Instrument, lemari es, meja, kursi, tempat sampah infeksius
dan non infeksius
 Terdapat oksigen sentral dan medical air sentral dengan regulator pipa.
 Terdapat ventilator
 Lampu darurat
 Bed Side Monitor lengkap
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Tata laksana pelayanan PONEK


Tata laksana pelayanan PONEK secara khusus ditujukan pada penurunan AKI dan AKB sesuai
dengan target MDGs. Lebih luas lagi, upaya pelayanan PONEK harus dapat mengupayakan
kesehatan reproduksi ibu yang baik dan pencapaian tumbuh kembang anak yang optimal sesuai
dengan potensi genetiknya.
1. Pelayanan di Primaya Hospital
a) Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
1) Pelayanan Kehamilan
Diberikan di poliklinik termasuk pelayanan edukasi kebidanan.
2) Pelayanan Persalinan normal dan pesalinan dengan tindakan operatif
Diberikan di unit kamar bersalin (VK) dan unit kamar bedah siap melayani selama
24 jam selama 7 hari.
3) Pelayanan Nifas
Diberikan di unit Rawat inap

b) Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologi


Asuhan Bayi Baru Lahir (Level I /Asuhan Dasar Neonatal/Asuhan Neonatal Normal)
1) Fungsi Unit
 Resusitasi neonatus
 Rawat gabung bayi sehat – ibu
 Asuhan evaluasi pasca lahir neonatus sehat
 Stabilisasi dan pemberian asuhan bayi baru lahir usia kehamilan 36-40 minggu
yang stabil secara fisiologis, dengan berat lahir > 2500 gram
 Stabilisasi neonatus sakit sampai pindah ke NICU
 Pelayanan Imunisasi BBL
2) Kriteria rawat Inap Neonatus
 Neonatus normal, stabil, cukup bulan dengan berat lahir > 2500 gram .
 Neonatus hampir cukup bulan (masa kehamilan > 36 mgg), stabil secara
fisiologis, bayi dengan risiko rendah

c) Pelayanan Kesehatan Maternal Risiko Tinggi


1) Masa antenatal
 Pendarahan pada kehamilan muda / abortus
 Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut / kehamilan ektopik
 Kehamilan Ektopik (KE) & Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
 Hipertensi, Preeklampsia / Eklamsia
 Pendarahan pada masa kehamilan
 Kehamilan Metabolik
 Kelainan Vaskular / jantung
 Janin mati dalam rahim dengan kompikasi

2) Masa intranatal
 Persalinan dengan parut uterus
 Persalinan dengan distensi uterus
 Gawat janin dalam persalinan
 Pelayanan terhadap syok
 Ketuban pecah dini
 Persalinan macet
 Induksi dan akselerasi persalinan
 Aspirasi vakum manual
 Ekstraksi cunam
 Seksio sesaria
 Episiotomy
 Malpresentasi dan malposisi
 Distosia bahu
 Prolapsus tali pusat
 Plasenta manual
 Perbaikan robekan serviks
 Perbaikan robekan vagina dan perineum
 Perbaikan robekan dinding uterus
 Reposisi inversion uteri
 Histerektomi
 Sukar bernapas
 Kompresi bimanual dan aorta
 Dilatasi dan kuretase
 Ligase arteri uterine
 Anastesia umum dan lokal untuk seksio sesaria
 Anastesia spinal
3) Masa Post natal
 Masa nifas
 Demam pasca persalinan/infeksi nifas
 Pendarahan pasca persalinan
 Nyeri perut pacsa pesalinan
 Keluarga berencana

d. Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan Risiko Tinggi Level II dan III


Asuhan bayi baru lahir
1. Level II: Asuhan Neonatal dengan ketergantungan Tinggi (Ruang Rawat
Neonatus Asuhan Khusus)
2. Level III: Perawatan Neonatal Intensif
Fungsi Unit
 Pelayanan asuhan menyeluruh bayi yang lahir usia kehamilan > 28 mgg
dengan berat lahir > 1000 gr
 Tersedia dukungan kehidupan terus menerus yang tidak hanya terbatas
pada ventilasi mekanik, tapi juga menggunakan HFO
 Prosedur pembedahan minor (misal: penggantian keteter vena sentral atau
perbaikan hernia inguinal).
 Tersedia konsultan ahli semua sub spesialistik

e. Pelayanan Ginekologi
 Kehamilan Ektopik
 Pendarahan uterus disfungsi
 Pendarahan menoragia
 Kista ovarium akut
 Radang pelvik akut
 Abses pelvik
 Infeksi saluran Genitalia
 HIV-AID

f. Pelayanan Penunjang Medik


1) Laboratorium
a) Pelayanan Laboratorium
Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes laboratorium dalam
penanganan kedaruratan maternal dalam pemeriksaan hemostasis
penunjang untuk pre eklampsis dan neonatal.
 Pemeriksaan rutin darah, urin
 Septic marker untuk infeksi neonatus yaitu DPL (Darah Perifer
Lengkap), CRP (C-Reactive Protein), IT Ratio, Kultur darah, kultur
urin, kultur pus.
 Pemeriksaan gula darah, bilirubin, elektrolit, AGD)
b) Pelayanan Darah
1) Jenis Pelayanan
1. Merencanakan kebutuhan darah di RS
2. Menerima darah dari PMI Kota yang telah memenuhi syarat
uji saring (non reaktif) dan telah dikonfirmasi golongan darah
3. Menyimpan darah dan memantau suhu simpan darah
4. Memantau persediaan darah harian/mingguan
5. Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus
pada darah donor dan darah resipien
6. Melakukan uji silang serasi antara darah donor dan darah
resipen
7. Melakukan rujukan kesulitan uji silang serasi dan golongan
darah ABO / Rhesus ke Unit Transfusi Darah.
8. Melakukan tes lab; infeksi VDRL, hepatitis, HIV.
2) Kompetensi
1. Mempunyai kemampuan manajemen pengelolaan transfuse
darah dan Bank darah Rumah Sakit.
2. Mempunyai sertifikasi pengetahuan dan keterampilan
tentang:
- Transfusi darah
- Penerimaan darah
- Penyimpanan darah
- Pemeriksaan golongan darah
- Pemeriksaan uji silang serasi
- Pemantapan mutu internal
- Pencatatan, pelaporan, pelacakan, dan dokumentasi
- Kewaspadaan universal (universal precaution)
3. Sumber Daya Manusia
 Dokter
 Para medis Teknologi Transfusi Darah
 Tenaga Administrator
 Kurir
3. Ruang Pelayanan Darah
4. Fasilitas dan Peralatan
 Tersedia lemari pendingin, meja kursi, lemari, AC,
Wastafel, Komputer.
 Memiliki peralatan sesuai dengan standar minimal
peralatan maternal dan neonatal.
g) Perawatan Intermediate / Intensif
Jenis Pelayanan :
 Pemantauan terapi cairan
 Pengawasan gawat nafas/ventilator
 Perawatan sepsis
 Monitoring hemodinamik secara kontinu

h) Radiologi
Jenis pelayanan :
 Melakukan foto rotgen ,CT-Scan dan MRI

i) TPNM (Total Parental Nutrition and Medication)


Pada bayi premature di NICU, bayi sakit dan pasca operasi yang tidak mendapat
nutrisi enternal adekuat memerlukan dukungan nutrisi parental. Hal ini untuk
mengurangi kesakitan dan agar bayi tetap bertumbuh dengan memperhatikan
komplikasi yang mungkin menyertai.
 Mencegah balance negative energy dan nitrogen.
 Mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, dan fungsi metabolic.
j) CSSD (Central Steril Supply Departement)
Sebagai pusat sterilisasi dan penyimpanan alat kedokteran yang sudah dibersihkan /
disterilisasi tingkat tinggi/steril dan siap pakai.

B. Tatalaksana Pelayanan IMD dan Pemberian ASI Eksklusif


Tata laksana IMD secara umum :
1. Sebelum melahirkan ibu dan keluarganya diberikan penyuluhan mengenai keuntungan
melaksanakan Inisiasi menyusui dini di poli klinik / edukator dan bertemu dengan
konselor laktasi.
2. Pada saat ibu melahirkan anjurkan suami, keluarga, bidan atau perawat mendampingi ibu.
3. Pastikan AC dalam kondisi mati, Segera setelah bayi lahir diletakkan diatas perut ibu.
4. Keringkan bayi secepatnya, kecuali kedua tanganya, karena bau cairan amnion pada
tangan akan membantunya mencari putting ibu yang mempunnyai bau yang sama.
Pertahankan lemak putih alami (vernix) yang melindungi kulit baru bayi.
5. Apabila bayi sudah menangis tidak perlu menghisap lendir menggunakan alat penghisap
lendir, cukup dengan membersihkan cairan dari mulut kalau ada dengan kain kasa.
6. Setelah 2 menit jepit dan potong tali pusat kurang lebih 3 cm dari pangkal.
7. Setelah tali pusat dipotong tenggkurapkan bayi dalam keadaan telanjang diatas perut ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, kepala kearah kepala ibu.
8. Biarkan bayi mencari putting ibu sendiri. Jangan memaksakan bayi keputing susu. Bayi
akan merangkak dengan mendorong kakinya dan membentur-bentur kepalanya untuk
mencari putting.
9. Bantu ibu mengenali perilaku menyusu. Untuk 20-30menit pertama bayi akan diam saja,
hanya mata yang membuka. Setelah itu bayi akan bergerak keatas. Kalau bayi sudah siap
menyusu ia akan mengeluarkan air lius dan akan membuka mulut. Ia akan terus mencari
putting sampai dapat, kemudian menghisapnya. Waktu untuk mencapai putting sekitar 120
menit. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuh kulit ibu sampai proses menyusu pertama
selesai (kurang lebih 15 menit).
10. Ibu melahirkan tindakan dengan tindakan seperti operasi atau persalinan dengan ekstraksi
vakum berikan kesempatan skin to skin contact.
11. Bayi baru dipisah dari ibu untuk ditimbang ,diukur, diberi tanda pengenal, suntikan vit K1
dan tetesan mata bayi, setelah menyusu awal selesai.
12. Dianjurkan jika keadaan memungkinkan ibu-bayi tidak dipisahkan selama diruang pulih
dan kemudian rawat gabung.
13. Rawat gabung ibu dan bayi dirawat 1 kamar selama 24 jam – bayi tetap tidak dipisahkan
dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minum prelaktal (cairan yang diberikan
sebelum ASI keluar) dihindarkan.

Tata laksana Inisiasi Menyusui Dini pada Operasi Sectio Caesaria :


1. Tersedia tenaga dari pelayanan kesehatan yang suportif.
o
2. Suhu ruang operasi sekitar 20—25 c. tersedia selimut untuk menutupi punggung bayi
untuk mengurangi kehilangan panas dari kepala bayi.
3. Pembiusan dilakukan secara epidural bukan pembiusan umum
4. Tatalaksana IMD pada operasi Sectio cesarea sesuai dengan IMD pada persalinan
Spontan.
5. Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi, atau bayi harus
dipindahkan sebelum 1 jam maka bayi tetap diletakkan didada ibu ketika dipindahkan ke
kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dianjurkan di kamar perawatan ibu atau
kamar pulih.

Tatalaksana Pemberian ASI


Langkah-langkah menyusui dengan benar :
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan
areola sekitarnya
2. Bayi diletakkan menghadap perut atau payudara.
3. Ibu menatap dengan kasih sayang.
4. Menyusui dapat dilakukan setiap saat , dalam menyusui bayi tidak dijadwalkan.

Konseling IMD dan ASI Eksklusif


Primaya Hospital sangat mendukung terlaksananya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI
Eksklusif dengan salah satunya melaksanakan konseling.
- Konseling IMD dan ASI Eksklusif dilaksanakan pada Ante-Natal dan Post-Natal
- Konseling dilaksanakan oleh Edukator ANC, konselor laktasi dan perawat ruang
amaryllis.

Manfaat Pemberian ASI Eksklusif pada bayi:


- ASI sebagai makanan yang bergizi bagi bayi
- ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
- ASI Eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan
- ASI Eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak

B. Rawat Gabung

1. Pasien post partum dengan spontan atau section caesaria rawat di rawat inap.
2. Perawat/bidan memberikan greeting tentang perawatan rawat gabung
3. Persiapkan alat –alat yang di butuhkan oleh bayi agar ibu dapat merawat bayinya dengan
mandiri
4. Dapat dilaksanakan di semua unit rawatan
5. Bayi dirawat gabung dalam satu ruangan dengan ibu selama 24 jam sesuai dengan
prosedur rawat gabung.
6. Bayi diambil dari kamar ibu oleh petugas kamar bayi apabila akan dimandikan.
7. Pelaksanaan Rawat Gabung
Syarat Rawat gabung :
a. Usia kehamilan >34 minggu dan berat lahir >1800 gram, berarti reflek menelan dan
menghisapnya sudah baik.
b. Nilai Apgar pada lima menit ≥7.
c. Tidak ada kelainan congenital yang memerlukan perawatan khusus.
d. Tidak ada trauma lahir atau morbiditas lain yang berat.
e. Bayi yang lahir dengan seksio sesaria yang menggunakan pembiusan umum, rawat
gabung dilakukan setelah ibu sadar, misalnya 4-6 jam setelah operasi selesai.
Apabila pembiausan secara spinal, bayi dapat segera disusukan. Apabila ibu masih
mendapat infuse, bayi tetap disusukan dengan bantuan petugas.
f. Ibu dalam keadaan sehat.

C. Tatalaksana Perawatan Metode Kanguru pada BBLR

Perawatan Metoda Kanguru (PMK) dilaksanakan di NICU dengan cara:


Indikasi PMK Intermitten :
- Lahir 2500 gr.
- Telah stabil keadaan umumnya (frekuensi nafas, tekanan darah, nadi, suhu) minimal
3 hari berturut-turuut.
- Bayi masih mendapat cairan dan obat intravena, oksigen nasal kanul, minum per
NGT.
- Toleransi minum baik, residu <15% jumlah total minum pasien sebelum dicek
residu, kembung (-) muntah (-).
- Ibu bersedia melakukan PMK intermitten dan telah diedukasi dan menandatangani
lembar persetujuan (inform consent)

Cara perawatan PMK Itermiten :


- PMK Intermetten dilakukan minimal 1-2x/hari.
- Lama perlekatan kulit lebih dari 1 jam.
- Bayi dilekatkan ke ibu / atau pengganti ibu dengan menggunakan kain.
- Waktu dilakukan PMK adalah waktu pemberian minum.
- Tempat dilakukan PMK dapat dilakukan diruang NICU/SCN (disebelah Inkubator)
- Tenaga yang mengawasi adalah dokter yang bertugas dan perawat.
- Observasi tanda vital (frekwensi nafas, nadi, tekanan darah, suhu) dilakukan tiap 3
jam atau setiap pemberian minum.

PMK Kontinu.
Indikasi PMK Kontinu :
- Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang telah stabil keadaan umumnya (frekwensi
nafas, nadi, tekanan darah, suhu) dan tumbuh (BB, lingkar kepala dan panjang
badan)
- Tidak ada penyakit akut
- Telah minum penuh/full feeds sesuai umur secara oral atau dengan OGT.
- Sudah tidak menggunakan alat penunjang kesehatan seperti oksigen, antiobiotika,
medikasi parenteral lainnya.
- Ibu telah menjalankan KMC intermiten di SCN selama minimal 3 hari berturut-turut.
- Ibu besedia melakukan perawatan metoda kanguru kontinu ( selama 24 jam /hari,
terus-menerus setiap hari).

Cara perawatan PMK Kontinu


- Sangatlah penting ibu mengerti konsep dan keuntungan dari PMK dan bersedia
dengan senag hati melakukan PMK bersama bayinya. Dokter dan perawat harus
meberikan penjelasan dan mendemontrasikan metode ini.
- Keluarga menandatangani surat persetujuan.
- PMK Kontinu harus dilakukan secepatnya setalh bayi sehat , stabil dan tidak
menggunakan terapi oksigen. BB bukanlah factor penentu tapi ibu harus melakukan
posisi PMK selam 20-24 jam perhari.
- Bayi harus diletakkan pada dada ibu sesuai posisi PMK dengan hanya menggunakan
popok dan topi (kaos kaki sesuai kebutuhan).
- Perlekatan antara dada ibu dan kepala bayi harus dipertahankan dengan
menggunakan kain khusus yang meliputi badan sampai kepala bayi setinggi batas
telianga sehingga kedua tangan ibu bebas dan jalan nafas bayi terjamin terbuka.
- Ibu harus dimotivasi untuk memakai pakaian sehari-hari dan melakukan aktifitasnya
walaupun sedang melakukan PMK. Posisi PMK hanya noleh diberhentikan
sementara saat ibu akan ke kamar mandi.
- Bayi yang mendapat susu formula tidak dikeluarkan dari PMK.
- Semua staf harus memperbaiki dengan segera bila posisi PMK tidak benar.
- Lembar kemajuan /predischarge sheet harus diisi setiap hari oleh perawat.
- Bila ibu tidak ada bayi harus diletakkan di incubator atau orang pengganti (nenek
atau bapak)

Pemantauan
- Semua pemantau bayi PMK adalah sama pemantauan semua bayi yang telah stabil
dalam incubator.
- BB harus ditimbang setiap hari dan pemberia asupan harus disesuaikan setiap saat.
- Pengisian lembar monitoring setiap 3 jam oleh tenaga perawat dan lembar
pemantauan oleh dokter yang bertugas.
- Dokter yang bertugas harus memeriksa bayi di ruang PMK setiap hari.

a. Alur Pasien Dalam Pelayanan


Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah bias mendapatkan perawatan metode
kanguru (PMK) di dalam dan di luar Rumah Sakit. Bayi-bayi yang masih
memerlukan fasilitas perawatan spesialistik dirawat di Rumah sakit. Sedangkan
bayi-bayi dengan kondisi umum stabil, toleransi minum baik dan ibu dianggap
mampu melakukan PMK dapat dirawat di luar RS atau di rumah dengan pengawasan
tenaga kesehatan terlatih. Jika bayi kembali masuk dalam keadaan gawat darurat
langsung datang ke RS/IGD
b. Prosedur/Algoritme Pelayanan
Pelayanan PMK diberikan sesuai dengan standart profesi,
diantaranya sebagai berikut:
1. PMK pada BBRL dilakukan setelah pemeriksaan dan persetujuan oleh tenaga
medis (dokter)
2. Setelah dokter memutuskan bahwa BBRL dapat dilakukan PMK, selanjutnya
inisiasi oleh tenaga keperawatan
3. Keluarga pasien diberikan informasi mengenai pelayanan PMK setelah setuju
maka keluarga pasien menandatangai bukti pemberian informasi tersebut
4. Pelaksanaan PMK dapat dilakukan pada
a. Bayi level I (PMK kontinu)
b. Bayi level II dan level III (PMK Intermiten)
5. Melatih keluarga untuk melakukan PMK terutama mengenai posisi bayi, cara
menyusui dan personal hygiene. Setelah keluarga dilatih maka dilakukan uji
coba penerapan PMK (dengan persetujuan dokter)
6. Perawat melakukan observasi terhadap pasien dan keluarga pasien selama
melaksanakan PMK
7. Pulang dan kunjungan control:
a. Pemulangan (discaharge planning) pasien dapat dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan dari dokter
b. Pada saat pulang keluarga diberikan edukasi mengenai hal-hal yang perlu
dilakukan dan diperhatikan selama melakukan PMK di rumah. Dapat
diberikan catatan mengenai kesehatan bayi menggunakan buku catatn
medic balita
c. Kunjungan control dapat dilakukan di tempat pemberian layanan RS atau
fasilitas kesehatan di luar RS (puskesmas,klinik,dokter/bidan swasta)
apabila pasien sebelumnya merupakan kiriman/rujukan dari sarana
pelayanan kesehatan tersebut

c. Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan merupakan rangkaian kegiatan keperawatan merupakan
suatu rangkaian kegiatan keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan bayi
baru lahir dan keluarganya. Pendekatan yang digunakan adalah proses
keperawatan yaitu pendekatan sistimatis dimulai dari pengkajian, perumusan
maslah, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Untuk mengidentifikasi maslah
pemenuhan kebutuhan dasar bayi baru lahir secara optimal, pengkajian harus
dilakukan secara seksama baik itu pengkajian pada bayi maupun pengkajian
kebutuhan belajar dari orang tua bayi
Perawatan metoda kanguru merupakan intervensi keperawatan BBRL dengan
dukungan medis, sehingga yang lebih banyak berperan untuk melatih dan
mendidik ibu adalah perawat atau bidan terlatih. Untuk itu perlu diperhatikan hal-
hal yang terkait dengan asuhan keperawatan yang diberikan tidak hanya kepada
bayi tetapi juga kepada ibu bahkan keluarganya.

Dalam memberikan asuhan keperawatan PMK, komponen yang perlu dilakukan adalah:
1. Edukasi kepada ibu
Adalah dua macam edukasi, yaitu saat:
a. Periksa kehamilan (ANC)
b. Setelah persalinan dengan berat badan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

Edukasi yang diberikan berisi:


a. Apa dan bagaimana terjadinya BBLR
b. Penanganan BBLR, dimana dapat dilakukan dengan PMK
c. Informasi tentang PMK mulai dari tujuan sampai manfaatnya
d. Membangun kesadaran akan pentingnya mencegah dan menangani masalah BBLR
e. Konseling
Konseling adalah cara berhubungan dengan orang dimana anda mengerti apa yang
mereka rasakan dan menolong mereka untuk memutuskan yang harus dilakukan
Prinsip-prinsip konseling
- Menggunakan komunikasi bahasa nonverbal
- Pertanyaan terbuka
- Merespon bahasa tubuh yang menunjukkan minat
- Mengulang ucapan ibu
- Empati – perlihatkan bahwa anda mengerti yang ibu rasakan
- Hindari kata-kata yang menghakimi

Setelah konseling dan ibu memutuskan untuk PMK maka dilanjutkan dengan latihan
penerapan. Pendidikan dan konseling merupakan metode pemberian informasi dalam upaya
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keluarga, informasi tentang PMK merupakan
dasar bagi keluarga dalam memutuskan kesediaannya melakukan PMK. Tujuan akhir dari
kegiatan ini adalah keluarga mampu melaksanakan perawatan metode kanguru di rumah.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, perawat dan tenaga kesehatan lain harus memiliki
ketrampilan dalam memberikan informasi, memahami perawat metode kanguru, dan
memahami kesiapan keluarga dalam menerima informasi.faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi kualitas informasi yang diterima oleh keluarga yang pada akhirnya
mempengaruhi perubahan perilaku keluarga terhadap pelaksanaan PMK.

Keluarga merupakan pemberian asuhan utama pada bayi premature yang keluar dari rumah
sakit. Pemberian pendidikan kesehatan dan konseling sangatlah penting mengingatkan bayi
premature memerlukan perawatan khusus dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Perawatan Metode Kanguru
1. Persiapan
Sebelum ibu mampu melakukan PMK dilakukan latihan untuk adaptasi selama ± 3hari.
Saat melakukan latihan ibu diajarkan juga personal hygiene: dibiasakan mencuci tangan,
kebersihan kulit bayi (tidak dimandikan hanya dengan baby oil), kebersihan tubuh ibu
dengan mandi sebelum melakukan PMK, serta diajarkan tanda-tanda bahaya seperti :
a. Kesulitan bernafas ( dada tertarik ke dalam, merintih)
b. Bernafas sangat cepat atau lambat
c. Serangan henti nafas (apnea) sering dan lamab
d. Bayi terasa dingin: suhu bayi di bawah normal walaupun telah dilakukan
penghangatan
e. Sulit minum : bayi tidak lagi terbangun untuk minum, berhenti minum atau muntah
f. Kejang
g. Diare
h. Sclera (kulit menjadi kuning)

2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan PMK perlu diperhatikan 4 komponen PMK, yaitu:
- Posisi bayi
Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke dada
ibu. Posisi bayi dijaga dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi
dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan sedikit tengadah.
Berikut adalah cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari baju kanguru pada saat
akan disusui:
- Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher sampai punggung
bayi
- Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari-jari lainnya agar kepala bayi
tidak tertekuk dan tak menutupi saluran nafas ketika bayi berada pada posisi
tegak
- Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi

- Nutrisi dengan pemberian ASI


Dengan melakukan PMK, proses menyusui menjadi lebih berhasil dan sebagian besar
bayi yang dipulangkan memperoleh ASI. Bayi pada kehamilan kurang dari 30-32
minggu biasanya perlu diberi minum melalui pipa nasogastrik, untuk ASI yang
diperas (expressed breast milk). Bayi dengan masa kehamilan 32-34 minggu dapat
diberi minum melalui gelas kecil. Sedangkan bayi-bayi dengan usia kehamilan sekitar
36 minggu atau lebih, sudah dapat mulai menyusui pada ibu.
- Dukungan (support)
Saat bayi telah lahir,ibu memerlukan dukungan dari berbagai pihak diantaranya
berupa :
1. Dukungan emosional
Ibu memerlukan dukungan untuk melakukan PMK
2. Dukungan fisik
Selama beberapa minggu pertama PMK, merawat bayi akan sangatmenyita
waktu ibu, istirahat dan tidur yang cukup sangat penting pada peranannya pada
PMK. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan untuk membantu
menyelesaikan tugas-tugas rumah.
3. Dukungan edukasi
Sangat penting memberikan informasi yang ibu butuhkan agar ia dapat
memahami seluruh proses PMK dan mengetahui manfaat PMK. Hal ini membuat
PMK menjadi lebih bermakna dan meningkatkan keberhasilan ibu dalam
menjalankan PMK baik di rumah sakit ataupun di rumah.
Dukungan bisa diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh anggota keluarga, ibu
dan masyarakat. Tanpa adanya dukungan, akan sangat sulit bagi ibu untuk dapat
melakukan PMK dengan berhasil.
- Pemulangan (discharge)
Pemulangan bayi dilakukan atas persetuajuan dokter berdasarkan laporan perawat.
Bayi PMK dapat dipulangkan dari Rumah sakit setelah memenuhi criteria dibawah
ini :
1. Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada henti nafas
(apnea) atau infeksi
2. Bayi minum dengan baik
3. Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15gr/hr) untuk sekurang-
kurangnya tiga hari berturut-turut
4. Ibu mampu merawat bayi dating secara teratur untuk melakukan follow up
5. Ibu mengerti tanda-tanda bahaya pada bayi, jadwal control bayi, monitoring
tumbuh kembang dan bagaimana cara merujuk ke RS jika ada bahaya
6. Monitoring kondisi bayi
Hal-hal yang harus dimonitoring adalah :
a. Tanda vital 3x/hr (setiap ganti shift) atau sesuai kebutuhan
b. Timbang BB bayi 1x/hr atau sesuai instruksi DPJP

- Metode Implementasi PMK


Pelaksanaan dilakukan di ruang perawatan NICU dan Intermediate Care
menggunakan Inkubator dan PMK intermiten.

C. Tatalaksana Rujukan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi


1. Primaya Hospital bekerja sama dengan RS Persahabatan dalam konsultasi kasus
sulit
2. RS Awal Bros melakukan pembinaan terhadap Puskesmas PONED yaitu
Puskesmas Perumnas II Bekasi
ALUR SISTEM RUJUKAN

RS TIPE A

RS TIPE B

RS TIPE C

RS TIPE D

FASKES TINGKAT 1A

KLINIK YANG BEKERJA


PUSKESMAS SAMA DENGAN BPJS
D. Tatalaksana Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi dalam program PONEK

Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi secara terpadu, Primaya
Hospital telah mendukung program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) dan telah
melaksanakan 10 langkah menuju perlindungan Ibu dan Bayi secara terpadu dan paripurna
yaitu:

10 Langkah Perlindungan Ibu Dan Bayi Secara Terpadu Dan Paripurna Menuju Rumah Sakit
Sayang Ibu Dan Bayi
1. Ada kebijakan tertulis manajeman yang mendukung pelayanan kesehatan ibu dan
bayi termasuk inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian ASI eksklusif dan indikasi
yang tepat untuk pemberian susu formula serta perawatan metode kangguru untuk
bayi berat lahir rendah. Terlampir
2. Meyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk edukasi dan konseling kesehatan
maternal dan neonatal, serta konseling pemberian ASI. Telah dibahas di Ruang
Lingkup Pelayanan
3. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta pananganan pada bayi baru lahir
dengan Inisiasi Menyusui Dini dan kontak kulit ibu-bayi
Telah dibahas dalam standar fasilitas dan ruang lingkup PONEK.
4. Menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (ponek)
selama 24 jam sesuai standart minimal berdasarkan tipe rs masing-masing.
Telah di bahas di pelayanan PONEK
5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung,membantu ibu
menyusui yang benar dengan cara mengajarkan cara posisi dan pelekatan yang benar.
Mengajarkan ibu cara memerah asi bagi bayi yang tidak bisa menyusu langsung dari
ibu dan tidak memberikan asi perah melalui botol serta pelayanan neonatus sakit.
Telah di bahas di tatalaksana rawat gabung
6. Menyelenggarakan pelayanaan rujukan 2 arah dan membina jejaring rujukan
pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.
Telah di bahas di tatalaksana rujukan
- Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi
- Imunisasi dilakukan di rawat jalan dan rawat inap oleh dr Spesialis
7. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan KB termasuk pencegahan dan
penanganan
kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan
reproduksi lainnya.
Telah dibahas di ruang lingkup pelayanan
8. Menyelenggarakan audit medik di RS dan audit maternal dan perinatal
Primaya Hospital Bekasi juga melakukan audit medik internal untuk kasus kematian
maternal Perinatal yang terjadi di Primaya Hospital Bekasi.Audit dilaksanakan
setiap hari pada saat pelaporan morning report, apabila terdapat kasus maternal dan
neonatal yang perlu dlakukan pembahasan lebih lanjut maka akan segera dilakukan
audit ulang terhadap kasus tersebut.

Melaksanakan audit medic secara berkala dengan melibatkan :


- Dewan direksi Primaya Hospital Bekasi dan managemennya.
- Para kepala SMF di Primaya Hospital Bekasi.
- Dokter spesialis kebidanan dan kandungan serta dokter Spesialis Anak/ dokter
ahli ,dan staf yang terkait.
- Pihak lain yang terkait , sesuai kebutuhan, misalnya bidan, perawat dan lain-
lain.
Pada awal kegiatan, pihak yang mutlak perlu dilibatkan adalah pelaksanaan program
KIA di Primaya Hospital Bekasi.
9. Melakukan pencatataan kasus kematian maternal dan neonatal yang terjadi di
Primaya Hospital Bekasi dan melaporkan ke Dinkes Kabupaten/kota bekasi.
a. Mengisi rekam medis Meternal/Perinatal untuk kasus kematian di Primaya
Hospital Bekasi.
b. Melaksanakan kegiatan tindak lanjut yang telah disepakati dalam pertemuan
tim audit medic.
c. Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan audit serta tindak lanjut dan
melaporkan hasil kegiatan kedinas kesehatan kabupaten/Kota Bekasi untuk
dikaji dalam AMP kabupaten/Kota Bekasi.
d. Memanfaatkan hasil kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
pengelolaan program KIA, secara berkelanjutan.
e. Mengkuti /melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas pelayanan KIA,
sebagai tindak lanjut temuan dari kegiatan audit, yang berkaitan dengan di luar
kesehatan.
f. Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir, notulen hasil pertemuan dan rencana
tindak lanjut, yang akan dibahas dalam pertemuan tim audit medic yang akan
datang.

10. Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti


pemberian ASI
eksklusif dan PMK.
a) Melatih anggota pendukung ASI yang diluar Primaya Hospital (Posyandu, ibu-
ibu yang pernah melahirkan di Primaya Hospital) sehingga mampu berperan
dalam kelompok pendukung ASI.(dilakukan tidak di rumah sakit)
b) Megupayakan adanya peningkatan jumlah kelompok pendukung ASI yang
dibina oleh Primaya Hospital dengan berkoordinasi dengan dinas Kota Bekasi.
(dilakukan tidak di rumah sakit)
c) Mengupayakan mengunjungi ibu yang baru melahirkan setelah pulang
kerumah dengan home visite.
BAB V
LOGISTIK

ALUR PERMINTAAN OBAT FARMASI

Permintaan
obat diberikan Stok unit
obat/ resep

Berdasarkan lokasinya penyimpanan alat – alat kesehatan dan obat-obat PONEK


1. Unit Gawat Darurat
a) Troli emergency yang menyimpan obat PONEK ( Epineprin,Cairan infus, MgSO4,
Sodium Bikarbonat)
b) Set Partus lengkap
c) Stetoskop Dewasa dan Neonatus
d) Ambubag Dewasa dan Neonatus ( Sungkup yang sesuai)
e) Laringoskop Dewasa dan Neonatus
f) Inkubator Transport
g) Ventilator Portable

2. Unit Kamar Bersalin


a) Troli emergency yang menyimpan obat PONEK, Maternal dan Neonatal
b) Instrumen persalinan Normal dan dengan Penyulit (Vacum dan Forcep )
c) Instrumen untuk Tindakan Medis ( Kuretase, Marsupialisasi)
d) Neopuff dan Timbangan Bayi
e) Infant Warmer
f) Set Monitor

3. Unit Intensif ( ICU, IMC, NICU )


g) Troli emergency yang menyimpan obat PONEK ( Epineprin,Cairan infus, MgSO4,
Sodium Bikarbonat)
h) Stetoskop Dewasa dan Neonatus
i) Neopuff danTimbangan Bayi
j) C-PAP
k) BlueLight Therapi
l) Ventilator
m) Set Infus pump dan Syringe pump

4. Unit Kamar Bedah


a) Troli emergency yang menyimpan obat PONEK ( KCL, Kalsium Glukonat 10%,
Cortidex, Aminophilin, Transamin, Dopamine, Dobutamine,Sodium Bikarbonat 8,4%,
Nifedipine, Epineprin, Cairan infus, MgSO4)
b) Infant Warmer
c) Ambubag Neonatal
d) Instrumen persalinan dengan Penyulit (Vacum dan Forcep )
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Dalam keadaan sehari-hari penanganan pasien gawat darurat maternal neonatal akan
melibatkan pelayanan rumah sakit secara berjenjang. Rumah sakit harus dapat menangani kasus
rujukan pasien yang tidak mampu. Sesuai dengan sasaran keselamatan pasien dalam Akreditasi
2013, maka dalam hal ini pasien gawat darurat maternal neonatal juga harus mengacu kepada
sasaran tersebut, antara lain :

1. Ketepatan Identifikasi Pasien


n) Unit Gawat Darurat
 Identifikasi sebelum melakukan tindakan
 Identifikasi saat pemberian obat
b) Unit Kamar Bersalin
 Identifikasi sebelum melakukan tindakan
 Identifikasi sebelum pemasangan gelang Ibu besalin dan bayi
 Identifikasi saat pemberian obat
 Identifikasi saat pengambilan jaringan untuk di lakukan pemeriksaan Anatomi
c) Unit Kamar Bayi sehat
 Identifikasi bayi sebelum diberikan kepada ibu
 Identifikasi sebelum dilakukan imunisasi
 Identifikasi sebelum pemberian susu formula dan ASI
 Identifikasi sebelum dilakukan pengambilan darah
 Identifikasi saat pemberian obat
d) Unit Intensif
 Identifikasi sebelum melakukan tindakan
 Identifikasi saat pemberian obat
f) Unit Kamar Bedah
 Identifikasi sebelum melakukan tindakan
 Identifikasi saat pemberian obat
 Identifikasi saat pengambilan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan Anatomi

2. Peningkatan Komunikasi Efektif


a) Unit Gawat Darurat
 Repeat back saat akan melakukan tindakan resusitasi
 Read back saat menerima instruksi dari dokter
b) Unit Kamar Bersalin
 Repeat back saat akan melakukan tindakan partus
 Read back saat menerima instruksi dari dokter
c) Unit Kamar Bayi Sehat
 Read back saat menerima instruksi dari dokter
d) Unit Intensif
 Repeat back saat akan melakukan tindakan resusitasi
 Read back saat menerima instruksi dari dokter
e) Unit Kamar Bedah
 Repeat back saat akan melakukan tindakan operasi dan anastesi
 Read back saat menerima instruksi dari dokter

3. Pengawasan Obat resiko tinggi


a) Penyimpanan obat high alert medication disemua unit di dalam kotak merah terkunci
dan disimpan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
b) Penyimpanan obat narkotika didalam kotak kayu di dalam lemari double lock.

4. Operasi Aman
Pemberian marker dilakukan di poliklinik, UGD, intensif dan rawat inap.

5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


a) Cuci tangan dengan Five moment hand hygiene
b) Penggunaan APD
c) Pengolahan benda tajam
d) Pemisahan sampah, linen

6. Pencegahan Pasien Jatuh


Edukasi resiko jatuh, pemasangan akrilik resiko jatuh, screening pasien resiko jatuh,
pengkajian pasien resiko jatuh, pemasangan gelang kuning pada risiko jatuh tinggi,
penyediaan hand rail di kamar mandi, tempat tidur, tangga, dan dinding, tersedianya bel
pasien di setiap tempat tidur pasien dan kamar mandi pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Prinsip utama Universal Precaution dalam kaitan kesaelamatan kerja terkait PONEK
adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 prinsip pokok yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
Dilakukan pada setiap akan melakukan tindakan dengan prinsip five moment.
2. Pemakaian alat pelindung diri yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan.
- Tindakan partus dikamar bersalin menggunakan APD sepatu boot, tutup kepala, masker
google, apron, sarung tangan).
- Tindakan SC di Kamar bedah menggunakan APD sepatu boot, tutup kepala, masker
google, apron, jas operasi, sarung tangan).
- Tindakan resusitasi di Unit Intensif menggunakan APD masker google, apron, sarung
tangan
- Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
- Penanganan instrumen habis pakai menggunakan sarung tangan dan apron.

3. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan


- Penanganan tertusuk jarum Stik neddle Injury (SNI)
- Penanganan jarum habis pakai dibuang di sharp container.
- Tidak boleh recapp spuit bekas pakai.
- Membawa troli tindakan saat melakukan tindakan.

4. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan menggunakan sarung tangan


dan apron, seperti:
- Pengadaan Spill kit di setiap unit
- Pembuangan underpad terkena cairan tubuh pasien ke tempat sampah infeksius.
- Linen yang terkena cairan tubuh pasien di masukkan ke kantong kuning.
- Pembersihan ruangan setelah selesai tindakan.
- Penanganan apabila terkena cairan tubuh pasien
- Penggunaan Irigasi mata dengan membilas mata dengan air mengalir di bawah kran.

5. Program MCU bagi seluruh karyawan Rumah Sakit setiap tahun


sekali
- Program vaksinasi kepada seluruh karyawan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan dalam menilai pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatologi
Emergency Komprehensif di Primaya Hospital terdiri dari:

1. Kematian Maternal
Judul : Kematian Maternal
Dimensi Mutu : Efektivitas dan keselamatan
Tujuan : Menurunkan angka kematian maternal di Primaya Hospital
Definisi operasional : Kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun
waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya
kehamilan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
penanganannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan
dan terjatuh.
Frekuensi : 3bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : jumlah kematian perempuan yang meninggal pada saat hamil,
melahirkan nifas per bulan
Denominator : seluruh wanita hamil, melahirkan, dan 40 hari masa nifas dalam 1
bulan
Pencapaian : 0%

2. Kematian Neonatal
Judul : Kematian Neonatal
Dimensi Mutu : Efektivitas dan keselamatan
Tujuan : Menurunkan angka kematian neonatal dirumah sakit awal bros
Definisi Operasional : Kematian bayi yaitu dimulai sejak bayi lahir sampai 28 hari, dengan
bayi lahir hidup maupun bayi lahir mati
Frekuensi : 3bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : jumlah kematian bayi yang meninggal yang dimulai sejak bayi lahir
sampai 28 hari,dengan bayi lahir hidup maupun bayi lahir mati per bulan
Denominator : seluruh kematian bayi yang meninggal yang dimulai sejak bayi lahir
sampai 28 hari,dengan bayi lahir hidup maupun bayi lahir mati per bulan
Pencapaian : 0%
3. Pelatihan PONED/ PONEK
Judul : Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar /Pelatihan
Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif eksternal
Dimensi Mutu : Efektivitas
Tujuan : Menjadikan tenaga kesehatan sesuai dengan standar PONEK
Definisi Operasional : Melakukan pembimbingan baik dari segi materi maupun praktek
tentang PONEK agar tenaga kesehatan dapat mengetahui
kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : jumlah tenaga kesehatan yang mengikuti pelatihan PONEK per bulan
Denominator : jumlah tenaga kesehatan di unit terkait PONEK ( Poliklinik Kebidanan,
Poliklinik Anak, UGD, Kamar Bersalin, Kamar Bayi Sehat,
Amaryllis, Unit Kamar Bedah, ICU,IMC, NICU ) per bulan
Pencapaian : 90%

4. Rawat Gabung
Judul : Rawat Gabung
Dimensi Mutu : Efektivitas dan keselamatan
Tujuan : Meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi serta agar
ibu dapat merawat bayinya secara mandiri
Definisi Operasional : Rawat gabung adalah perawatan antara ibu dan bayi dalam 1
ruangan sehingga ibu dapat merawat bayinya dengan mandiri.
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : jumlah bayi yang dilakukan rawat gabung per bulan
Denominator : jumlah kelahiran bayi hidup dengan kondisi stabil di kamar bayi
sehat perbulan
Pencapaian : 100%

5. IMD
Judul : Melakukan Inisiasi menyusu dini
Dimensi Mutu : Efektivitas dan keselamatan
Tujuan : Mengurangi resiko kematian neonatal dikarenakan masuknya
antibodi ke bayi, meningkatkan keberhasilan ASI ekslusif 6 bulan,
mengurangi perdarahan pada saat persalinan
Definisi Operasional : Proses membiarkan bayi menyusu sendiri di dada ibu setelah
melahirkan selama minimal 1 jam atau sampai bayi bisa menghisap
payudara ibu sendiri.
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : jumlah bayi yang dilakukan IMD per bulan
Denominator : jumlah kelahiran bayi hidup, dengan kondisi bayi stabil per bulan
Pencapaian : 80%

6. PMK
Judul : Perawatan Metode Kangguru
Dimensi Mutu : Efektivitas dan keselamatan
Tujuan : meningkatkan hubungan emosi ibu-bayi, menstabilkan suhu
tubuh, laju denyut jantung dan pernapasan bayi, meningkatkan pertumbuhan dan bayi dengan
lebih baik, mengurangi stres pada ibu dan bayi, mengurangi lama menangis pada bayi,
memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi, meningkatkan produksi ASI, menurunkan kejadian
infeksi nosokomial, dan mempersingkat masa rawat di rumah sakit.
Definisi Operasional : Suatu metode perawatan bayi baru lahir dengan berat badan lahir
rendah yaitu meletakkan di kedua payudara ibu sehingga terjadi
kontak antara kulit ibu dan kulit bayi..
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : Bayi yang dilakukan PMK per bulan
Denominator : Seluruh bayi dengan berat badan lahir rendah
Pencapaian : 80%

7. ASI Ekslusif
Judul : Pemberian Air Susu Ibu Secara Ekslusif
Dimensi Mutu : Efektivitas dan keselamatan
Tujuan : Untuk memberikan asupan nutrisi dan kekebalan tubuh
dikarenakan semua terkandung di dalam ASI
Definisi Operasional : adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur 0-6 bulan.
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : Bayi umur 6 bulan yang mendapatkan ASI ekslusif
Denominator : Jumlah angka kunjungan bayi usia 6 bulan yang mendapatkan ASI
ekslusif dipoli anak
Pencapaian : 80%

8. Senam Hamil
Judul : Senam Hamil
Dimensi Mutu : Efektivitas
Tujuan : Menjaga kondisi bagian tubuh yang berperan dalam proses persalinan normal,
Definisi Operasional : Senam yang merupakan suatu bentuk latihan untuk memperkuat
dan juga mempertahankan kelenturan dari dinding perut, otot-otot dasar panggul yang nantinya
akan mempermudah proses persalinan normal.
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : jumlah ibu hamil yang mengikuti senam hamil
Denominator : Jumlah kunjungan Ibu hamil Trimester 3 pada hari sabtu
Pencapaian : 90%

9. Maternity class
Judul : Maternity class
Dimensi Mutu : Efektivitas
Tujuan :.Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, merubah sikap dan
perilaku ibu hamil tentang kehamilan, persalinan, perawatan nifas
dan perawatan bayi baru lahir.
Definisi Operasional : Suatu aktifitas Pendidikan kesehatan agar perubahan perilaku ke
arah yang positif. mendorong mereka untuk melihat diri mereka
sebagai orang yang kompeten dan mampu mengambil keputusan
berdasarkan informasi untuk diri mereka, bayinya dan diharapkan
mereka mampu merawat bayinya dari sejak lahir sampai bayinya
tumbuh dewasa dengan dibawah bimbingan satu atau beberapa
fasilitator (pengajar)
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : jumlah ibu yang mengikuti maternity class
Denominator : Jumlah kunjungan Ibu hamil dan menyusui yang mengikuti
maternity class perbulan Batasan 80 orang / bulan
Pencapaian : 90%

10. Persalinan Spontan


Judul : Persalinan Spontan
Dimensi Mutu : Efektivitas dan keselamatan
Tujuan : Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya
yang berintegrasi dan lengkap serta itervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang optimal.
Definisi Operasional : Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana
janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : jumlah ibu bersalin secara partus spontan
Denominator : Jumlah persalinan spontan dan sectio secarea per bulan
Pencapaian : 40%

11. Persalinan Sectio caesarea


Judul : Persalinan Sectio caesarea
Dimensi Mutu : Efektivitas dan keselamatan
Tujuan : untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah
terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim
Definisi Operasional : Suatu cara persalinan yang dilakukan untuk melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut atau vagina, dengan kata lain sectio caesarea adalah suatu
histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : jumlah ibu bersalin secara sectio caesarea
Denominator : Jumlah persalinan spontan dan sectio secarea per bulan
Pencapaian : 60%

12. Rujukan Maternal


Judul : Rujukan Maternal
Dimensi Mutu : Efektivitas dan keselamatan
Tujuan :Memperjelas system pelayanan kesehatan berbagai sarana
kesehatan yang tersedia.
Definisi Operasional :sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus
kebidanan atau masalah kesehatan secara vertikal dari Rumah sakit
berkemampuan kurang kepada Rumah Sakit yang lebih mampu atau
secara horizontal antar Rumah Sakit yang setingkat kemampuannya.
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : Ibu hamil, bersalin, nifas yang dirujuk
Denominator : Jumlah angka kunjungan Ibu hamil, bersalin, nifas yang dirujuk ke
kamar bersalin
Pencapaian : 20%

13. Rujukan Neonatal


Judul : Rujukan Neonatal
Dimensi Mutu : Efektivitas dan keselamatan
Tujuan :Memperjelas system pelayanan kesehatan berbagai sarana
kesehatan yang tersedia.
Definisi Operasional :sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus
Neonatal atau masalah kesehatan secara vertikal dari Rumah sakit
berkemampuan kurang kepada Rumah Sakit yang lebih mampu atau
secara horizontal antar Rumah Sakit yang setingkat kemampuannya.
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : Bayi lahir hidup usia 0 – 28 hari yang dirujuk
Denominator : Jumlah angka kunjungan bayi 0 – 28 hari ke Rumah Sakit
Pencapaian : 20%
14. Praktek dan Penyuluhan Nifas
Judul : Praktek dan Penyuluhan Nifas
Dimensi Mutu : Efektivitas
Tujuan : Memberikan informasi, pengetahuan dan simulasi tentang
perawatan bayi baru lahir dan tentang masa nifas.
Definisi Operasional :Suatu sistem yang digunakan untuk memperoleh penjelasan tentang
masa sesudah melahirkan sampai usia 40 hari
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : Semua ibu yang mengikuti praktek dan penyuluhan nifas
Denominator : Jumlah Ibu yang melahirkan
Pencapaian : 80%

15. Kunjungan Rumah


Judul : Kunjungan Rumah
Dimensi Mutu : Efektivitas
Tujuan : Memperolehnya data yang lebih lengkap dan akurat berkenaan
dengan masalah ibu serta digalangnya komitmen anggota keluarga
lainnya dalam rangka penyelesaian masalah.
Definisi Operasional : Pemantauan tenaga kesehatan untuk mendeteksi kondisi keluarga
dalam kaitannya dengan permasalahan anak/individu agar mendapat
berbagai informasi yang dapat digunakan lebih efektif
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : Semua ibu yang dilakukan kunjungan rumah
Denominator : Batasan kunjungan rumah / hari (4)
Pencapaian : 80%

16. Klinik Laktasi


Judul : Klinik Laktasi
Dimensi Mutu : Efektivitas
Tujuan : Bimbingan persiapan menyusui yang pada prinsipnya terdiri dari
persiapan psikis ibu, pemeriksaan puting susu, penjelasan tentang
manfaat ASI dan kerugian susu buatan, penjelasan rawat gabung dan
penyuluhan atau konsultasi gizi ibu hamil. prinsipnya terdiri dari
teknik menyusui, perawatan payudara pasca persalianan, menangani
masalah dalam menyusui dana penyuluhan atau konsultasi gizi bayi
dan ibu menyusui, serta perawatan bayi.
Definisi Operasional : Klinik laktasi adalah tempat atau lembaga konseling bagi ibu atau
calon ibu mengenai masalah menyusui
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : Pasien yang berkunjung ke klinik laktasi
Denominator : Batasan kunjungan ke klinik laktasi 8 orang perhari
Pencapaian : 80%

17. Keterlambatan Operasi SC cito > 30 Menit

Judul : Keterlambatan Operasi SC cito > 30 Menit


Dimensi Mutu : Efektivitas dan keselamatan
Tujuan : Menurunkan Angka keterlambatan operasi Sectio Caesaria cito
yang terjadi lebih dari 30 menit sehinga dapat meningkatkan
keselamatan dan kesejahteraan Ibu dan Janin. Persiapan operasi cito
harus dapat dilakukan selama 30 menit, yang mencakup persiapan
pasien, pemeriksaan penunjang dan administrasi.
Definisi Operasional : Proses persiapan Operasi Sectio Caesaria agar dapat berjalan
lancar
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : Jumlah operasi SC cito dengan persiapan lebih dari > 30 menit
Denominator : Jumlah operasi SC cito dalam sebulan
Pencapaian : 0%
18. Keterlambatan Penyediaan darah > 60 menit

Judul : Keterlambatan Penyediaan darah > 60 menit


Dimensi Mutu : Efektivitas dan keselamatan
Tujuan : Menurunkan Angka keterlambatan penyediaan darah yang terjadi
lebih dari > 60 menit sehinga dapat meningkatkan keselamatan
pasien. Penyediaan darah harus dapat dilakukan selama 60 menit
sejak permintaan kebutuhan darah.
Definisi Operasional : Proses penyediaan darah transfusi yang dibutuhkan bagi pasien.
Frekuensi : 3 bulan
Pengumpulan data periode analisis : 3 bulan
Numerator : Jumlah keterlambatan penyediaan darah lebih dari > 60 menit
Denominator : Jumlah penyediaan darah selama sebulan
Pencapaian : 0%
BAB IX
PENUTUP

Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi semakin mneingkat dan tidak mengalami
perubahan berarti pada 5 tahun terakhir. Keadaan ini akan cenderung meningkat bila tidak segera
diantipasti dengan berbagai terobosan yang optimal. Karakteristik kasus kebidanan yang sifatnya
akut dan fatal akan menurunkan kondisi kesehatan pada ibu hamil dan bayi di masyarakat dan
akan mempengaruhi prestasi dan kinerja generasi mendatang.
Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu agar program Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dijadikan prioritas, yang terlihat pada target Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) pada rencana Strategis kementerian Kesehatan 2009-2014.
Rumah Sakit berkomitmen untuk terus melaksanakan PONEK secara baik dan
mengembangkan sesuai dengan perkembangan penanganan PONEK terbaru untuk menurunkan
angka kematian ibu dan bayi

Bekasi, Januari 2020 Mengetahui,

Dr Wulandari Eka Sari SpOG Dr Prima Yunika MARS


Ketua Tim PONEK Direktur Primaya Hospital

Anda mungkin juga menyukai